Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan berkembangnya populasi manusia serta kemajuan tingkat
perekonomian di suatu daerah akan membawa dampak pada pencemaran air tanah
cenderung meningkat, terutama yang diakibatkan oleh penumpukan sampah.
Sampah merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai estetika
lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, membawa polusi, pencemaran air
permukaan, air tanah, dan berbagai negatif lainnya.
Di negara berkembang, sampah umumnya ditampung pada lokasi pembuangan
dengan menggunakan sanitary landfill [1]. Sanitary landfill adalah sistem
pengolahan sampah yang menggunakan lahan cekungan dengan syarat tertentu yaitu
jenis dan porositas tanah, dimana pada dasar cekungan dilapisi geotekstil untuk
menahan peresapan lindi pada tanah serta dilengkapi dengan saluran lindi. Pada
umumnya Tempat Pembuang Akhir (TPA) yang ada di Indonesia belum sepenuhnya
menerapkan sistem sanitary landfill dan kebanyakan masih menerapkan sistem open
dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa adanya lapisan geotekstil dan
saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran air tanah dan udara di sekitar
TPA [2]. Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai iklim tropis dan
kelembaban tinggi, merupakan faktor pemercepat terjadinya reaksi kimia sehingga
sampah lebih cepat membusuk jika dibandingkan dengan negara lain. Air yang ada
pada hasil pembusukan umumnya mengandung bahan kimia, bakteri, dan kotoran
lainnya yang dapat merembes ke dalam tanah. Jika ada air hujan yang melewati
sampah, akan menimbulkan pencemaran baik yang berasal dari rembesan air sampah
maupun oleh sampah itu sendiri.
Kota Lumajang adalah kota yang komplek dengan meningkatnya penduduk
cukup banyak dan produksi pangan yang meningkat pula yang tidak dapat terkendali
menyebabkan meningkatnya penumpukan sampah. Berdasarkan data Dinas
Lingkungan Hidup (DLH), dengan jumlah penduduk yang mencapai 1 juta jiwa
lebih, Lumajang setiap harinya menghasilkan tumpukan sampah sekitar 750 kubik.
Produksi sampah terus terjadi setiap hari, akan mengalami pembusukan terutama
pada sampah basah. Biasanya untuk menjaga kebersihan, penduduk sering
1

menyingkirkan sampah ditempat yang telah disediakan kemudian diangkut ke TPS


dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Lempeni Kecamatan Tempeh
Kabupaten Lumajang.
Tumpukan sampah di TPA akan mengalami proses penguraian dan
menghasilkan air limbah yang merupakan air tirisan cairan sampah hasil ekstrasi
bahan terlarut maupun tersuspensi atau disebut leachate. Leachate atau akumulasi
lindi yang masuk ke dalam air tanah atau sungai akan menimbulkan pencemaran,
terutama di daerah yang curah hujan dan muka air tanahnya tinggi. Timbulan (debit)
lindi serta kualitasnya yang keluar dari timbunan sampah sangat berfluktuasi karena
bergantung

pada

curah

hujan

serta

karakter

sampah

yang

ditimbun.

Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia yang terkandung
dalam lindi seperti nitrat, nitrit, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan,
klorida, sulfat, BOD, COD, pH yang kosentrasinya sangat tinggi akan menyebabkan
terganggunya kehidupan hewan dan binatang lainnya yang hidup di sawah sekitar
TPA. Disamping itu pula tercemarnya air bawah permukaan yang diakibatkan oleh
lindi berpengaruh terhadap kesehatan terutama bagi penduduk yang bermukim di
sekitar TPA. Lindi yang semakin lama semakin banyak volumenya akan merembes
masuk ke dalam tanah yang nantinya akan menyebabkan tercemarnya sumur-sumur
dangkal yang dimanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air minum.
Air tanah merupakan sumber utama bagi manusia. Dengan semakin sempitnya
lahan permukaan, semakin banyak penduduk yang tinggal di sekitar TPA
memanfaatkan air sumur sebagai sumber air minum. Hal ini dikarenakan kebutuhan
air bersih yang biasanya belum terjangkau atau belum tersedia. Jika terjadi
pencemaran air tanah akibat meresapnya air lindi yang berasal dari pembusukan
sampah maka dapat mengganggu kelangsungan hidup penduduk sekitar TPA
Lempeni Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang.
TPA Lempeni merupakan sumber limbah terletak di daerah Tempeh
Kabupaten Lumajang yang melayani pembuangan sampah yang ada di dalam kota
dan sekitarnya. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun
2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2032,
Pemerintah telah menetapkan kawasan pengembangan TPA berada di desa Lempeni
Kabupaten Lumajang. Pada tahun 2014, kondisi Sarana dan Prasarana pada Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Lumajang masih kurang memadai, terutama
pengelolahan sampah akibat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Lama yaitu
Desa Lempeni Kecamatan Tempeh Lumajang telah penuh dan sudah tidak layak
2

(kondusif) lagi. Selain itu, dengan jumlah armada 40-50 truk sampah yang datang
setiap hari, maka TPA lama sudah sangat tidak memadai dan mengganggu
penduduk. Pada tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Lumajang baru telah
menetapkan TPA baru di desa Kalipancing. TPA Kalipancing telah dilengkapi
teknologi baru Sistem Sanitary Landfill dengan seluas 7 Ha yang terdapat membran
yang telah menampung cairan limbah dari sampah alam dan terdapat alat
pengelolahan limbah tinja. Namun pada kenyatannya TPA Lempeni menggunakan
sistem Controlled Landfill dimana kawasan Desa Lempeni Kecamatan Tempeh
Kabupaten Lumajang merupakan kawasan penambang pasir dengan jenis batuan
dasarnya adalah pasir.
Prinsip pengolahan metode Controlled Landfill (Lahan Urug Terkendali)
adalah secara periodik sampah yang telah tertimbun di area terbuka lalu ditutup
dengan lapisan tanah kemudian dilakukan perataan dan pemadatan sampah dengan
bulldozer. Dengan efektifitas penggunaan metode tersebut, pembangunan TPA
seharusnya mempertimbangkan aspek kondisi fisik TPA, jenis dan karakteristik
sampah, kemampuan pendanaan, dan prasarana pendukungnya (Notoadmojo, S.
1997). Tanpa mempertimbangkan aspek-aspek tersebut akan menimbulkan
pencemaran lingkungan di sekitar TPA, seperti rembesan lindi yang dapat
mencemari air permukaan dan air tanah dangkal, serta polusi udara, serta
pencemaran tanah. Indikasi tersebut lebih dipertegas dari penelitian terdahulu yang
dilakukan di TPA Tamangapa oleh (Arifin, 2001) yang menyimpulkan bahwa
rembesan lindi yang keluar dari timbunan sampah membentuk alur yang mencemari
air permukaan dan air tanah dangkal di sekitar TPA. Sejalan dengan itu, penelitian
yang dilakukan oleh (Yuliana, 2001) menunjukkan bahwa beberapa sumur di sekitar
TPA Kabupaten

Enrekang

kondisi

airnya

berbau.

Lebih

lanjut Yuliana

menyimpulkan bahwa kondisi kualitas air sumur di sekitar TPA Kabupaten Enrekang
relatif berbau dan berubah warna terutama sumur-sumur yang berjarak sekitar 100
meter. Juga disimpulkan bahwa penyakit diare dan kudis yang menjadi keluhan
masyarakat sejak pertengahan tahun 2000 disebabkan oleh pencemaran air akibat
rembesan lindi dari TPA tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, Mengingat kawasan TPA Lempeni merupakan
kawasan bekas penambang pasir dan sistem pengoperasian TPA tersebut
menggunakan sistem Controlled Landfill yaitu sampah ditimbun di area terbuka lalu
di tutup dengan pasir kemudian diratakan dan pemadatan menggunakan bulldozer.
3

Komposisi sampah yang masuk di TPA Lempeni Kecamatan Tempeh Kabupaten


Lumajang merupakan sampah organik dan anorganik. Sampah organik pada TPA
Lempeni dimanfaatkan sebagai pupuk kompos sedangkan lindi yang terdapat pada
TPA tersebut masih belum dimanfaatkan serta pengelolahan TPA masih belum
dilakukan dengan baik. Hal ini dikhawatirkan apabila air hujan melewati timbunan
sampah yang menghasilkan rembesan lindi (akumulasi lindi) yang masuk ke dalam
tanah volumenya semakin banyak maka menimbulkan potensi pencemaran air tanah
dangkal atau sungai yang dapat mengganggu kelangsungan hidup di sekitar TPA
Lempeni Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang.
Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan pengawasan yaitu dengan melakukan
penelitian untuk mengetahui jenis polutannya dan bagaimana penyebaran polutannya
yang diakibatkan rembesan lindi sebagai peringatan dini bagi penduduk sekitar TPA.
Untuk mendapatkan informasi data yang akurat tentang arah penyebaran rembesan
polutan didaerah yang terduga terkontaminasi dan letak akumulasi lindi yang
merembes ke bawah permukaan tanah yaitu dengan melakukan pengukuran
langsung dan tidak langsung.
Pengukuran langsung dilakukan dengan pengambilan air tanah dangkal di
sekitar TPA yang terduga terkontaminasi polutan untuk analisa di Laboratorium.
Pengukuran tidak langsung yaitu dilakukan dengan menggunakan ilmu Geolistrik
yang merupakan salah satu cabang dari Geofisika. Geolistrik merupakan metode
eksplorasi yang digunakan untuk mengetahui keadaan bawah tanah dengan
memanfaatkan sifat-sifat kelistrikan permukaan tanah. Metode Geolistrik memiliki
eksplorasi yang sangat beragam antara lain metode self potensial, metode geolistrik,
metode elektromagnetik dan metode polarisasi magnetik (Telford, et al. 1990).
Metode Self Potensial merupakan metode yang paling tua diantara metode-metode
Geofisika yang lain, metode ini merupakan metode pasif dalam bidang Geofisika.
Metode Self Potensial (SP) digunakan untuk mengetahui informasi dibawah
permukaan bumi melalui perhitungan yang tanpa menginjeksikan arus listrik lewat
permukaan. Self Potensial merupakan potensial alami yang ada di permukaan bumi
yang diakibatkan oleh adanya proses mekanisme atau oleh proses elektrokimia yang
dikontrol oleh air tanah. Metode Self Potensial (SP) merupakan metode Geofisika
yang

paling

sederhana,

karena

hanya

memerlukan

alat

ukur

tegangan

(miliVoltmeter) yang peka dengan dua elektroda khusus (porouspoode electrode).


Dimana dalam melakukan eksplorasi tidak memerlukan biaya besar. Metode Self
4

Potensial pada dasarnya merupakan metoda yang menggunakan sifat tegangan alami
suatu massa (endapan) alam. Hanya saja perlu diingat bahwa anomali yang diberikan
oleh metode potensial diri ini tidak dapat langsung dikatakan sebagai badan bijih
tanpa ada pemastian dari metode lain atau dari kegiatan geologi di lapangan. Karena
pengukuran dalam metode potensial diri diperoleh langsung dari hubungan elektrik
dengan bawah permukaan, maka metode ini tidak baik digunakan pada lapisanlapisan yang mempunyai sifat pengantar listrik yang tidak baik (isolator), seperti
batuan kristalin yang kering. Saat melakukan pengukuran potensial diri, perlu
menghindari dari hal yang dapat mengganggu karena dilakukan oleh manusia seperti
jangan melakukan pengukuran potensial diri bersamaan dengan survey resistivity
yang harus menginjeksikan arus listrik ke tanah. Injeksi arus dalam survey resistivity
akan mengganggu potensial diri yang terjadi secara alami.
Karena Metode Potesial Diri merupakan metode yang paling sederhana yang
hanya memerlukan alat ukur tegangan (miliVoltmeter) yang peka terhadap 2
elektroda khusus yaitu elektrode rover (elektroda bergerak) dan elektroda base
(elektroda tetap). Perlengkapan dan cara kerja yang praktis dan sederhana, anggaran
yang dikeluarkan relatif murah dan hasil yang diperoleh cepat serta tidak merusak
dan tidak membahayakan kondisi bawah permukaan tanah karena tidak mengalirkan
arus listrik. Dari alasan inilah penulis memilih untuk menggunakan metode ini.
Melalui metode inilah diharapkan dapat mengetahui arah penyebaran polutan dan
letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan sampah serta dapat memberi
informasi dan solusi yang terbaik bagi penduduk mengenai kondisi di sekitar TPA.

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang hendak dicapai dari beberapa tahapan kegiatan penelitian ini
adalah :
1.2.1 Untuk mengetahui arah penyebaran polutan yang terduga terkontaminasi di
1.2.2

sekitar TPA Lemepeni Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang


Untuk mengetahui letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan

1.2.3

sampah TPA Lempeni Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang


Mempelajari tahapan proses pengambilan, pengolahan, dan pemodelan data

1.2.4

geolistrik dengan Konfigurasi Self Potensial


Untuk mengetahui pola sebaran beda potensial batuan bawah permukaan

daerah pengamatan
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, hasil dari penelitian ini diharapkan
sebagai berikut :
1.3.1 Dapat memberikan gambaran aplikasi metode geofisika dalam bidang
lingkungan terutama untuk menggambarkan arah sebaran dan letak
1.3.2

akumulasi lindi.
Bermanfaat sebagai peringatan awal dalam memantau pencemaran air tanah
dangkal

dan

dapat

dijadikan

sebagai

bahan

pertimbangan

dalam

pengelolahan dan evaluasi TPA Lempeni Kecamatan Tempeh Kabupaten


Lumajang.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Adapun ruang lingkup penelitian yang dilakukan di TPA Lempeni Kecamatan
Tempeh Kabupaten Lumajang :
1.4.1 Survey awal yang meliputi pengamatan singkapan, pengambilan sampel
untuk di uji XRF, dan penentuan arah lokasi titik-titik pengukuran geolistrik
1.4.2

menggunakan metode Self Potensial.


Pengukuran geolistrik menggunakan self Potensial digunakan untuk

1.4.3

menentukan potensial (tegangan) bawah permukaan tanah.


Interpretasi data Potensial yang diperoleh dari pengukuran lapangan

menggunakan Software Surfer 10.


1.5 Batasan Masalah
Penelitian identifikasi penyebaran polutan sampah di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Lempeni Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang memiliki batasan masalah
yaitu :
1.5.1 Penelitian di fokuskan pada seberapa jauh sebaran akumulasi lindi dari
1.5.2

limbah sampah di TPA Lempeni Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang.


Penelitian ini menggunakan contoh air gali sumur penduduk di sekitar TPA

1.5.3

sebagai data acuan awal.


Metode yang digunakan dalam pengukuran yaitu metode Self Potensial

1.5.4

konfigurasi elektroda tetap (fixed base).


Pengukuran dilakukan dengan panjang 200 meter setiap lintasan dimana

1.5.5
1.5.6

dilakukan sebanyak 4 lintasan.


Pengolahan data menggunakan software surfer 10 for windows 7.
Pemodelan bawah permukaan menggunakan software surfer 10 hanya
mampu memodelkan sebaran dan anomali bawah permukaan.

1.6 Definisi Operasional


Adapun istilah yang dianggap penting adalah sebagai berikut :
1.6.1 Sampah adalah suatu zat atau benda yang tidak terpakai yang bersumber dari
aktivitas manusia dan proses alam yang bersifat zat oraganik dan zat
anorganiki yang tidak berguna (polutan umum) yang dapat menyebabkan
turunnya nilai estetika lingkungan, membawa polusi, membawa berbagai
jenis penyakit, pencemaran air permukaan, pencemaran air tanah, dan
1.6.2

berbagai negatif lainnya.


Leachate adalah proses penguraian yang menghasilkan air limbah yang
merupakan air tirisan cairan sampah hasil ekstrasi bahan terlarut maupun

1.6.3

tersuspensi dari timbunan sampah yang ada di TPA.


Self Potensial adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur bawah
permukaan dengan menginjeksikan 2 elektroda khusus (porouspoode
electrode) dimana elektroda rover sebagai elektroda bergerak dan base
sebagai elektroda tetap tanpa menginjeksikan arus listrik yang menghasilkan

1.6.4

potensial (tegangan) dalam tetapan miliVoltmeter.


Konfigurasi Elektroda Tetap (Fixed Base) adalah salah satu elektroda (poros
spot) dibuat tetap berada pada satu titik acuan yang disebut titik referensi,
sedangkan elektroda yang lain berpindah-pindah untuk setiap pengukuran.

1.6.5 Anomali Potensial adalah peta kontur potensial yang merupakan hasil proses

dari pengolahan software surfer 10.

Anda mungkin juga menyukai