Makalah Demokrasi Menurut Pandangan Isla
Makalah Demokrasi Menurut Pandangan Isla
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Demokrasi merupakan sebuah sistem yang paling banyak dianut pada masa ini. Saat ini,
banyak sekali Negara yang menganut sistem demokrasi sebagai sistem pemerintahannya.
Demokrasi sendiri berarti sistem yang berasal dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi
dalam pengambilan keputusan, dan persamaan hukum. Dalam tradisi negara-negara barat,
demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi pemerintah bagi
dirinya sendiri dan wakil rakyat menjadi pengendali yang bertanggung jawab terhadap
tugasnya. Oleh karenanya, rakyat tidak mungkin mengambil keputusan karena jumlah yang
terlalu besar. Maka dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat. Pemerintah dipilih secara
langsung oleh rakyat dan berfungsi sebagai penyalur aspirasi dan membuat kebijakan untuk
kepentingan rakyat demi kesejahteraan rakyat.
Sistem demokrasi pun dipercaya sebagai sebuah sistem pemerintahan di Indonesia.
Indonesia memiliki badan legislatif yang anggotanya merupakan wakil rakyat. Rakyat juga
berwenang memilih presiden dan wakil presiden. Namun kenyataannya, Indonesia masih
dalam masa belajar berdemokrasi, masih dalam masa sosialisasi tentang demokrasi yang
sebenarnya. Masih banyak rakyat yang tidak mengerti hakikat dari berdemokrasi, dan masih
banyak pula yang salah mengaplikasikan bentuk dari demokrasi tersebut.
Dalam Islam, demokrasi telah diajarkan Rasulullah SAW. Yaitu dengan musyawarah.
Contohnya, pada saat perang badar, beliau mendengarkan saran sahabatnya mengenai lokasi
perang walaupun itu bukan pilihan yang yang diajukan olehnya. Rasulullah pun mulai sering
melakukan musyawarah bersama sahabat-sahabatnya untuk memutuskan sesuatu. Namun
yang terjadi saat ini, banyak orang yang menganggap bahwa sistem demokrasi diadaptasi dari
Negara-negara barat, sehingga sistem demokrasi dianggap tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
Islam. Musyawarah dalam Islam dianggap sebagai suatu cara untuk menemui kata mufakat
secara adil dan kekeluargaan. Sedangkan sistem demokrasi negara barat dianggap memiliki
tujuan yang bersifat duniawi dan materialistis. Maka dari itu, kita perlu memahami hakikat
demokrasi, musyawarah dan pelaksanaan demokrasi yang ideal yang sesuai dengan kaidahkaidah Islam serta sesuai dengan cita-cita bangsa dalam Pancasila.
b.
Rumusan Masalah
1. Apa makna dari demokrasi dan bagaimana perkembangannya?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap demokrasi?
3. Bagaimana pandangan demokrasi menurut pancasila?
4. Apa makna dari musyawarah dalam Islam?
c.
Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
d. Manfaat
Dengan memahami demokrasi dan musyawarah yang sesungguhnya, maka akan
terciptanya pengaplikasian nilai-nilai demokrasi maupun musyawarah tersebut dengan baik
dalam kehidupan sehari-hari menurut pandangan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2
6.
Musyawarah.
Pertimbangan moral.
Pemufakatan yang jujur dan sehat.
Pemenuhan segi-segi ekonomi.
Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai itikad baik masing-
7.
masing.
Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan sistem
2.
3.
4.
5.
pendidikan.
2.
sampai sekarang ini. Dalam perjalanan bangsa dan Negara Indonesia, masalah pokok yang
dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan mereka dalam sisi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Perkembangan demokrasi di Indonesia dilihat dari segi waktu dibagi dalam
empat periode.
a.
Umum, padahal dalam penjelasan UUD 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa presiden
tidak mempunyai wewenang untuk berbuat demikian.
c.
Demokrasi dalam bidang politik pada hakikatnya adalah menegakkan kembali asas-asas
2.
3.
3.
Munim A. Sirry memang masih menjadi perdebatan yang belum terselesaikan. Berdasarkan
5
pemetaan yang dikembangkan oleh Jhon L. Esposito dan James P. Piscatory (Syukron
Kamil : 2002) secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok pemikiran.
Pertama, Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam dipandang
sebagai sistem politik alternatif terhadap demokrasi. Demokrasi sebagai sistem barat tidak
tepat untuk dijadikan acuan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sementara Islam
sebagai agama kaffah yang tidak hanya mengatur aspek teologi (aqidah) dan ibadah,
melainkan mengatur segala aspek kehidupan umat manusia. Ini diungkapkan oleh elit
kerajaan Arab Saudi dan elit politik Iran pada masa awal revolusi Iran, Syekh FadhAllah
Nuri, Sayyid Qutb, Thabathabi, Al-Syarawi dan Ali Benhadj.
Kedua, kelompok yang menyatakan bahwa Islam dan Demokrasi merupakan konsep yang
sejalan setelah diadakan penyesuaian penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri.
Diantara tokoh dari kelompok ini adalah al-Maududi, Abdul Fattah Morou, dan Taufiq AsySyawi.
Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem demokrasi .
Pandangan ini yang paling dominan yang ada di Indonesia, karena demokrasi sudah menjadi
bagian integral sistem pemerintahan Indonesia dan Negara-negara Islam lainnya. Diantara
tokoh-tokohnya yaitu, Fahmi Huwaidi, al-Aqqad, M Husain Haekal, Robert N. Bellah. Di
Indonesia diwakili oleh Nurcholis Majid (Cak Nur), Amien Rais, Munawir Syadzali, A.
Syafii Maarif dan Abdurrahman Zahid.
Penerimaan Negara-negara Islam terahadap demokrasi bukan bararti demokrasi dapat
berkembang dengan cepat secara otomatis. Ada beberapa alas an teoritis yang dapat
menjelaskan tentang lambatnya pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di dunia Islam :
merambah tugas baru yaitu merekonsiliasi perbedaan antara teori politik modern
4.
Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat, dan dalam
melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan sistem perwakilan (rakyat memilih wakilwakilnya mealui pemilihan umum) dan keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan
jalan musyawarah yang dikendalikan dengan pikiran yang sehat, jernih, logis, serta penuh
tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun rakyat yang diwakilinya. Butir-butir
implementasi sila keempat adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
dan negara.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama. Butir ini menghendaki adanya musyawarah yaitu pembahasan secara
4.
5.
masyarakat.
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah. Butir ini menghendaki, setiap keputusan yang diambil dalam
musyawarah untuk diterima dan dilaksanakan dengan baik
6.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Butir ini menghendaki prinsip musyawarah dalam memecahkan masalah bukan
menang dan kalah, serta kepentingan golongan, tetapi dengan menggunakan akal
7.
5.
Musyawarah
Kata musyawarah terambil dari kata ( ) syawara yang pada mulanya bermakna
mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga
mencakup segala sesuatu yang dapat diambil / di keluarkan dari yang lain ( termasuk
pendapat). Orang yang bermusyawarah bagaikan orang yang minum madu(Quraish Shihab :
2001)
Dari makna dasarnya ini diketahui bahwa lingkaran musyawarah yang terdiri dari peserta
dan pendapat yang akan disampaikan adalah lingkaran yang bernuansa kebaikan. Peserta
musyawarah adalah bagaikan lebah yang bekerja sangat disiplin, solid dalam bekerja sama
dan hanya makan dari hal- hal yang baik saja ( disimbolkan dengan kembang), serta tidak
melakukan gangguan apalagi merusak dimanapun ia hinggap dengan catatan ia tidak
diganggu. Bahkan sengatannya pun bisa menjadi obat. Sedangkan isi atau pendapat
musyawarah itu bagaikan madu yang dihasilkan oleh lebah. Madu bukan hanya manis tapi
juga menjadi obat dan karenanya menjadi sumber kesehatan dan kekuatan. Itulah hakekat
dan semangat sebenarnya dari musyawarah. Karenanya kata tersebut tidak digunakan kecuali
untuk hal- hal yang baik- baik saja.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekeliling. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan maksudnya : urusan peperangan dan halhal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lainlainnya.kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal-lah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya (Q.S. Ali
Imran : 159)
Perintah bermusyawarah pada ayat diatas turun setelah peristiwa menyedihkan pada
perang uhud. Ketika itu menjelang pertempuran, Nabi mengumpulkan sahabat-sahabatnya
8
untuk memusyawarahkan bagaimana sikap menghadapi musuh yang sedang dalam perjalanan
dari Mekah ke Madinah. Nabi cenderung bertahan di kota Madinah, dan tidak keluar
menghadapi musuh yang datang dari mekah. Sahabat-sahabat beliau, terutama kamu muda
yang penuh semangat mendesak agar kaum muslim, dibawah pimpinan Nabi Muhammad
SAW keluar menghadapi musuh.
Pendapat mereka itu mendapat dukungan mayoritas, sehingga Nabi menyetujuinya.
Tetapi, peperangan berakhir dengan gugurnya para sahabat yang jumlahnya tidak kurang dari
tujuh puluh orang. Konteks turunnya ayat ini, serta kondisi psikologis yang dialami Nabi dan
sahabat beliau amat perlu digaris bawahi untuk melihat bagaimana pandangan Al-Quran
tentang musyawarah.
Ayat ini seakan-akan berpesan kepada Nabi, bahwa musyawarah harus tetap
dipertahankan dan dilanjutkan. Walaupun terbukti pendapat yang mereka putuskan keliru.
Kesalahan mayoritas lebih dapat ditoleransi dan dapat menjadi tanggung jawab
bersama,dibandingkan dengan kesalahan seseorang meskipun diakui kejituan pendapatnya
sekalipun.
Dari ayat tersebut dapat diambil empat sikap ideal ketika dan setelah melakukan
musyawarah :
1.
2.
harus menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala.
Memberi maaf dan membuka lembaran baru. Sikap ini harus dimiliki peserta
musyawarah, sebab tidak akan berjalan baik, kalau peserta masih diliputi
bahwa permusyawaratan dalam sila keempat Pancasila merupakan perundingan dalam rangka
pembahasan bersama dengan maksud untuk mencapai keputusan terhadap suatu masalah
yang menyangkut orang banyak.
BAB III
ANALISIS DAN KOMENTAR
1. Persamaan dan Perbedaan Islam dan Demokrasi
Persamaan Islam & Demokrasi
Dr. Dhiyauddin ar Rais mengatakan, Ada beberapa persamaan yang mempertemukan
Islam dan demokrasi :
10
a. Jika demokrasi diartikan sebagai sistem yang diikuti asas pemisahan kekuasaan, itu
pun sudah ada di dalam Islam. Kekuasaan legislatif sebagai sistem terpenting dalam
sistem demokrasi diberikan penuh kepada rakyat sebagai satu kesatuan dan terpisah
dari kekuasaan Imam atau Presiden. Pembuatan Undang-Undang atau hukum
didasarkan pada alQuran dan Hadist, ijma, atau ijtihad. Dengan demikian, pembuatan
UU terpisah dari Imam, bahkan kedudukannya lebih tinggi dari Imam. Adapun Imam
harus menaatinya dan terikat UU. Pada hakikatnya, Imamah (kepemimpinan) ada di
kekuasaan eksekutif yang memiliki kewenangan independen karena pengambilan
keputusan tidak boleh didasarkan pada pendapat atau keputusan penguasa atau
presiden, jelainkan berdasarka pada hukum-hukum syariat atau perintah Allah Swt.
b. Demokrasi seperti definisi Abraham Lincoln: dari rakyat dan untuk rakyat pengertian
itu pun ada di dalam sistem negara Islam dengan pengecualian bahwa rakyat harus
memahami Islam secara komprehensif.
c. Demokrasi adalah adanya dasar-dasar politik atau sosial tertentu (misalnya, asas
persamaan di hadapan undang-undang, kebebasan berpikir dan berkeyakinan, realisasi
keadilan sosial, atau memberikan jaminan hak-hak tertentu, seperti hak hidup dan
bebas mendapat pekerjaan). Semua hak tersebut dijamin dalam Islam.
Perbedaan Islam & Demokrasi
a. Demokrasi yang sudah populer di Barat, definisi bangsa atau umat dibatasi batas
wilayah, iklim, darah, suku-bangsa, bahasa dan adat-adat yang mengkristal. Dengan
kata lain, demokrasi selalu diiringi pemikiran nasionalisme atau rasialisme yang
digiring tendensi fanatisme. Adapun menurut Islam, umat tidak terikat batas wilayah
atau batasan lainnya. Ikatan yang hakiki di dalam Islam adalah ikatan akidah,
pemikiran dan perasaan. Siapa pun yang mengikuti Islam, ia masuk salah satu negara
Islam terlepas dari jenis, warna kulit, negara, bahasa atau batasan lain. Dengan
demikian, pandangan Islam sangat manusiawi dan bersifat internasional.
b. tujuan-tujuan demokrasi modern Barat atau demokrasi yang ada pada tiap masa
adalah tujuan-tujuan yang bersifat duniawi dan material. Jadi, demokrasi ditujukan
hanya untuk kesejahteraan umat (rakyat) atau bangsa dengan upaya pemenuhan
kebutuhan dunia yang ditempuh melalui pembangunan, peningkatan kekayaan atau
gaji. Adapun demokrasi Islam selain mencakup pemenuhan kebutuhan duniawi
(materi) mempunyai tujuan spiritual yang lebih utama dan fundamental.
c. kedaulatan umat (rakyat) menurut demokrasi Barat adalah sebuah kemutlakan. Jadi,
rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi tanpa peduli kebodohan, kezaliman atau
kemaksiatannya. Namun dalam Islam, kedaulatan rakyat tidak mutlak, melainkan
11
dengan Islam. Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan
nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam.
Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa
yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak
dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang
sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah untuk
memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.
Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan
dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam
syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus
memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan
suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan
patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih
seseorang yang diunggulkan dari luar mereka. Yaitu Abdullah ibn Umar.
Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah
khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak
bertentangan dengan nash syariat secara tegas.
Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas
pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan
Islam.
Salim Ali al-Bahnasawi
Menurutnya, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan
islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi
adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara,
sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada
12
sikap menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram. Karena itu, ia
menawarkan adanya islamisasi sebagai berikut:
Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah.
Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas
lainnya.
Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan
13
daulatnya rakyat maka demokrasi tidak memberikan hal itu. Yang berdaulat dan berkuasa
dalam demokrasi adalah para pemilik modal yang memang memiliki uang.
Karena itu, tidak aneh jika di Afrika Timur lebih dari 12 juta orang menderita
kelaparan seperti di Somalia, Kenya, Djibouti, Sudan, dan Uganda. Di Somalia hampir
setengah penduduknya menghadapi krisis kemanusiaan (3.7 juta orang). Satu dari tiga anakanak kekurangan gizi. Hal ini dilaporkan sebagai salah satu krisis terburuk yang memukul
Afrika Timur di hampir enam dekade. Yang paling mengejutkan, disana dengan mudah kita
menemui anak-anak kurus mengisap payudara kosong dari ibunya yang lemah dan kelaparan.
Orang tua sangat lemah dan tidak mampu berjalan.
Amerika pun tidak luput dari kemiskinan, jumlah orang yang tinggal di kawasankawasan sangat miskin telah bertambah sepertiga selama dasawarsa terakhir. (The Brookings
Institution). Bahkan menurutVoice of America, jumlah total angka kemiskinan di negara
demokrasi terbesar itu meningkat pada posisi tertinggi sebanyak 46,2 juta jiwa. Angka ini
merupakan rekor tertinggi sejak Badan Statistik AS mulai melakukan pendataan keluarga
miskin pada tahun 1959. Di sisi lain perekonomian Amerika mengalami kebangkrutan.
Perang Irak dan Afghanistan telah menguras keuangan negara Paman Sam ini, ditambah lagi
krisis keuangan tahun 2008 telah menghancurkan industri jasa keuangan Amerika. Pada bulan
September 2010 lalu, telah kolaps bank Amerika yang ke-300. Dari tahun 2007-2010,
perekonomian Amerika telah mengalarni defisit hingga lebih dari 16 trilyun dollar AS.
Amerika juga menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia,
yaitu 17 persen, sebuah angka pengangguran tertinggi selama 45 tahun temkhir. Saat ini
utang negara adidaya Amerika Serikat mencapai batas atas yaitu $ 14.300.000.000.000 ($14.3
trilliun), sehingga utang per kapita penduduk AS termasuk tertinggi di dunia. Setiap warga
AS mempunyai utang 13 kali lebih besar dari pendapatan mereka.
Dengan
demikian,
bila
perubahan
yang
dikehendaki
adalah
terwujudnya
kesejahteraan, demokrasi pun bukan jalan untuk itu. Realitas menunjukkan bahwa Hongkong
sangat pesat ekonominya sekalipun tanpa demokrasi. Begitu juga Korea Selatan dan Taiwan.
Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada triwulan pertama 2011 mencapai 8,1% tertinggi di
antara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Adapun pertumbuhan ekonomi Taiwan mencapai 10,47% pada akhir 2010 (Okezone.com.
2/2/2011). Padahal kedua negara tersebut semiotoriter.
14
Pada dekade 1970-an dan 1990-an, sebagian besar negara-negara industri baru (newly
industrialised countries) yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tergolong
otoriter. sebagian besar negara-negara di Timur Tengah yang makmur juga tidak demokratis.
Adapun India, yang ketika itu sudah demokratis, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan
kemakmuran di bawahnya. Vietnam yang secara de facto menganut sistem pemerintahan
otoriter juga mendemonstrasikan kinerja ekonomi yang menawan sejak pertengahan 1990-an.
Pada 2011 pertumbuhan ekonominya mencapai 7%, bahkan diduga akan menjadi raksasa
baru ekonomi Asia (Antara, 7/5/2011). Singapura yang juga semiotoriter menjadi salah satu
negara paling makmur di dunia tanpa perlu mengalami demokratisasi. Hal yang sama terjadi
pada Tiongkok yang bisa tumbuh pesat seperti sekarang, meski pemerintahannya tetap
otoriter. Sebaliknya, Indonesia yang dibangga-banggakan sebagai negara demokratis justru
rakyatnya tetap miskin, sementar korupsinya makin merajalela.
Banyak negara otoriter berhasil mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi seperti
sejumlah negara Amerika Latin di tahun 1970-1980-an dan Asia Timur tahun 1980-1990-an.
Sebaliknya, negara-negara berkembang yang relatif demokratis seperti Filipina, Fiji, atau
India, setidaknya hingga pertenganan 1990-an, terpuruk pada siklus pertumbuhan rendah. Di
AS, misalnya, kemakmuran yang selanjutnya diikuti dengan sejahteranya kehidupan
masyarakat AS bukanlah hasil demokrasi, tetapi buah dari imperialismenya terhadap bangsabangsa lain. Dalam rangka menyelesaikan masalah ekonomi dalam negerinya, AS menjajah
Irak dan Afganistan untuk mendapatkan minyak. AS mendapatkan kemakmuran
karena democratic imperialism yang dia lakukan. Tidak pernah ada dalam sejarah suatu
negara miskin, lalu berubah menjadi demokratis, dan melalui demokrasi itu negara tersebut
menjadi sejahtera. Tidak ada! Realitas ini menggambarkan bahwa demokrasi bukanlah jalan
bagi perubahan menuju kesejahteraan apalagi perubahan hakiki. Kalau yang dikehendaki itu
adalah perubahan sistem kehidupan, demokrasi hanya memberikan perubahan orang/rezim.
Sistem yang diterapkan sama: sekular. Sekadar contoh, Indonesia dari awal kemerdekaan
tetap menjalankan sekularisme. Memang, terjadi perubahan pendekatan mulai dari Sosialisme
pada Orde Lama, Kapitalisme pada Orde Baru, dan Neoliberalisme pada era Orde Reformasi.
Namun, sistemnya tidak berubah: sekularisme.
Dengan demikian, berharap adanya perubahan hakiki pada demokrasi ibarat punduk
merindukan bulan.Utopis!
4. Islam Mengsejahterakan Rakyat
15
Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka tidak ada cara lain, selain dengan
membuang sistem demokrasi dan sistem ekonomi kapitalis yang telah terbukti gagal
mensejahterakan rakyat. Kemudian menggantikannya dengan sistem yang adil yang dapat
mensejahterakan penduduk dunia yaitu penerapan syariah Islam secara kaffah oleh negara.
Sejarah telah membuktikannya, syariah Islam telah menciptakan kesejahteraan rakyat bagi
jutaan manusia selama berabad-abad, tanpa mengenal kata krisis.
Pada masa khalifah umar bin Abdul Aziz, beliau pernah menugaskan salah seorang
pegawainya yang bernama Yahya bin Saad untuk membagikan zakat kepada penduduk fakir
miskin dikawasan Afrika Utara. Tidak lama kemudian ia kembali menghadap khalifah, dan
melaporkan bahwa tidak ada seorang pun yang fakir dan miskin, yang berhak menerima
zakat. Ini menggambarkan bahwa untuk pertama kalinya di dalam sejarah, tidak ada
penduduk Afrika yang fakir dan miskin, semuanya mendapatkan kemakmuran dan
kesejahteraan hidup. Dan hal itu hanya terjadi tatkala Afrika berada dibawah sistem Islam.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah Al-araf: 96
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. Al-Araf: 96)
Sebab dalam sistem politik Islam, kedaulatan hanyalah milik syariah bukan milik
rakyat. Imam asy-Syaukani, dalam bukunya menyatakan bahwa sejak dulu tidak ada
perbedaan di tengah kaum muslim bahwa kedaulatan hanya milik syariah. Artinya syariahlah
yang mengelola dan mengendalikan kehendak individu maupun umat. Kemudian timbul
pertanyaan, apa keuntungan dan manfaat kedaulatan ditangan syariah?
Pertama, Kita telah berada dijalan yang benar bukan dijalan yang salah yaitu
menjalankan perintah Allah dengan menerapkan syariat Islam. Kedua, sebagai mana kita
ketahui, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi, tidak ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi,
bahkan yang sepadan sekalipun. Ketiga, kekuasaan itu bersifat mutlak. Artinya, mencakup
16
semua perkara, semua orang dan semua kondisi. Keempat, kekuasaan itu memiliki kontrol
penuh atas segala urusan.
Dengan demikian, karena kedaulatan itu ialah kekuasaan yang mengelola dan
mengendalikan kehendak suatu umat. Maka dalam Islam, Kekuasaan tertinggi yang bersifat
absolut, mutlak dan yang berhak mengeluarkan hukum ialah yang Maha segala-segalanya
yaitu Allah swt, yang bersumber dari al-Quran dan Al-Hadits. Sebagaimana firmannya QS,
an-Nisa: 59:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
17
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep demokrasi tidak sepenuhnya
bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam. Prinsip dan konsep demokrasi yang
sejalan dengan islam adalah keikutsertaan rakyat dalam mengontrol, mengangkat, dan
menurunkan pemerintah, serta dalam menentukan sejumlah kebijakan lewat wakilnya.
Adapun yang tidak sejalan adalah ketika suara rakyat diberikan kebebasan secara mutlak
sehingga bisa mengarah kepada sikap, tindakan, dan kebijakan yang keluar dari ketetapan
Hukum Allah.
Akhirnya, agar sistem demokrasi ini dapat terwujud diatas nilai nilai islam yang mulia,
maka langkah yang harus dilakukan adalah :
- Seluruh warga atau sebagian besarnya harus diberi pemahaman yang benar tentang Islam
sehingga aspirasi yang mereka sampaikan tidak keluar dari ajarannya.
- Parlemen atau lembaga perwakilan rakyat harus diisi oleh orang-orang yang beriman dan
beriman dan berilmu.
Saran
Demi mewujudnya demokrasi yang sesuai dengan cita-cita bangsa dalam Pancasila, maka
kita harus menjalani norma-norma yang menjadi pandangan hidup demokrasi:
6.
7.
masing.
Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan system
1.
2.
3.
4.
5.
pendidikan.
Pada akhirnya demokrasi yang sesungguhnya, dalam pelaksanaannya haruslah merujuk pada
permusyawratan (musyawarah). Dimana esensi musyawarah adalah pemberian kesempatan
18
kepada anggota masyarakat yang memiliki kemmapuan dan hak untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan yang mengikat, baik dalam bentuk aturan-aturan hukum atau
kebijaksanaan politik.
Dengan hal tersebut, maka perwujudan dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat
menuju cita-cita bangsa yang sesungguhnya. Dan idealisme terhadap demokrasi diharapkan
dapat dijiwai oleh setiap warga Negara sehingga tidak lagi memunculkan praktik-praktik
demokrasi jual beli yang masih terus berlanjut hingga saat ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
Saepuloh,Aep dan Tarsono, Modul Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Islam,
Bandung, Batik Press, 2012
Al Marsudi, Subandi, Pancasila dan UUD 45 : Dalam Paradigma Reformasi , Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2012
Sulaiman, Asep, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bandung, Asman Press, 2012
http://www.zulkieflimansyah.com/in/kompatibilitas-islam-dan-demokrasi.html
http://www.eramuslim.com/islam-dan-demokrasi.html
20
http://www.docstoc.com/docs/22801041/Lagi-Soal-Islam-dan-Demokrasi/
21