Page 1 of 44
Modul Comonrail
Internally Used Only
Page 2 of 44
Injeksi elektronik
Teknologi injeksi pertama yang diadopsi mesin diesel yaitu memakai pompa bahan bakar
mekanik dan sistem buka tutup katup yang digerakkan poros engkol. Pergerakannya
melalui timing belt atau rantai. Mesin diesel tipe ini menggunakan injektor yang amat
sederhana dengan pola penyemprotan diatur katup. Kerja katup diatur oleh tekanan bahan
bakar. Sistem yang satu langkah lebih canggih adalah indirect injection yang mensupply
bahan bakar melalui satu ruangan khusus sebelum akhirnya masuk ruang bakar. Ruangan
khusus ini disebut sebagai pre-chamber dengan tugas utama menghasilkan bahan bakar
yang siap diledakkan. Dengan teknologi indirect injection, kinerja mesin diesel jadi lebih
halus, lembut, dan efisien.
Mesin diesel modern saat ini rata-rata mengadopsi teknologi direct injection. Pada sistem
ini injektor diletakkan tepat diatas ruang pembakaran. Begitu katup terbuka, injektor akan
langsung menyemprotkan bahan bakar. Dengan sistem ini konsumsi bahan bakar jadi
lebih hemat 15 hingga 20% dari mesin berteknologi indirect injection.
Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik, pada tahun 1989 kerja peranti direct
injection pun diatur oleh ECU (Engine Control Unit). Waktu injeksi, jumlah bahan bakar,
sirkulasi gas buang dan peranti turbo diatur oleh sistem elektronik. Ini menghasilkan
mesin diesel yang ramah lingkungan.
Inovasi mesin diesel terus berlanjut dengan penemuan sistem common rail injection.
Teknologi ini dirancang untuk memperbesar tekanan bahan bakar yang masuk ke dalam
ruang bakar. Pada teknologi direct injection, injektor bekerja pada tekanan 300 bar. Pada
teknologi baru, tekanan bahan bakar diperbesar lebih dari 1.800 bar. Caranya, sebelum
dialirkan ke injektor, bahan bakar solar terlebih dahulu disalurkan ke pipa khusus atau
common rail. Dalam pipa ini terdapat alat khusus yang bisa memaksimalkan tekanan bahan
bakar. Peranti injektor terletak berbaris sepanjang pipa ini.
Unit Direct Injection merupakan teknologi yang paling baru dari sistem pasokan bahan
bakar mesin diesel. Sangat canggih dan berteknologi tinggi, karena setiap injektor yang
berada di silinder dilayani oleh satu pompa sendiri. Artinya injektor dan pompa sudah
menjadi satu unit sendiri. Ini memungkinkan aliran bahan bakar yang selalu konstan ke
dalam ruang bakar. Sistem ini dikembangkan oleh Bosch dan sudah diadopsi oleh
berbagai pabrikan mobil Eropa. VW menyebutnya dengan nama Pumpe Duse yang
pipa pengembali tersebut kemudian dialirkan ke pendingin bahan bakar. Hasil dari
sirkulasi ini menyebabkan bahan bakar selalu tersedia dalam kondisi yang cukup
dingin untuk pompa tekanan tinggi.
Fuel Temperature
Sensor
Cylinder
Determination
Sensor
a. Pemanas awal
Digunakan untuk memastikan bahwa bahan bakar tidak mendapat gangguan saat
musim dingin atau terjadi perbedaan suhu yang sangat ekstrim mencapai 25oC.
Fungsinya memansakan bahan bakar menggunakan air pendingin motor dan dinding
blok motor.
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 8. Skema sistim aliran pemanas bahan
bakar
b. Saringan Bahan bakar
Fungsinya adalah untuk menyaring kotoran-kotoran yang terdapat pada bahan bakar
dengan mengalirkan bahan bakar dari
bakar. Bentuk filter bahan bakar terbuat dari elemen kertas dengan rata-rata lubang
pori-porinya adalah 5m. Dalam filter bahan bakar terdapat. Saringan bahan bakar
(70), Saluran masuk ke saringan bahan bakar (70/1), Saluran keluar dari saringan
bahan bakar (70/2).
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 1 0 . Pompa pembagi bahan bakar
d. Shutoff electric valve (katup penutup elektrik)
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 1 1 . Shutoff electric Valve
Berfungsi sebagai penutup dan pembuka saluran bahan bakar pada saat
digunakan. Saat katup shutoff tidak dialiri aliran listrik, bahan bakar masuk ke
pompa tegangan tinggi. Ketika selenoid armature dialiri oleh listrik,maka katup
bola tertutup. Bahan bakar disuplai oleh pompa pembagi (delivery pump) melalui
katup pembatas tekanan dan kembali ke sisi isap.
e. Pendingin bahan bakar
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 12. Pendingin bahan bakar
Bahan bakar yang panas datang dari katup pengatur tekanan melalui saluran masuk
(14/1) terus ke pendingin bahan bakar dan masuk keruang yang basar, panas
diambil oleh permukaan Honeycomb-shaped. Bahan bakar terus melewati saluran
balik (14/2) dan kembali ketangki melalui pipa. Pada waktu yang bersarnaan,
bahan bakar yang berada di ruang pendingin dipisah dari bahan bakar. Air
pendingin menglir ke saluran masuk (14/4) melalui pendingin bahan bakar dan
keluar lagi melalui saluran balik (14/4). Sehingga tetap menjamin tersedianya
kondisi bahan bakar yang dingin pada saat melalui pompa tekanan tinggi.
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 1 3 Skema pendingin bahan
bakar
Pendinginan lewat melalui slang dari blok motor ke termostat ( 18/3 ) pada
penurunan temperatur pendinginan (18). Dari penurunan temperatur sekitar 80oC,
termostat (18/3) membuka dan pendinginan mengalir melalui penurunan temperatur
pendinginan (18). Pendinginan diturunkan sampai sekitar 20 OC dan kemudian
mengalir keluar (18/2) ke pendinginan bahan bakar (14), selanjutnya panas bahan
bakar diredam dan terus keluar kejalur utama pendinginan. Sebagai hasilnya
temperatur bahan bakar diturunkan sekitar 40oC.
f. Pompa tekanan tinggi
Berfungsi memberikan tekanan yang cukup tinggi pada rail. Pompa tekanan tinggi
merupakan pompa piston radial dengan tiga piston masing-masing pengaturan
sudut 120 membangun tekanan tinggi. Pompa tekanan tinggi diputar kira-kira 1,3
kali putaran poros nok.
Saat tekanan rendah bahan bakar dialirkan oleh pompa pembagi melalui saluran masuk
bahan bakar (19 /6) ke katup throttle (19 /13) jika ada udara yang masuk bersama bahan
bakar melalui pembatas (Restrictor
Katup throttle (19/13) membuka pada saat tekanan sekitar 0,4 bar oleh tekanan balik
pada pegas (19/12) dan bahan bakar masuk ke saluran masuk bahan bakar (119/6)
melalui sepanjang jalur ke masing-masing piston (119/9)
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 1 4 Pompa tekanan tinggi
Poros pengerak (119/4) dengan poros eksentris (19/5) mendorong piston (19/9) naik
turun melawan pegas piston (19/10) pada ketiga element pompa. Kebocoran bahan
bakar dari piston (19/9) mengalir melalui saluran pengembali (119/16) dan ke
pendinginan bahan bakar terus ke tangki bahan bakar. Bahan bakar mengalir pada
katup throttle (11 9/13) seperti aliran balik. Saluran pembatas pada katup hanya dibuat
sebagai saluran ventilasi untuk jalur tekanan rendah.
Saat tekanan tinggi pengisian pada piston (19/9) didorong kebawah oleh pegas piston
(19/10). Bahan bakar dialirkan oleh pompa pembagi kesepanjang jalur saluran
pengisian (119/6), melewati plat katup (19/7) dan pegas katup (19/8) kedalam silinder.
Katup bola (19/15) mencegah saluran balik tekanan tinggi dari penampungannya.
Membangun tekanan tinggi pada pompa tekanan tinggi dilakukan oleh Piston (19/9)
saat didorong keatas oleh nok poros eksentris (19/5) dan bahan bakar
dikopresikan. Plat katup (19/7) menutup volume aliran ke saluran pengisian
bahan bakar (19/6). Jika tekanan bahan bakar naik dialam silinder yang mana berada
didalam jalur tekanan tinggi (19/3), katup bola (19/15) mdr.Dbuka dan bahan bakar
dipompakan kasaluran tekakan tinggi (19/3).
h. Nozzle / Injektor
Berfungsi sebagai pengabut bahan bakar, sehingga bahan bakar mudah bercampur
dengan udara dan sehingga memudahkan terjadinya proses pembakaran. Besarnya
jumlah injeksi bahan bakar tergantung dari lamanya pengendalian selenoid,
lamanya membuka dan menutup jarum nozzle, aliran bahan bakar pada nozzle,
membukanya jarum nozlle dan tekanan rail.
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 20 Katup pengatur tekanan bahan bakar
Katup pengontrol tekanan bahan bakar yang terletak dibagian belakang rai merupakan
komponen yang berperan mengontrol tekanan bahan bakar pada rail dan mem-
pertahankan tekanan pada rail yang diatur kontrol unit motor (N3/9). Tekanan tinggi
yang berada di dalam rail lebih besar dari tekanan pengisian (16/1) katup bola duduk
diposisinya pada katup pengatur tekanan (Y74).
Besarnya tekannan pada rail diatur oleh katup pengatur tekanan (Y74) dengan
membangun medan magnet (a) untuk menyesuaikan tekanan sesuai data dengan cara
pengaturan arus lisrik. Sehingga medan magnet akan menarik katup bola menjauhi
dudukannya (c). Tekanan pada rail akan berubah-berubah sebagai hasil dari
pengurangan bahan bakar saat katup bola membuka. Jumlah arus yang diberikan
dikendalikan olek kontrol unit CDI (N3/9). Pengaturan pengembalian bahan bakar
sepanjang aliran pengembalian (16/2) ke dalam tanki bahan bakar. Saat arus listrik
tidak diberikan katup pengatur tekan (Y74) tertutup, sebab kekuatan pegas akan
menekan katup bola keposisi dudukannya (posisi semula).
Saat kendaraan jalan,katup pengatur tekanan (Y74) secara terus menerus membuka,
saat kendaraan di stater, posisi katup pengatur tekan (Y74) ditahan pada posisi
menutup sebagai hasil dari tekanan pegas (b). Saat kendaraan jalan medan magnet
yang terjadi pada coil (a) akan melawan pegas (b) sehingga menarik katup bola dan
terjadi pembocoran bahan bakar.
k. Sensor tekanan
diaphram seabagai hasilnya tahanan elektrik juga berobah dan perobahan ini
merupakan signal yang diberikan ke kontrol unit. Sensor tekanan rail (B4/6)
mengukur tekanan rail dan memberikan tegangan signal akurat ke kontrol unit (N3/9).
Katup pengatur tekanan (Y74) dikendalikan sesuai pengaturan putaran oleh kontrol
unit sampai tekanan pada rail tercapai
l. Sensor temperatur air pendingin
Sensor
ini memiliki
oleh
temperatur air yang merobah tahanan elektriknya akibat perubahan temperatur air.
mengkakulasi
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 24 Crankshaft sensor
o.
Pendeteksian posisi poros nok maksudnya adalah mendeteksi segmen pada poros nok,
kontrol unit (N3/9) mengetahui posisi TDC silinder dari signal yang diberikan oleh
sensor Hafl poros engkol (B6/1). Waktu penyemprotan nozel disinkronkan antara
signal dari sensor hall poros nok (B6/1) dengan signal sensor poros engkol (L5).
Sensor hall poros nok (B6/1) telah diberi signal tegangan 11 - 14 V ("high"). Jika
segment (g) Sproket gear poros nok berhadapan dengan sensor hall poros nok, signal
tegangan drop 0 V ( low). Signal 0 V ini digunakan untuk mengetahui TDC
pengapian pada silinder No. 1.
Jika tidak ada signal yang diterima dari sensor hall poros engkol ( B6/1) TDC
pengapian pada silinder no.1 tergantung penentuannya secara acak oleh kontroI unit
(N3/9). Jarak antara sensor hall poros nok dengan segmen sproket poros nok
exhaust tidak dapat dirubah.
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 27 Rpm sensor
r. Sistim kontrol
Sistem injeksi bahan bakar common rail memiliki sistim yang hampir sama dengan
sistim injeksi elektronis pada motor bensin yang dikenal dengan sebutan Electronic
Fuel Injection (EFI), volume penyemprotan bahan bakar dikontrol secara elektronis,
basis dari sistem ini mengalami banyak pengembangan dan juga banyak dipakai pada
berbagai merek kendaraan, baik kendaraan keluaran Eropa, Jepang maupun Amerika.
Bekerjanya injektor penyemprot bahan bakar diatur oleh sebuah Electronic Control
Unit (ECU), kadang-kadang disebut ECM (Electronic Control Module), perangkat
pengontrol elektronis ini menerima beberapa masukan dari sensor-sensor antara lain
sensor volume dan suhu udara yang masuk ke silinder motor, suhu air pendingin,
beban dan putaran motor, posisi katup gas dan lain-lain sehingga volume
penyemprotan bahan bakar bisa disesuaikan secara tepat berdasarkan berbagai
masukan/input yang diterima oleh ECU tersebut.
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 49 Electronic control unit (ECU)
ECU pada sistim injeksi common rail memiliki fungsi sebagai control modul untuk
mengontrol dan mengendalikan sistim injeksi sesuai dengan input signal berupa
Suplai bahan bakar, engontrol jumiah penyernprotan bahan bakar, mengontrol emisi
gas buang, mengontrol tekanan intake manifold, mengedalikan cruise control (
hanya transmisi otomatis, mematikan compresor A/C, memonitor signal input dan
output, mem eri ksa pluasibelitasnya dan menyimpan memory kesalahan, membentuk
nilai penganti jika salah satu signal hilang ( Emergency Running), mendiagnosa (
memory kesalahan yang tersimpan ).
Kontrol unit CDI ( N3/9 ) diberikan tegangan listrik (sirkuit 87 tanpa sekring melalui
sekring dan relai modul ( K40/4). Dia mendeteksi input signal dan mengendalikan
output pada semua kondisi pengoperasian. Dalam operasinya control uni menerima
masuka berupa signal-signal baik dari sensor-sensor dan mengolahnya, kemudian
memberikan perintah kepada actuator.
dihubungkan diantara kabel. Pengukuran tahanan (saat kunci kontak OFF) antara dua
kabel 60 ohm secara parallel 120 ohm. Semua data-data dikirimkan secara digital
keseluruh jalur CAN data bus secara bertahap. Masing-masing kotak data yang telah
diterjernahkan diterima dan dikirimkan oleh kontrol unit sesuai dengan kebutuhan
masing-masing. Setiap kontrol unit yang dihubungkan dengan CAN data bus dapat
menerima data. Jumlah kota data,tahap yang pendek antara dua tahap pengiriman dan
gambaran selanjutnya CAN data bus secara terus menerus mengeceknya. Jika ada
kesalahan yang terdeteksi maka kesalahan tersebut disimpan.
kebutuhan bahan bakar yang dibutuhkan engine sesuai kondisi dan pembebanan mesin.
Beberapa masukan berasal dari sensor-sensor yang berhubungan dengan kondisi engine
baik sensor air flow sensor (B2/5), tekanan rail (B4/6), temperatur air pendingin
(B11/4), temperatur udara masuk (B17), tekanan udara intake manifold (B28), pedal
gas (B37), minyak pelumas (B40), poros engkol (L5) dan beberapa kontrol unit seperti
busi pijar (N14/2), transmisi otomatis (N15/3), tempmatic AC (N19/1), automatic AC
(N22), ASR/SPS (N47-1), ABS (N47-7), DAS (N54-1), EIS (N73) dan switch pedal
kopling (S40/3). Masukan tersebut kemudian diolah dan dihitung oleh control unit
kemudian hasilnya akan berupa signal perintah pada masing-masing actuator untuk
memerintahkan besarnya penyemprotan bahan bakar pada injector.
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 3 0 Skema Input signal control unit
Pengaturan jumlah aliran bahan bakar saat start sesuai dengan kondisi kerja
(operasi) pengaturan ini tidak tergantung pada posisi pedal gas. Kontrol unit
CDI (N3/9) mendeteksi posisi TDC pengapian silinder No. 1 melalui sensor hall
poros nok (B6/1) mengsikronkan saat penyemprotkan bahan bakar dan juga waktu
penyernprotannya. Sensor posisi poros engkol (L5) mendeteksi putaran motor dari
gigi increment, ditambah dengan signal untuk memproses permintaan jumlah aliran
bahan bakar saat start yang diberikan oleh sensor temperatur air pendingin (B11/4)
ke kontrol unit motor (N3/9), dan terus mengendalikan nozel (Y76).
Unit ini berperan dalam mengatur putaran stationer walaupun motor dibawah beban
kerja misalnya pada saat gigi transmisi dihubung atau tidak dihubungkan, atau
kompresos A/C berkerja. Sensor posisi poros engkol (L5) dan sensor hall porosnok
memberikan signal ke kontrol unit (N3/9).
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 34. Diagram pengaturan putaran idle
Kontrol unit ini akan mengkalkulasi/menghitung
yang sebenarnya dan pengaturan tekanan pada rail yang diatur oleh katup pengatur
tekanan (Y74), dan juga lama waktu penyemprotan bahan bakar pada injector/nozzle.
Nilai, tekanan pada rail dan lamanya waktu penyernprotan hasilnya sama dengan
banyak jumlahnya bahan bakar yang disemprotkan oleh nozzle. Signal-signal yang
dibutuhkan untuk pengaturan putaran stationer adalah: sensor temperatur air pendingin
(B11/4), sensor massa udara ( HFM sensor), control unit tempmatic A/C (TAU) N 19/1,
kontrol unit automatic A/C( AAC ) N22, sensor pedal gas B37, sensor tekanan rail
B4/6, sensor temperatur udara masuk B17.
g. Pembatasan putaran maksimum
Unit
ini
berperan
dalam
Kontrol
unit
(N3/9)
menentukan putaran motor dari informasi yang diberikan oleh sensor posisi poros
engkol (L5) dan pembatasan putaran ini yang dikendalikannya adalah injektor (
nozzle), besarnya pembatasan putaran motor dibatasi pada rpm 4200 4600. Selain itu
dilengkapi pula pengaman Drive train pada model dengan manual transmisi dengan
jalan mengatur jumlah penyemprotan bahan bakar dikurangi saat kendaraan pada posisi
kerja ( operasi ) ini digunakan untuk melindungi motor dan drive train aliran daya pada
saat
setelah setiap motor distater sampai pedal kopling dilepaskan, ketika pedal
kopling dilepas, ketika pedal kopling dilepas dan kecepatan kendaraan kurang dari 10
km/jam, fungsi pembatas kecepatan kendaraan dikendaliakn oleh kontrol unit dan
putaran motor dibatasi pada 3500 rpm.
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 35. Diagram pembatasan putaran maksimum
h. Pembatasan penyemprotan bahan bakar pada gas penuh (full throttle)
Unit ini terutama berperan untuk mengurangi jumlah asap yang dikeluarkan pada saat
kondisi kerja pada katup gas (throttle valve) terbuka penuh. Ketika motor kondisi
kerja dengan katup gas terbuka penuh, kontrol unit (N3/9) membatasi jumlah bahan
bakar yang disemprotkan melalui sensor tekanan rail (B4/6), katup pengatur tekanan
(Y74) dan injector ( nozzle). Pengurangan jumlah asap ini dilakukan pada saat
akselarasi dan ketika dikendarai pada kecepatan yang rata. Meskipun terjadi
kesalahan pada komponen dan bagian sistim yang lain, jumlah bahan bakar yang
disemprotkan pada posisi katup gas terbuka penuh semakin di kurangi dengan
bekerjasama dengan unit lain yaitu EGR, dan pengatur tambahan tekanan pengisian.
Mematikan motor ketika kontok "ON" Persyaratan untuk mematikan motor: Tuas
transmisi pada posis P atau N Kecepatan kendaraan kurang dari 6 km/jam, Switch
pedal kopling tertekan ( S40/3 ) Saat kunci kontak pada kontrol unit EIS ( N73 )
diputar keposisi " STOP ", konttrol unit motor ( N3/9 Mendeteksi kehilangan
tegangan pada sirkuit 15U. Penyemprotan nozel di non aktifkan oleh kontrol unit CDI
( N3/9 mematikan motor darurat( Emergency) Jika ada kesalahan yang dideteksi pada
sistim injeksi bahan bakar, motor dimatikan Melalui katup listrik shutoff (Y75 )
j. Pengajuan penyemprotan
Bagian ini memiliki peran dalam mengurangi bunyi dan polusi emisi gas buang.
Jumlah bahan bakar yang disemprotkan yang dibutuhkan oleh motor dibagi lagi
dengan jumlah pengajuan penyernprotan dan jurnlah penyemtrotan utama. Fungsi
pengendalian stater. Stater dikendalikan dengan pengajuan penyernprotan oleh
kontrol unit berdasarkan urutan penyemprotannya, dengan berdasarkan impormasi
data yang dikalkulasi. Berdasarkan informasi adari stater yang selanjutnya
dikendalikan pada penyemprotan utama, temperatur air pendingin, putaran motor,
sistim tegangan listrik, dan waktu penyernprotan.
melebihi waktunya, puran motor terlalu cepat (> 4900 rpm), tidak cukupnya
jumlah
bakar
tiada cukupnya tekanan bahan bakar pada rail jika kunci kontak
mengkoreksi
jumlah
pengajuan
penyemprotan.
Jumlah
pengajuan
air
pendingin,
temperatur
udara
masuk,
tekanan
udara
pada saat
putaran
motor terlalu cepat (> 5200 rpm), tidak cukupnya jumlah penyemprotan utama, tidak
cukupnya tekanan bahan bakar pada Rail, jika motor dimatikan, pengaturan jumlah
eksternal (ASR) dan Inertia fuel mati. Penghitungan jumlah penyemprotan utarna
dihitung berdasarkan pada putaran motor, tekanan atmosphir, temperatur air
pendingin, temperatur udara masuk, dan tekanan penambahan udara.
Temperatur air pendingin, temperatur udara dan tekanan udara (atmosphire )
dibutuhkan sebagai koreksi untuk jumlah penyemprotan utama. Jika jumlah
penyemprotan turun dibawah minimum tergantung tekanan pada rail, tidak ada
pengajuan penyemprotan yang diberikan. Dalam kasus ini, hanya penyemprotan
utama yang diambil. Jika jumlah penyernprotan utama masih kurang dari jurnlah
minimum, maka tidak ada penyemprotan utama atau pengajuan penyemprotan
penyemprotan diberikan (inertia fuel dimatikan )
l. Pengatur penyemprotan eksternal
signal dikirimkan ke
kontrol
unit
(N3/9)
oleh
kontrol-kontrol unit
atau
oleh
tekanan tambahan sesuai data pada kontrol unit dan sensor tekanan. Tekanan
tambahan diatur vacuum transduser (Y31/5) yang di kendalikan oleh kontrol unit
dengan arus listrik yang bervariasi dan diberikan untuk mengatur vacuum kepada unit
vacuum pengatur katup tekanan tambahan.
dibagi
kedalam
Exhaust
gas
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 4 5 . Diagram pengatur emisi gas buang
q. Exhaust gas recilculatin (EGR)
Bertugas menurunkan unsur nitrogen oxide ( NOx). Hydrocarbon ( HC) dan unsureunsur bahaya lainnya. Exhaust gas recirculation (EGR) diambil dan dikendalikan oleh
kontrol unit sesuai data-data yang telah diprogram didalam kontrol unit itu
sendiri dengan mengikuti kondisi-kondisi yang ada diantaranya tengangan battery 11
- 14 Volt, temperatur air pendingin 60oC, putaran motor > 1000 rpm, motor telah
hidup dengan putaran 60 detik, beban menengah (jumlah penyernprotan). Kontrol
unit (N319) mengatur jumlah bahan bakar jika sistim EGR bekerja pada beban
menegah bersama massa udara, berdasarkan input signal yang diberikan oleh sensor
HFM (airflow sensor - B2/5 ).
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 4 7. Diagram Denox catalytic converter
Catalytic converter terdiri dari rumah stainless steel, expanded meting (anyaman
saringan) dan lapisan keramik monolith sesuai dengan aturan
aturan catalytic
sebenarnya. keramik monolith adalah body keramik yang terdiri dari beberapa
ribu bagian-bagian kecil. keramik dibuat magnesium aluminium silicate yang tahan
terhadap temperatur tinggi. Monolith sangat sensitif terhadap tekanan dan oleh karena
itu ditambahkan saringan dari anyamaman jerami di dalam rumah stainless steel.
Lapisan dalam katalis yang efektif digunakan pada unsur lapisan yang terbuat dari
platinum.
Platinum
membuat
reaksi
oksidasi
hidrokarbon
(HC)
dan
N3/9
).
Lamanya busi
pijar
menyala
komponen atau kabel pada sisitim busi pijar maka lampu indikator busi pijar menyala
dan memori kesalahannya disimpan dalam kontrol unit.
Source : DaimlerCrhrysler,
2000
Gambar 4 8 . Diagram pengatur busi pijar
t. Pengontrol starter
Bertugas untuk memutus motor stater (M 1) saat motor telah mencapai
putarannya. Motor stater (M1) dikendalikan oleh kontrol unit melalui relay modul
dan sekring ( K40/4 ) dan relay starter ( K40/4k2 ). Nilai putaran motor dideteksi,
untuk melindungi starter dan ring gear ini di simpan oleh kontrol unit sebagai
nilai yang sebenarnya sesuai karakteristiknya.
Kondis! saat starter ON Sistim DAS tidak diaktifkan dan plutaran motor = 0 dan
kunci kontak pada posisi start.
Kondisisaat stater OFF kunci kontak tidak diposisi start (pengoperasian start berakhir
). atau putaran motor telah dicapai atau putaran motor maksimum telah terlewati
(untuk melindungi motor stater ). Sekiranya starter di ulang ini butuh waktu 1.5 detik
untuk menunggu pemblokiran setelah kunci kontak dimatikan ini dilakukan untuk
mencegah berputarnya pinion motor starter dengan ring gear play wheel untuk
melindungi ring gear (fly wheel ). Tindakan keamanan diambil sekiranya ada
kesalahan jika motor stater tidak ada signal (sirkuit 50 tidak terhubung), yang
disebabkan oleh kesalahan mekanis, penyernprotan bahan bakar diaktifkan untuk
mencegah motor di starter. Kecuali dari kecepatan > 2.4 km/jam penyemprotan bahan
bakar diaktifkan walaupun tanpa start signal saat kendaraan dihidupkan dengan
didorong.
maka
berada diatas
kemudian akan
mendistribusikan solar yang bertekanan tinggi kepada setiap nozzle via pipa common
rail. Disini, ECU akan mengontrol timing dan jumlah pengiriman bahan bakar.
Teknologi Common Rail yang sudah beredar dan terpasang di kendaraan di
Indonesia pada saat tulisan ini dibuat adalah: Isuzu D-Max, Peugeot 307, 806 dan
yang paling fenomenal adalah produk dari Toyota yaitu: Toyota Kijang Innova
Diesel. Untuk produk Toyota Kijang Innova ini menggunakan common rail tipe ECDU2P (Denso).
Untuk menyiasati kondisi dan kualitas bahan bakar solar di Indonesia sekarang ini,
Toyota Kijang Innova menggunakan filter solar yang memiliki ketahanan hingga
300.000 km. Namun untuk kondisi mesin tidak ada modifikasi khusus dalam hal ini.
Pengetesan Common Rail Sistem ini harus menggunakan Test Bench dan Nozzle tester
khusus yang bertekanan tinggi untuk penyetelan dan servis.
Bukanlah hal tabu untuk memakai Diesel pada kendaraan penumpang termasuk sedan
mewah sekalipun. A8 4.2 TDI quattro membuktikan bahwa mesin Diesel memang
pantas digunakan. Walau kelas mobilnya tidak sepadan, mesin Diesel dari yang
dipakai oleh Mercedes Benz E420 CDI sebanding dengan 4.2 TDI milik Audi.
Khusus untuk mesin bensin, pertama akan ditandai dengan semakin populernya
teknologi EFI
(Electronic Fuel
Injection). Sistem
yang
membuat proses
pembakaran semakin sempurna karena volume bahan bakar yang dibutuhkan mesin
sudah diatur oleh komputer.
Teknologi kedua yang juga akan dipakai adalah sistem katup variabel VVT-I atau
Variable Valve Timing Inteligent yang menggantikan bukaan katup konstan. Sistem
ketiga adalah teknologi pencetusan api (ignition system) juga akan diperbaiki. Dari
semula contact point menjadi sistem ESA (Electronic Spark Advance) dan full
transistor. Teknologi ESA memakai arus listrik yang lebih tinggi sehingga pencetusan
api bisa lebih presisi.
Keempat, sistem pengaturan udara yang masuk ruang bakar pun diperbaiki dengan
teknologi ACIS (Acoustic Control Induction System). Caranya, aliran udara
lebih disempurnakan sehingga pencampuran dengan bahan bakar menjadi lebih baik.
Hasilnya proses pembakaran semakin sempurna.
Terakhir yang
akan
selama ini
catalytic converter hanya ada pada mobil mewah saja, di tahun 2007 akan
menjadi produk massal. Tidak hanya itu, teknologi elektronik akan diterapkan pada
sistem pembuangan. Gas buang yang keluar akan dimonitor nilai lambdanya oleh
sensor. Hasilnya kemudian dilaporkan ke ECU (Electronic Computer Unit) yang
berkoordinasi dengan sistem lain. Hasilnya catalytic converter dapat bekerja efektif
mereduksi CO, HC, dan Nox.
Sementara mesin diesel teknologinya lebih rumit. Bila pada standar Euro-1 mekanisme
pembakarannya hanya melibatkan pompa injeksi, sirkulasi gas buang dan sistem
kendali asap, maka pada Euro-2 lebih canggih lagi. Mesin diesel akan dirancang untuk
mampu mereduksi PM (Particulate Material) dan gas Nox (Nitrogen Oksida). Proses
reduksi PM dilakukan dengan membenahi sistem injeksi dibarengi dengan
pemasangan teknologi multi valve system. Untuk mengatasi masalah Nox pabrikan
akan mengembangkan teknologi pilot injection dengan common-rail system. Yang
juga turut dibenahi adalah sistem sirkulasi gas buang dengan tambahan sistem katalis
untuk menyaring Nox.