Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS SURAT TILANG

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Hukum Acara Pidana

Oleh:
Hafiz Faramanda
110110140195

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016

1.

Rincian Surat Tilang


Tilang No. Register
Nama
Tempat & Tanggal Lahir
SIM Gol.
No. Register Kendaraan
Jenis

: 05552297
: Wilianda Sirma Putra
: Bukittinggi, 27 Juni 1994
:C
: B 3686 BVH
: Kendaraan Roda 2

Pada hari SABTU tanggal 6 bulan 6 tahun 2015 dalam wilayah hukum
POLRESTABES BANDUNG.

2.

Barang Bukti
Pasal yang dilanggar
Cap

: SIM C atas nama Wilianda Sirma Putra


: Pasal 291 UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ
: SATLANTAS POLRESTABES BANDUNG

Dasar Hukum Tilang


Paragraf 2 Bagian Ke-Enam Bab XVI, Pasal 211-216 KUHAP;
UU No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sebagaimana telah

diubah dengan UU No. 22 Tahun 2009;


PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;
PP No. 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan di Jalan;
PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;
PP No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.
SEMA No.22 Tahun 1983 tentang pidana denda dalam perkara cepat harus segera

dilunasi;
SEMA No. 3 Tahun 1989 tentang pidana kurungan dalam perkara lalu lintas;
SEMA No. 4 Tahun 1993 tentang petunjuk pelaksanaan tata cara penyelesaian
perkara pelanggaran lalu lintas tertentu;

3.

Analisis
Tilang merupakan singkatan dari tindakan langsung terhadap pelanggaran lalu
lintas, dan menjadi salah satu bentuk penindakan pelanggaran lalu lintas yang
dilakukan POLRI. Penyelesaian dari pelanggaran itu berada dalam sistem peradilan
pidana yang melibatkan kejaksaan dan pengadilan. Pelanggaran lalu lintas (tilang)
merupakan kasus dalam ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU No. 22
Tahun 2009 sebagai pengganti UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas.

Acara pemeriksaan lalu lintas adalah tentang perkara lalu lintas yang diatur dalam
UU No. 14 Tahun 1992 sesuai dengan Penjelasan Umum KUHAP Pasal 211 dari huruf
a s/d h, yaitu:
a) Mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi, membahayakan
ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan
pada jalan;
b) Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan Surat Izin
Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Surat Tanda Uji
Kendaraan yang sah atau tanda bukti yang diwajibkan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan lalu lintas jalan atau ia dapat memperlihatkan tetapi masa
berlakunya sudah daluwarsa;
c) Membiarkan atau memperkenankan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang
yang tidak memilki SIM;
d) Tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang
penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan, dan syarat
penggandengan dengan kendaraan lain;
e) Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda
nomor kendaraan yang sah, sesuai dengan STNK yang bersangkutan;
f) Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas
jalan dan/ atau isyarat alat pengatur lalu lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang
ada di permukaan jalan;
g) Pelanggaran terhadap ketentuan tentang ukuran dan muatan yang izinkan, cara
menaikkan dan menurunkan penumpang, dan atau cara memuat dan membongkar
barang;
h) Pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi
di jalan yang ditentukan;
Sesudah Pelanggar dinyatakan bersalah karena melanggar Peraturan Lalu Lintas, oleh
Petugas (Polisi/Polantas) pelanggaran tersebut dicatat dalam Berita Acara Singkat yang
namanya Tilang (Bukti Pelanggaran). Dalam Surat Tilang No. Reg. 05552297, pasal
yang dilanggar oleh Wilianda Sirma Putra adalah pasal 291 UU No. 22 Tahun 2009
tentang LLAJ, yang berbunyi:
1) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm
standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling
banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

2) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor yang membiarkan


penumpangnya tidak mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam Pasal
106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau
denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Lebih lanjut surat tilang yang menjadi objek analisis ini adalah surat tilang asli yang
berwarna Merah. Surat tilang ada 5 (lima) rangkap:
a. Lembar 1 warna MERAH diperuntukan untuk pelanggar (sidang di Pengadilan
Negeri);
b. Lembar 2 warna BIRU diperuntukan untuk pelanggar (bukti untuk bayar denda
TILANG di Bank);
c. Lembar 3 warna HIJAU untuk arsip di Pengadilan Negeri;
d. Lembar 4 warna KUNING untuk arsip di Kepolisian;
e. Lembar 5 warna PUTIH untuk arsip di Kejaksaan Negeri.
Sistem tilang yang berlaku saat ini memberi tiga opsi bagi pelanggar. Seseorang bisa
minta disidang di pengadilan, atau langsung bayar ke Bank BRI, atau dititipkan kepada
kuasa untuk sidang. Kuasa untuk sidang itu tidak lain adalah polisi. Sesuai dengan
Surat Keputusan Kepala Kapolri No. Pol: SKEP/443/IV/ 1998, tanggal 17 April 1998
(SK 1998).
Apabila pelanggar menghendaki untuk datang sendiri ke Pengadilan untuk sidang
maka kepadanya diberikan surat tilang berwarna merah untuk menghadiri sidang di
Pengadilan.
Untuk pelanggar yang karena sibuk dan tidak bisa hadir di Pengadilan untuk sidang
dimaksud diberikan surat tilang berwarna Biru, kemudian datang ke Bank BRI
membayar denda tilang seperti tercantum didalam surat tilang , lalu kembali pada
petugas yang menindak tadi dengan membawa resi pembayaran denda tilang dari Bank
BRI, kemudian barang bukti yang disita diambil lagi, berkas tilang yang tadi
diserahkan ke bagian tilang di Kantor Satlantas untuk dicatat di buku besar
pelanggaran dan didistribusikan sesuai dengan peruntukkan tadi.
Pada kasus ini, pelanggar yang bernama Wilianda Sirma Putra menghadiri sendiri
sidangnya, sehingga kepadanya diberikan surat tilang berwarna merah.

4.

Prosedur Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas


Penyidik/polisi tidak perlu membuat berta acara pemeriksaan (BAP),
pelanggaran hanya dicatat sebagaimana dimaksud dalam pasal 207 Ayat (1)
huruf a KUHAP dalam lembar kertas bukti pelanggaran/tilang yang mana harus
segera dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri setempat selambat-lambatnya
pada kesempatan hari sidang pertama berikutnya. Biasanya satu minggu setelah
penangkapan tilang;
Pelanggar/terdakwa dapat hadir sendiri di persidangan atau dapat menunjuk
seorang dengan surat kuasa mewakilinya (Pasal 213 KUHAP);
Jika pelanggar/terdakwa atau wakilnya tidak hadir di sidang yang telah
ditentukan, maka perkaranya tetap diperiksa dan diputuskan tanpa hadirnya
pelanggar (verstek) (Pasal 214 Ayat (1) KUHAP);
Dalam hal dijatuhkan putusan tanpa hadirnya terdakwa (verstek), surat amar
putusan harus segera disampaikan oleh penyidik kepada terpidana, diserahkan
kepada panitera untuk dicatat dalam buku register (Pasal 214 Ayat (3) KUHAP);
Dalam hal putusan verstek berupa pidana penjara atau kurungan, terdakwa dapat
mengajukan perlawanan terhadap verstek (verzet), yang diajukan kepada
pengadilan yang menjatuhkan putusan tersebut, dalam waktu tujuh hari sesudah
putusan diberitahukan secara sah kepada terdakwa (Pasal 214 Ayat (4) dan (5)
KUHAP);
Setelah panitera memberitahukan kepada penyidik adanya perlawanan/verzet,
hakim menetapkan hari sidang untuk memeriksa kembali perkara itu, jika
putusan setelah verzet tetap berupa pidana penjara/kurungan, terhadap putusan
itu dapat diajukan banding (Pasal 214 Ayat (8) KUHAP);
Disudut kiri atas surat tilang terdapat kata Pro Justitia, arti dari kata pro
justitia ini adalah demi hukum, dengan kata lain juga adalah demi Undang-Undang
untuk menegakkan keadilan. Secara umum, surat tilang memuat tentang hal:
Identitas pelanggar, yang terdiri dari: nama, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
pendidikan, umur, dan tempat tanggal lahir;
Identitas mengenai surat kelengkapan serta ciri kendaraan, terdiri dari: no. ktp,
sim golongan, nomor sim, tanggal, nomor polisi kendaraan, jenis, merk, nomor

rangka, serta nomor mesin;


Tanggal serta tempat wilayah terjadinya pelanggaran;
Identitas petugas;
Pasal yang dilanggar;
Denda sesuai pasal;

Tanda tangan petugas dan pelanggar;


Keberatan;
Barang Bukti;
Pada surat tilang yang menjadi objek analisis ini, hampir semua hal yang ada di
surat tilang telah diisi. Namun ada beberapa kolom yang tidak diisi. Ini
mengakibatkan surat tilang tersebut menjadi kurang sempurna.
Sementara itu, sesuai dengan pasal 16 Sub a dan e UU No. 2 Tahun 2002 dan
pasal 38 ayat (2) UU No. 8 Tahun 1981 serta pasal 260 UU No. 22 Tahun 2009
tentang LLAJ, barang yang dititipkan (ditahan sebagai jaminan) adalah Surat Izin
Mengemudi (SIM). Dalam surat tilang ini, SIM C milik Wilianda Sirma Putra
adalah barang bukti yang hanya bisa diambil kembali setelah persidangan.
Selanjutnya adalah hal yang timbul mengenai siapa yang akan hadir di
persidangan. Sidang tilang Wilianda Sirma Putra dilaksanakan hari Jumat, tanggal
26 Juni 2015, dan ia tidak menguasakan kepada orang lain.

5.

Pemidanaan dalam Sidang Acara Cepat Tilang


Pidana Denda, pada pasal 273 Ayat (1) KUHAP jika putusan pengadilan
menjatuhkan pidana denda, kepada terpidana diberikan jangka waktu 1 (satu) bulan
untuk membayar denda tersebut, kecuali dalam putusan acara pemeriksaan cepat
(Tipiring dan Lantas) yang harus seketika dilunasi, dalam SEMA No.22 Tahun 1983
disebutkan harus diartikan:
a. Apabila terdakwa atau kuasanya hadir, maka pada waktu putusan diucapkan,
maka pelunasannya harus dilakukan pada saat putusan diucapkan;
b. Apabila terdakwa atau kuasanya tidak hadir pada waktu putusan diucapkan,
maka pelunasannya harus dilakukan pada saat putusan diberitahukan oleh jaksa
kepada terpidana;
Pidana Kurungan, guna mendukung usaha POLRI menekan kecelakaan lalu
lintas yang umumnya berawal dari pelanggaran lalu lintas, memberikan dampak
yang lebih nyata terhadap kebutuhan masyarakat, dan timbulnya efek jera, dalam
SEMA

No.3

Tahun

1989

mengamanatkan

untuk

memperhatikan

dan

memperhitungkan penjatuhan pidana kurungan sebagaimana yang diatur dalam


Pasal 32 Ayat (1) UU No.3 Tahun 1965 tentang LLAJR, terhadap pelanggaran lalu
lintas tertentu, yaitu:

a. Pelanggaran berulang, yaitu pelanggaran yang dilakukan pengemudi dimana


saat melanggar masih memegang formulir tilang atau form L.101/L.102 (harus
menunggu proses peradilan);
b. Pelanggaran yang berbahaya, yang mengancam keamanan dan meresahkan
pemakai jalan lainnya;
c. Pelanggaran oleh pengemudi angkutan umum, kendaraan bermotor yang
membahayakan keselamatan penumpang dan barang;
d. Pelanggaran lalu lintas lain yang menurut pertimbangan hakim patut dijatuhi
kurungan.
Untuk menghindari kesulitan dalam proses eksekusi, dalam suatu putusan
mencantumkan pidana denda, hendaknya disertai dengan alternatif pidana kurungan
pengganti denda.

6.

Teknik Pemeriksaan di Persidangan Tilang


a. Sidang dipimpin oleh hakim tunggal dibuka dan dinyatakan terbuka untuk
umum tanpa dihadiri Jaksa;
b. Terdakwa dipanggil masuk satu persatu, lalu diperiksa identitasnya;
c. Beritahukan/ jelaskan perbuatan pidana yang didakwakan kepada terdakwa
dan pasal undang-undang yang dilanggarnya (dapat dilihat dari bunyi surat
pengantar pelimpahan perkara Penyidik maupun dalam lembar surat tilang);
d. Hakim setelah menanyakan pelanggaran apa yang dilakukan terdakwa lalu
mencocokkan dan memperlihatkan barang bukti (berupa SIM, STNK, atau
ranmor) kepada pelanggar;
e. Sesudah selesai, hakim memberitahukan ancaman pidana atas tindak pidana
yang didakwakan kepda terdakwa; (hal ini dilakukan karena tidak ada acara
tuntutan/ Requisitoir dari Jaksa Penuntut Umum);
f. Hakim harus memberi kesempatan bagi terdakwa untuk mengajukan
pembelaan (atau permohonan) sebelum menjatuhkan putusan;
g. Selanjutnya hakim menjatuhkan putusannya berupa pidana denda atau
kurungan yang besarnya ditetapkan pada hari sidang hari itu juga.
h. Jika dihukum denda, maka harus dibayar seketika itu juga disertai pembayaran
biaya perkara yang langsung dapat diterima oleh petugas yang mewakili
kejaksaan sebagai eksekutor. Karena sesuai dengan Pasal 1 butir 6, Pasal 215,
dan 270 KUHAP, pelaksanaan putusan dilaksanakan oleh Jaksa;

i. Pengembalian barang bukti dalam sidang acara cepat dapat dilakukan dalam
sidang oleh hakim ketika setelah diucapkannya putusan setelah pidana denda
dan ongkos perkara dilunasi/dibayar.
j. Semua denda maupun ongkos perkara yang telah diputusakan oleh Hakim
seluruhnya wajib segera disetorkan ke kas negara oleh kejaksaan selaku
eksekutor.

7.

Proses Persidangan
Sidang tilang berlangsung selama beberapa menit. Mendaftarkan diri sebagai peserta
sidang dengan menyerahkan kartu tilang ke loket panitia tilang. Setelah memberikan
surat tilang ke loket dan memilih untuk ikut sidang, setelah itu akan mendapat kartu
nomor urut. Ketika sidang dimulai, surat tilang yang dikumpulkan petugas dipanggil
satu per satu. Kemudian duduk dibangku terdakwa, lalu dibacakan jumlah denda oleh
hakim dan persidangan pun selesai. Diluar ruang persidangan tinggal membayar denda
di loket pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai

  • AsasHukumPidana
    AsasHukumPidana
    Dokumen4 halaman
    AsasHukumPidana
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen6 halaman
    3
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Profil Singkat BPM
    Profil Singkat BPM
    Dokumen1 halaman
    Profil Singkat BPM
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Soskum Uts
    Soskum Uts
    Dokumen1 halaman
    Soskum Uts
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Surat Tilang
    Surat Tilang
    Dokumen8 halaman
    Surat Tilang
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Normativisasi Dan Panca Fungsi Han
    Normativisasi Dan Panca Fungsi Han
    Dokumen2 halaman
    Normativisasi Dan Panca Fungsi Han
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Sistem Peradilan Pidana
    Sistem Peradilan Pidana
    Dokumen1 halaman
    Sistem Peradilan Pidana
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Mahzab Teori Hukum
    Mahzab Teori Hukum
    Dokumen2 halaman
    Mahzab Teori Hukum
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Hukum Media
    Hukum Media
    Dokumen2 halaman
    Hukum Media
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • 11
    11
    Dokumen10 halaman
    11
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Hukum Perkawinan Adat Di Indonesia
    Hukum Perkawinan Adat Di Indonesia
    Dokumen21 halaman
    Hukum Perkawinan Adat Di Indonesia
    Hafiz Faramanda
    100% (1)
  • Kejahatan Transnasional
    Kejahatan Transnasional
    Dokumen3 halaman
    Kejahatan Transnasional
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Materi HAPID
    Ringkasan Materi HAPID
    Dokumen4 halaman
    Ringkasan Materi HAPID
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Upaya Hukum PK
    Upaya Hukum PK
    Dokumen25 halaman
    Upaya Hukum PK
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen3 halaman
    Isi
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Gugatan Class Action
    Gugatan Class Action
    Dokumen3 halaman
    Gugatan Class Action
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat
  • Hukum Pidana
    Hukum Pidana
    Dokumen8 halaman
    Hukum Pidana
    Hafiz Faramanda
    Belum ada peringkat