HalalGuide--Memang kalo kita telaah lebih lanjut, masih banyak vaksin yang
dibuat dari bahan haram. Beberapa vaksin seperti vaksin polio dibuat dari campuran ginjal kera,
sel kanker manusia, serta cairan tubuh hewan tertentu termasuk serum dari sapi, bayi kuda,
ekstrak mentah lambung babi, bahkan janin bayi yang diaborsi.
Berikut disampaikan beberapa prinsip dalam pemberian vaksin atau imunisasi yang Halalan
Thoyiban:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Memberikan asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang memaksimalkan
pembangunan dan pemeliharaan sistem imun tubuh atau kekebalan tubuh manusia.
Memberikan asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang meminimalkan dan
menghilangkan zat yang bersifat menurunkan kerja sistem imun atau kekebalan
manusia.
menjauhkan dan menghentikan asupan nutrisi yang bersifat menurunkan pembangunan
dan pemeliharaan sistem imun atau kekebalan tubuh manusia.
Tidak memberikan vaksinasi yang mengandung toksin/racun bahan berbahaya yang
menjadi ancaman manusia, seperti bahan kimiawi sintetis, logam berat (heavy metal),
hasil metabolit parsial, toksin bakteri, dan komponen dinding sel.
Tidak memeberikan vaksinasi dan obat-obatan yang mengandung bahan yang haram
secara syariat.
a. Alkohol dan turunannya, yang bersifat seperti alkohol, yaitu apabila dikonsumsi
memabukkan.
b. Tidak mengandung darah, daging babi, dan hewan yang ketika disembelih tidak
menyebut nama Allah.
c. Tidak menggunakan daging yang diharamkan menurut syariat, seperti hewan
buas, bertaring, bangkai, dll.
d. Tidak dikembangbiakkan dalam darah hewan apapun, daging babi, dan dalam
makhluk hidup yang diharamkan menurut syariat.
Membiasakan untuk mengkonsumsi menu makanan sehari-hari yang bersifat
membangun sistem kekebalan tubuh manusia.
Membiasakan untuk tidak mengkonsumsi menu makanan sehari-hari yang bersifat
menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia.(kit)
Sel-sel vero yang sudah dimurnikan dan dinetralisasi itu kemudian ditambahkan mikrokarier yang
baru dan ditempatkan di bioreactor yang lebih besar. Di dalamnya ditambahkan zat nutrisi yang
sedikit berbeda untuk menumbuhkan sel vero dalam jumlah yang lebih besar. Sel vero yang
sudah bertambah jumlahnya ini kemudian dilepaskan lagi dari mikrokariernya dengan tripsin babi
lagi. Proses ini berlangsung secara berulang-ulang sampai dihasilkan sel vero dalam jumlah yang
diinginkan.
Titik kritis ditinjau dari sudut kehalalan dalam pembuatan sel vero ini adalah penggunaan
enzim tripsin. Tripsin digunakan dalam proses pembuatan vaksin sebagai enzim proteolitik
(enzim yang digunakan sebagai katalisator pemisahan sel / protein). Tripsin dipakai dalam proses
produksi OPV (Oral Polio Vaccine) dan IPV (Inactivated Polio Vaccine). Masalahnya, enzim
tripsin ini merupakan unsur derivat (turunan) dari pankreas babi.
Sebenarnya dalam setiap tahapan amplifikasi sel, tripsin harus dicuci bersih oleh karena Tripsin
akan menyebabkan gangguan pada saat sel vero menempel pada mikrokarier. Hal ini
menyebabkan produk akhir vaksin yang dihasilkan tidak akan terdeteksi lagi unsur babinya.
Namun karena digunakan sebagai bahan penolong dalam proses pembuatannya, inilah yang
memerlukan kejelasan status kehalalannya.
Tahap selanjutnya dalam proses pembuatan vaksin ini adalah perbiakan sel vero menjadi produk
bulk yang siap digunakan. Dalam tahap ini dilakukan proses amplifikasi (pembiakan sel dengan
mikrokarier), pencucian sel vero dari tripsin, inokulasi virus, panen virus, filtrasi, pemurnian dan
inaktivasi. Pada proses pencucian hingga inaktivasi tersebut sebenarnya sudah tidak melibatkan
unsur babi lagi.
Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa proses pembuatan vaksin folio masih melibatkan
unsur haram dalam proses pembuatannya sebagai bahan penolong, yaitu penggunaan enzim
tripsin. Sebenarnya pada tahap selanjutnya enzim ini akan mengalami proses pencucian,
pemurnian dan penyaringan, hingga pada produk akhirnya tidak terdeteksi lagi. Namun karena
sudah tersentuh unsur haram dan najis, maka hal ini masih menimbulkan keraguan pada status
kehalalannya.
Sementara ini memang ada keringanan jika ditinjau dari aspek darurat dan demi kepentingan
yang lebih besar. Namun dari keterangan pihak Biofarma sebagai salah satu produsennya,
sedang diupayakan agar bahan-bahan yang berasal dari babi itu bisa dihilangkan. Dengan
demikian kejelasan status halalnya bisa lebih bisa dipertanggungjawabkan. Pihak Biofarma
meminta waktu sekitar 3 tahun untuk melakukan riset guna mengganti bahan babi
tersebut. Nah, kita tunggu saja hasilnya, agar masyarakat bisa lebih tenang dalam
menggunakan faksin tersebut.
Sumber:halalmui
Kehalalan Vaksin
Ditulis oleh imamtriyanto
Wednesday, 31 January 2007
Usul Fiqh
Ada kaidah usul fiqh yang mengatakan bahwa mencegah kemudharatan lebih didahulukan
daripada mengambil manfaatnya. Demikian alasan yang dijadikan dasar hukum pengambilan
keputusan terhadap kehalalan vaksin polio sekalipun diketahui bahwa vaksin tersebut disediakan
dari bahan yang tidak diperkenankan dalam Islam.
Namun demikian kita tidak boleh hanya bertahan pada kondisi darurat, melainkan juga
melakukan usaha untuk perbaikan. Sudah sekian banyak Pharmacist muslim lahir di Indonesia
dan kita sudah memiliki pabrik vaksin sendiri di Bandung yaitu Biofarma tentunya sudah tidak ada
hal yang menjadikan kita senantiasa pada kondisi darurat. Jumlah balita di Indonesia pada tahun
2005 sebesar 24 juta jiwa, di mana 90% adalam muslim yang butuh vaksinasi yang halal dan
aman dari sisi syari. Tentunya kita tidak ingin dalam tubuh dan aliran darah balita kita mengalir
unsur-unsur haram.(kit)
Sumber Jurnal LPPOM MUI
Sebenarnya vaksin-vaksin ini juga telah banyak memakan korban anak-anak Amerika sendiri,
sehingga banyak terjadi penyakit kelainan syaraf, anak-anak cacat, autis, dll. Tetapi penjualan
vaksin tetap dilakukan walau menimba protes dari rakyat Amerika. Hanya saja satu alasan yang
negara Amerika pertahankan, yaitu bahwa vaksin adalah bisnis besar. Sebuah badan peneliti
teknologi tinggi internasional yaitu Frost & Sullivan, memperkirakan bahwa pangsa pasar vaksin
manusia dunia akan menguat dari 2,9 miliar USD tahun 1995, melonjak menjadi lebih dari 7
miliar USD tahun 2001.
Ini diambil dari ideologi kapitalis yang mereka emban, hingga membunuh bayi, anak-anak atau
manusia lain, mereka lakukan demi uang dan kekuasaan.
Ketika anak-anak terimunisasi, mulailah jerat obat-obatan produk AS membanjiri negeri-negeri
muslim yang tunduk pada AS dan membiarkan rakyatnya sendiri teracuni akibat pemikiran
kapitalis AS. Obat-obat beracun yang mahal harganya ini praktis menguras keuangan orangorang muslim, teracuni obat-obat kimia sintetis termasuk benda-benda haram, agar doa-doa
orang miskin tertolak oleh Allah swt. Ini semua akibat kebodohan orang-orang muslim, yang tidak
percaya kepada metode kesehatan menurut Rasulullah SAW, yaitu Atibunabawy.
Dalam hal obat-obatannya, pengobatan atibunabawy yang murni alami, tidak boleh dicampur
adukkan dengan pengobatan yang menggunakan bahan kimia sintetis (QS. 2:42). Tetapi dalam
hal teknologi misalnya alat-alat radiologi, stetoskop, bladpressure (alat pengecekan tekanan
darah) dll, boleh saja kita gunakan. Jadi Indonesia membutuhkan rumah sakit dengan peralatan
canggih, tetapi obat-obatan menggunakan yang alami dan bukan dari barang/benda haram.
Jemaah haji Indonesi juga diwajibkan divaksin dengan vaksin miningitis. Dimana keharusan ini
adalah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, yang berada dibawah naungan WHO dan
PBB. Menurut informasi yang di dapatkan dari Departemen Kesehatan RI bahwa vaksin
miningitis ini adalah salah satu syarat untuk melaksanakan ibadah haji. Jadi setiap calon jemaah
haji akan mendapatkan sertifikat telah tervaksin/terimunisasi. Kalau tidak maka tidak
diberangkatkan. Apakah ini tidak berlebihan?
Apakah vaksin miningitis? Vaksin ini diberikan dengan maksud (menurut mereka) untuk
melindungi jemaah haji indonesia dari penyakit meninglokal, yang disebabkan oleh organisme
Neisseria meningitis yang menyebabkan infeksi pada selaput otak dan meningokomeia atau
infeksi darah atau keracunan darah, yang penyebarannya melalui bersin batuk dan bicara.
Vaksin yang disuntikan ke tubuh calon jemaah haji ini adalah bakteri meningokokus yang
awalnya diambil dari cairan darah orang amerika yang terkena meningitis. Bakteri ini timbul
karena pola kebiasan meminum alkohol dan perokok aktif dan kehidupan malam yang serba
bebas. Vaksin ini tidak juga memberikan perlindungan utuh. Vaksin ini hanya mengurangi resiko
penyakit meningokal yang disebabkan oleh Serogroup A, C, Y dan W 135. Sehingga 30%
perkiraan kasus penyakit tetap terkena pada seluruh kelompok usia.
Vaksin efektif hanya untuk 3 s/d 5 tahun. Vaksin ini mengandung timerosal/air raksa sebagai
bahan pengawet serta merupakan salah satu bahan pencetus kanker (karsinogen) dan kelainankelainan syarat, sehingga berdampak buruk pada sel-sel otak dan organ-organ tubuh jemaah
haji. Beberapa jamaah haji Indonesia mengalami gejala-gejala seperti biru-biru di seluruh tubuh,
jantung berdebar-debar, nyawa seperti melayang, rasa ketakutan, pusing, mual, setelah divaksin.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah vaksinasi merupakan rukun haji? Kini vaksin tersebut
dapat menyebabkan seseorang batal berangkat haji. Kedudukannya sudah melebihi rukun dan
wajib haji. Ada apa sebenarnya di balik itu semua?
Sumber: halalmui
Vaksin Polio
Ditulis oleh Administrator
Thursday, 13 April 2006
Pekan Imunisasi Nasional
1.
Enzim berasal dari Babi digunakan dalam pembuatan vaksin
Pemerintah saat ini sedang berupaya melakukan pembasmian penyakit Polio dari masyarakat secara
serentak di seluruh wilayah tanah air melalui program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dengan cara
pemberian dua tetes vaksin Polio oral (melalui saluran pencernaan).
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Penyakit (virus) Polio, jika tidak ditanggulangi, akan menyebabkan cacat fisik (kaki pincang)
pada mereka yang menderitanya.
Terdapat sejumlah anak Balita yang menderita immunocompromise (kelainan sistim kekebalan
tubuh) yang memerlukan vaksin khusus yang diberikan secara injeksi (vaksin jenis suntik, IPV).
Jika anak-anak yang menderita immunocompromise tersebut tidak diimunisasi, mereka akan
menderita penyakit Polio serta sangat dikhawatirkan pula mereka akan menjadi sumber penyebaran
virus.
Vaksin khusus tersebut (IPV) dalam proses pembuatannya menggunakan enzim yang berasal
dari porcine (babi), namun dalam hasil akhir tidak terdeteksi unsur babi.
Sampai saat ini belum ada IPV jenis lain yang dapat menggantikan vaksin tersebut dan jika
diproduksi sendiri, diperlukan investasi (biaya, modal) sangat besar sementara kebutuhannya sangat
terbatas.
Pendapat peserta rapat Komisi Fatwa tersebut, antara lain:
Sejumlah argumen keagamaan (adillah diniyyah: al-Qur'an, hadits, dan qawa'id fiqhiyyah) dan
pendapat para ulama mengajarkan; antara lain :
Setiap penyakit dan kecacatan yang diakibatkan penyakit adalah dharar (bahaya)
yang harus dihindarkan (dicegah) dan dihilangkan (melalui pengobatan) dengan cara yang tidak
melanggar syari'ah dan dengan obat yang suci dan halal;
Setiap ibu yang baru melahirkan, pada dasarnya, wajib memberikan air susu yang
pertama keluar (colostrum, al-liba'-- kepada anaknya dan dianjurkan pula memberikan ASI sampai
dengan usia dua tahun. Hal tersebut menurut para ahli kesehatan dapat memberikan kekebalan (imun)
pada anak;
Dalam proses pembuatan vaksin tersebut telah terjadi persenyawaan/persentuhan
(ihtilath antara porcine yang najis dengan media yang digunakan untuk pembiakan virus bahan vaksin
dan tidak dilakukan penyucian dengan cara yang dibenarkan syari'ah (tathhir syar'an) Hal itu
menyebabkan media dan virus tersebut menjadi terkena najis (mutanadjis).
Kondisi anak-anak yang menderita immunocompromise, jika tidak diberi vaksin IPV,
dipandang telah berada pada posisi hajah dan dapat pula menimbulkan dharar bagi pihak lain.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
FATWA TENTANG PENGGUNAAN VAKSIN POLIO KHUSUS
Pertama : Ketentuan Hukum
Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan, termasuk vaksin, yang berasal dari --atau
mengandung--benda najis ataupun benda terkena najis adalah haram.
Pemberian vaksin IPV kepada anak-anak yang menderita immunocompromise, pada saat ini,
dibolehkan, sepanjang belum ada IPV jenis lain yang suci dan halal.
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Kedua : Rekomendasi (Taushiah)
Pemerintah hendaknya mengkampanyekan agar setiap ibu memberikan ASI, terutama
colostrum secara memadai (sampai dengan dua tahun).
Pemerintah hendaknya mengupayakan secara maksimal, serta melalui WHO dan negaranegara berpenduduk muslim, agar memperhatikan kepentingan umat Islam dalam hal kebutuhan akan obatobatan yang suci dan halal.
Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 0 1 Sya'ban 1423 H / 08 Oktober 2002 M.
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
HASANUDIN