Tegangan Searah
Volt (V). Tegangan listrik biasanya diukur dalam bacaan satuan: volt (V), milivolt
(mV), microvolt (uV), kilovolt (kV) dan Megavolt (MV). Tegangan listrik dapat di ukur
dengan menggunakan voltmeter atau multimeter.
Contoh:
1.000 milivolt = 1.000/1.000 volt = 1 volt
100 volt = 100/1.000 kilovolt = 0,1 kilovolt
Pengertian Tegangan DC
DC (Direct-Current) berarti arus searah. Maksudnya adalah arus listrik yang
mengalir pada suatu hantaran yang tegangannya berpotential tetap, tidak berubahubah.
Listrik DC adalah listrik yang original, artinya listrik dasar yang dapat dihasilkan dari
sumber-sumber susunan material alam.
Muatan-muatan listrik yang terjadi akibat adanya gesekan pada dua jenis material
adalah muatan listrik yang berbentuk DC. Berkumpulnya muatan listrik yang terjadi di
awan hingga mencapai jutaan volt dan kemudian menjadi sambaran petir adalah
muatan listrik yang berbentuk DC juga.
beberapa bahan kimiawi tertentu selalu menghasilkan listrik dalam bentuk DC, tidak
ada baterai yang menghasilkan tegangan listrik AC secara langsung.
Begitu pun beberapa jenis hewan yang mampu mengeluarkan tegangan listrik dari
tubuhnya, adalah tegangan listrik DC.
DC ada di mana-mana....
Pada gambar (1) tampak bahwa tegangan terus menerus sebesar +3V selama waktu t.
Pada gambar (2) tampak bahwa tegangan terus menerus sebesar -3V selama waktu t.
Potential DC bisa positif ataupun negatif terhadap nol Volt, sebagaimana tampak pada
kedua gambar di atas. Jika pada dua elektroda yang satunya terdapat potential positif
dan satunya lagi berpotential negatif (bukan nol Volt) maka besar tegangan di antara
kedua elektroda itu adalah hasil penjumlahan keduanya. Contoh kurvanya
diperlihatkan pada gambar (3) di atas.
Pada gambar (3) terlihat bahwa antara titik +3V dan titik nol Volt terdapat tegangan DC
sebesar 3V, dan antara titik nol Volt dan titik -3V terdapat tegangan DC sebesar 3V
juga, maka antara titik +3V dan titik -3V terdapat tegangan DC sebesar 6V.
Penggunaan DC
Pada system DC dikenal polaritas + (positif) atau - (negatif) yang dalam penerapannya
tidak boleh terbalik-balik. DC banyak digunakan untuk sumber tenaga (power-supply)
berdaya kecil, seperti perangkat-perangkat elektronik portabel, Hand-phone, starter
motor DC pada kendaraan, dan lain-lain. Sangat jarang penggunaan DC untuk
kelistrikan rumah tangga karena faktor kesulitan transfer daya yang lebih sulit dibanding
system AC.
System DC adalah system tegangan rendah, dan tidak bisa dinaikkan tegangannya
secara langsung dengan trafo, sehingga untuk transfer daya yang besar diperlukan
kabel-kabel hantaran yang besar pula karena arusnyapun besar. Ini tidak efisien.
Kalaupun DC digunakan untuk kelistrikan rumah tangga, maka ia merupakan system
kelistrikan dengan penghasil energi listrik sendiri (dari solar-cell atau generator listrik
tenaga angin) dan merupakan system kelistrikan energi terbatas.
Sumber DC
DC adalah listrik alami. Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa muatan-muatan
listrik pada petir ataupun pada binatang-binatang laut yang menghasilkan sengat listrik
adalah berbentuk DC.
Manusia pun berusaha untuk mengambil manfaat atas keberadaan listrik DC dengan
membuat peralatan yang bisa menghasilkan listrik DC. Sumber-sumber kelistrikan DC
Mengukur Tegangan DC
Ketika mengukur tegangan DC, polaritas atau ketentuan + (positif) dan - (negatif)
untuk tuas tester tidak boleh terbalik-balik. Titik pengukuran yang berpolaritas positif
harus diberikan kepada tuas tester merah, dan bagian yang berpolaritas negatif harus
diberikan kepada tuas tester hitam.
Sebagaimana pada pengukuran tegangan AC, perlu diperhatikan bahwa setiap
kali hendak mengukur sebuah tegangan, haruslah diperkirakan dulu seberapa besar
tegangan yang akan diukur itu. Setelah itu dipilihlah jangkah pengukuran tegangan
pada AVO meter yang lebih besar dari tegangan yang telah diperkirakan itu.
Sebagai contoh jika hendak mengukur tegangan DC dari accu mobil atau motor,
selektor AVO meter ditaruh pada posisi yang lebih besar, yaitu DCV 50 (maksimal 50V),
sebab accu umumnya bertegangan 12V. Jika tegangan yang akan diukur adalah DC
120V maka selektor diposisikan pada jangkah pengukuran DCV 250. Jika sulit
diperkirakan, mulailah pengukuran dengan jangkah yang paling besar. Jika terlihat
pergerakan jarum penunjuk sangat sedikit, ulangi pengukuran dengan menurunkan
posisi jangkah pengukuran terlebih dahulu, secara bertahap hingga didapati
pembacaan hasil pengukuran yang cukup jelas.
Angka 50 dianggap sebagai 500 (berarti hasil pembacaan dikalikan 10), angka 40
dianggap sebagai 400, angka 30 dianggap 300 dan seterusnya...
Sebagai misalnya tegangan yang terukur adalah sebesar 300V, maka jarum akan
berada di titik angka 30 (hasil pembacaan dikalikan 10).
Untuk pengukuran tegangan di atas 500V (misalnya 600V) maka selektor diposisikan
pada DCV 1000, dan barisan angka yang akan dilihat adalah yang dari 0 sampai 10.
Angka 10 berarti 1000 (berarti hasil pembacaan dikalikan 100), angka 8 berarti 800,
angka 7 berarti 700 dan seterusnya...
Dalam papan angka pembacaan seperti yang ditunjukkan di atas, pengukuran
tegangan DC di bawah 10V tetap menggunakan garis skala untuk pengukuran Volt
yang berwarna hitam, bukan yang berwarna merah seperti pada pengukuran tegangan
AC. Barisan angka yang dilihat adalah yang dari 0 sampai 10.
dengan Vm
karena fungsi sinus berubah dari 1 ke 1. Grafik tegangan sebagai fungsi waktu
ditunjukkan sebagai berikut:
tegangan memenuhi fungsi sinus maka nilai tegangan pada saat t dan saat
t + T adalah tepat sama, sehingga T disebut periode. Frekuensi f didefinisikan sebagai
f = 1/T dengan satuan s1 atau hertz (Hz). Sedangkan frekuensi sudut adalah = 2f.
Untuk memudahkan pembacaan maka huruf kecil digunakan menyatakan besaran yang
berubah terhadap waktu, sebaliknya huruf kapital untuk besaran yang konstan.
Apabila sumber tegangan dihubungkan dengan rangkaian RLC maka energi yang
diberikan akan habis dalam resistor. Setelah bekerja selama rentang waktu peralihan,
arus AC akan mengalir dalam rangkaian dan memberikan tanggapan kepada sumber
tegangan. Arus dalam rangkaian inilah yang dirumuskan sebagai yang juga berosilasi
dengan frekuensi yang sama dengan sumber
tegangan, namun dengan amplitudo arus Im serta memiliki beda fase
yang bergantung frekuensi sumber.
sesaat pada resistor vR(t) adalah sefase satu sama lain, artinya ketiganya mencapai
maksimum dan minimum dalam waktu yang sama. Fase arus pada resistor sama
dengan fase sumber tegangan bolak balik yaitu sesuai dengan fungsi sin(t).
Hubungan antara iR(t) dengan vR(t) dapat juga dinyatakan dengan diagram fasor.
Suatu fasor adalah vektor yang berputar dengan arah kebalikan arah jarum jam dengan
kecepatan sudut . Panjang vektor merupakan amplitudo, sedangkan proyeksi vektor
pada sumbu vertikalnya merupakan nilai sesaat dari besaran yang berubah terhadap
waktu tersebut.
fasor tegangan sesaat pada resistor vR(t) memiliki amplitudo VRm dan
proyeksinya ke arah vertikal adalah VRm sin(t) yang nilainya sama
dengan tegangan sesaat vR(t
Rangkuman 1
Tegangan Searah arus listrik yang mengalir pada suatu hantaran yang
e) Adaptor.
DC banyak digunakan untuk sumber tenaga (power-supply) berdaya
kecil, seperti perangkat-perangkat elektronik portabel, Hand-phone,
Rangkuman 2
Tegangan maksimum
Tegangan puncak ke puncak
Tegangan efektif
Frekuensi anguler
Penyelesaian :
Samakan persamaan sinusoidal tegangan ac dengan tegangan sinusoidal
yang di ketahui :
V = Vm sin
V = 100
t
sin 100 t
Vm = 100
volt
= 100 rad/s
volt