BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Idiopathic Thombocytopenic Purpura (ITP) adalah suatu keadaan perdarahan yang
ditandai dengan (1) trombositopenia, dimana jumlah trombosit dibawah 100.000/uL sering
ditemukan; (2) normal atau meningkatnya jumlah megakariosit di sumsum tulang; dan (3) tidak
ditemukannya gangguan atau penyakit lain yang menimbulkan trombositopeni.
Purpura Trombositopenia Idiopatik (ITP) merupakan kelainan didapat yang berupa
gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia karena adanya penghancuran
trombosit secara dini dalam system retikuloendotel akibat adanya autoantibody terhadap
trombosit yang berasal dari Immunoglobulin G.
Berdasarkan etiologi ITP dibagi menjadi 2 yaitu: primer (idiopatik) dan sekunder.
Berdasarkan awitan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6
bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umumnya terjadi
pada orang dewasa. Diperkiraan insidensi ITP terjadi pada 100 kasus per 1 juta penduduk per
tahun, kira-kira setengahnya terjadi pada anak-anak.
ITP pada anak umumnya bersifat benigna dan sebagian besar mengalami remisi spontan
dalam waktu kurang dari 6 bulan. Keadaan umum pasien bisa sangat baik, diagnosis klinis dapat
ditegakkan dengan melihat gejala klinis berupa manifestasi perdarahan di permukaan kulit dan
mukosa, serta hasil pemeriksaan darah lengkap khususnya jumlah trombosit.
Karena sifatnya yang sebagian besar remisi sempurna tidak semua anak dengan ITP
diberikan terapi medikamentosa. Pemberian obat-obatan pada ITP ialah berusaha untuk
mempertahankan ketahanan trombosit dalam sirkulasi. Bentuk terapi yang ada saat ini
diantaranya terapi kortikosteroid dan IVIG. Splenektomi dapat dipertimbangkan tergantung dari
usia dan sifat dari ITP yang diderita pasien.
1
Najariah Ulpah Lubis
: An. H
: 13 tahun
: Laki Laki
: Marga Sakti, Arga Makmur, Bengkulu Utara
: Islam
: 04 Agustus 2016
2
Najariah Ulpah Lubis
Jenis Vaksin
Hepatitis B
Polio
BCG
DPT
Campak
Keterangan = sudah dilakukan
Tahun
5
6
: Baik
: Compos Mentis
: TD
: 100/60 mmHg
Nadi
: 70x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: 37,1oC
Status Gizi berdasarkan CDC 2000
Berat badan
: 38 kg
Tinggi badan
: 158 cm
BB/U
: -1 SD s/d 0 SD
TB/U
: +1 SMP s/d +2 SMP
BB/TB
: -1 SMP s/d 0 SMP
Status gizi
: Baik
Kulit
Warna
: Sawo matang
Sianosis
: Tidak ada
Turgor
: Kembali cepat
Kepala
Bentuk
: Normosefal
Rambut
: Warna hitam
Mata
Konjungtiva
: Anemis -/Sklera
: Tidak ikterik
Pupil
: Diameter 3mm/3mm, isokor, reflek cahaya +/+
Telinga
Bentuk simetris, secret tidak ada, membrane timpani utuh
Hidung
Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
Epistaksis
: (+)
Sekret
: Tidak ada
Edema
: Tidak ada
Polip
: Tidak ada
3
+)
: steam fremitus sama pada kedua sisi kanan dan kiri
: Sonor pada kedua lapangan paru
: vesikuler seluruh lapang paru ronchi (-/-), wheezing (-/-)
: Iktus tidak terlihat
: Apeks tidak teraba, thrill tidak ada
: Batas kanan ICS IV LPS dekstra
Batas kiri ICS V LMK sinistra
Batas atas ICS II LPS sinsitra
: Irama regular, bising tidak ada
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Distensi tidak ada, petekie (+/+)
Palpasi
: Tidak teraba hati, lien, nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Ekstremitas atas
: Petekie (+/+) Akral hangat, edema (-), sianosis (-). CRT
<2s
Ekstremitas bawah
<2s
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
CT
BT
Malaria
Diff. Count
Basophil
Eosinophil
N. Staaf
N. Segment
Limphosit
Limphosit
Monosit
: 12,6 g/dl
: 6000 sel/mm3
: 52.000 sel/mm3
: 38%
: 15 menit
: 10 menit
: (-)
:0%
: 0%
:0%
: 74 %
:
: 22 %
:4%
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
: 11,5 g/dl
: 43.000 sel/mm3
: 34%
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
: 12,0 g/dl
: 98.000 sel/mm3
: 36%
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
: 11,3 g/dl
: 51.000 sel/mm3
: 33%
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
: 12,0 g/dl
: 98.000 sel/mm3
: 36%
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
: 12,0 g/dl
: 54.000 sel/mm3
: 34%
Hemoglobin
LED
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
: 12,0 g/dl
: 19 mm/jam
: 10.700 sel/mm3
: 55.000 sel/mm3
: 35%
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
: 11,8 g/dl
: 50.000 sel/mm3
: 34%
2.5 DIAGNOSIS
Diagnosa kerja
Diagnosa Banding
: DHF
2.6 PENATALAKSANAAN
-
IVFD RL 40gtt/menit
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Asam tranexamat 3x amp
Dexamethasone 3 x 10 mg
Sanmol 3 x 1 tab
Ranitidine 3x1 tab
FOLLOW UP
Tanggal
05-08-2016
Vital Sign
T : 36 oC
Perjalanan Penyakit
Perdarahan seluhun tubuh (+)
Perintah Pengobatan
IVFD RL 40gtt/menit
6
Demam (-)
Ceftriaxone 2 x 1 gram
R : 29 x/menit
Dexamethasone 3 x 10 mg
BB : 38 kg
(selama 2 hari)
Sanmol 3 x 1 tab (k/p)
06-08-2016
T : 36 C
P : 72 x/menit
Demam (-)
Ceftriaxone 2 x 1 gram
R : 24 x/menit
TD : 90/60 mmHg
Dexamethasone 3 x 10 mg
BB : 38 kg
(selama 2 hari)
T : 36 C
P : 96 x/menit
Demam (-)
Ceftriaxone (stop)
R : 28 x/menit
BB : 38 kg
prednisone 3 x 4 tab
Sanmol 3 x 1 tab (k/p)
08-08-2016
09-08-2016
T : 37 oC
P : 96 x/menit
Demam (-)
Prednison 3 x 4 tab
R : 24 x/menit
TD : 80/60 mmHg
BB : 38 kg
T : 37 oC
P : 94 x/menit
Demam (-)
Prednison 3 x 4 tab
R : 26 x/menit
2.7 PROGNOSIS
Dubia ad bonam.
BAB III
Idiopathic/Immune Trombositopenic Purpura (ITP)
3.1 Definisi
Idiopathic/Immune Trombositopenic Purpura (ITP) ialah suatu gangguan autoimun akibat
auto antibodi yang mengikat antigen trombosit sehingga terjadi penghancuran trombosit yang
berlebihan dalam system retikuloendotelial (RES), ditandai dengan trombositopenia
(trombosit < 100.000/mm3), purpura, gambaran darah tepi yang umumnya normal, dan tidak
ditemukan penyebab trombositopeni lainnya.
8
Najariah Ulpah Lubis
3.2 Epidemiologi
Perkiraaan insiden adalah 100 kasus per 1 juta orang per tahun, dan sekitar setengah dari
kasus-kasus ini terjadi pada anak-anak. Insiden PTI kronis dewasa adalah 58-66 kasus baru per 1
juta populasi per tahun (5,8-6,6 per 100.000) di Amerika dan serupa yang ditemukan di Inggris.
Purpura trombositopenia idiopatik kronik pada umumnya terdapat pada orang dewasa
dengan median rata-rata usia 40-45 tahun. Rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada
pasien PTI akut, sedangkan pada PTI kronik adalah 2-3:1.
ITP merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan meningkatnya penghancuran
trombosit dalam sistem retikuloendotelial. Kelainan ini biasanya menyertai infeksi virus atau
imunisasi yang disebabkan oleh respon sistem imun yang tidak tepat (inappropriate).
9
Najariah Ulpah Lubis
3.4 Patofisiologi
Sebelum membahas ITP lebih jauh, sebaiknya seseorang harus memiliki pemahaman
mengenai perdarahan, pembekuan darah dan kelainan perdarahan (diatesis hemoragik) karena
manifestasi klinis gangguan perdarahan dapat hampir serupa satu dengan lainnya.
Trombosit
Trombosit disebut juga platelet atau keping darah. Sebenarnya trombosit tidak dapat
dipandang sebagai sel utuh karena ia berasal dari sel raksasa yang berada disumsum tulang, yang
dinamakan megakariosit. Dalam pematangannya, megakariosit ini pecah menjadi 3000 4000
serpihan sel yang dinamai trombosit. Trombosit mempunyai bentuk bicembung dengan garis
tengah 0.75 2.25 mm. Ciri-ciri trombosit adalah:
1
Tidak memiliki inti tetapi masih bila melakukan sintesa protein walaupun terbatas, karena
didaam sitoplasma masih ada sejumlah RNA.
Konsentrasi trombosit didalam darah ialah antara 10 5 106/mL darah. Perubahan dalam jumlah
trombosit umumnya penurunan yang dihubungkan dengan fungsinya. Keadaan lain yang dapat
menyebabkan trombositopenia ialah kelainan yang disebabkan oleh mekanisme autoimun.
Dalam keadaan ini, tubuh membuat antibody terhadap trombosit yang dibuatnya sendiri.
Trombositopenia dapat pula disebabkan oleh berkurangnya produksi sel-sel megakariosit oleh
sumsum tulang.
Masa Hidup Trombosit
10
Najariah Ulpah Lubis
Setelah jejas awal terjadi , terjadi periode vasokonstriksi arteriol yang singkat, yang
sebagian besar disebabkan oleh mekasnisme neurogenik dan diperkuat oleh sekresi lokal
faktor, seperti endotelin (vasokonstriksi kuat yang berasal dari endotel). Namun efeknya
berlangsung sesaat dan perdarahan akan terjadi kembali karena efek ini tidak
Faktor jaringan, suatu faktor prokoagulan dilapisi membran yang disintesis oleh endotel,
juga dilepaskan pada lokasi jejas. Faktor ini bekerja sam dengan faktor trombosit yang
disekresikan untuk mengaktifkan kaskade koagulasi dan berpuncak pada aktivasi
trombin. Selanjutnya trombin akan memecahkan fobronogen dalam sirkulasi menjadi
fibrin tidak terlarut, menghasilkan suatu deposisi anyaman fibrin. Trombin juga
menginduksi rekrutmen trombosit dan pelepasan granula lebih lanjut. Rangkaian
hemostasis sekunder ini memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan
Menutup luka dengan membentuk gumpalan trombosit pada tempat kerusakan pembuluh
darah.
Membuat faktor pembekuan yaitu faktor trombosit dan trombostenin untuk memperkuat
Willebrand, suatu protein yang dihasilkan oleh sel-sel pada dinding pembuluh darah. Setelah
trombosit melekat di tempet cedera dan menumpuk membentuk suatu gumpalan trombosit yang
longgar, sebuah proses pembekuan bernama kaskade koagulasi darah terinisiasi. Mekanisme
pembekuan darah dibagi dalam 3 tahap dasar, yaitu :
12
Najariah Ulpah Lubis
dengan kolagen.
Perubahan protrombin menjadi trombin yang dikatalisasi oleh tromboplasyin, faktor IV,
V, VII dan X. Trombin berperan pada tahap autokatalitik yang cepat, menyebabkan
bekuan darah, faktor pembekuan tertentu akan teraktivasi agar memperlambat proses
pembekuan. Proses fibrinolisis mulai berlangsung sehingga bekuan darah lenyap saat daerah luka
sembuh. Fibrinolisis terjadi akibat aktivasi plasminogen menjadi plasmin oleh faktor XII.
Plasmin tidak terdapat dalam peredaran darah normal karena dengan cepat akan dinon-aktifkan
oleh inhibitor dalam plasma (antiplasmin). Substrat normal untuk plasmin ialah fibrin
degradation product (FDP) yang merupakan antikoagulansia dan akan menghambat reaksi
trombin-fibrinogen.
Gangguan atau kelainan perdarahan (diatesis hemoragik) ialah suatu kecenderungan
untuk mengalami pembekuan darah dan perdarahan yang abnormal. Gangguan perdarahan dapat
merupakan hasil dari (1) abnormalitas trombosit kualitatif ataupun kuantitatif, (2) abnormalitas
faktor pembekuan kualitatif maupun kuantitatif, (3) abnormalitas vaskuler, atau (4) fibrinolisis
yang dipercepat.
Perdarahan mukosa yang berlebihan sugestif ke gangguan trombosit, penyakit von
Willebrand, disfibrinogenemia atau vaskulitis. Perdarahan kedalam otot atau sendi dapat
dikaitkan dengan abnormalitas faktor pembekuan darah. Kelainan perdarahan ini dapat bersifat
kongenital atau didapat.
2.
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti
13
Najariah Ulpah Lubis
15
Najariah Ulpah Lubis
ITP akut
ITP kronis
Anak
2-6
1:1
Akut
Umum
sering < 20
>80
2-4 minggu
Dewasa
20-30
1:3
perlahan/kronik
jarang
sering > 20
< 20
bulan-tahun
Pemeriksaan sumsum :
o Hasil: Megakariosit normal atau bertambah pada ITP akut
Pemeriksaan antibodi terhadap glikoprotein trombosit, misalnya dengan modified
antigen-capture enzyme linked immunosorbent assay (MACE) dan monoclonal antibodyspecific immobilization of platelet antigens (MAIPA).
Untuk kasus ITP kronis:
Trombosit biasanya 20.000 - 70.0000
Perlu memeriksa ANA, Anti DNA Ab, LED, tes Coombs & retikulosit
18
Najariah Ulpah Lubis
3.9 Diagnosis
Gejala klinis berupa riwayat perdarahan secara akut atau spontan, baik pada kulit,
petekiae, purpura atau perdarahan mukosa hidung (epistaksis) dan perdarahan mukokutaneus
lainnya, biasanya gejala tersebut didahului dengan infeksi virus/ bakteri atau pasca imunisasi.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya tanda tanda perdarahan seperti yang
disebutkan diatas, kadang didapatkan pembesaran splenomegali namun dalam hal kita harus
tetap memikirkan kemungkinan penyakit lain.
Dari pemeriksaan laboratorium berupa trombositopenia, retikulositosis ringan, anemia
bila terjadi perdaran kronis, waktu perdarahan memanjang, pada sumsum tulang dijumpai
banyak megakariosit agranuler atau tidak mengandung trombosit
Antibodi monoklonal untuk mendeteksi glikoprotein spesifik pada membran trombosit
mempunyai spesifitas 85 %, belum digunakan secara luas. Namun secara prinsip untuk
mendiagnosis PTI adalah kita harus menyingkirkan kemungkinan penyebab trombositopenia
yang lain.
Tabel 2.
Unsur-unsur dari Anamnesis, Pemeriksaaan Fisik dan Analisis Darah Perifer pada
orang dengan Suspek ITP
Anamnesis
Tanda Perdarahan
Tipe Perdarahan
Derajat parah perdarahan
Durasi perdarahan
Riwayat perdarahan sebelumnya
19
Najariah Ulpah Lubis
Pemeriksaan Fisik
Tanda Perdarahan
Tipe perdarahan (termasuk perdarahan retina)
Keparahan dari perdarahan
Lien, hepar dan limfonodus
Bukti Infeksi
Adanya tanda dismorfik yang menunjukkan kelainan kongenital termasuk
anomali skeletal dan auditorik
Eksklusikan sindrom kongenital
Sindrom Fanconi
Trombositopenia dengan absen radii
20
Najariah Ulpah Lubis
Kelainan
Leukimia
Gambaran klinis
Laboratorium
Leukosit meningkat
Anemia
Sel blas pada hapusan
darah tepi
(leukoeritroblastosis)
2.
3.
Anemia
Pansitopenia
aplastik
infeksi berulang
Pemeriksaan fisik non spesifik
Tidak ada hepatomegali
Neurotropenia
Massa di abdomen
Sindrom pananeoplastik
Gejala neurolik dari korda spinalis
Trombositopenia karena
Anemia megaloblastik
Neuroblastom
a
4.
Defisiensi
metastasis ke sumsum
tulang
21
Najariah Ulpah Lubis
khusus
Pucat lemah dan lelah
Defisit neurologi karena defisiensi
vitamin B12
5.
Purpura pasca
transfusi
6.
Hipersegmentasi neutrofil
Retikulosit rendah
Kadar vit B12 dan asam
folat rendah
Trombositipenia akut
Infeksi HIV
7.
DHF
Trombositopenia
Leukopenia
Peningkatan hematokrit
pleura, hemokonsentrasi)
3.11 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan PTI pada anak meliputi tindakan suportif dan terapi farmakologis.
Tindakan suportif merupakan hal penting dalam penatalaksanaan PTI pada anak, diantaranya:
-
Sebagian besar (80%) pasien biasanya dapat sembuh sempurna secara spontan dalam
waktu kurang dari 6 bulan. Pada beberapa kasus PTI pada anak didapatkan perdarahan kulit yang
menetap , perdarahan mukosa atau perdarahan internal yang mengancam jiwa yang memerlukan
22
Najariah Ulpah Lubis
Prednisolon.
minggu dan pada umumnya terjadi dalam minggu pertama, bila respon baik
kortikosteroid dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian tapering. Kriteria respon
awal adalah peningkatan AT < 30.000 /ml, AT > 50.000/ L setelah 10 hari terapi
awal, terhentinya perdarahan. Tidak berespon bila peningkatan AT < 30.000/ L,
AT 50.000/ L setelah terapi 10 hari. Respon menetap bila AT > 50.000/ L
setelah 6 bulan
follow up.
Immunoglobullin Intervena.
Splenektomi. Splenektomi untuk terapi PTI sudah digunakan sejak tahun 1916
dan digunakan sebagai pilihan terapi setelah steroid sejak tahun 1950-an.
Splenektomi pada PTI dewasa dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua yang
gagal berespon dengan terapi kortikosteroid atau yang perlu terapi trombosit
terus-menerus. Efek splenektomi pada kasus yang berhasil adalah menghilangkan
tempat-tempat antbodi yang tertempel trombosit yang bersifat merusak dan
23
berkut: Bila AT < 50.000/ L setelah 4 minggu (satu studi menyatakan bahwa
semua pasien yang mengalami remisi komplit mempunyai AT >50.000/L dalam
4 minggu), angka trombosit tidak menjadi normal setelah 6 -8 minggu (karena
problem efek samping), angka trombosit normal tetapi menurun bila dosis
diturunkan (tapering off). Respon pasca splenektomi didefinisikan sebagai: tak
ada respon bila gagal mempertahankan > 50.000/ L beberapa waktu setelah
splenektomi. Relaps bila AT turun < 50.000/ L. Angka 50.000 dipilih karena
diatas batas ini, pasien tidak diberi terapi. Respon splenektomi bervariasi antara
50% sampai dengan 80%.
meningkatkan AT dengan segera sebelum splenektomi. Daftar untuk medikasi terapi PTI
kronik pada pasien yang mempunyai AT <30.000/ L dapat dipergunakan secara
individual, namun danazol atau dapson sering dikombinasikan dengan prednisone dosis
rendah untuk mencapai suatu AT hemostasis.
cadangan untuk PTI yang berat yang tidak berespon dengan terapi oral. Untuk diteruskan
atau dosis diturunkan dan akhirnya terapi dihentikan pada pasien PTI kronik dengan AT
24
Najariah Ulpah Lubis
mempunyai morbiditas yang bermakna terhadap penyakit ini dan terapinya serta memiliki
mortalitas sekitar 16%. PTI refrakter kronik ditegakkan bila ditemukan 3 kriteria sebagai
berikut: PTI menetap lebih dari 3 bulan, pasien gagal berespon dengan splenektomi dan
AT < 30.000/ mL.
4
Respon steroid
intravena bersifat sementara pada semua pasien dan memerlukan steroid oral
untuk menjaga agar AT tetap adekuat.
25
Najariah Ulpah Lubis
Alkaloid vinka.
meskipun mungkin bernilai ketika terapi lainnya gagal dan ini diperlukan untuk
meningkatkan AT dengan cepat, misalnya vinkristin 1 mg atau 2 mg iv, vinblastin
5 - 10 mg, setiap minggu selama 4 6 minggu.
Danazol. Dosis danazol 200 mg p.o 4x sehari selama 6 bulan karena respon
sering lambat. Fungsi hati harus diperiksa setiap bulan. Bila respon terjadi, dosis
diteruskan sampai dosis maksimal sekuang-kurangnya 1 tahun dan kemudian
diturunkan 200 mg/hari selama 4 bulan.
Dapsone. Dapson dosis 75 mg p.o per hari, respon terjadi dalam 2 bulan. Pasienpasien harus diperiksa G6PD, karena pasien dengan kadar G6PD yang rendah
mempunyai risiko hemolisis yang serius.
Pendekatan Pasien yang Gagal Terapi Standard dan Terapi Lini Kedua
26
Rekomendasi Terapi PTI Yang Gagal Terapi Lini Pertama dan Kedua
Campatth-H dan Rituximab adalah obat yang mungkin bermanfaat pada pasien tidak
berespon dengan terapi lain dan dibutuhkan untuk meningkatkan AT (misalnya:
perdarahan aktif). Mikofenolat mofetil tampak efektif pada beberapa pasien PTI refrakter
tetapi studi lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasikan efikasi dan keamanannya.
Dalam hal pertimbangan resiko: rasio manfaat, terapi dengan interferon-, protein A
columns, plasmaferesis dan liposomal doksorubisin tidaklah direkomendasikan.
3.11 Komplikasi
Yang menjadi komplikasi dari penyakit ITP ini antara lain:
Perdarahan intrakranial (pada kepala). Ini penyebab utama kematian penderita ITP.
Kehilangan darah yang luar biasa
Efek samping dari kortikosteroid
Infeksi pneumococcal. Infeksi ini biasanya didapat setelah pasien mendapat terapi
splenektomi. Si penderita juga umumnya akan mengalami demam sekitar 38,8 C.
3.12 Prognosis
Anak-anak biasanya sembuh secara spontan, bahkan dari trombositopenia berat, dalam
beberapa minggu ke bulan. Pada orang dewasa, remisi spontan jarang terjadi. Namun, pada
27
Najariah Ulpah Lubis
28
Najariah Ulpah Lubis