ANESTESI UMUM
Oleh :
Annisa Kamilah
(030.12.027)
Pembimbing :
Dr. Sabur Nugraha, Sp.An
Dr. Ucu Nurhadiat, Sp.An
Dr. Ade Nurkacan, Sp. An
BAB I
PENDAHULUAN
Anastesia berasal dari perkataan yunani yang berarti hilangnya rasa. Istilah ini
konon pertama kali digunakan oleh filsuf Yunani, Discorides, untuk menggambarkan efek
narcosia tanaman mandragora. Tindakan dan usaha menghilangkan rasa sakit sudah ada sejak
dahulu kala pada setiap bangsa, etnik dan suku di dunia. Cara dan bahan yang digunakan pun
beragam. Anestesia adalah gabungan antara science dan art. Fisiologi dan farmakologi
adalah ilmu dasar kedokteran yang merupakan basis ilmiah anestesiologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Anesthesia umum adalah suatu keadaan dimana pasien menerima medikasi yang
menyebabkan pasien mengalami amnesia, analgesia, paralisis otot dan sedasi Anesthesia
menyebabkan pasien dapat menerima prosedur tindakan bedah tanpa merasakan sakit
sehingga tindakan operatif dapat dilaksanakan dengan efektif. Secara umum komponen yang
ada dalam anestesia umum adalah :
a. Hipnosis (hilangnya kesadaran)
b. Analgesia (hilangnya rasa sakit)
c. Arefleksia (hilangnya reflex-refleks motorik tubuh, memungkinkan imobilisasi
pasien)
d. Relaksasi otot, memudahkan prosedur pembedahan dan memfasilitasi intubasi trakeal
e. Amnesia (hilangnya memori pasien selama menjalani prosedur)
II.
umum. Namun demikian, semua tehnik anesthesia harus dapat sewaktu-waktu dikonversikan
menjadi anesthesia umum. Oleh karena itu di setiap tempat pelayanan anesthesia harus
terdapat perlengkapan untuk anesthesia umum.
Keuntungan anestesi umum
a. Pasien tidak sadar dengan tujuan mencegah ansietas pasien selama prosedur
pembedahan berlangsung
b. Efek amnesia
c. Memungkinkan dilakukannya prosedur yang memakan waktu lama
d. Memudahkan kontrol penuh ventilasi pasien
Kerugian anestesi umum
a. Sangat memengaruhi fisiologi tubuh pasien. Hampir semua regulasi tubuh menjadi
tumpul di bawah anestesi umum
b. Memerlukan pemantauan yang lebih holistic dan rumit
Keseluruhan prosedur anestesia dimulai sejak periode pra-anestesia dan diakhiri pada
periode pasca-anestesia/pasca bedah. Ketiga periode ini dikenal dengan periode perioperatif.
1. Periode pra bedah
Pada periode ini tujuan utamanya adalah mencari kemungkinan penyulit
anesthesia atau tindakan pembedahan. Harus diketahui riwayat kesehatan pasien dan
pemakaian obat-obatan. Kelainan fungsi tubuh dan penyakit penyerta juga perlu
diketahui karena akan berhubungan dengan pilihan tehnik dan obat anestetik. Secara
garis besar, di bawah ini adalah hal-hal yang biasa dikerjakan ketika melakukan
kunjungan pra-anestesia.
Anamnesis
Identitas pasien
Riwayat penyakit yang diderita, termasuk riwayat pengobatan. Perlu juga
ditanyakan alergi yang dimiliki dan pencetus serta obat yang biasa digunakan
untuk mengatasinya
Gaya hidup dan kebiasaan, misalnya merokok, minum alcohol atau penggunaan
obat-obat rekreasional (misalnya metamfetamin, heroin, kokain)
Pemeriksaan fisik
Kemungkinan kesulitan ventilasi dan intubasi dapat diperkirakan dari bentuk
wajah. Leher pendek dan kaku, lidah besar, maksila yang protrusif, gigi-geligi
Pemeriksaan tambahan
memerlukan waktu 4-6 jam,sedangkan anak kecil dan bayi 4 jam. Cairan bening (clear
fluid) boleh diminum sedikit-sedikit, hingga dua jam prabedah. Pada pasien pediatrik,
harus diterangkan kepada orang tuanya bahwa susu digolongkan setara dengan
makanan padat. Sangat perlu juga menjelaskan bahwa tujuan puasa adalah demi
keselamatan pasien karena dapat mencegah terjadinya pneumonia aspirasi yang dapat
berakibat fatal. Jika pasein rentan terhadap kondisi dehidrasi (misalnya polisitemia),
perlu dipertimbangkan memberikan cairan intravena selama periode puasa ini.(2)
2. Periode intrabedah
Persiapan anestesia
Sebelum memulai tndakan anestesi sudah seharusnya dipersiapkan medikasi dan
peralatan yang dibutuhkan agar dapat berjalan dengan lancar. Sehingga seandainya
terjadi keadaan darurat masalah dapat segera teratasi dengan baik. Untuk
memudahkan persiapan, terdapat akronim STATICS. Berikut ini yang dimaksud
dengan STATICS:
diatasnya.
A
: Airway. Alat-alat untuk menahan lidah agar tidak jatuh, yaitu pipa
Setelah STATICS dan persiapan lain tlahtersedia, barulah dipersiapkan obat yang
digunakan. Tidak dianjurkan menyiapkan obat sebelum persiapan lain. Halini untuk
menghindari reaksi obat yang tidak diharapkan pada pasien sementara anestesiologis tidak
siap melakukan resusitasi. Ketika pasien masuk ruang bedah, ada dua hal yang harus
dilakukan, yaitu memastikan patensi akses intravena dan memasang alat pantau pada pasien.
Jika belum ada akses intravena, maka harus dibuat untuk memasukkan obat dan resusitasi
cairan.
Pemantauan dan pencatatan
Hakikat dari anesthesia sebenarnya adalah menjaga keamanan dan kenyamanan pasien
selama menjalani prosedur medis. Oleh karena itu bukan saja pilihan tehnik dan obat
anestetik yang penting, nelainkan juga observasi segala hal yang berhubungan atau potensial
berhubungan dengan anesthesia dan antisipasi segala kemungkinan yang dapat timbul.
Pada hakikatnya semua sistem tubuh perlu dipantau selama anesthesia. Berbagai
kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi selama anesthesia dan pembedahn, baik
dikarenakan obat dan tehnik anesthesia maupun karena prosedur pembedahannya.
Komplikasi ini dapat mengenai organ atau sistem organ manapun.
Pemantauan dasar paling sedikit harus dapat mendeteksi hal-hal yang mengancam
nyawa. Oleh Karena itu sering dikenal dengan tanda-tanda vital. Sistem tubuh yang
berhubungan erat dengan kegawatan yang mengancam nyawa adalah sistem kardiovaskular
dan pernafasan. Secara tradisional yang dikenal dengan tanda-tanda vital adalah tekanan
darah, laju jantung, laju nafas, dan suhu tubuh. Untuk keperluan pemantauan tanda-tanda
vital tersebut, alat pantau yang perlu ada untuk setiap prosedur anesthesia adalah :
Oksimeter denyut
Pengukur tekanan darah
Elektrokardiografi (EKG)
Stetoskop
Anesthetic gas monitor, jika digunakan zat anestetik volatile
anesthesia
Semua peralatan harus diperiksa sebelum digunakan
Alat-alat pantau harus terpasang sebelum induksi
Parameter harus dievaluasi berulang-ulang
Data dari alat pantau harus dicatat di rekam medis
Standar ini berlaku untuk semua tindakan anaestesia
Kriteria
Aktivitas
Respirasi
Skor
2
Kondisi
Mampu menggerakkan 4 ekstremitas, dengan/tanpa
perintah
Mampu menggerakkan 2 ekstremitas, dengan/tanpa
0
2
1
0
perintah
Tidak mampu menggerakkan semua ekstremitas
Mampu bernafas dalam dan batuk dengan bebas
Dispnea nafas dangkal atau terbatas
Apnea
Sirkulasi
Kesadaran
Saturasi O2
2
1
0
2
1
0
2
O2
Apabila skor 9 atau lebih, pasien dapat dikeluarkan dari ruang pulih.
IV.
Anastesi umum dilakukan dengan pemberian obat-obat anestetik inhalasi atau intravena,
atau kombinasi keduanya. Pada umumnya obat anastetik dapat digunakan untuk induksi
anesthesia dan diteruskan untuk fase rumatan. Namun demikian obat tertentu hanya
diperbolehkan untuk penyuntikan tunggal ketika induksi dan dilarang untuk digunakan
sebagai rumatan. Contoh obat ini ialah Etomidat. Obat lain baik untuk digunakan selama
rumatan, namun tidak ideal untuk induksi anestesia dikarenakan onset kerja yang lambat
1. Obat anestesia intravena
Propofol
Zat yang berupa minyak pada suhu kamar ini tersedia sebagai emulsi 1 %. Propofol
IV 1,5-2,5 mg/KgBB menimbulkan induksi anastesi secepat tiopental tetapi dengan
pemulihan yang cepat dan pasien segera merasa lebih baik, dibanding setelah penggunaan
anastetik lainnya, propofol dapat digunakan dalam day surgery. Nyeri kadang terasa terjadi
di tempat suntikan, tetapi jarang terjadi flebitis atau trombosis. Anestesia kemudian
dipertahankan dengan infus propofol dikombinasi dengan opiat, N2O dan/atau anastetik
inhalasi lain.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek
primernya berlangsung di reseptor GABA A (Gamma Amino Butired Acid).
Farmakokinetik
Propofol segera dimetabolisme dihati (lebih cepat daripada eliminasi tiopental) tetapi
clearence totalnya ternyata lebih besar dari aliran darah hati yang menunjukan bahwa ada
eliminasi ekstra hepatik.Sifat ini menguntungkan untuk pasien dengan ganggua metabolisme
hati.
Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein plasma,
eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif, waktu paruh
propofol diperkirakan berkisar antara 2 24 jam. Namun dalam kenyataanya di klinis jauh
lebih pendek karena propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan tepi.Dosis induksi cepat
menyebabkan sedasi (rata rata 30 45 detik) dan kecepatan untuk pulih juga relatif singkat.
Satu ampul 20ml mengandung propofol 10mg/ml. Popofol bersifat hipnotik murni tanpa
disertai efek analgetik ataupun relaksasi otot.
Farmakodinamik
Pada sistem saraf pusat
Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis yang kecil
dapat menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai efek analgetik, pada pemberian dosis
induksi (2mg/kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung cepat. Dapat menyebabkan
perubahan mood tapi tidak
10
Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150 g/kg/min IV (titrate to effect).
Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung
Efek Samping
Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%.Nyeri ini bisa
muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat dihilangkan
dengan menggunakan lidokain.
Gejala mual dan muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi
menggunakan propofol. Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus
hatihati pada pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan
pankreatitis. Pada setengah kasus dapat menyebabkan kejang mioklonik.Phlebitis juga pernah
dilaporkan terjadi setelah pemberian induksi propofol tapi kasusnya sangat jarang.Terdapat
juga kasus terjadinya nekrosis jaringan pada ekstravasasi subkutan pada anak-anak akibat
pemberian propofol.(3)
11
Opioid
Fentanyl, sulfentanyl, alfentanyl, dan remifentanyl adalah opioid yang lebih banyak
digunakan dibanding morfin karena menimbulkan anelgesia anastesia yang lebih kuat dengan
depresi nafas yang lebih ringan. Walaupun dosisnya besar, kesadaran tidak sepenuhnya hilang
dan amnesia pasca bedahnya tidak lengkap. Biasanya digunakan pada pembedahan jantung
atau pada pasien yang cadangan sirkulasinya terbatas. Opioid juga digunakan sebagai
tambahan pada anestesia dengan anestetik inhalasi atau anastetik intravena lainnya sehingga
dosis anastetik lain ini dapat lebih kecil. Bila opioid diberikan dengan dosis besar atau
berulang selama pembedahan, sedasi dan depresi napas dapat berlangsung lebih lama, ini
dapat diatasi dengan nalokson.
Fentanyl yang lama kerjanya sekitar 30 menit segera didistribusi, tetapi pada
pemberian berulang atau dosis besar akan terjadi akumulasi. Dengan dosis besar (50-100
mg/KgBB), fentanyl menimbulkan analgesia dan hilang kesadaran yang lebih kuat daripada
morfin, tetapi amnesianya tidak lengkap, instabilitas tekanan darah, dan depresi napas lebih
singkat. Oleh karena itu fentanyl lebih disukai daripada morfin, khususnya untuk dikombinasi
dengan anestetik inhalasi.
Alfentanyl dan sulfentanyl potensinya lebih besar daripada potensi fentanyl dengan
lama kerja yang lebih singkat.Keduanya lebih populer karena stabilitas kardiovaskularnya
sangat menonjol.
Ketamin
Ketamin ialah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman
(batas keamanan lebar). Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestetik dan kataleptik dengan
kerja singkat. Efek anestesianya ditimbulkan oleh penghambat efek membran dan
neurotransmittor eksitasi asam glutamat pada reseptor N-metil-D-aspartat. Sifat analgesiknya
12
sangat kuat untuk sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem viseral. Ketamin tidak
menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.
Anestesia dengan ketamin diawali dengan terjadinya disosiasi mental pada 15 detik
pertama, kadang sampai halusinasi.Keadaan ini dikenal sebagai anastesia disosiatif.Disosiasi
ini sering disertai keadaaan kataleptik berupa dilatasi pupil, salivasi, lakrimasi, gerakangerakan tungkai spontan, peningkatan tonus otot. Kesadaran segera pulih setelah 10-15 menit,
analgesia bertahan sampai 40 menit, sedangkan amnesia berlangsung samapai 1-2 jam. Pada
masa pemulihan, dapat terjadi emergence phenomenon yang merupakan kelainan psikis
berupa disorientasi, ilusi sensoris, ilusi perseptif, dan mimpi buruk. Kejadian fenomena ini
dapat dikurangi dengan pemberian diazepam 0,2-0,3 mg/KgBB 5 menit sebelum pemberian
ketamin.
Ketamin adalah satu-satunya anestetik intravena yang merangsang kerdiovaskular
karena efek perangsangannya pada pusat saraf simpatis, dan mungkin juga karena hambatan
ambilan norepinefrin. Tekanan darah, frekuensi nadi, dan curah jantung naik sampai + 25 %,
sehingga ketamin bermanfaat untuk pasien dengan risiko hipotensi dan asma.
Refleks faring dan laring tetap normal atau sedikit meninggi pada anestesia dengan
ketamin. Pada dosis anestesia, ketamin bersifat merangsang; sedangkan dengan dosis
berlebihan akan menekan pernapasan.
Sebagaian besar ketamin mengalami hidrolisis dalam hati, kemudian dieksresikan
terutama dalam bentuk metabolit dan sedikit dalam bentuk utuh. Dosis induksi ketamin
adalah 1-2 mg/KgBB IV atau 3-5 mg/BB IM. Stadium depresi dicapai dalam 5-10
menit.Untuk mempertahankan anestesia dapat diberikan dosis 25-100 mg/KgBB/menit.
Stadium operasi terjadi dalam 12-25 menit.(3)
2. Obat anestetik Inhalasi
Anestetik inhalasi (volatile) termasuk zat anestetik yang pertama kali digunakan. Ether tidak
lagi digunakan, obat anestesi inhalasi yang beredar yaitu isofluran, sevoflurane, desfluran,
halotan, enfluran. (2)
A. Isoflurane
13
Merupakan cairan volatile yang tidak mudah terbakar dengan bau ether yang menyengat,
reflek faring dan laring dengan cepat hilang sehingga memudahkan tindakan intubasi
endotrakeal
Indikasi : untuk induksi dan rumatan
Kontra indikasi :
-
Pasien dengan hipovolemia berat tidak dapat mentoleransi efek vasodilatasi dari
isoflurane
Riwayat pernah mendapat anestesi isoflurane atau halogen lainnya dan terjadi ikterus
atau gangguan fungsi hati atau eosinophilia pada masa pasca anesthesia
Diketahui atau dicurigain pasien mudah mengalami demam yang hebat
B. Sevoflurane
Baunya tidak menyengat dan peningkatan konsentrasi di alveolar yang cepat membuatnya
sebagai pilihan yang baik untuk induksi inhalasi pada pasien anak atau dewasa.
Indikasi : untuk induksi dan rumatan anestesi umum pada anak-anak dan dewasa, pada kasus
rawat jalan dan rawat inap
Kontraindikasi :
-
Hipovolemia berat
Malignant hyperthermia
3. Pelumpuh otot
14
Pelumpuh otot (muscle relaxant) tampaknya digunakan oleh anestesiologis, oleh karena
seseorang yang mendapat obat ini pasti harus dibantu dengan ventilasi mekanik. Obat ini
bekerja pada muscle-end plate, menghalangi kontraksi otot skeletal. Obat ini sangat berguna
untuk memfasilitasi laringoskopi dan intubasi sehingga memungkinkan pengambilalihan
pernafasan pasien secara total.
V.
15
mask karena lebih mudah digunakan dalam jangka waktu yang lama dan
-
Kontraindikasi
-
Pipa endotrakeal
Pemberian ventilasi mekanik dapat melalui bag-valve-mask, melalui
pipa endotrakeal (endotracheal tube, ETT) atau melalui sungkup laring.
Pemberian ventilasi mekanik dengan cara memompa gas melalui sungkup
muka (bag and mask ventilation) tidak dapat dilakukan untuk jangka waktu
lama. Selain itu jalan nafas pasien sama sekali tidak terlindung. Ventilasi cara
ini biasanya hanya persiapan sebelum manajemen definitive jalan nafas
dengan ETT atau LMA.
Keuntungan penggunaan ETT adalah pengamanan total jalan nafas
(terutama jika menggunakan cuff) dan kemudahan penghisapan secret. ETT
termasuk invasive, pemasangannya dapat traumatic dan bagi pasien dengan
jalan nafas yang hipereaktif dapat mencetuskan asma. Selain itu, jika
penempatan ETT terlalu dalam di salah satu bronkus (endobronchial
intubation), justru dapat menyebabkan atelektasis satu paru. Intubasi
endotrakeal juga terkadang salah arah, masuk ke esophagus. Hal ini harus
segera diketahui dan diperbaiki karena dapat berakibat fatal. Cara terbaik
untuk deteksi dini intubasi esophagus adalah dengan menggunakan kapnograf.
Jika ETT masuk esophagus, tidak akan terdeteksi kadar ECTCO2 melalui
kapnografi. Hal ini dikarenakan CO2 hanya diekskresikan oleh paru-paru.(2)
16
BAB III
Kesimpulan
Anastesi umum merupakan salah satu tehnik anestesi untuk memberi kenyamanan
pasien selama menjalani tindakan operatif. Secara umum anastesi ini memiliki komponen
hipnosis, analgesia, areleksia, relaksasi otot, dan amnesia. Namun komponen-komponen ini
tidak harus terpenuhi keseluruhannya, tergantung dengan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien.
17
BAB IV
Daftar Pustaka
18