Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI

PERCOBAAN II
ANALISIS PERLINDUNGAN SINAR UV DARI BEBERAPA JENIS TABIR
SURYA YANG ADA DI KOTA KENDARI

OLEH:
NAMA

: DIMAN SAPUTRA

NIM

: F1C1 14 052

KELOMPOK

: II (DUA)

ASISTEN

: HIKMAYANI

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang memiliki elektron tidak
berpasangan

dalam orbital terluarnya sehingga sangat reaktif. Radikal ini

cenderung mengadakan reaksi berantai yang apabila terjadi di dalam tubuh


akan

dapat menimbulkan

kerusakan-kerusakan

yang berlanjut

dan

terus

menerus. Tubuh manusia memiliki sistem pertahanan endogen terhadap


serangan radikal bebas terutama terjadi melalui peristiwa metabolisme sel
normal dan peradangan. Jumlah radikal bebas dapat mengalami peningkatan
yang diakibatkan faktor stress, radiasi, asap rokok dan polusi lingkungan
menyebabkan sistem pertahanan tubuh yang ada tidak memadai, sehingga
tubuh memerlukan tambahan antioksidan dari luar yang dapat melindungi
dari serangan radikal bebas (Wahdaningsih, 2011).
Sinar matahari sebagai sumber kehidupan bagi

manusia

dan

bumi

ternyata tidak selalu memberikan dampak yang menguntungkan karena dapat


menimbulkan berbagai kerugian pada kulit manusia. Sinar ultraviolet yang
terkandung dalam sinar matahari dapat berdampak buruk pada kulit. Apabila
paparan sinar matahari tersebut berlebihan maka akan menimbulkan efek
yang merugikan seperti kulit terbakar bahkan kanker kulit. Tidak semua
sinar ultraviolet dapat merusak jaringan kulit manusia tergantung dari rentang
panjang dan gelombang energi yang dimunculkan sehingga kerusakan yang
timbul terjadi dalam beberapa tahap (Zulkarnain, 2013).
Mencegah semua bahaya yang ditimbulkan oleh sinar matahari,
sangatlah penting menggunakan tabir surya. Hasil penelitian Green et al. (1999)

menyatakan bahwa penggunaan tabir surya setiap hari ternyata dapat menurunkan
probabilitas terjadinya kanker kulit. Penelitian tentang usaha pencegahan dan
pengurangan dampak negatif dari

sinar matahari terhadap

kulit

semakin

meningkat, diantaranya dengan penggunaan kosmetik tabir surya (sunscreen)


(Garoli et al., 2009). Produk tabir surya yang mengandung bahan kimia sintesis
telah banyak dikembangkan akhir-akhir ini, akan tetapi masyarakat

banyak

beralih ke bahan alam yang dianggap lebih aman dan harganya terjangkau.
Pati (Amilum) bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.) merupakan salah satu
contoh bahan alam alternatif yang secara tradisional digunakan sebagai bedak
dingin dengan cara ditempelkan pada

wajah oleh masyarakat tertentu di

daerah Kalimantan ketika mereka sedang beraktivitas di bawah paparan sinar


matahari dalam waktu yang cukup lama (Zulkarnain, 2013).
Tabir surya sediaan topikal dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu tabir surya kimiawi dan tabir surya fisik. Mekanisme perlindungan tabir
surya pemblok fisik (Physical blocker) adalah dengan menghalangi sinar
Ultra Violet (UV) menembus masuk lapisan kulit dengan cara menghamburkan
sinar UV karena sifat fisisnya. Dalam jumlah yang cukup, penghadang fisik
ini akan memantulkan sinar UV, visibel dan infra merah. Tabir surya fisik
sangat efektif untuk melindungi kulit terhadap paparan sinar UV-A maupun
UV-B.

Contoh

tabir

surya

fisik

adalah titanium

dioksida,

zinkoksida,

petrolium merah, kromium oksida dan kobal oksid (Shaath,1990).


Radiasi sinar matahari terdiri dari sinar inframerah (panjang gelombang
>760 nm), sinar tampak (400-760 nm), dan sinar UV (ultraviolet) yang terdiri dari

UV A (320-400 nm), UV B (290- 320 nm) serta UV C (200-290 nm) (Mitsui,


1997). Sinar matahari yang sampai di permukaan bumi dan mempunyai dampak
terhadap kulit adalah sinar UV A dan UV B. Kulit mempunyai fungsi yang sangat
vital sebagai organ tubuh paling luar, yang menutupi dan melindungi organ tubuh
lain dibawahnya terhadap gangguan fisik maupun kimiawi (Hardiyanto &
Soedirman, 1981). Fungsi utamakulit adalah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,
pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan
keratinasi (Djuanda,1999). Banyaknya pengaruh lingkungan secara cepat maupun
lambat dapat merusak jaringan kulit manusia, salah satunya yaitu pengaruh sinar
UV dari sinar matahari. Efek buruk (Shovyana, 2013). Berdasarkan latar belakang
tersebut maka percobaan ini dilakukan untuk melihat efektivitas tabir surya untuk
melindungi kulit dari paparan sinar surya dan menganalisisnya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana cara mengetahui efektivitas tabir surya dalam melindungi tubuh

2.

dari paparan sinar UV?


Bagaimana cara penggunaan spektrofotometer UV-Vis dalam menganalisis

suatu sampel?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui efektivitas tabir surya dalam melindungi tubuh dari

2.

paparan sinar UV.


Untuk memahami cara penggunaan spektrofotometer UV-Vis dalam

menganalisis suatu sampel.


D. Manfaat Praktikum
Manfaat dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui efektivitas tabir surya dalam melindungi tubuh dari

paparan sinar UV.


memahami cara penggunaan spektrofotometer UV-Vis dalam

2. Dapat

menganalisis suatu sampel.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Penampilan merupakan salah satu aspek yang bisa membuat rasa percaya
diri yang tinggi. Penampilan kulit yang halus tanpa keriput dan berseri menjadi
dambaan setiap wanita. Masalah yang sering muncul dewasa ini adalah gejala
penuaan dini. Meski bukan penyakit atau gangguan kesehatan yang kronis, namun
memiliki dampak psikologis luar biasa pada diri setiap orang. Kulit merupakan
organ paling luar, kulit langsung terpapar dengan lingkungan prooksidatif seperti
radiasi sinar UV, obat-obatan, polusi udara, asap rokok, radiasi, alkohol dan
paparan zat tertentu. Akibatnya kulit terlihat kering dan tipis, muncul garis-garis
atau kerutan halus, muncul pigmentasi kulit, terlihat tidak kencang, kusam dan
tidak segar (Suryani dkk., 2014).
Kulit adalah organ terbesar dan terluar dari tubuh. Ketika kulit terkena
radiasi UV ini menyebabkan oksidatif dengan menghasilkan oksigen reaktif yang
memicu pengembangan terbakar sinar matahari, eritema, kanker kulit dll. Sintetis
sunscreen formulasi tersedia di pasar menimbulkan berbagai efek. Beberapa
bahan aktif (oksibenzon, asam retinoic, benzofenon dll.) formulasi tabir surya
sintetis berpotensi karsinogenik. Oleh karena itu, para peneliti telah mengalihkan
perhatian mereka terhadap pengembangan agen tabir surya herbal yang efektif
dengan efek samping yang lebih sedikit atau tidak ada. Krim tabir surya telah
dirumuskan dengan menggunakan sederhana formula boraks krim sederhana.
10% basis krim tabir surya dirumuskan dengan memasukkan daun pongamia
pinnata dan buah delima ekstrak kulit (3:2) ke basis krim dan dievaluasi untuk
berbagai parameter fisik dan secara fisikokimia (Patil dkk., 2015).

Penyinaran matahari yang berlebihan menyebabkan jaringan epidermis


kulit tidak cukup mampu melawan efek negatif seperti kelainan kulit mulai dari
dermatitis ringan sampai kanker kulit, sehingga diperlukan perlindungan baik
secara fisik dengan menutupi tubuh misalnya menggunakan payung, topi, atau
jaket dan secara kimia dengan menggunakan kosmetika tabir surya. Tabir surya
dapat menyerap sedikitnya 85% sinar matahari pada panjang gelombang 290-320
nm untuk UVB tetapi dapat meneruskan sinar pada panjang gelombang lebih dari
320 nm untuk UVA. Oleh karena itu dibutuhkan tabir surya yang dapat
melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari (Alhabsy dkk., 2014).
Sinar UVB dapat menyebabkan penggelapan kulit dan pembentukan
kanker kulit. Willis dan Cylus (1977) juga menyatakan, sebagian besar sinar UVB
diabsorpsi oleh epidermis dan dapat menstimulasi melanogenesis yang paling
tinggi. Penggunaan krim tabir surya dapat mencegah bahaya yang ditimbulkan
oleh sinar UV, sehingga dapat menurunkan probabilitas terjadinya kanker pada
kulit. Zulkarnain et al., (2013) menyatakan bahwa krim tabir surya dapat
menyerap sedikitnya 85% sinar matahari pada panjang gelombang 290-320 nm
(Purwaningsih dkk., 2015).
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan tabung foton hampa. Metode spektrofotometri memiliki
keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisa suatu zat dalam jumlah
kecil (Acharjya dkk., 2011).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Percobaan analisis perlindungan sinar UV dari beberapa jenis tabir surya
yang ada di kota Kendari dilaksanakan pada hari Senin, 17 Oktober 2016, pada
pukul 13.00 - 17.10 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,
Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu spektrofotometer UVVis, kuvet, pipet tetes, gelas kimia 250 mL dan batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu krim tabir surya,
etanol 70%, akuades dan alkil sinamat.

C. Prosedur Kerja

Krim Tabir Surya


- dilarutakan dalam etanol 70% dengan konsentrasi 20

g/mL
- diukur

serapannya

pada

panjang

gelombang

optimum dengan range gelombang 400-200 nm


- ditentukan absorbansnya

Hasil Pengamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Tabel 1.
No.
1

Nama Sampel
(1,9%)
Sampel A

2
3
4

Sampel B
Sampel C
Sampel D

Sampel E

UV A 300-400
nm
347,1 nm
0,058 Abs
365,7 nm
369,9 nm
382,3 nm
10000 Abs
-

UV B 290320 nm
310,8 nm
10000 Abs
295,8 nm
307,8 nm
-

UV C 200290 nm
214,4 nm
10000 Abs
217,7 nm
289,4 nm
-

228,8 nm
4,004 Abs
2575,1 nm
3,682 Abs
280,9 nm
10000 Abs

Sampel F

Sampel G

370,2 nm
10000 Abs

294,8 nm
10000 Abs

Tabel 2. Kondisi Sampel


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Karakteristik Sampel
Sampel A: milik pribadi, warna pink soft,
cream
Sampel B: milik pribadi, warna putih, cream
Sampel C: milik pribadi, warna putih, cream
Sampel D: milik pribadi, warna putih, cream
Sampel E: milik pribadi, warna hijau, gel
Sampel F: milik pribadi, warna kuning,
cream
Sampel G: milik pribadi, warna putih, cream
Sampel I: milik kelompok, bening
Sampel H: milik kelompok, hijau

Tanggal Kadaluarsa
14 Desember 2016
10 November 2017
01 Juni 2018
29 Maret 2018
22 Desember 2018
10 Oktober 2018
17 Desember 2017
26 Agustus 2018
30 uni 2019

B. Pembahasan
Sunscreen digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat
sinar UV. Dalam jumlah yang tidak berlebihan, sinar ultraviolet sebenarnya
berguna bagi tubuh, antara lain untuk membentuk vitamin D dari provitamin D
agar tulang tidak keropos, membentuk tirosin menjadi melanin sehingga kulit
berwarna, dan mampu membunuh bakteri jahat yang dapat menyebabkan
penyakit seperti jamur. Sinar matahari terdiri dari 3 komponen, yaitu sinar UVA,
UVB, dan UVC.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas tabir surya dalam
melindungi tubuh dari paparan sinar UV dan menganalisis suatu sampel dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sinar UVA (panjang gelombang antara
315-400 nm) mampu lebih dalam menembus kulit dan memiliki jangka waktu
yang lebih lama untuk menimbulkan kerusakan pada kulit, seperti kerutan, dan
gejala-gejala penuaan dini. Sinar UVA ini akan membuat kulit menjadi hitam
(tanning). Sedangkan sinar UVB (panjang gelombang 280 nm) hanya 0,2 % dari
sinar matahari total. Paparan sekitar 15 menit/hari dari sinar UVB ini sebenarnya
sangat penting untuk memicu pembentukan vitamin D3 (salah satu komponen
Vitamin D) dari provitaminnya. UVB sebenarnya juga mampu melindungi
kulit terhadap pembakaran lebih lanjut dengan cara menebalkan lapisan tanduk
pada kulit. Namun, paparan sinar UVB yang terlalu lama dan terlalu sering
bisa menyebabkan kulit terbakar yang dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya kanker kulit akibat penekanan imunitas seluler kulit. Sinar UVC
(panjang gelombang 100 nm) sebenarnya amat berbahaya dan sangat

merusak kulit, tetapi sinar ini ditahan oleh lapisan ozon. Kebocoran lapisan
ozon (O3) menyebabkan beberapa (sebagian kecil) sinar ini masuk ke bumi.
Mencegah interaksi sinar UV dengan kromofor kulit merupakan
fungsi utama dari tabir surya. Produk tabir surya sangat sederhana, tabir
surya mengabsorbsi, memantulkan, atau menghamburkan radiasi UV dari
sinar matahari sebelum energi ini diabsorbsi oleh residu kromofor dalam kulit.
Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktil metoksisinamat sebagai
UVB filter yang paling banyak digunakan. Bahan ini kurang efektif dalam
mengabsorbsi UVB dibandingkan para-aminobenzoic acid (PABA) dan pada
formulasinya dianjurkan penambahan UVB filter untuk memperoleh nilai
SPF

yang

tinggi.

UVA

filter

termasuk benzofenon, antranilat dan

dibenzoilmetan. Oksibenzon adalah benzofenon yang paling luas digunakan,


mengabsorbsi UVA dan UVB. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu
bersifat fotolabil serta mudah terdegradasi dan teroksidasi.
Memilih tabir surya atau sunscreen yang perlu diperhatikan adalah
nilai Sun Protecting Factor (SPF) yang terdapat dalam setiap produk tabir
surya. Nilai tersebut menunjukkan kekuatan tabir surya dalam melindungi
kulit dari sengatan sinar UVB. Lamanya kulit terlindungi oleh tabir surya
sangat ditentukan oleh nilai SPF yang tertera pada produk tersebut.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Efektifitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya
adalah dengan nilai sun protection factor (SPF). Pengukuran nilai SPF suatu
sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in vitro. Metode pengukuran nilai
SPF secara in vitro dengan menggunakan alat spektrofometer UV Vis.
2. Spektrofotometer adalah alat untu mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer
adalah dengan memancarkan sinar tampak pada panjang gelombang tertentu
yang kemudian melewati suatu larutan dan diserap oleh larutan yang dilewati
sehingga serapannya tersebut yang dikatakan sebagai absorbansi.
B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada percobaan ini yaitu sebaiknya
ketelitian saat mengukur sampel lebih diutamakan agar hasil yang diperoleh lebih
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Acharjiya, S.K., Rao, M.E.B., Kumar, B.V.V.R., dan Annapurna, M.M., 2011, UV
Spectrophotometric Methods for The Determination of Zolmitriptan in
Bulk and Pharmaceutical Dosage Forms, Journal of Advanced Scientific
Research, 2(3): 42-47.
Alhabsy, D.F., Edi, S., dan Defny, S.W., 2014, Aktivitas Antioksidan dan Tabir
Surya pada Ekstrak Kulit Buah Pisang Goroho (Musa acuminate L.),
Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(2): 1-8.
Patil, S., Fegade, B., Zamindar, U., dan Bhaskar, V.H., 2015, Determination of
Active Phytocompounds from Formulated Sunscreen Cream Containing
Pongamia Pinnata Leaves and Punica Granatum Peel Extract by High
Performance Thin Layer Chromatography, World Journal of
Pharmaceutical Research, 4(7): 802-812.
Purwaningsih, S., Ella, S., Adnin, M.N., 2015, Efek Fotoprotektif Krim Tabir
Surya dengan Penambahan Karaginan dan Buah Bakau Hitam (Rhizopora
mucronata Lamk.), Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 7(1): 1-14.
Shaath, N. A., 1990, The Chemistry of Sunscreens, in Sunscreens, Marcel Dekker
Inc, New York, 211-232.
Shovyana, H.H., dan Zulkarnain, A.K., 2013, Physical Stability and Activity of
Cream W/O Etanolic Fruit Extract of Mahkota Dewa (Phaleria
Macrocarpha (Scheff.) Boerl,) as A Sunscreen, 18(2): 109-117.
Suryani, Rini, H., Nurlena, I., Ahmad, Z., dan Hasnawati, 2014, Uji Aktivitas
Tabir Surya Formula Sediaan Losio Ekstrak Metanol Daun Mangkokan
(Nothophanax scutellarium Merr.), Medula, 2(1): 1-5.
Wahdaningsih, S., Setyowati, E.P., dan Wahyuono, S., 2011, Aktivitas Penangkap
Radikal Bebas dari Batang Pakis (Alsophila Glauca J. Sm), Majah Obat
Tradisional, 16(3): 156-160.
Zulkarnain, A.K., Ernawati, N., dan Sukardani, N.I., 2013, Activities of Yam
Starch (Pachyrrizus Erosus (L.) Urban) as suNscreen in Mouse and The
Effect of Its Concentration to Viscosity Level, Traditional Medicine
Journal, 18(1): 1-8.

Anda mungkin juga menyukai