Anda di halaman 1dari 73

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat menentukan tercapainya
pembangunan nasional, karena dalam rangka menghadapi makin ketatnya persaingan
pada era globalisasi pemerintah harus menetapkan strategi yang dapat meningkatkan
produktifitas dan pendapatan penduduk dengan cara peningkatan sumber daya
manusia melalui pendidikan dan meningkatkan derajat kesehatan (Depkes, 2006).
Menurut Depkes (2006), untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat
terhadap

peningkatan

derajat

kesehatan

maka

Departemen

Kesehatan

RI

menuangkannya dalam Visi Rencana Strategis tahun 2010-2014 yaitu masyarakat


sehat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini akan di wujudkan melalui enam rencana
strategi, di antaranya meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan mengutamakan pada upaya promotif dan
preventif. Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik secara promotif, kuratif
maupun

rehabilitatif

dilakukan

dengan

mengacu

pada

Sembilan

syarat

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik, yakni tersedia (avalable),


menyeluruh (comprehensive), berkesinambungan (continous), terpadu (integrated),
wajar (appropriate), dapat diterima (acceptable), bermutu (quality), tercapai
(accessible) serta terjangkau (affordable).

Sebagai bagian integral dari system penyelenggaraan pelayanan kesehatan,


keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia,
dilakukan dengan cara memberikan asuhan keperawatan kepada indifidu, keluarga
dan masyarakat dimana keberhasilan penyelenggaraannya bergantung pada partisipasi
semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut (Rohmah,
2009).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang di butuhkan dalam
pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah. Anemia merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh dan perubahan petofisiologis yang mendasar yang diuraukan
melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium
(Robins, 2005)
Penyakit anemia masih merupakan masalah yang cukup serius bagi kesehatan
masyarakat terutama di negara berkembang baik di daerah tropis maupus sub tropis,
juga pada pendatang yang menetap. Berdasarkan laporan WHO, setiap tahun terdapat
93 juta penderita anemia, 126 juta orang sebagai carrier dan 2 milyar atau 2/3
penduduk dunia selalu kontak dengan anemia. Penanggulangan anemia dilakukan
dengan upaya kuratif dan preventif hal ini bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian serta mencegah kejadian luar biasa (Depkes RI, 2006)

Diperkirakan sekitar 1,2 - 2,3 juta jiwa meninggal setiap tahunya akibat
penyakit ini. Dan berdasarkan survey kesehatan rumah tangga tahun 2001, di
perkirakan 12 juta kasus anemia dengan 29 ribu kematian setiap tahunnya penyakit
ini menduduki urutan ke 6 dari 10 besar penyakit utama di Indonesia (Depkes RI,
2006).
Berdasarkan data statistik yang penulis peroleh dari Rumah Sakit Umum
Daerah dr. M. Haulussy Ambon jumlah penderita anemia selama tiga tahun terakhir
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 dapat di lihat pada table 1 di bawah ini:
TABEL. 1
DAFTAR PRESENTASE JUMLAH PENDERITA ANEMIA SELAMA TIGA
TAHUN TERAKHIR
No.
Jumlah Penderita Anemia Tiga Tahun Terakhir
Persentase
Tahun
2010
2011
Januari-Juni 2012
Total

1
2
3

Jumlah
152
136
79
367

41,4 %
37,0 %
21,6 %
100 %

Sumber: Rekam Medik RSUD dr. M. Haulussy Ambon

Table di atas menunjukan bahwa jumlah penderita anemia secara keseluruhan


di RSUD dr. M. Haulussy Ambon selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2010
sebanyak 152 orang (41,4 %), tahun 2011 sebanyak 136 orang (37,0 %), dan pada
tahun 2012 hingga bulan Juni sebanyak 79 orang (21,6 %). Dapat disimpulkan
bahwah presentase penderita anemia di RSUD dr. M. Haulussy Ambon bervariasi
setiap tahun.
Bertolak dari uraian diatas maka upaya promotif dan preventif perlu dilakukan
untuk memberi gambaran tentang perawatan di rumah dan pencegahan komplikasi

lanjutan bagi penderita anemia sehingga penulis termotivasi dan tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn. Y dengan
Anemia di Ruangan Interna Laki Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy
Ambon.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas maka rumusan
masalah yang peneliti ambil dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan
asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan anemia di ruangan interna laki Rumah
Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy Ambon?
C. Tujuan Penilitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada tn. Y
dengan anemia di ruangan interna laki RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Dapat melakukan pengkajian pada Tn. Y dengan anemia di ruangan
interna laki RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. Y dengan anemia di
ruangan interna laki Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy Ambon
c. Dapat membuat intervensi keperawatan pada Tn. Y dengan anemia di
ruangan interna laki Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy Ambon
d. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada Tn. Y dengan anemia di
ruangan interna laki Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy Ambon
e. Dapat melakukan evaluasi pada Tn. Y dengan anemia di ruangan interna
laki Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy Ambon
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis

Hasil Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan serta sebagai


bahan masukan dalam ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan pada pasien dengan anemia.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Institusi ( Pendidikan )
Sebagai bukti keterlibatan pendidikan makasiswa dalam membantu pelayanan
kesehatan di masyarakat.
b. Bagi Institusi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan edukasi bagi
perawat untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, terutama sebagai
fasilitator bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi dan mempersiapkan
diri untuk proses penyembuhan.
c. Bagi Penulis
1) Sebagai bahan acuan dalam mengetahui perawatan pasien anemia, sehingga
setelah lulus dapat menjalankan tugas secara professional dalam melihat
masalah yang di anggap sepele, namun berdampak besar terhadap tingginya
angka penyakit anemia.
2) Dapat dijadikan sebagai pengalaman ilmiah dalam melaksanakan tugas di
masyarakat.
d. Bagi masyarakat terutama pasien
Sebagai bahan informasi dan masukkan bagi pasien agar kebutuhan biopsiko-sosial-spiritual sesuai dengan kebutuhan dasar manusia dapar terpenuhi
melalui tindakan keperawatan yang diberikan.
E. Sistematika Penulisan
Laporan penelitian akan dilaporkan pada Karya Tulis Ilmiah dan disajikan
kedalam tiga bagian utama yang saling berkaitan yaitu, bagian awal yang terdiri dari
halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, kata pengantar dan daftar isi.

Bagian utama yang terdiri dari tiga bab, yaitu bab I yang berisi pendahuluan, yang
terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian. Bab II yang berisi konsep dasar teoritis, dan bab III berisi metode
penelitian. Bab IV yang berisi hasil penelitian untuk karya tulis ilmiah dan bab V
yang berisi kesimpulan dan saran. Bagian akhir yang berisi daftar pustaka dan
lampiran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Secara fisiologis, anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen
ke jaringan (Brunner, 2001)
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologi anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan (Nursalam
dkk., 2009).

Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal sel darah merah
berkualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100
ml darah (Price,2005). Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa
anemia bukan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahan patofisiologi yang mendasar yang diuraikan melalui
anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

2. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetic,
penyakit kronik, keracunan obat dan sebagainya (Nursalam, 2009).
3. Klasifikasi
Menurut Nursalam (2009), klasifikasi anemia berdasarkan pendekatan fisiologi :
a. Anemia hipoproliferatif yaitu anemia difisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, melipui :
1) Anemia Aplastik
Anemia Aplastik, adalah kondisi dimana sumsum tidak dapat
berproduksi maksimal sehingga sel darah baru tidak mencukupi untuk proses
penggantian sel darah lama.

Penyebabnya yaitu agen neoplastik/sitoplastik, terapi radiasi, antibiotic


tertentu, obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutaso, benzene
dan infeksi virus (khususnya hepatitis). Gejala-gejalanya antara lain : Gejala
anemia secara umum (pucat, lemah, dll) defisiensi trombosit : ekimosis,
petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, pendarahan saluran kemih,
perdarahan susunan saraf pusat, morfologis.

2) Anemia Pada Penyakit Ginjal


Gejala gejalanya yaitu : nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10
mg/dl, hematokrit turun 20-30%, sel darah merah tampak normal pada
pemeriksaan daarah tepi. Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup
sel darah merah maupun defisiensi eritopoiton.
3) Anemia pada penyakit kronis.
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik Kelainan ini meliputi artistis
rematoid, abses paru, asteomilitis, tuberkolosis, dan berbagai keganasan.
4) Anemia defisiensi besi
Penyebabnya yaitu : asupan besi tidak adekuat, kebutuhan
meningkat selama hamil, menstruasi, gangguan absorbs (post gastrektomi),
kehilangan darah yang menetap (neoplasmas, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll). Gejalanya : atropi papilla lidah, lidah pucat,

merah, meradang, stomatitis angularis, sakit disudut mulut. Morfologi :


anemia mikrositik hipokromik.
5) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah gangguan yang disebabkan oleh
sintesis DNA yang terganggu.Sel sel yang dipengaruhi terutama sel sel
awal hematopoietik dan epitel gastrointestinal.
Penyebabnya yaitu : defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam
folat,

malnutrisi,

gastrektomi)

malabsorbsi,

infeksi

parasit,

penurunan
penyakit

usus

intristik
dan

factor

(anemis

keganasan,

agen

kemoteraupetik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi,


pecandu alcohol.
a. Anemia hemolitik.
Anemia hemolitik yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah antara lain : Pengaruh obat-obat
tertentu, penyakit hodkin, limfosarkoma, myeloma multiple, leukemia
limfositik kronik, defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase, proses autoimun,
reaksi transfuse dan malaria.
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
system dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologic
(syaraf) yang dimenifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus
kerempeng), serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula
terjadi abnormalitas pertumbahan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung.Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,

10

lesu, lelah, lalai.Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah muncul sclera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang.Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke
atau serangan jantung (Robins,2005).
5. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.Lisis sel darah (disolusi) terjadi terutama dalam sel
fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal < 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi (pada
kelainan

hemolisis)

maka

hemoglobin

akan

muncul

dalam

plasma

(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin

11

plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,


hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar : 1. Hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah ; 2. Derajat profilerasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy; dan ada tidaknya
hiperbilirubinea dan hemoglobinema (Robins, 2005).
Untuk menggambarkan perjalanan penyakit Anemia akan di jelaskan dalam
bagan patofisiologi pada halaman 12 di bawah ini :

12

Hemalosis aktivitas sistem retikuLoeridotelial yang berlebihan

kekurangan kotaktor eritropoesis:


Sumsum Tulang Tertekan (Oleh Tumor Atau Obat)
Defisiensi B 12
Berkurangnya jumla sel darah merah (Anemia)
Kekurangan eritropoetin
Defisiensi Asam Folat
Abnormalitas Sel Darah Merah
Defisiensi besi
Kehilangan Darah akut dan kronis

Sedikit oksigen yang di kirimkan ke jaringan

Hipoksia Jaringan
mekanisme kompensasi tubuh
peningkatan curah jantung dan pernafasan
meningkatkan pelepasan oksigen dan HB
mengembangkan folume plasma
Redistribusi aliran darah ke organ-organ fital

Penurunan Perfusi Ke Saluran Cerna


Penurunan Perfusi Jantung
Peningkatan Frekuansi Jantung
Peningkatan Frekuensi pernafasan
Beban Kerja Jantung

aliran
tidakke
adekuat
ke jantung danotak
aliran darah tidak
adekuat
sistematik
Anoreksia, nausea,
Hipertrofi Ventrikel
Resiko Tinggi pola nafas tidak efektif
konstipasi atau diare.
stomatitis
Pengisian LV
BB menurun
Kelemahan fisik sakit kepala
LVEDP
iskemia miokard

Kondisi dan prognosisCurah


penyakit
Jantung
gangguan pemenuhan aktifitas
Gangguan
sehari-hari
perfusi jaringan
Pemenuhan nutrisi kurang darikebutuha

Kecemasan

Resiko tinggi stroke dan iskemia miokard


nyeri dada

13

GAMBAR. 1
PATOFISIOLOGI BERDASARKAN PENYIMPANGAN KDM
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nursalam (2005) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien anemia yaitu:
a. Kadar Hb, hematokrit, indeks sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar
Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung
trombosit, waktu perdarahan, waktu protombin, dan waktu tromboplastin
parsial.
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum.
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis.
7. Pengobatan
Menurut Nursalam (2005), penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang:
a. Anemia Aplastik : Transplantasi sumsum

tulang,

pemberian

terapi

imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG),


b. Anemia pada penyakit ginjal : pada pasien dialisis harus ditangani dengan
pemberian besi dan asam folat, ketersediaan eritropin rekombinan.
c. Anemia pada penyakit kronis : kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala
dan tidak memerlukan penanganan untuk anemianya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan
untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

14

d. Anemia pada defisiensi besi : dicari penyebab defisiensi besi, menggunakan


preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
e. Anemia megaloblastik : defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian
vitamin B12, bila defisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsic dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet
dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan
absorbsi.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan

yang

berbentuk

pelayanan

bio-psiko-sosio-spiritual

yang

komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia (Setiadi, 2008).

2. Proses Keperawatan
a. Pengertian
Proses keperawatan adalah serangkaian tindakan yang sistematis dan
berkesinambungan meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah

15

kesehatan individu atau kelompok baik yang aktual maupun potensial,


kemudian merencanakan tindakan untuk menyelesaikan, mengurangi atau
mencegah terjadinya masalah baru dan melaksanakan tindakan keperawatan
serta mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang dilakukan (Rohmah dan
Walid, 2009).
Proses

keperawatan

merupakan

pendekatan

ilmiah

dalam

menyelesaikan suatu masalah. Dengan pendekatan ini perawat harus mampu


melakukan identifikasi data dari klien.Setelah itu, perawat harus mampu
membuat diagnosa keperawatan dari data fokus yang ada.Selanjutnya perawat
membuat perencanaan penyelesaian masalah dan melaksanakan tindakan
sesuai dengan rencana, serta mengevaluasi keberhasilan dari rencana yang
sudah dikerjakan.
b. Tujuan
Adapun tujuan dari proses keperawatan menurut Rohmah dan Walid
(2009), adalah : 1). Menggunakan metode pemecahan masalah ; pendekatan
proses keperawatan memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi seluruh
kebutuhan yang diperlukan klien. Kebutuhan ini menggambarkan masalah
yang terjadi pada klien, baik aktual maupun resiko.Identifikasi masalah
keperawatan yang ada merupakan dasar bagi perawat untuk menetapkan
desain pemecahan masalahnya sehingga tindakan yang dilakukan perawat
terhadap klien merupakan tindakan yang bertujuan untuk memecahkan
masalah yang terjadi pada klien, 2). Menggunakan standar untuk
praktikkeperawatan ;standar praktik diperlukan untuk menjaga mutu asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien. Perawat yang bertugas di tempat

16

pelayanan dengan strata apapun, dan merawat klien dengan berbagai macam
kasus selalu menggunakan standar yang sama yaitu proses keperawatan.
Standar ini sangat penting untuk menjamin bahwa klien telah mendapatkan
pelayanan yang memadai, 3). Memperoleh metode yang baku dan sesuai,
rasional (logis) dan sistematis (urut dan rapi) ; desain rencana tindakan
keperawatan dalam pendekatan proses keperawatan selalu ditetapkan
berdasarkan prinsip-prinsip yang ilmiah/rasional.
Efek samping dari tiap tindakan yang akan dilakukan juga
dipertimbangkan dan dikomunikasikan pada klien dan keluarga. Kerja yang
urut dan sistematis juga dapat dilihat pada setiap langkah dari proses
keperawatan. Karena sifatnya yang interdependen (saling tergantung)
menjadikan

kinerja

perawat

yang

menggunakan

pendekatan

proses

keperawatan menjadi rapi, terstruktur dengan setiap langkah yang saling


berurutan dan tidak dapat ditinggalkan atau diloncati satu sama lain, 4).
Memperoleh metode yang dapat dipakai dalam segala situasi ; sifat dari proses
keperawatan yang fleksibel memungkinkan dipakainya pendekatan ini dalam
segala situasi. Klien dalam kondisi gawat, darurat, gawat darurat, akut, kronis,
cito, maupun elektif dapat menggunakan pendekatan ini, 5). Mempunyai hasil
asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi ; hasil asuhan bergantung pada
sejauh mana masalah yang terjadi pada klien dapat diidentifikasi, kemudian
dari masalah yang timbul bagaimana desain perencanaan yang ditetapkan
dapat membantu mencegah/mengurangi/mengatasinya. Pendekatan proses
keperawatan membantu perawat secara lebih teliti melaksanakan tugas

17

identifikasi masalah dan penetapan desain perencanaan yang ilmiah sehingga


hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan dapat berkualitas.
c. Manfaat
Menurut Rohmah dan Walid (2009), manfaat dari proses keperawatan
dapat ditinjau dari beberapa aspek :
1) Aspek administrasi : aspek ini dibagi menjadi dua yaitu aspek langsung dan
aspek tidak langsung. Aspek yang pertama secara langsung dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam tujuan dari proses keperawatan, bila asuhan keperawatan
dilaksanakan secara sungguh-sungguh dengan pendekatan ini, tentu mutu
asuhanakan dapat ditingkatkan secara langsung. Sementara pada aspek
yang kedua, aspek tidak langsung yaitu perawat akan mendapatkan nilai
satuan kredit poin dari asuhannya. Nilai ini berkaitan dengan dokumentasi
asuhan keperawatan, secara tidak langsung dari asuhan yang dikerjakan
perawat dapat mengajukan kenaikan kepangkatan dengan perhitungan
tertentu.
2) Aspek hukum : tindakan yang dikerjakan merupakan tindakan rasional.
Dalam melaksanakan asuhan, perawat juga mematuhi standar asuhan yang
berlaku (standar asuhan keperawatan, etika keperawatan, lafal sumpah) dan
menghormati hak klien. Jika ada keluhan dari klien, perawat akan
mendapat perlindungan hukum apabila ia sudahbekerja sesuai standar dan
menghormati hak klien. Aktivitas perawat dan respon klien dapat dilihat
dalam dokumentasi asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat.
3) Aspek ekonomi : pelayanan keperawatan yang diberikan merupakan
pelayanan yang efektif dan efisien. Setiap tindakan merupakan tindakan

18

yang direncanakan dan dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.


Sehingga biaya yang diperlukan benar-benar biaya untuk penyembuhan
klien. Tidak satupun perawatyang diperkenankan melakukan tindakan yang
tidak direncanakan. Apalagi saat ini sudah dimulai dikembangkan sistem
INA DRG

pada

pelayanan

kesehatan.

Sehingga

dengan

proses

keperawatan, perawat melakukan tindakan secara efektif dan efisien.


4) Aspek pendidikan dan penelitian : proses keperawatan dipelajari dalam
masa pendidikan selama mahasiswa mengikuti program pendidikan
keperawatan. Proses ini akan diaplikasikan pada saat memberikan asuhan
keperawatan pada klien secara langsung. Dokumentasi asuhan keperawatan
juga memungkinkan perawat melakukan penelitian dari data-data yang ada
dalam status kesehatan klien. Data yang bersifat pribadi ini betul-betul
harus dijamin kerahasiaannya dan hanya dipakai untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan ilmu keperawatan.

3. Sifat-sifat proses keperawatan


Menurut Rohmah dan Walid (2009), sifat-sifat proses keperawatan antara lain :
a. Dinamis : proses keperawatan dapat berubah bila kondisi klien berubah. Dalam
rangkaian asuhan, seorang klien sewaktu-waktu akan mengalami suatu
perubahan, baik perubahan ke arah positif atau ke arah negatif.
Perubahan-perubahan ini dapat divalidasi dengan semakin berat/banyaknya
gejala dan tanda yang terjadi atau juga sebaliknya. Dari perubahan ini, masalah
keperawatan, rencana dan tindakan keperawatan juga akan mengalami
perubahan.

19

b. Siklikal : proses keperawatan berjalan secara siklus yang berurutan dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Siklus ini akan berjalan terus-menerus sampai seluruh masalah klien dapat
teratasi atau klien meninggal dunia.
c. Interdependen : tahap-tahap dari proses keperawatan merupakan tahapan yang
saling bergantung. Diagnosa keperawatan yang muncul tergantung dari datadata yang diperoleh saat pengkajian. Rencana tindakan juga baru bisa disusun
setelah diagnosa keperawatan ditegakkan. Pelaksanaan juga harus berpedoman
dari rencana yang sudah ditetapkan, demikian seterusnya. Sehingga, apabila
dalam pengkajian perawat kurang mampu mendapatkan data yang akurat atau
kurang tepat dalam menegakkan diagnosa, maka tahapan yang berikutnya jelas
akan terpengaruh.
d. Fleksibel/tidak kaku : proses keperawatan dapat dipakai pada klien sebagai
individu, kelompok, keluarga maupun dalam cakupan yang lebih luas yaitu
komunitas. Proses ini juga dapat dipakai untuk memberikan perawatan pada
seluruh rentang kehidupan, yang dimulai sejak janin masih di dalam kandungan
ibu sampai usia lanjut. Proses keperawatan juga dapat dipakai pada seluruh tata
layanan kesehatan, mulai dari puskesmas sampai dengan rumah sakit pusat.
Semua kasus juga dapat dirawat dengan menggunakanpendekatan ini, kasus
gawat darurat, intensive care, penyakit dalam, bedah, jiwa dan lain sebagainya.
4. Tahap-tahap proses keperawatan
Menurut Rohmah dan Walid (2009), adapun tahap-tahap dalam proses
keperawatan ini meliputi :
a. Pengkajian
1) Pengertian dan kegiatan dalam pengkajian

20

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.


Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya,
kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan dan menentukan
diagnosa keperawatan. Diagnosa yang diangkat akan menentukan desain
perencanaan yang ditetapkan selanjutnya, tindakan keperawatan dan evaluasi
mengikuti perencanaan yang dibuat. Oleh karena itu, pengkajian harus
dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan
pada klien dapat diidentifikasi.
Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data. Pengumpulan
data adalah kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status kesehatan
klien. Data yang diperoleh saat pengumpulan merupakan data dasar yang
diperoleh dari klien dan dikategorikan atas dua macam yaitu data subjektif
dan data objektif .
Status kesehatan klien yang normal maupun yang senjang hendaknya
dapat dikumpulkan dan hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola
fungsi kesehatan klien, baik yang efektif, optimal maupun yang bermasalah.
Secara teoritis, (Doengoes, 2000) mengemukakan data data yang
didapat

saat

pengkajian

pada

pasien

dengan

anemia

adalah:

(1)aktivitas/istirahat dengan gejala; keletihan, kelemahan, kehilangan


produktivitas,

penurunan

semangat

untuk

bekerja.

(2)

Sirkulasi

dengangejala: riwayat kehilangan darah kronik, riwayat endokarditis.


(3)integritas ego dengan gejala; keyakinan agama/budaya mempengaruhi
pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfuse darah. (4)Eliminasi
dengan gejala; riwayat pielonefritis, gagal ginjal.(5)Makanan dan cairan

21

dengan gejala: penurunan masukan diet protein hewani rendah / masukkan


produk sereal tinggi. (6) Neurosensori dengan gejala; sakit kepala,
berdenyut, pusing, vertigo, ketidakmampuan berkosentrasi.(7)Nyeri dan
ketidaknyamanan dengan gejala;nyeri pada abdomen, sakit kepala.
(8)Pernapasan dengan gejala ; nafas pendek pada istirahat dan aktivitas. 9)
keamanan dengan gejala ; riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,
radiasi baik terhadap pengobatan atau kecelakaan.
b. Macam dan sumber data
Adapun macam data yang dikaji ada empat macam antara lain : (1).
Data dasar ; data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan
klien. Data dasar ini meliputi data umum, data demografi, riwayat
keperawatan, pola fungsi kesehatan dan pemeriksaan.Data dasar yang
menunjukkan pola fungsi kesehatan efektif/optimal merupakan data yang
dipakai dasar untuk menegakkan diagnosa keperawatan sejahtera.(2). Data
fokus ; adalah informasi tentang status kesehatan klien yang menyimpang dari
keadaan normal. Data fokus dapat berupa ungkapan klien maupun hasil
pemeriksaan langsung oleh perawat.Data ini nantinya mendapat porsi lebih
banyak

dan

menjadi

dasar

timbulnya

masalah

keperawatan.Segala

penyimpangan yang berupa keluhan hendaknya dapat divalidasi dengan data


hasil pemeriksaan.Sedangkan untuk bayi atau klien yang tidak sadar, banyak
menekankan pada data fokus yang berupa hasil pemeriksaan.(3). Data
subjektif ; merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung maupun tak
langsung melalui orang lain yang mengetahui keadaan klien secara langsung
dan menyampaikan masalah yang terjadi kepada perawat berdasarkan keadaan

22

yang terjadi pada klien. Untuk mendapatkan data ini dilakukan anamnesis,
contoh :merasa pusing, mual, nyeri dada dan lain-lain. (4). Data objektif ;data
yang diperoleh perawat secara langsung melalui observasi dan pemeriksaan
pada klien. Data objektif harus dapat diukur dan diobservasi, bukan
merupakan interprestasi atau asumsi dari perawat.Contoh, tekanan darah
120/80 mmHg, konjungtiva anemis dan seterusnya.
Sementara sumber data dibagi menjadi dua antara lain : (1). Sumber
data primer ; sumber data primer adalah klien. Sebagai sumber data primer,
bila klien dalam keadaan tidak sadar, mengalami gangguan bicara atau
pendengaran, klien masih bayi atau karena beberapa sebab klien tidak dapat
memberikan data subjektif secara langsung, maka perawat menggunakan data
objektif untuk menegakkan diagnosa keperawatan.Namun bila diperlukan
klarifikasi data subjektif, hendaknya perawat melakukan anamnesis pada
keluarga. (2). Sumber data sekunder : selain klien seperti keluarga, orang
terdekat, teman dan orang lain yang tahu tentang status kesehatan klien. Selain
itu tenaga kesehatan yang lain seperti dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi,
laboratorium, radiologi juga termasuk sumber data sekunder.
c. Teknik pengumpulan data
1) Anamnesis : adalah tanya jawab/komunikasi secara langsung dengan klien
(auto anamnesis) maupun tidak langsung (allo anamnesis) dengan
keluarganya untuk menggali informasi tentang status kesehatan klien.
Komunikasi yang digunakan disini adalah komunikasi terapeutik, yaitu
suatu pola hubungan interpersonal antara klien dan perawat yang bertujuan
untuk menggali informasi mengenai status kesehatan klien dan membantu
menyelesaikan masalah yang terjadi.

23

Dalam melakukan anamnesis atau komunikasi ini perawat harus


mempunyai kemampuan yang baik, karena perawat dalam berinteraksi
dengan klien harus memperhatikan aspek verbal dan perilaku nonverbal.
Perawat

yang

terlatih

akan

dapat

melakukan

komunikasi

yang

menyenangkan untuk membangun kepercayaan diri klien, sehingga klien


akan merasa nyaman dalam berbagi perasaan. dengan demikian,
diharapkan data yang diinginkan dapat tergali secara komprehensif.
2) Observasi : pada tahap ini dilakukan pengamatan secara umum terhadap
perilaku dan keadaan klien. Observasi memerlukan ketrampilan, disiplin
dan praktik klinik.
a) Pemeriksaan fisik, yakni dengan menggunakan empat cara : pertama
inspeksi ; proses observasi yang dilakukan dengan cara melihat.
Inspeksi

digunakan

untuk

mendeteksi

tanda-tanda

fisik

yang

berhubungan dengan status fisik. Fokus inspeksi pada setiap bagian


tubuh meliputi ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris, luka,
perubahan yang terjadi pada kulit, kelainan anatomi. Contoh ;sklera
ikterus, conjungtiva anemis, wajah pucat. Kedua palpasi ; suatu bentuk
pemeriksaan dengan cara perabaan. Tangan dan jari-jari adalah
instrument yang sensitif untuk merasakan adanya suatu perubahan yang
terjadi pada tubuh. Palpasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang
temperatur, turgor, bentuk dan ukuran, massa, kelembaban, vibrasi dan
tekstur. Contoh ; akral hangat, kulit kering dan kasar, turgor kembali
lambat. Ketiga perkusi : metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
Tujuannya adalah untuk menentukan batas-batas organ atau bagian

24

tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya


gerakan yang diberikan ke bawah jaringan, dengan perkusi dapat
membedakan apa yang ada dibawah jaringan (udara, cairan, zat padat).
Keempat auskultasi : metode pemeriksaan dengan cara mendengar yang
dibantu dengan stetoskop.
b) Pemeriksaan penunjang : yakni dilakukan sesuai dengan indikasi,
contoh ; pemeriksaan laboratorium, rekam jantung dan lain-lain.
Untuk

mendokumentasikan

hasil

pengkajian

digunakan

format

pengkajian.Beberapa format yang telah ada selama ini sangat bervariasi.Hal ini
pada umumnya disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebijakan setempat.
Namun, pada dasarnya format pengkajian berisi tiga hal pokok yaitu identitas
klien/keluarga, riwayat keperawatan (keluhan utama sampai dengan pola fungsi
kesehatan), pemeriksaan, yang terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
6.

Diagnosa keperawatan
1) Pengertian dan Tujuan Diagnosa Keperawatan
Menurut Rohmah dan Walid (2009), diagnosa keperawatan merupakan
pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau
perubahan pola interaksi aktifitas/potensial) dari individu atau kelompok
ketika perawat secara legal megidentifikasi dan dapat memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi,
menyingkirkan atau mencegah perubahan.

25

Selain itu diagnosa keperawatan juga diartikan sebagai penilaian klinis


tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan actual ataupun potensialsebagai dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat bertanggung
jawab.
Tujuan dari diagnosa keperawatan ini adalah : (1). Memungkinkan
perawat untuk menganalisis dan mensintesis data yang telah dikelompokkan
di bawah pola kesehatan, (2). Untuk mengidentifikasi masalah, faktor
penyebab

masalah,

kemampuan

klien

untuk

dapat

mencegah

atau

memecahkan masalah.
2) Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan
a) Klasifikasi data : adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan
tertentu

ketika

klien

mengalami

permasalahan

kesehatan

atau

keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Klasifikasi ini


berdasarkan pada kebutuhan dasar manusia yang dikelompokkan dalam
data subjektif dan data objektif.
b) Interprestasi data : membuat interprestasi atas data yang sudah
dikelompokkan dalam bentuk masalah keperawatan atau masalah
kolaboratif.
c) Menentukan hubungan sebab akibat : setelah masalah keperawatan telah
ditentukan,

kemudian

perawat

menentukan

faktor-faktor

yang

berhubungan atau faktor resiko yang kemungkinan menjadi penyebab dari


masalah yang terjadi. Kemungkinan penyebab harus mengacu pada
kelompom data yang sudah ada.

26

d) Merumuskan diagnose keperawatan : perumusan diagnosa keperawatan


didasarkan pada identifikasi masalah dan kemungkinan penyebab.
3) Pernyataan Diagnosis Keperawatan
a) Problem/masalah : menjelaskan status kesehatan dengan singkat dan
jelas.
b) Etiologi/penyebab : penyebab masalah yang meliputi faktor penunjang
dan faktor resiko yang terdiri dari : (a). Patofisiologi ; yaitu semua proses
penyakit yang dapat menimbulkan tanda/gejala yang menjadi penyebab
timbulnya masalah keperawatan. (b). Situasional ; yaitu situasi personal
(berhubungan

dengan

klien

sebagai

individu)

dan

environment

(berhubungan dengan lingkungan yang berinteraksi dengan klien). (c).


Medication/treatment ; yaitu pengobatan atau tindakan yang diberikan
yang memungkinkan terjadinya efek yang tidak menyenangkan yang
dapat diantisipasi atau dicegah dengan tindakan keperawatan. (d).
Maturasional ; yaitu tingkat kematangan atau kedewasaan klien, dalam
hal ini berhubungan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan.
c) Symptom/tanda : yaitu defenisi karakteristik tentang data subjektif dan
data objektif sebagai pendukung diagnosa aktual.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges,
1999) meliputi:
1) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respon inflamasi tertekan).

27

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbs
nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
6) Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet ;
perubahan proses pencernaan ; efek samping terapi obat.
7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
4. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi dan mengatasi masalah masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosis keperawatan, dalam perencanaan digambarkan sejauh mana perawat
mampu menetapkan cara penyelesaian masalah dengan efektif dan efisien (Rohma
& Walid, 2009).
Intervensi keperawatan menurut Deswani (2009), harus spesifik dan di
nyatakan dengan jelas, dan terdiri atas intervensi mandiri dan kolaboratif .Tahap
perencanaan berfokus pada memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan dan
kriteria hasil, membuat instruksi keperawatan dan mendokumentasikan rencana
asuhan keperawatan.

28

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan anemia


menurut (Doengoes 1999) adalah sebagai berikut :
1) Resikotinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia), atau penurunan granulosit
(respons inflamasi tertekan).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi
teratasi dengan criteria tidak terdapat tanda tanda infeksi.
Intervensi :
a) Observasi tanda tanda infeksi dan peradangan (demam, kemerahan, pus,
luka).
Rasional : memastikan kondisi pasien pada periode peradangan atau sudah
terjadi infeksi sehingga infeksi dapat dicegah lebih awal.
b) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan, memakai
handscoen, masker, kebersihan lingkungan.
Rasional : meminimalkan invasi mikroorganisme.
c) Pertahankan teknik aseptic dan sterilisasi alat pada prosedur invasive.
Rasional : invasi alat dapat menjadi mediator masuknya mikroorganisme
terutama pada pasien kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi
media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbs nutrisi yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : dapat menunjukan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria
peningkatan berat badan/berat badan ideal, pasien tidak lemah.
Intervensi :
a) Timbang berat badan setiap harinya

29

Rasional : mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan


menentukan jumlah kalori yang harus dikonsumsi penderita anemia.
b) Tentukan program diet dan pola makan sesuai dengan kadar gula yang
dimiliki.
Rasional : menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan sel untuk
mengambil glukosa.
c) Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan dan nutrisinya
Rasional : meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan
nutrisi sesuai dengan kemampuan pasien.
d) kolaorasi dengan tim gizi tentang pemenuhan diet tinggi kalori dan tinggi
protein.
Rasional : Dapat meninggkatkan pemenuhan nutrisi sesuai dengan
kebutuhan klien.
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat menunjukan intoleransi aktifitas teratasi dengan kriteri pasien
mengalami peningkatan energi, tidak menunjukan kelemahan.
Intervensi :
a) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktifitas.
Rasional : meningkatkan motifasi dan partisipasi untuk dapat mencapai
kebutuhan aktifitas.
b) Buat jadwal perencanaan aktivitas pasien dan batasi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan.
Rasional : aktivitas akan lebih terarah dan menghindari kelelahan yang
berlebihan.
c) Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat, yang cukup atau tanpa
gangguan.
Rasional : memberi kesempatan untuk mencukupkan produksi energy untuk
aktivitas.

30

d) Pantau aktivitas pasien dengan jumlah energy yang masuk.


Rasional :aktivitas yang tidak sesuai dengan jumlah energi yang dapat
diproduksi dapat meningkatkan kelemahan.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan pasien akan
menunjukan perubahan perfusi jaringan teratasi dengan kriteria hasil
konjungtiva tidak anemis, membrane mukosa lembab, dan TTV dalam batas
normal
Intervensi :
a) Awasi tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dan dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan intervensi.
b) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspensi paru dan memaksimalkan oksigenisasi
untuk kebutuhan seluler.
c) Awasi upaya pernafasan ; auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi
adventisius.
Rasional : dispnea, menunjukkan gangguan jantung karena regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
d) Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboratorium. Berikan sel darah
merah lengkap sesuai indikasi
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon
terhadap terapi.
5) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit dengan criteria hasil
mengidentifikasi factor resiko untuk mencegah cidera dermal.

31

Intervensi :
a) Kaji integritas kulit , catat perubahan pada turgor, warna, eritema, dan suhu.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan mobilisasi.
Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
b) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan permukaan kulit dan batasi
penggunaan sabun.
Rasional : area lembab memberikan media yang sangat baik untuk
petumbuhan organisme patogenik, dan sabun dapat mengeringkan kulit
secara berlebihan.
c) Bantu untuk latihan rentang gerak.
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
6) Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet ; perubahan
proses pencernaan ; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan
sebagai penyebab/factor pemberat.
Intervensi :
a) Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab/factor pemberat dan
intervensi yang tepat.
b) Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada
konstipasi
c) Awasi intake dan output (makanan dan cairan)
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, dan defisiensi diet.
d) Hindari makanan yang mengandung gas.
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
e) Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau
mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi
diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
f) Kolaborasi ahli gizi untuk diet seimbang dengan tinggi serat.

32

Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorbsi air dalam


aliran sepanjang traktus intestinal yang bekerja sebagai perangsang untuk
defekasi.
g) Berikan pelembek feses, stimulant ringan sesuai indikasi.
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
h) Berikan obat anti diare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine
(Lomotil) dan obat mengabsorbsi air, misalnya Metamucil (kolaborasi)
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan atau meningkat ;
salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostik
dan rencana pengobatan dengan kriteria hasil pasien menyatakan pemahaman
proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit, mengidentifikasi factor
penyebab dan melakukan tindakan yang perlu atau peubahan pola hidup.
Intervensi :
a) Berikan informasi tentang anemia, spesifik. Diskusikan kenyataan bahwah
terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama
dalam program therapy.
b) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya .
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya,
c) Berikan penjelasan terhadap klien tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang.

33

Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan


keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
d) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta
menilai keberhasilan dan tindakan yang dilakukan.

5. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetepkan (Roman dan Walid, 2009). Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi di susun dan di tunjukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana itervensi yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan klien (Nursalam, 2009).


Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah di tetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegah penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama tahap implementasi
perawat harus terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien
6. Evaluasi
Wikinson dalam Nurjanah (2010), mengemukakan bahwa evaluasi adalah
proses yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas,

34

nilai atau kelayakan yang sesuai dengan kriteria yang diidentifikasi atau standar
sebelumnya.
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktifitas yang direncanakan
terus menerus, aktifitas yang di sengaja klien, keluarga dan perawat serta tenaga
professional lainnya menentukan kemajuan klien terhadap outcome yang di capai
dan keefektifan dari rencana asuhan keperawatan (Nurjanah, 2010).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan, hal ini dilakukan dengan melihat respon klien terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan untuk :
a) Mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien telah mencapai tujuan
yang di tetapkan)
b) Memodifikasi rencana asuhan keperawatan (jika klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan).
c) Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan)

35

C. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2005).Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka kerangka konsep
penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Resti terhadap infeksi

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

Tn. Y
dengan
anemia

1.
2.
3.
4.
5.

Asuhan
Keperawatan:
Pengkajian
Diagnosa
Keperawatan
Intervensi
Implementasi
Evaluasi

Intoleransi aktivitas
Perubahan perfusi jaringan

1.

Resti terhadap kerusakan


integritas kulit
Konstipasi
Kurang pengetahuan

: Variabel Dependen
: Variabel Independen

GAMBAR. 2
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

36

BAB III
METODE PENELITIAN
A Jenis dan Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan studi kasus dimana peneliti ingin memberi gambaran
penerapan asuhan keperawatan dengan pola proses asuhan keperawatan.
B Waktu dan Lokasi Penelitian
1
2

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 06-08 Juni 2012.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada ruang rawat interna laki di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. M. Haulussy Ambon.
C Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah klien Tn. Y dengan Anemia yang dirawat

ruang interna laki Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy Ambon.
D Variabel dan Defenisi Operasional
Berdasarkan penelitian, maka penulis menentukan yang menjadi variabel bebas
(independent) yaitu proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Sedangkan yang menjadi variable tergantung
(dependen) adalah klien dengan anemia.
Defenisi operasional
1. Asuhan Keperawatan adalah suatau proses yang digunakan peneliti dalam
memberikan tindakan keperawatan kepada klien yang terdiri dari lima tahap
yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

37

2. Pengkajian adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data status
kesehatan pada klien Tn. Y dengan anemia yang menggunakan format
pengkajian kepeawatan.
3. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah
aktual atau resiko yang bertujuan untuk mengidentifikasi adanya masalah
keperawatan pada klien Tn. Y dengan anemia dapat ditanggulangi.
4. Perencanaan adalah penetapan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan sasaran
dan tujuan, penetapan kriteria hasil dan merumuskan intervensi keperawatan
pada klien Tn. Y dengan anemia
5. Implementasi/pelaksanaan adalah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah dibuat.
6. Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan dimana peneliti
menilai keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah
klien.
7. Tn. Y adalah seorang yang mengalami masalah kesehatan dan harus
mendapatkan perawatan yang intensif di rumah sakit.
8. Resiko tinggi infeksi adalah suatu akibat yang ditimbulkan karena adanya
perawatan atau keadaan yang tidak aseptik.
9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami penurunan nafsu makan yang disebabkan karena kondisi
penyakit yang dialami.
10. Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energy secara fisiologis dalam
pemenuhan aktifitas sehari-hari yang dibutuhkan.
11. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit adalah suatu keadaan dimana
terjadinya perubahan pada struktur kulit.
12. Konstipasi dalah keadaan dimana seseorang mengalami gangguan pada system
pencernaan.

38

13. Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu
mengenal sumber informasi tentang penyakit yang diderita.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara (anamnesa) : yakni pengumpulan data dengan cara tanya jawab
langsung dengan pasien, tim kesehatan lain dan dari pihak keluarga untuk
mendapatkan data-data yang akurat serta dapat menunjang penulisan usulan
penelitian.
2. Observasi : penulisi mengadakan pengamatan secara langsung pada pasien
kemudian menginterpretasikannya, dari hasil observasi dapat diperoleh gambaran
perkembangan kemajuan dari masalah yang dihadapi pasien.
3. Pemeriksaan fisik : pemeriksaan yang difokuskan secara langsung pada pasien,
pemeriksaan secara menyeluruh yang berkaitan dengan sistem fisiologi tubuh
menggunakan metode IPPA yaitu melalui

inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah format pengkajian dan
alat bantu penelitian yang digunakan seperti tensimeter untuk mengukur tekanan
darah, thermometer untuk mengukur suhu, arloji, timbangan berat badan, serta alat
tulis untuk dokumentasi.
G. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan

39

Pada tahap ini peneliti mengikuti undian setelah itu menyiapkan surat-surat
yang berhubungan dengan ijin melakukan penelitian dan format pengkajian KMB.
Kemudin melaporkan diri ke CI selaku pembimbing karya tulis ilmiah sekaligus
penguji I dan CT selaku pembimbing ruangan sekaligus penguji II pada ujian akhir
program tahap I.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan tahapan asuhan keperawatan yaitu
pengkajian, diaknosa keperawatan, interfensi, implementasi dan evaluasi. Dalam
tahap pengkajian penulis melakukan pengumpulan data selanjutnya di kelompokkan
dan di analisa sesuai masalah keperawatan. Setelah itu merumuskan diagnosa
keperawatan sesuai dengan masalah yang di temukan kemudian dilanjutkan dengan
membuat intervensi sesuai dengan prioritas masalah, menetapkan tujuan kriteria hasil
dan disertai rasionalisasi dari rencana tindakan yang di buat. Pada tahap pelaksanaan
peneliti melakukan tindakan keperawatan yang dibuat sesuai kondisi pasien serta
sarana dan prasarana yang ada di rumahsakit setelah itu mengevaluasi tindakan yang
di berikan sesuai dengan tujuan criteria hasil yang dibuat.
H. Pengolahan dan Analisa Data
Metode pengolahan dan analisa data yang digunakan oleh penulis pada
penelitian ini adalah pendekatan proses keperawatan.
Langkah-langkah yang diambil adalah :

40

Memeriksa catatan dan hasil rekam medic selama pelaksanaan observasi,

wawancara dan dokumentasi keperawatan.


Pengelompokkan hasil pemeriksaan fisik, wawancara dan observasi serta

dokumentasi berdasarkan karakteristik data menjadi data subjektif dan objektif.


Menganalisa dan mengelompokkan/mengklasifikasikan data untuk merumuskan

diagnosa keperawatan.
Melakukan diagnosa keperawatan pada klien Tn. Y yang disesuaikan dengan
masalah keperawatan yang ada pada saat pengkajian dan disesuaikan dengan

kondisi klien.
Melakukan rencana

masalah/diagnosa keperawatan.
Melaksanakan/mengaplikasikan

melakukan hubungan kerjasama dengan perawat ruangan, dokter, dan tim gizi.
Mengevaluasi proses keperawatan selama dilakukannya penelitian, yaitu selama

tindakan

keperawatan
rencana

yang

tindakan

disesuaikan

dengan

keperawatan

dengan

3x24 jam.
I. Penyajian Data
Data yang disajikan dalam bentuk tekstular disertai penjelasan dengan
menggunakan bahasa yang benar, ringkas tetapi efektif serta didukung dengan
berbagai referensi untuk melengkapi dan memperjelas data yang ada.

41

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 06 Juni 2012, maka
didapatkan data bahwa Klien berinisial: Tn. Y, Berjenis kelamin: laki laki,
usia: 28 Tahun, Status Perkawinan: belum nikah, Agama: Kristen Protestan,
Suku: Ambon, Bangsa: Indonesia, Bahasa: daerah (Ambon), Pendidikan
terakhir: SMA, Pekerjaan: tidak ada, Alamat: Paso, Sumber biaya: Jamkesda.
b. Riwayat Sebelum Sakit
Klien mengatakan selama ini klien belum pernah menderita sakit parah
seperti yang di derita saat ini, dan klien juga mengatakan dirinya belum
pernah masuk rumah sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 21 Mei 2012 Tn Y mengatakan setelah pulang ke rumah,
Tn Y mengeluh tubuhnya terasa lemas, pandangannya berkunang-kunang,

42

kepalanya terasa pusing jika berdiri atau duduk, kepalanya terasa sakit,
kemudian keluarga Tn Y menganjurkan klien untuk beristirahat, keesokan
harinya pada tanggal 22 Mei 2012 kondisi Tn Y semakin memburuk dan
keluarga langsung membawa Tn Y ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah dr.
M. Haulussy Ambon untuk mendapat pemeriksaan, setelah mendapatkan
pemeriksaan, dokter menganjurkan Tn Y untuk mendapatkan perawatan
intensif dan harus di rawat inap.
d. Keluhan utama
Klien mengeluh tubuhnya terasa lemas, kepalanya terasa pusing jika berdiri
atau duduk, kepalanya terkadang terasa sakit, pandangannya sering
berkunang-kunang, klien juga mengatakan nafsu makannya berkurang, dan
tidak suka makan. Klien mengatakan merasa gelisah dengan keadaannya dan
belum mengetahui secara pasti tentang penyakit anemia yang di deritanya.
e. Genogram

Keterangan:
: Laki-laki 28
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
- - - : Tinggal serumah
1) Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga:
Klien mengatakan keluarganya belum pernah menderita penyakit berat.
2) Penyakit yang sedang di derita oleh anggota keluarga:

43

Klien mengatakan saat ini keluarganya sehat-sehat saja dan tidak ada yang
menderita sakit
f. Pengkajian Fisik Persistem
1) Sistem Pernafasan (Breathing B1)
Bentuk dada simetris kiri dan kanan, batuk tidak mengeluarkan sputum,
tidak terdapat nyeri saat bernafas baik inspirasi maupun ekspirasi, (pola
napas) dengan frekuensi napas 29x/menit, pernapasan interkostal, tanpa
menggunakan otot-otot bantu pernapasan, bunyi napas normal.
2) Sistem Kardiovaskuler (Bledding B2)
Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 88x/menit, bunyi jantung normal, tidak
terdapat pembesaran jantung, tidak terdapat clubbing finger.
3) Sistem Persyarafan (Brain B3)
Kesadaran compos mentis ,GCS:Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6, reflex
normal (Babinzky, klien mengalami pusing dan kelemahan.
4) Sistem Penginderaan
a) Mata : Bentuk mata simetris kiri dan kanan, penglihatan terkadang
berkunang-kunang, medan penglihatan normal, reaksi pupil isokor,
b.

konjungtiva anemis.
Hidung : Bentuk hidung simetris, penciuman normal, tidak terdapat

c.

kelainan pada hidung.


Telinga : Bentuk aurikel simetris kanan dan kiri, tidak terdapat
kelainan, membrane timpani normal, tidak terdapat masalah dengan

d.

pendengaran.
Mulut dan lidah : Mukosa bibir lembab, tidak terdapat caries pada gigi,
lidah kotor, klien dapat membedakan antara rasa manis, asam, asin dan

pahit.
e. Peraba : Klien dapat merasakan ketika disentuh.
5) Sistem Perkemihan (Bleder B4)

44

Bak 2-3x/hari, jumlah urine 1000-1100cc/24 jam, tidak terdapat distensi


kandung kemih, tidak ada masalah dengan kandung kemih.
6) Sistem Pencernaan-alvi (Bowel B5)
Mulut dan tenggorokan: Selaput lendir mulut lembab, lidah kotor, tidak ada
masalah dengan fungsi menelan, abdomen kenyal, tidak terdapat nyeri
tekan pada abdomen. Masalah usus besar dan rectum/Anus: Bab 1x/hari,
konsistensi lembek, bau khas, warna kuning (tidak ada masalah)
7) Sistem musculoskeletal dan integument (Bone B6)
Kemampuan pergerakan terbatas dan lemas, tidak terdapat fraktur,
Integumen: turgor kulit elastis, akral hangat, warna kulit sawo matang.
8) Reproduksi
Tidak terdapat pembesaran kelenjar prostat, tidak terdapat kelainan pada
organ reproduksi.
9) Endokrin.
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat alergi obat-obatan
maupun makanan.
10) Pola kebiasaan sehari-hari.
Sebelum di rumah sakit
1. Makan: 3x/hari (Nasi, ikan,
sayur, buah)
2. Minum: air putih 6-8 gelas/ hari
3. Bab 2-3x/hari, Bak 6x/hari
4. Mandi 2x/hari, Gosok gigi
2x/hari.
5. Memotong kuku 1-x/minggu
6. Ganti pakaian 2x/hari
7. Tidur malam: 6-8 jam
Tidur siang : Kadang-kadang

Selama di rumah sakit


a) Makan: 2x/hari, (bubur, telur,
tempe, tahu, sayur, buah)
b) Minum: kurang dari 6-7
gelas/hari
c) Bab 1-2x/hari, Bak 3x/hari
d) Mandi 1x/hari, gosok gigi
1x/hari
e) Memotong kuku 1-2x/minggu
f) Ganti pakaian 1x/hari
g) Tidur malam: 5-6 jam/hari
Tidur siang : 1 jam

45

Kebiasaan merokok, minum alcohol/jamu: klien mengatakan sesekali


mengkonsumsi rokok dan minuman ber alcohol.
11)

Pemeriksaan Penunjang
Jenis pemeriksaan
Haemoglobin : 7,2
Leucosit
: 7,800
SGOT/PT : 56/51
Gula darah : 91

Nilai normal
11,7-15,5 g/dl
4000-10000
3-45 u/l / 0-35 u/l
75-115

g) Therapy saat ini:


IVFD RL 20 tetes/menit, Cefotaksim amp 2x1 gram, Metro nidazole amp
2x0,5, Furosemid amp 2x1, Curcuma 3x1 tab, Mitiason 2x1 tab, Amrodipin
tab 1x1 gram.
h) Data Fokus
1) Data Subjektif
Tn Y mengatakan tubuhnya terasa lemas, kepalanya terasa pusing jika
berdiri atau duduk, kepalanya terkadang terasa sakit, pandangannya sering
berkunang-kunang, klien juga mengatakan nafsu makannya berkurang, dan
tidak suka makan. Klien mengatakan merasa gelisah dengan keadaannya
dan belum mengetahui secara pasti tentang penyakit Anemia yang di derita.
Data Objektif
Tn Y tampak keadaan umum lemas, kesadaran composmentis, warna
kulit tampak pucat, konjungtiva anemis, porsi makan tidak dihabiskan,
tinggi badan 173 cm, berat badan sebelum sakit 63 kg, berat badan setelah
sakit 54 kg, klien dan keluarga tampak cemas dan sering bertanya tentang
kondisi klien, klien. terpasang IVFD RL 20 tetes/menit

46

TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 88x/menit, S: 36 , P 29x/ menit.


Pemeriksaan Laboratorium terakhir: HB: 7,2 g/dl.
i) Analisa data
Data

Etiologi
DS:
Penurunan
1. Tn Y mengatakan tubuhnya terasa lemas, komponen
kepalanya terasa pusing jika beraktifitas atau
seluler
duduk, dan pandangannya sering berkunangdarah
kunang
DO:
1. Tn Y tampak KU lemas
2. Warna kulit tampak pucat
3. Konjungtiva anemis
4. TTV: Tekanan darah110/70 mmHg, Nadi
88x/menit,
Suhu
36 , Pernapasan
29x/menit.
5. HB terakhir 7,2 g/dl
DS:
1. Tn Y mengatakan
nafsu makannya
berkurang, dan tidak suka makan.
DO:
1. Tn Y tampak keadaan umum lemas.
2. porsi makan tidak pernah di habiskan, kurang
lebih porsi.
3. Tingi badan 173 cm, berat badan sebelum sakit
63 kg, berat badan setelah sakit 54 kg.
4. terpasang IVFD RL 20 tetes/menit.
DS:
1. Tn Y mengatakan merasa gelisah dan cemas
dengan keadaannya keadaannya dan belum
mengetahui secara pasti tentang penyakit yang
di derita.
DO:
1. Tn Y tampak klien dan keluarga tampak

Masalah
Perubahan
perfusi
jaringan

Intake In
Adekuat

Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh

Kurang
pengetahu
an

Ansietas

47

cemas dan sering bertanya tentang kondisi


klien.
2. Klien tampak kurang mengetahui tentang
penyakitnya.

2. Diagnosa Keperawatan
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan komponen seluler
yang di tandai dengan : Tn Y
mengatakan tubuhnya terasa lemas,
kepalanya terasa pusing jika berdiri atau
duduk, dan pandangannya sering
berkunang-kunang, tampak keadaan
umum lemas, Warna kulit tampak pucat,
Konjungtiva anemis, TTV: Tekanan
darah 110/70 mmHg, Nadi 88x/menit,
Suhu
36,5 ,
Pernapasan

Tgl ditemukan
06-06-2012

Tgl teratasi

29x/menit, HB terakhir 7,2 g/dl


3.

4.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan Intake in
adekuat yang ditandai dengan : Tn Y
mengatakan
nafsu
makannya
berkurang, dan tidak suka makan,
keadaan umum tampak lemas, porsi
makan tidak pernah di habiskan, kurang
lebih porsi, Tingi badan 173 cm, berat
badan sebelum sakit 63 kg, berat badan
setelah sakit 54 kg, terpasang IVFD RL
20 tetes/menit.
Kurang
pengetahuan
berhubungan

06-06-2012

06-06-2012

07-06-2012

48

dengan
kurang
terpajan
atau
mengingat
;
salah
interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber
informasi yang di tandai dengan : Tn
Y mengatakan merasa gelisah dengan
keadaannya, selalu bertanya tentang
kondisinya, Tn Y tampak gelisah,
kurang mengetahui tentang penyakitnya.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
N
Diagnosa
o
Keperawatan
1 Perubahan perfusi
jaringan
berhubungan
dengan Penurunan
komponen seluler
yang
di
tandai
dengan : Tn Y
mengatakan
tubuhnya
terasa
lemas,
kepalanya
terasa pusing jika
berdiri atau duduk,
dan pandangannya
sering berkunangkunang, Tn Y
tampak KU lemas,
Warna kulit tampak
pucat, Konjungtiva
anemis,
TTV:
Tekanan
darah110/70 mmHg,
Nadi
70x/menit,

Tujuan dan Kriteria


Hasil
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam di
harapkan pasien akan
menunjukan perubahan
perfusi jaringan teratasi
dengan kriteria hasil:
konjungtiva
tidak
anemis,
membran
mukosa lembab, TTV
dalam batas normal, HB
dalam batas normal,
pusing berkurang.

Intervensi Keperawatan

Rasionalisasi

1. Awasi tanda vital, warna


kulit, membrane mukosa,
dan dasar kuku.

1. memberikan informasi
tentang derajat perfusi
jaringan dan membantu
menentukan
kebutuhan
intervensi

2. Tinggikan kepala tempat


tidur sesuai toleransi.

3.
Awasi
upaya
pernafasan ; auskultasi
bunyi nafas perhatikan
bunyi adventisius.

4. Kolaborasi pengawasan
hasil
pemeriksaan
laboratorium. Berikan sel
darah
merah
lengkap
sesuai indikasi

2. meningkatkan ekspensi
paru dan memaksimalkan
oksigenisasi
untuk
kebutuhan seluler.
3. dispnea, menunjukkan
gangguan jantung karena
regangan
jantung
lama/peningkatan
kompensasi curah jantung.
4.
mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan
pengobatan/respon
terhadap terapi.

49

Suhu

36

Pernapasan
29x/menit.,
HB
terakhir 7,2 g/dl
2 Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan Intake in
adekuat
yang
ditandai dengan : Tn
Y
mengatakan
nafsu
makannya
berkurang, dan tidak
suka makan, Tn Y
tampak
keadaan
umum lemas, porsi
makan tidak pernah
di habiskan, kurang
lebih

porsi,
Tinggi badan 173
cm, berat badan
sebelum sakit 63 kg,
berat badan setelah
sakit
60
kg,
terpasang IVFD RL
20 tetes/menit.
3 kurang pengetahuan
berhubungan
dengan
kurang
terpajan
atau
meningkat;
salah
interpretasi
informasi;
tidak
mengenal
sumber
informasi yang di
tandai dengan : Tn
Y
mengatakan
merasa
gelisa
dengan keadaannya,
selalu
bertanya
tentang kondisinya,
Tn Y tampak

Setela
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
3x24
jam
diharapkan klien Dapat
menunjukan kebutuhan
nutrisi terpenuhi dengan
kriteria
hasil:
peningkatan
berat
badan/berat badan ideal,
pasien tidak lemah, porsi
makan
dapat
di
habiskan,
klien
menyatakan
dapat
makan dengan enak.

1. Timbang berat badan


atau ukur lingkar lengan
atas setiap hari sesuai
dengan indikasi.

2. Tentukan program diet


dan pola makan sesuai
dengan kadar gula yang
dimiliki.
3. Libatkan keluarga pasien
dalam memantau waktu
makan dan nutrisinya
4. kolaborasi dengan tim
gizi tentang pemenuhan
diet tinggi kalori dan tinggi
protein.

Setela
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
3x24
jam
diharapkan
klien
mengerti dan memahami
tentang
penyakit,
prosedur diagnostik dan
rencana
pengobatan
dengan kriteria hasil:
pasien
menyatakan
pemahamannya proses
penyakit
dan
penatalaksanaan
penyakit,
mengidentifikasi faktor
penyebab
dan

1.
Berikan
informasi
tentang anemia, spesifik.
Diskusikan
kenyataan
bahwah terapi tergantung
pada tipe dan beratnya
anemia
2.
Kaji
tingkat
pengetahuan klien dan
keluarga
tentang
penyakitnya .
3. Berikan penjelasan
terhadap klien tentang
penyakitnya
dan
kondisinya sekarang.

1.
mengkaji
indikasi
terpenuhinya
kebutuhan
nutrisi dan menentukan
jumlah kalori yang harus
dikonsumsi
penderita
anemia.
2. menyesuaikan antara
kebutuhan
kalori
dan
kemampuan sel untuk
mengambil glukosa.
3. meningkatkan partisipasi
keluarga dan mengontrol
masukan nutrisi sesuai
dengan
kemampuan
pasien.
4.
meningkatkan
pemenuhan nutrisi sesuai
dengan kondisi klien.

1.
memberikan
dasar
pengetahuan
sehingga
pasien dapat membuat
pilihan
yang
tepat.
Menurunkan ansietas dan
dapat
meningkatkan
kerjasama dalam program
therapy.
2. mengetahui seberapa
jauh
pengalaman
dan
pengetahuan klien dan
keluarga
tentang
penyakitnya.
3.

dengan

mengetahui

50

gelisah,
kurang
mengetahui tentang
penyakitnya.

melakukan
tindakan
yang
perlu
atau
perubahan pola hidup.

4. Minta klien dan keluarga


mengulangi
kembali
tentang materi yang telah
diberikan.

penyakit dan kondisinya


sekarang,
klien
dan
keluarganya akan merasa
tenang dan mengurangi
rasa cemas.
4. mengetahui seberapa
jauh pemahaman klien dan
keluarga serta menilai
keberhasilan dan tindakan
yang dilakukan.

D. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa
Keperawata
n

Tgl/ Jam

Implementasi dan Hasil

Paraf

51

06-06-12
Jam 10:30 wit

Jam 10:35 wit

Jam 10:36 wit

Jam 10:38 wit

Jam 11:20 wit

Jam 13.00 wit

06-06-12
Jam 10:30 wit

Jam 10:35 wit

1. Memantau tanda-tanda vital


setiap pagi dan malam.
Hasil: tanda-tanda vital TD:
110/70 mmhg, nadi: 88x/menit,
pernafasan: 29x/menit, suhu:
36,5C.
2. Mengkaji warna kulit, membrane
mukosa dan dasar kuku.
Hasil: warna kulit, membrane
mukosa kering, dasar kuku
tampak pucat
3. Meninggikan kepala tempat tdur
sesuai toleransi.
Hasil: Tn Y merasa lebi
nyaman dan rileks.
4. Memantau upaya pernafasan;
auskultasi bunyi nafas.
Hasil: bunyi nafas normal
5. Kolaborasi : pemberian sel darah
merah lengkap sesuai indikasi.
Hasil: untuk sementara klien blm
mendapat pendonor.
6. Memberikan obat obatan sesuai
indikasi.
Hasil: Cefotaksim amp 2x1 gram,
Metro nidazole amp 2x0,5,
Furosemid amp 2x1, Curcuma
3x1 tab, Mitiason 2x1 tab,
Amrodipin tab 1x1 gram.
1. Memantau pola makan klien
setiap hari.
Hasil: klien makan hanya dua kali
sehari, namun porsi makan tidak
pernah di habiskan. Nafsu makan
berkurang
2. Menimbang dan memantau berat
badan setiap harinya.
Hasil: berat badan terakhir 54 kg
3. Mengkaji jenis makanan yang di

52

Jam 10:37 wit

Jam 10:38 wit

Jam 11:20 wit

Jam 11:30 wit

06-06-12
Jam 13:30 wit

Jam 13:35 wit

Jam 13:36 wit

sukai Tn Y.
Hasil: klien tdak suka makan.
4. Menganjurkan
klien
dan
mengajarkan keluarga untuk
memberikan makanan dalam
porsi sedikit tapi sering.
Hasil: klien dan keluarga
mengikuti instruksi yang di
berikan.
5. Memberikan obat penambah
nafsu makan.
Hasil: curcuma Tab 3x1.
6. berkolaorasi dengan tim gizi
tentang pemenuhan diet tinggi
kalori dan tinggi protein
Hasil: jenis makanan yang di
berikan antaralain bubur, telur,
tempe, tahu, sayur dan buah, di
tambah dengan susu dan kue setip
paginya.
1. Mengkaji tingkat kecemasan
klien dan keluarga.
Hasil: klien dan keluarga merasa
gelisah dengan keadaan klien,
klien juga selalu bertanya tentang
kondisinya,
2. Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga tentang
penyakit yang di derita klien.
Hasil: klien dan keluarga belum
memahami dengan benar tentang
penyakit yang di derita oleh klien.
3. Memberikan informasi kepada
klien dan keluarga tentang
penyakit anemia.
Hasil: Tn Y dan keluarga masih
tampak
bingung
dengan

53

Jam 13:38 wit

07-06-2012
Jam 10:30 wit

Jam 10:35 wit

Jam 10:36 wit

Jam 10:38 wit

Jam 11:20 wit

Jam 13.00 wit

penjelasan yang di berikan.


4. Meminta klien dan keluarga
untuk
kembali
menjelaskan
secara singkat tentang apa yang di
jelaskan oleh perawat.
Hasil: klien dan keluarga masih
bingung
dan
belum
bisa
mengulangi materi yang di
berikan.
1. Memantau tanda-tanda vital
setiap 4 jam.
Hasil: tanda-tanda vital TD:
120/80 mmhg, nadi: 85x/menit,
pernafasan: 23x/menit, suhu:
36,6C.
2. Mengkaji warna kulit, membrane
mukosa dan dasar kuku.
Hasil: warna kulit tampak pucat,
membrane mukosa kering, dasar
kuku tampak pucat
3. Mempertahankan tinggi kepala
tempat tdur sesuai toleransi.
Hasil: Tn Y merasa lebi
nyaman dan rileks.
4. Memantau upaya pernafasan;
auskultasi bunyi nafas.
Hasil: bunyi nafas normal,
frekuensi 23x/menit
5. Kolaborasi : pemberian sel darah
merah lengkap sesuai indikasi.
Hasil: belum dapat di lakukan
dikarnakan klien belum mendapat
pendonor.
6. Memberikan obat obatan sesuai
indikasi.
Hasil: Cefotaksim amp 2x1 gram,
Metro nidazole amp 2x0,5,
Furosemid amp 2x1, Curcuma

54

3x1 tab, Mitiason 2x1


Amrodipin tab 1x1 gram.
2

07-06-2012
Jam 10:30 wit

Jam 10:35 wit

Jam 10:37 wit

Jam 10:38 wit

Jam 11:20 wit

Jam 12:30 wit

tab,

1. Memantau pola makan klien


setiap hari.
Hasil: klien makan dua kali
sehari, porsi makan tidak di
habiskan.
2. Menimbang dan memantau berat
badan setiap harinya.
Hasil: berat badan terakhir 54 kg
3. Mengkaji jenis makanan yang di
sukai Tn Y.
Hasil: klien hanya ingin makan
makanan yang lunak.
4. Menganjurkan
klien
dan
mengajarkan keluarga untuk
memberikan makanan dalam
porsi sedikit tapi sering.
Hasil: keluarga klien memberikan
makan setiap 1-2 menit sekali,
dengan porsi 1 sampai 2 sendok
makan.
5. Memberikan obat penambah
nafsu makan.
Hasil: curcuma tab 3x1
6. terus memantau diet tinggi kalori
dan tinggi protein yang di
berikan tim gizi
Hasil: jenis makanan yang di
berikan antaralain bubur, telur,
tempe, tahu, sayur dan buah, di
tambah dengan susu dan kue setip
paginya.

55

07-06-2012
Jam 13:30 wit

Jam 13:35 wit

Jam 13:36 wit

Jam 13:38 wit

08-06-2012
Jam 10:30 wit

Jam 10:35 wit

Jam 10:36 wit

1. Mengkaji tingkat kecemasan


klien dan keluarga.
Hasil: klien dan keluarga masi
sedikit merasa gelisah dengan
keadaan klien.
2. Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga tentang
penyakit yang di derita klien.
Hasil: klien dan keluarga sudah
mulai memahami dengan benar
tentang penyakit yang di derita
oleh klien.
3. Memberikan informasi kepada
klien dan keluarga tentang
penyakit anemia.
Hasil: Tn Y dan keluarga suda
dapat
memahami
tentang
penjelasan yang di berikan.
4. Meminta klien dan keluarga
untuk
kembali
menjelaskan
secara singkat tentang apa yang di
jelaskan oleh perawat.
Hasil: klien dan keluarga dapat
mengulangi atau menjelaskan
secara umum tentang materi yang
di berikan.
1. Memantau tanda-tanda vital
setiap 4 jam.
Hasil: tanda-tanda vital TD:
130/90 mmhg, nadi: 82x/menit,
pernafasan: 26x/menit, suhu:
36,6C.
2. Mengkaji warna kulit, membrane
mukosa dan dasar kuku.
Hasil: warna kulit masi tampak
pucat, membrane mukosa kering,
dasar kuku tampak pucat
3. Mempertahankan tinggi kepala

56

Jam 10:38 wit

Jam 11:20 wit

Jam 13.00 wit

08-06-2012
Jam 10:30 wit

Jam 10:35 wit

Jam 10:37 wit

Jam 13:20 wit

Jam 12:30 wit

tempat tdur sesuai toleransi.


Hasil: Tn Y merasa lebih
nyaman dan rileks.
4. Memantau upaya pernafasan;
auskultasi bunyi nafas.
Hasil: bunyi nafas normal,
frekuensi 26x/menit
5. Kolaborasi : pemberian sel darah
merah lengkap sesuai indikasi.
Hasil: klien blm mendapat
pendonor.
6. Memberikan obat obatan sesuai
indikasi.
Hasil: Cefotaksim 2x1 gram,
Metro nidazole 2x0,5, Furosemid
2x1 ampul, Curcuma 3x1,
Mitiason 2x1, Amrodipin 1x1
gram.
1. Memantau pola makan klien
setiap hari.
Hasil: klien makan 3x/hari, porsi
makan dapat di habiskan.
2. Menimbang dan memantau berat
badan setiap harinya.
Hasil: berat badan terakhir 54 kg
4. Menganjurkan klien dan keluarga
untuk
mempertahankan
pemberian makanan dalam porsi
sedikit tapi sering.
Hasil: keluarga klien memberikan
makan setiap 1-2 menit sekali,
dengan porsi 1 sampai 2 sendok
makan.
5. Memberikan obat penambah nafsu
makan.
Hasil: curcuma Tab 3x1.
6. terus memantau diet tinggi kalori
dan tinggi protein yang di

57

berikan tim gizi


Hasil: jenis makanan yang di
berikan antaralain bubur, telur,
tempe, tahu, sayur dan buah, di
tambah dengan susu dan kue setip
paginya.
E. Evaluasi ( SOAP )
No Diagnosa
Keperawata
n
1

Tgl / Jam

Evaluasi ( SOAP )

06-06-12
19.00 wit

S: Tn Y mengatakan kepalanya masih


terasa pusing dan lemas.
O:Tn Y masih tampak pucat,
konjungtiva masih anemis, kulit masih
tampak pucat. Tanda-tanda vital:
tekanan darah 110/70 mmhg, nadi
88x/menit, pernafasan 29x/menit, suhu
36 .

06-06-12
19.07 wit

06-06-12
19.10 wit

Membrane mukosa kering, kulit


tampak pucat, dasar kuku masih
terlihat pucat.
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
S: TnY mengatakan tidak ada nafsu
makan dan tidak suka makan.
O: keadaan umum lemah, porsi makan
tidak di habiskan, berat badan 60 kg.
A: masalah belum teratasi.
P : pertahankan intervensi 1, 2, 3, 4, 5 dan
6.
S: Tn Y mengatakan masih sedikit
cemas dengan keadaannya dan masih
bisa memahami dengan pasti tentang
penyakit yang dideritanya.

Paraf

58

O: Tn Y masih tampak gelisah dan


masih
sering
bertanya
tentang
kondisinya. Klien dan keluarga masih
belum dapat memahami tentang
penyakit yang diderita klien.
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4.
No Diagnosa
Keperawata
n
1

Tgl / Jam

Evaluasi ( SOAP )

07-06-12
18.00 wit

S: Tn Y mengatakan kepalanya masih


sedikit terasa pusing.
O:Tn Y masih tampak pucat,
konjungtiva masih anemis, kulit masih
tampak pucat. Tanda-tanda vital:
tekanan darah 120/70 mmhg, nadi
85x/menit, pernafasan 23x/menit, suhu
36 .

07-06-12
18.30 wit

07-06-12
18.35 wit

Membrane mukosa kering, kulit masih


tampak pucat, dasar kuku masih
terlihat pucat.
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
S: Tn Y mengatakan nafsu makannya
sudah mulai membaik, dan sudah
mulai makan dengan enak.
O: keadaan umum lemah, porsi makan
mulai di habiskan (setengah dari porsi
yang di berikan), berat badan masih
tetap 60 kg.
A: masalah belum teratasi.
P: pertahankan intervensi 1, 2, 4, dan 5.
S: Tn Y mengatakan sudah mulai
memahami dengan pasti tentang
penyakit yang dideritanya.

Paraf

59

O: Tn Y tidak tampak gelisah lagi.


Klien dan keluarga sudah dapat
memahami tentang penyakit yang
diderita klien.
A: masalah teratasi.
P: interfensi di hentikan.
No Diagnosa
Keperawata
n
1

Tgl / Jam

Evaluasi ( SOAP )

08-06-12
11.00 wit

S: Tn Y mengatakan kepalanya masih


sedikit terasa pusing.
O: Tn Y masih tampak pucat,
konjungtiva masih anemis, kulit masih
tampak pucat. Tanda-tanda vital:
tekanan darah 120/70 mmhg, nadi
82x/menit, pernafasan 26x/menit, suhu
36 , 5 .

08-06-12
11.00 wit

Membrane mukosa kering, kulit masih


tampak pucat, dasar kuku masih
terlihat pucat.
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
S: Tn Y mengatakan nafsu makannya
sudah mulai membaik, dan sudah
mulai makan dengan enak.
O: keadaan umum lemah, porsi makan
mulai di habiskan (setengah dari porsi
yang di berikan), berat badan masih
tetap 60 kg.
A: masalah belum teratasi.
P: pertahankan intervensi 1, 2, 4, dan 5.

Paraf

60

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien Tn.Y dengan
anemia di Ruang Interna Laki RSUD dr. M. Haulussy Ambon selama tiga hari (3 x 24
jam, mulai dari tanggal 06-06-2012 sampai dengan tanggal 08-06-2012) maka pada
bagian ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori yang ada dengan
kenyataan yang ditemukan dari hasil pelaksanaan studi kasus, juga menganalisa
faktor pendukung dan penghambat

selama asuhan keperawatan. Dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.Y penulis menggunakan metode proses


keperawatan yang komprehensif meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan

dasar utama atau langkah awal dari proses

keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini, semua data informasi tentang
klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa unutk menentukan diagnose
keperawatan. Sebelum melaksanakan tahap pengkajian ini, maka penulis
menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan dilakukan pengkajian data. Data
yang diperoleh adalah data subjektif dan data objektif. Pada tahap ini peneliti
tidak menemukan hambatan dan kendala yang berat karena data-data yang
didapatkan adalah dari klien, keluarga serta petugas ruangan secara jelas.
Pengkajian pada klien Tn.Y yang di rawat di Ruangan Intena Lelaki RSUD dr.
M. Haulussy Ambon pada tanggal 06-06-2012 sampai dengan tanggal 08-06-2012.

61

Dlam pengkajian pada dasarnya, data yang diperoleh pada tinjauan kasus tidak
banyak perbedaan dengan tinjauan pustaka hal ini disebabkan karena pada
umumnya klien mempunyai gejala dan keluhan yang hampir sama antara teori dan
kasus yang ditamukan.
1) Menurut Robins (2005), Tanda dan Gejala klinis yang muncul merefleksikan
gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan
kinerja fisik, gangguan neurologic (syaraf) yang dimenifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), serta perkembangan
kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbahan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung.
Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah,
lunglai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dikategorikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah muncul sclera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga
dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan
stroke atau serangan jantung. Namun pada tinjauan kasus pada tanggal 6 juni
sampai pada tanggal 8 juni 2012 keluhan utama yang di temukan yaitu: klien
masuk rumah sakit dengan keluhan tubuhnya terasa lemas, kepalanya terasa
pusing jika berdiri atau duduk, kepalanya terkadang terasa sakit,
pandangannya sering berkunang-kunang, klien juga mengatakan nafsu
makannya berkurang, dan tidak suka makan, keadaan umum lemas, warna
kulit tampak pucat, konjungtiva anemis. Data yang di temukan pada Tn.Y

62

terdapat perbedaan antara teori yang di kemukakan dengan tinjauwan kasus


hal ini dikarenakan kondisi Tn.Y belum sampai pada tahap anemia berat
sehingga belum muncul komplikasi lain yang lebih serius yang di jelaskan
pada teori.
2) Pada pengkajian nyeri/ketidaknyamanan di jelaskan menurut Doengoes
(1999), gejala yang paling sering muncul pada pasien dengan anemia yaitu
nyeri pada bagian abdomen dan sakit kepala, sedangkan pada tinjauan kasus
yang penulis dapatkan Tn.Y terkadang merasa sakit kepala namun tidak
merasa nyeri pada abdomen. Hal ini dikarenakan penyakit anemia yang di
derita oleh Tn.Y belum sampai pada tahap anemia yang berat sehingga
gejala yang muncul pada Tn.Y merupakan gejala klinis yang sering muncul
pada penyakit anemia.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau
masalah kesehatan aktual dan potensial yang merupakan kunci darai proses
keperawatan karena merupakan respon Klien terhadap adanya masalah kesehatan.
Oleh karena itu, diagnose keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar menusia
menurut Masslow.
Pada tahap menentukan dignosa keperawatan peneliti tidak banyak
menemukan kesulitan, hal ini di karena data yang di temukan pada klien sangad
jelas dan dapat di kelompokkan untuk menentukan diagnosa keperawatan
berdasarkan masalah, dan peneliti juga di arahkan oleh pembimbing dalam
menentukan diagnose keperawatan.

63

Berdasarkan teori untuk kasus anemia yang terdapat dalam (Doengoes 1999)
terdapat tujuh diagnosa keperawatan di antaranya : 1) Resiko tinggi terhadap
infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan
hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan), 2)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbs nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah, 3) Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan, 4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel, 5)
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist, 6) Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan
masukan diet ; perubahan proses pencernaan ; efek samping terapi obat, 7) Kurang
pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Namun berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pasien Tn.Y dengan
anemia pada tanggal 6 juni 2012, peneliti hanya menemukan tiga diagnosa
keperawatan, hal ini dikarnakan penyakit anemia yang diderita oleh klien belum
sampai pada tahap anemia berat sehingga belum banyak di temukan masalahmasalah yang dapat mengakibatkan munculnya diagnose keperawatan lainnya.
Kedua dari ketiga diagnosa keperawatan tersebut menunjukkan

kesesuaian

dengan teori yang terdapat pada (Doengoes 1999), namun pada tinjauan kasus,

64

diagnosa ke dua yang ditemukan pada Tn.Y yaitu Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake in adekuat, disini terdapat perbedaan
antara diaknosa kebutuhan nutrisi pada teori. Pada teori di jelaskan bahwa
kurangnya nutrisi di sebabkan karena terjadinya kegagalan untuk mencerna atau
ketidakmampuan mencerna makanan/absorbs nutrient sedangkan pada tinjauan
kasus, peneliti menemukan bahwa Tn.Y mengalami kekurangan nutrisi yang
disebabkan karena masukan nutrisi kurang sesuai dengan yang di butuhkan tubuh
atau intake in adekuat dan terjadi penurunan nafsu makan, bukan karena terjadi
kegagalan dalam mencerna makanan sesuai dengan teori, dikarnakan pada saat
peneliti melakukan pengkajian tidak di temukan data yang memperkuat kurangnya
nutrisi di sebabkan oleh kegagalan untuk mencerna makanan, hal ini di perkuat
dengan kondisi pencernaan klien dalam keadaan baik yang di tandai dengan klien
tidak mengalami konstipasi atau diare, BAB klien per hari masi dalam batas
normal yakni 1 sampai 2x/hari.
c. Perencanaan
e) Pada diagnosa I Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler menurut Doengoes (1999), antara lain yaitu: a). Awasi tanda
vital, warna kulit, membrane mukosa, dan dasar kuku, b). Tinggikan kepala
tempat tidur sesuai toleransi, c). Awasi upaya pernafasan ; auskultasi bunyi
nafas perhatikan bunyi adventisius, d). Kolaborasi pengawasan hasil
pemeriksaan laboratorium, e). Berikan sel darah merah lengkap sesuai indikasi.

65

Namun pada tinjauan kasus perencanaan yang dilakukan pada diagnosa


I sebagai berikut: a). Memantau tanda-tanda vital setiap pagi dan malam, b).
Mengkaji warna kulit, membrane mukosa dan dasar kuku, c). Meninggikan
kepala tempat tidur sesuai toleransi, d). Memantau upaya pernafasan; auskultasi
bunyi nafas, e). Kolaborasi : pemberian sel darah merah lengkap sesuai
indikasi, f). Memberikan obat obatan sesuai indikasi.
f) Perencanaan pada pasien untuk diagnosa II Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan
mencerna makanan menurut Doengoes (1999) antara lain yaitu: a) Timbang
berat badan setiap hari, b) Tentukan program diet dan pola makan sesuai dengan
kadar gula yang dimiliki, c) Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu
makan dan nutrisinya, d) kolaorasi dengan tim gizi tentang pemenuhan diet
tinggi kalori dan tinggi protein.
Namun pada tinjauan kasus perencanaan yang dilakukan pada diagnosa II
sebagai berikut: a) Memantau pola makan klien setiap hari, b) Menimbang dan
memantau berat badan setiap harinya, c) Mengkaji jenis makanan yang di sukai
Tn Y, d) Menganjurkan klien dan mengajarkan keluarga untuk memberikan
makanan dalam porsi sedikit tapi sering, e) Memberikan obat penambah nafsu
makan, f) berkolaorasi dengan tim gizi tentang pemenuhan diet tinggi kalori
dan tinggi protein.
3) Menurut Doengoes (1999), perencanaan pada pasien anemia untuk diagnosa III,
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan atau meningkat ;
salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi antara lain yaitu:

66

a) Berikan informasi tentang anemia, spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa


terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia, b) Kaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakitnya , c) Berikan penjelasan terhadap klien
tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang, d) Minta klien dan keluarga
mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Namun pada tinjauan kasus perencanaan yang dilakukan pada diagnosa
III sebagai berikut: a) Mengkaji tingkat kecemasan klien dan keluarga, b)
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang di
derita klien, c) Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
penyakit anemia, d) Meminta klien dan keluarga untuk kembali menjelaskan
secara singkat tentang apa yang di jelaskan oleh perawat.
d. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dank klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah penguasaan ketrampilan interpersonal, intelektual pada
teknikal, intervensi harus dilaksanakan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan dan efisiensi pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan. Implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independent atau
mandiri, dependen atau tidak mandiri serta independen atau sering disebut
interaksi kolaborasi. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti banyak mendapat

67

hambatan dan kendala antaralain kurangnya partisipasi klien dalam


menjalankan instruksi yang di berikan oleh perawat, dan kurangnya fasilitas
yang memadai, namun peneliti dapat berkolaborasi dan melibatkan petugas
kesehatan

Rumah

Sakit

Umum

Daerah

Dr.

M.

Haulussy

dalam

mengaplikasikan tindakan keperawatan.


Untuk Diagnosa I sampai Diagnosa III, implementasi yang dilakukan oleh
penulis sesuai

dengan rencana

intervensi yang dibuat, namun pada

hari

berikutnya mengalami perubahan untuk implementasi tambahan yang akan


disesuaikan dengan kebutuhan klien.
e.

Evaluasi
Pada penelitian ini, penulis menggunakan komponen SOAP dalam
melakukan evaluasi. Evaluasi yang didapatkan pada klien Tn.Y dengan
perawatan selama tiga hari, yaitu untuk diagnosa keperawatan yang teratasi
sebanyak satu diagnosa,

antara lain : 1) kurang pengetahuan berhubungan

dengan kurang terpajan atau meningkat ; salah interpretasi informasi ; tidak


mengenal sumber informasi.
Diagnosa keperawatan yang belum teratasi adalah: 1) Perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan Penurunan komponen seluler, 2) nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake in adekuat.
Seperti yang dikemukakan oleh Rohmah dan Walid (2009) yang
menjelaskan salah satu tujuan dari evaluasi, yaitu untuk meneruskan rencana

68

tindakan keperawatan. Maka, penulis bekerjasama dengan keluarga dan perawat


ruangan untuk meneruskan intervensi yang dibuat.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

69

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengkajian merupakan suatu tahap awal dalam proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang keadaan pasien. Pengkajian yang dilakukan
pada tanggal 06-06-2012 didapatkan data yaitu Tn. Y tubuhnya terasa lemas,
kepalanya terasa pusing jika berdiri atau duduk, kepalanya terkadang terasa sakit,
pandangannya sering berkunang-kunang, klien juga mengatakan nafsu makannya
berkurang,

dan

tidak

suka

makan.

Keadaan

umum

lemas,

kesadaran

composmentis, warna kulit tampak pucat, konjungtiva anemis, porsi makan tidak
dihabiskan, berat badan sebelum sakit 63 kg, berat badan setelah sakit 54 kg, klien
mengatakan merasa gelisah dengan keadaannya dan belum mengetahui secara
pasti tentang penyakit anemia yang di deritanya. terpasang IVFD RL 20
tetes/menit. TD: 110/70 mmHg, N: 70x/menit, S: 36 , P 20x/ menit. HB: 7,2
g/dl.
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan berdasarkan pengkajian yaitu Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler, Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake in adekuat,
Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi atau pengetahuan.
3. Perencanaan keperawatan (intervensi) yang dibuat pada Tn. Y dengan anemia
yang dirawat di ruang interna laki RSUD dr. M. Haulussy Ambon berdasarkan
konsep teoritis dengan tujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami
oleh Tn. Y.

70

4. Pelaksanaan tindakan keperawatan (implementasi) dilakukan selama 3x24 jam dari


tanggal 06 juni 2012 sampai tanggal 08 juni 2012, berdasarkan rencana
keperawatan yang disusun dengan melibatkan Tn. Y, keluarga, dan tim
kesehatan lain dengan memperhatikan sarana dan prasarana penunjang untuk
pelaksanaan tindakan.
5. Evaluasi yang didapatkan dari pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu masalah
yang dapat teratasi antara lain, ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
dan masalah yang belum teratasi yaitu perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan komponen seluler, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake in adekuat.
B. Saran
Demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, adapun saran yang dapat penulis
buat sebagai berikut:
a. Bagi rumah sakit
Pendidikan kesehatan harus diberikan oleh perawat kepada pasien dan keluarga
sebelum melakukan tindakan keperawatan, sehingga pasien dan keluarga
memahami tentang keadaan pasien setelah tindakan.
b. Bagi institusi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan keterampilan kepada
mahasiswa dan lebih mempertimbangkan waktu penelitian demi keefektifan
tindakan keperawatan yang akan diberikan.
c. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan untuk terus meningkatkan kesehatannya secara mandiri dan dapat
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik sesuai dengan fungsinya
sebagai tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan.

71

d. Bagi perawat
Perlu membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat berhasil dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul A. Hidayat,2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika.
Surabaya.
Arief Muttaqin & Kumala Sari, 2009.
Medika. Jakarta.

Asuhan Keperawatan Perioperatif. Salemba

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi ke VIII vol
II, EGC: Jakarta
Corwin J. Elizabeth. 2001 Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Doengoes, E.M & Morhouse, M.F, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi ke II
Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

72

Doengoes, E.M & Morhouse, M.F, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi ke III
Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Medical Record RSUD dr. M. Haulussy, 2012, Data Penyakit Anemia 3 Tahun
Terakhir, (Tidak Dipublikasikan)
Nursalam, 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktik edisi II
Salemba Medika, Jakarta.
Price,A.Sylvia, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis, Proses-Proses Penyakit edisi 6
Jakarat EGC.
Robins dan Kumar, 2005, Dasar-Dasar Patologi Penyakit. EGC. Jakarta.
Rohma dan Walid, 2009, Proses Keperawatan : Teori dan Aplikasi, Salemba Medika.
Yogyakarta.
Setiadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan, buku kedokteran. EGC. Jakarta
http://icncreatif.wordpres.com/2012/04/16/asuhan keperawatan-klien-dengan-anemia/
http://nursing begin.com/askep-anemia, diunggah pada Juli 2012.

DAFTAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama

: Rifaldi Kaimudin

NIM

: P-07120109056

Judul

: Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.Y dengan Anemia di


Ruangan Interna Lelaki Rumah Sakit Umum Daerah dr. M.
Haulussy Ambon

Nama Pembimbing

No

:Ns. Suratno Kaluku, M. Kes

Hari/

Bagian yang di

Sasaran

Paraf

73

Tanggal

konsulkan

Anda mungkin juga menyukai