Anda di halaman 1dari 6

MATERI OTONOMI DAERAH

Arti Otonomi Daerah


Kata otonomi berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri; nomosyang
artinya hokum.Jadi otonomi berarti hokum sendiri; artinya bertindak atas dasar hokum/aturan
yang dibuat oleh diri sendiri (desentralisasi).Kebalikannya adalah bertindak atas dasar
hokum/aturan yang dibuat oleh pihak lain (sentralisasi).Makna otonomi sebenarnya biasa
diterapkan dalam praktek kehidupan atau kegiatan sehari-hari manusia di berbagai bidang
kehidupan, biasanya dalam kehidupan keluarga.Namun dalam kesempatan ini istilah otonomi
dipergunakan dalam bidang pemerintahan, penyelenggara kehidupan bernegara. Otonomi
berarti keleluasan atau kekuasaan mengatur diri sendiri sesuai dengan praksara dan
aspirasinya berdasarkan aturan yang berlaku.Oleh karena itu, otonomi sesungguhnya adalah
kemandirian, keleluasan, atau kebebasan untuk mengatur diri sendiri. (Margono, 2012:112)
Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya
guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang di maksud Otonomi Daerah adalah wewenang untuk mengatur dan
mengurus rumah tangga daerah, yang melekat pada Negara kesatuan maupun pada Negara
federasi. Di Negara kesatuan otonomi daerah lebih terbatas dari pada di Negara yang
berbentuk federasi. Kewenangan mengantar dan mengurus rumah tangga daerah di Negara
kesatuan meliputi segenap kewenangan pemerintahan kecuali beberapa urusan yang dipegang
oleh Pemerintah Pusat seperti :
1. Hubungan luar negeri
2. Pengadilan
3. Moneter dan keuangan
4. Pertahanan dan keamanan
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah

kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur,
memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.
Dampak Positif Otonomi Daerah
Dampak positif otonomi daerah adalah memunculkan kesempatan identitas lokal yang ada
di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon
tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri.
Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi
dari pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong
pembangunan daerah serta membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata.
Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah juga akan lebih tepat sasaran dan tidak
membutuhkan waktu yang lama sehingga akan lebih efisien.
Dampak negative dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan bagi oknum-oknum
di tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran, munculnya pertentangan antara
pemerintah daerah dengan pusat, serta timbulnya kesenjangan antara daerah yang
pendapatannya tinggi dangan daerah yang masih berkembang Masalah Otonomi Daerah.
Permasalahan Pokok Otonomi Daerah:
1.

Pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan otonomi daerah yang belum mantap

2.

Penyediaan aturan pelaksanaan otonomi daerah yang belum memadai dan penyesuaian

peraturan perundangan-undangan yang ada dengan UU 22/ 1999 masih sangat terbatas
3.

Sosialisasi UU 22/1999 dan pedoman yang tersedia belum mendalam dan meluas

4.

Manajemen penyelenggaraan otonomi daerah masih sangat lemahPengaruh

perkembangan dinamika politik dan aspirasi masyarakat serta pengaruh globalisasi yang tidak
mudah masyarakat serta pengaruh globalisasi yang tidak mudah dikelola
5.

Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan

otonomi daerah
6.

Belum jelas dalam kebijakan pelaksanaan perwujudan konsepotonomi yang proporsional

kedalam pengaturan konsepotonomi yang proporsional ke dalampengaturan pembagian dan


pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah sesuai
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi
dan keanekaragaman daerah dalam kerangka NKRI

Permasalahan pokok tersebut terefleksi dalam 7 elemen pokok yang membentuk pemerintah
daerah yaitu;
1. kewenangan,
2. kelembagaan,
3. kepegawaian,
4. keuangan,
5. perwakilan,
6. manajemen pelayanan publik,
7. pengawasan.
Prinsip-prinsip otonomi daerah
Prinsip-

prinsip

pemberian

otonomi

daerah

yang

dijadikan

pedoman

dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana terdapat dalam UU No. 22 Tahun 1999


adalah :
1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi
2.
3.

keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.


Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada ekonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab.
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerahkabupaten dan

4.

daerah kota, sedang pada daerah propinsi merupakanotonomi yang terbatas.


Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi Negara sehingga tetap terjamin

5.

hubungan yang serasi antara pusat dan daerahserta antar- daerah.


Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandiriandaerah otonom dan
karenanya dalam daerah kabupaten dan kota tidakada lagi wilayah administrasi.Demikian
pula di kawasan-kawasan khususyang dibina oleh pemerintah atau pihak lain, seperti badan
otorita,kawasan pelabuhan, kawasan perumahan,kawasan industry, kawasanperkebunan,
kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasanperkotaan baru, kawasan pariwisata,

6.

dan semacamnya belaku ketentuanperaturan daerah otonom.


Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan danfungsi badan legislatife
daerah, baik fungsi legislatif, fungsi pengawasanmaupun fungsi anggaran atas

7.

pnyelenggaraan pemerintahan daerah.


Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalamkedudukannya
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakankewenangan pemerintahan tertentu

8.

yangdilimpahkan kepada Gubernursebagai wakil pemerintah.


Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan. Tidak hanya dari pemerintah kepada
daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada daerah di bawahnya seperti desa yang

disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang
menugaskan. ( Ubaedillah, 2012:182)
Ada beberapa prinsip yang menjadi acuan dalam pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia saat ini, antara lain :
a.

prinsip otonomi nyata artinya, bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan
berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban senyatanya telah ada dan berpotensi untuk

b.

tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi kekhasan daerah.


Prinsip otonomi seluas-luasnya berarti daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat,

c.

sebagaimana yang ditetapkan dalam UU No.32 tahun 2004.


Prinsip otonomi bertanggung jawab artinya, bahwa penyelenggara otonomi harus benarbenar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya merupakan
sarana memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang menjadi
bagian utama dari tujuan nasional. (Widjaja, 2010:125)
Pembagian kekuasaan dalam kerangka otonomi daerah
Pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip negara
kesatuan tetapi dengan semangat federalisme. Jenis kekuasaan yang ditangani pusat hampir
sama dengan yang ditangani oleh pemerintah di Negara-negara federal, yaitu hubungan luar
negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter, dan agama serta berbagai jenis urusan
yang memang lebih efesien ditangani secara sentral oleh pemerintah pusat, seperti kebijakan
makroekonomi, standarisasi nasional, administrasi pemerintahan, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), dan pengembngan sumber daya manusia. Semua jenis kekuasaan yang ditangani
pemerintah pusat disebutkan secara spesifik dalam UU tersebut.( Azra, 2010:169)
Selain sebagai daerah otonom, provinsi juga merupakan daerah administratif, maka
kewenangan yang ditangani provinsi atau gubernur akan mencakup kewenangan desentralisi
dan dekonsentrasi. Kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom provinsi dalam
rangka desentralisasi mencakup:

1.

Kewenangan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, seperti kewenangan dalam bidang

pekerjaan umum, perhubungan, kehutanan, dan perkebunan.


2. Kewenangan pemerintahan lainnya, yaitu perencanaan pengendalian pembangunan regional
secara makro, pelatihan bidang alokasi sumber daya manusia potensial, penelitian yang
mencakup wilayah provinsi dan perencanaan tata ruang provinsi.

3.

Kewenangan kelautan yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan


kekayaan laut, pengaturan kepentingan administratif, penegakan hukum dan bantuan

4.

penegakan keamanan, dan kedaulatan negara.


Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota
diserahkan kepada provinsi dengan pernyataan dari daerah otonom kabuapaten atau kota

tersebut. (Ubaedillah, 2012:183)


5. Dalam rangka Negara kesatuan, pemerintah pusat masih memiliki kewenangan melakukan
pengawasan terhadap daerah otonom. Tetapi pengawas yang dilakukan pemerintah pusat
terhadap daerah otonom diimbangi dengan kewenangan daerah otonom yang lebih besar, atau
sebaliknya, sehingga terjadi semacam keseimbangan kekuasaan. Keseimbangan yang
dimaksud ialah seperti berikut: Pengawasan ini tidak lagi dilakukan secara struktural, yaitu
Bupati dan Gubernur bertindak sebagai wakil pemerintah pusat sekaligus kepala daerah
otonom, dan tidak lagi secara preventif perundang-undangan, yaitu setiap Perda memerlukan
persetujuan Pusat untuk dapat berlaku.(Ubaedillah, 2012: 184)
Menurut UU No. 22 Tahun 1999, Bupati dan Walikota sepenuhnya menjadi kepala
daerah otonom yang dipilih oleh dan bertanggungjawab kepada DPRD dan dapat
diberhentikan oleh DPRDbpada masa jabatannya tetapi penetapan atau pun pemberhentian
kepala daerah secara administratif (Pembuatan Surat Keputusan) masih diberikan kepada
Presiden. Sedangkan dalam UU No. 32 Tahun 2004, kepala daerah dipilih langsung oleh
rakyat melalui PILKADA langsung. Gubernur pada pihak lain masih merangkap sebagai
wakil Pusat dan kepala daerah otonom. Pengawasan pemerintah pusat terhadap daerah
otonom menurut UU baru ini dilakukan berdasarkan supremasi hukum.Artinya, setiap Perda
yang dibuat oleh DPRD dan Kepala Daerah langsung dapat berlaku tanpa memerlakukan
persetujuan pemerintah pusat.Akan tetapi pemerintah pusat setiap saat dapat menunda atau
membatalkannya bila Perda itu dinilai bertentangan dengan Konstitusi, UU atau kepentingan
umum, maka daerah otonom dapat mengajukan gugatan/keberatan kepada Mahkamah Agung
untuk menyelesaikan perselisihan tersebut.Pemerintah pusat dan daerah otonom harus patuh
kepada keputusan MA.( Azra, 2010:170)
Terkait dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dengan pemerintah daerah
terhadap 11 jenis kewenangan wajib yang diserahkan kepada Daerah Otonom Kabupaten dan
Daerah Otonom Kota, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Pertanahan
Pertanian
Pendidikan dan Kebudayaan
Tenaga kerja

5. Kesehatan
6. Lingkungan hidup
7. Pekerjaan umum
8. Perhubungan
9. Perdagangan dan industry
10. Penanaman modal
11. Koperasi.( Azra, 2010:171)
Selain itu, kabupaten atau kota yang mempunyai batas laut juga diberi kewenangan
kelautan seluas 1/3 dan luas kewenangan propinsi yang 12 mil. Jenis kewenangan lain yang
dapat diselenggarakan oleh daerah otonom kabupaten dan daerah otonom kota ialah
kewenangan pilihan, yaitu jenis kewenangan yang tidak termasuk yang ditangani Pusat dan
Propinsi. Penjabaran kesebelas kewenangan itu, dalam arti lingkup kegiatan dan tingkat
kewenangan yang akan diserahkan kepada daerah otonom Kabupaten dan Kota, masih harus
menunggu penyesuaian sejumlah UU yang sejalan dengan paradigma dan jiwa UU No. 22
Tahun 1999 dan UU No 32 Tahun 2004.(Ubaedillah, 2012: 185)

Sumber :
http://tugas-akuntansi.blogspot.co.id/2011/12/ringkasan-otonomi-daerah.html
(http://trikkuliah.blogspot.co.id/2016/05/otonomi-daerah.html)
Srijanti, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa. Jakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai