Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah PANNMED

Vol. 1 No. 1 Juli 2006

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERDARAHAN PASCA-PERSALINAN DAN UPAYA
PENURUNANNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MEDAN
TAHUN 2005
Maida Pardosi

Abstrak
Angka kematian ibu hamil dan bersalin (SDKI) 1997, yaitu 334 per 100.000 per kelahiran hidup.
Penyebab kematian di Indonesia masih didominasi perdarahan pasca persalinan (46,17%),
toksemia (14,4%) dan infeksi (8%). Pada tahun 2002 dan tahun 2003 angka kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan sebanyak 5 orang.
Di Kota Medan kasus perdarahan yang ditunjuk dari klinik bersalin tahun 2003 sampai 2004 ke
Rumah Sakit H. Adam Malik dan Rumah Sakit Pirngadi Medan sebanyak 170 orang dan juga
ditemukan di salah satu Rumah Sakit Swasta kasus perdarahan para bersalin ditemukan di wilayah
puskesmas Kota Medan sebanyak 70 orang.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dan faktor-faktor dominan dan upaya
penurunan perdarahan di wilayah kerja puskesmas Kota Medan, maka dilakukan penelitian dengan
rancangan Cross Sectional Survey terhadap kejadian perdarahan pasca persalinan di wilayah kerja
puskesmas Kota Medan, dengan sampel 52 orang yang mengalami perdarahan.
Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pasca-persalinan
maupun faktor ibu, umur ibu, pendidikan ibu, kadar Hb/anemia, konsumsi zat besi, lama partus,
lepas plasenta, pengetahuan dan faktor fasilitas kesehatan, penolong persalinan, umur penolong,
pendidikan penolong, lama kerja/pengalaman di tempat bersalin.
Faktor-faktor yang berpengaruh yang paling dominan meliputi: faktor fasilitas kesehatan yaitu
konsumsi zat besi < dari 60 tablet dan tidak mengkonsumsi akan memberikan risiko terjadinya
perdarahan persalinan, tenaga penolong persalinan berpendidikan D-1 akan mempunyai risiko 6,1
kali terhadap terjadi perdarahan pasca-persalinan, tenaga penolong persalinan mempunyai
pengalaman/lama kerja kurang dari 10 tahun, 1 kali lebih memberikan risiko terjadi perdarahan,
umur ibu hamil < 20 tahun atau 30 tahun 3,3 kali memberikan risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan adalah kegiatan ibu hamil mendapatkan zat besi selama minimal 90 tablet selama
kehamilan dan usia kehamilan 2030 tahun. Bidan dioptimalisasi dan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan bidan perlu Asuhan Persalinan Normal (APN) dan bidang berpendidikan D-1 agar
melanjutkan pendidikan minimal D-III, tempat bersalin diharapkan melengkapi peralatan dan
sarana prasarana yang mendukung program kehamilan dan persalinan.
Kata kunci: Perdarahan pasca-persalinan

PENDAHULUAN
Penyebab kematian ibu di Indonesia melalui
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995
masih didominasi oleh Trias Klasik yaitu
perdarahan (46,17%), Toksemia (14,4%) dan infeksi
(8%). Sedangkan untuk Kota Medan khususnya,
berdasarkan data Dinas Kesehatan, kematian ibu
hamil dan bersalin yang disebabkan oleh perdarahan
pada tahun 2002 sebanyak 2 orang, tahun 2003
sebanyak 3 orang, dan tahun 2004 sebanyak 5 orang.
Sedangkan kasus perdarahan yang dapat ditangani
pada tahun 2002 sebanyak 30 orang dari 1310 ibu

melahirkan, tahun 2003 sebanyak 35 orang dari 1425


ibu melahirkan.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
perdarahan merupakan penyebab utama terjadinya
kematian bagi ibu hamil dan bersalin. Perdarahan
pasca-persalinan dapat dibagi menjadi (Firman
Wirakesumah, 2005), yaitu:
1. Perdarahan
pasca-persalinan
dini
ialah
perdarahan > 500 cc pada 24 jam pertama setelah
persalinan.
2. Perdarahan pasca-persalinan lambat ialah > 500
cc setelah 24 jam persalinan.

-29-

Maida Pardosi

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Perdarahan

Tabel 1. Jumlah kasus perdarahan yang rujuk dari klinik bersalin tahun 2003 sampai dengan 2004 ke RS Adam
Malik dan RS Pirngadi Medan
No

Diagnosa

RS H. Adam Malik

RS Dr. Pirngadi

2003

2004

2003

2004

Atonia uteri

15

18

18

Retensio plasenta

15

10

Plasenta rest

10

Lakserasi jalan lahir

15

14

15

10

Jumlah

42

47

35

48

Perdarahan pasca-persalinan pada saat kala III


tujuannya adalah untuk menghasilkan konstruksi
yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek
waktu kontraksi kala III persalinan dan mengurangi
kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologi. Keuntungan penanganan kala III
(APN 2000) yaitu:
1. Persalinan lebih lanjut
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian Retensio Plasenta.
Dari profil provinsi Sumatera Utara dari 21 RS
Pemerintah di Sumut (tahun 1995) menunjukkan
3.416 atau 1.370 per 100.000 kelahiran hidup.
Jumlah kasus perdarahan tahun 2003 sampai
tahun 2004 masih ditemukan yaitu di RS Pirngadi
Medan dan RS Adam Malik yang dikirim ke rumah
bersalin (Tabel 1).
Dan juga data tahun 2004 di RS Marta Friska,
jumlah pasien perdarahan postpartum berjumlah
12 orang yang terbagi menjadi atonia uteri 5 orang,
retensio plasenta 6 orang, laserasi jalan lahir 1 orang.
Tabel 1 memperlihatkan tingkat risiko
perdarahan pasca-persalinan masih terdapat di Kota
Medan. Di samping ini masih ditemukan sistem
pelaporan yang tidak efektif yaitu dari wilayah kerja
puskesmas seharusnya melaporkan ke pihak
puskesmas wilayah setempat, sehingga tidak semua
terdeteksi seluruh kasus perdarahan. Oleh karena itu
perlu diadakan penelitian ini untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pasca-persalinan
dan juga faktor-faktor apa yang paling dominan serta
upaya apa yang harus dilakukan untuk mengurangi
perdarahan pasca-persalinan di wilayah kerja
puskesmas Kota Medan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di
atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang paling dominan
mempengaruhi perdarahan pasca-persalinan di
wilayah kerja puskesmas di Kota Medan.
2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk
mengurangi perdarahan pasca-persalinan di
wilayah kerja puskesmas di Kota Medan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor dominan dan upaya

penurunan perdarahan pasca-persalinan di wilayah


kerja puskesmas di Kota Medan.

METODE
Rancangan penelitian yang digunakan adalah
studi deskriptif analitik dengan desain penelitian
cross sectional-survey dengan melakukan analisis
lebih lanjut terhadap data sekunder.
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja
puskesmas di Kota Medan. Pemilihan lokasi ini atas
dasar pemikiran bahwa puskesmas merupakan
fasilitas kesehatan tingkat pertama di masyarakat
yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam satu
wilayah tertentu dan juga sebagai salah satu tempat
pelayanan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kota Medan.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan,
mulai dari bulan Mei 2005 sampai dengan bulan
Agustus 2005. Penentuan populasi didasarkan pada
jumlah ibu bersalin pada tahun 2004 yang mengalami
perdarahan sebanyak 70 kasus. Jumlah sampel
sebanyak 52 orang.
Teknik pengambilan sampel adalah dengan
proportional sample atau sample imbangan
(Arikunto, 1992) sebagai berikut.
Jenis dan sumber data yang diperlukan untuk
penelitian ini adalah:
a. Data primer
b. Data sekunder.
Setelah dilakukan analisa univariat, selanjutnya
dilakukan analisa bivariat, hal ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel independent
(bebas) dengan variabel dependent (terikat) yang
dihitung satu per satu.
Analisa multivariat dilakukan untuk mengetahui
pengaruh variabel terhadap kejadian perdarahan
dengan menguji sekaligus variabel-variabel yang
mempunyai kemaknaan statistik pada analisa
biovariat, dengan menggunakan analisa statistik
regresi logistik.
Dalam pemodelan ini semua variabel prediktor
dicobakan secara bersama-sama. Model yang
diasumsikan dari regresi logistik adalah:
y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + bnxn

-30-

Jurnal Ilmiah PANNMED

Vol. 1 No. 1 Juli 2006

Analisa ini bertujuan untuk mendapatkan model


terbaik dalam menentukan variabel yang paling
berpengaruh dengan kejadian perdarahan. Model
terbaik akan mempertimbangkan dua penilaian, yaitu
nilai signifikan ratio likelihood (p < 0,05) dan nilai
signifikansi p-Wald ( p < 0,05).

distribusi frekuensi dan variabel independen yaitu


faktor ibu dan faktor pelayanan kesehatan serta
variabel dependen yaitu perdarahan pasca-persalinan.
Sedangkan hasil bivariat untuk mengetahui hubungan
variabel independen dan variabel dependen dan
analisis multivariat untuk mengetahui hubungan
seluruh variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (perdarahan pascapersalinan).
Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ini digambarkan secara
berurutan dimulai dari analisis univariat, meliputi

Tabel 4.1. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan faktor umur ibu di wilayah kerja puskesmas Kota Medan
tahun 2005
No.

Kelompok Umur

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

20 30 tahun (baik)

21

47,3

25

<20, > 30 tahun (kurang)

23

52,3

75

44

100

100

Jumlah

p
value

OR 95 % (Cl)

0,172

3,3
(0,59 18.09)

Tabel 4.2. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan faktor paritas ibu di wilayah kerja puskesmas Kota Medan
tahun 2005
No.

Jumlah Paritas

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

< 3 (baik)

18

40,9

50

> 3 (kurang)

26

50,1

50

44

100

100

Jumlah

p
value

OR 95 % (Cl)

0,17633

0,7
(0,15 3,13)

Tabel 4.3. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan tingkat pendidikan ibu di wilayah kerja puskesmas Kota
Medan tahun 2005
No.

Jumlah Pendidikan

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

Perguruan Tinggi, SMA (baik)

2,3

12,5

Tidak Sekolah, SD (Kurang)

43

97,7

96,2

44

100

100

Jumlah

P
value

OR 95 % (Cl)

0,217

2,2
(0,00 2,91)

Tabel 4.4. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan kadar Hb ibu saat hamil ibu di wilayah kerja puskesmas
Kota Medan tahun 2005
-31-

Maida Pardosi

No.

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Perdarahan

Kadar Hb/Anemi

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

> 11 gr % (Baik)

11

25

28,8

> 11 gr % dan tidak


diketahui (kurang)

33

75

71,2

44

100

100

Jumlah

P
value

OR 95 % (Cl)

0,163

2,3
(0,07 1,56)

Tabel 4.5. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan terjadinya bengkak pada tubuh ibu di wilayah kerja
puskesmas Kota Medan tahun 2005
No.

Kategori

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

Tidak Bengkak (Baik)

10

22,7

25

Tidak Bengkak (Kurang Baik)

34

77,3

75

44

100

100

Jumlah

P
value

OR 95 % (Cl)

0,888

0,8
(0,15 5,01)

Tabel 4.6. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan konsumsi zat besi ibu saat hamil di wilayah kerja puskesmas
Kota Medan tahun 2005
No.

Kategori

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

> 60 Tablet (Baik)

4,5

17,3

> 60 Tablet, tidak pernah


(Kurang Baik)

42

95,5

82,7

44

100

100

Jumlah

P
value

OR 95 % (Cl)

0,000

2,0
(0,00 0,08)

Tabel 4.7. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan lama partus ibu saat persalinan di wilayah kerja puskesmas
Kota Medan tahun 2005
No.

Lama Partus

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

< 24 jam (Baik)

13,6

62,5

> 24 jam (Kurang Baik)

38

86,4

37,5

44

100

100

Jumlah

P
value

OR 95 % (Cl)

0,006

2,09
(0,02 0,50)

Tabel 4.8. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan lama lepas plasenta ibu saat bersalin di wilayah kerja
puskesmas Kota Medan tahun 2005
-32-

Jurnal Ilmiah PANNMED

No
.

Lama Lepas Plasenta

Vol. 1 No. 1 Juli 2006

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

< jam (Baik)

12

27,3

62,5

> jam (Kurang Baik)

32

72,7

37,5

44

100

100

Jumlah

P
value

OR 95 % (Cl)

0,064

2,2
(0,46 1,09)

Tabel 4.9. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan pengetahuan ibu di wilayah kerja puskesmas Kota Medan
tahun 2005
No.

Lama Lepas Plasenta

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

> 60 persen menjawab


benar (Baik)

9,1

25

< 60 persen menjawab


benar (Kurang Baik)

40

90,9

75

44

100

100

Jumlah

p
value

OR 95 % (Cl)

0,300

0,215
(0,045 2,010)

Tabel 4.10. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan penolong persalinan di wilayah kerja puskesmas Kota
Medan tahun 2005
No.

Penolong Persalinan

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

Nakes terlatih (Baik)

21

47,7

75

Nakes tidak terlatih


(Kurang Baik)

23

52,3

25

44

100

100

Jumlah

P
value

OR 95 % (Cl)

0,17

3,29
(0,59 18,09)

Tabel 4.11. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan umur tenaga penolong di wilayah kerja puskesmas Kota
Medan tahun 2005
No.

Penolong Persalinan

Perdarahan
Primer

Perdarahan
Sekunder

Jumlah

Jumlah

Nakes terlatih (Baik)

21

47,7

75

Nakes tidak terlatih


(Kurang Baik)

23

52,3

25

44

100

100

Jumlah

P
value

OR 95 % (Cl)

0,17

3,29
(0,59 18,09)

Tabel 4.12. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan tingkat pendidikan tenaga penolong di wilayah kerja
puskesmas Kota Medan tahun 2005

-33-

Maida Pardosi

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Perdarahan

No.

1
2

Tingkat Pendidikan

D3
D1
Jumlah

Perdarahan
Primer
Jumlah
%
1
2,3
43
97,7
44
100

Perdarahan
Sekunder
Jumlah
%
1
12,5
7
87,5
8
100

P
value

OR 95 % (Cl)

0,217

6,14
(0,34 109,94)

Tabel 4.13. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan tingkat pendidikan tenaga penolong di wilayah kerja
puskesmas Kota Medan tahun 2005
No.

1
2

Lama Kerja/Pengalaman

> 2 tahun (baik)


< 2 tahun (kurang baik)
Jumlah

Perdarahan
Primer
Jumlah
%
5
11,4
39
88,6
44
100

Perdarahan
Sekunder
Jumlah
%
7
87,5
1
12,5
8
100

P
value

OR 95 % (Cl)

0,001

1,02
(0,002 0,181)

Tabel 4.14. Distribusi kasus perdarahan berdasarkan tempat bersalin tenaga penolong di wilayah kerja
puskesmas Kota Medan tahun 2005
No.

1
2

Tingkat Pendidikan

Puskesmas (baik)
Klinik bersalin (kurang
baik)
Jumlah

Perdarahan
Primer
Jumlah
%
18
40,9
26
59,1
44

100

Tingkat Pendidikan
Umur
Pendidikan
Kadar Hb
Konsumsi zat besi
Lama partus
Lepas plasenta
Pengetahuan
Penolong persalinan
Umur penolong persalinan
Pendidikan penolong persalinan
Pengalaman penolong persalinan
Tempat bersalin
Constant

B
17,707
15,942
17,391
36,298
0,565
17,575
16,786
15,703
17,827
28,413
19,624
18,444
48,672

Perdarahan
Sekunder
Jumlah
%
6
75
2
25
8

P
value

OR 95 % (Cl)

0,093

0,23
(0,042 1,275)

100

Tabel 4.15. Uji regresi logiostik


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Tabel 4.16. Uji regresi logiostik dengan nilai p value < 0,05

-34-

P Value
0,009
0,060 *
0,069 *
0,007
0,110 *
0,109 *
0,079 *
0,069 *
0,009
0,010
0,008
0,009
0,010

Exp (B)
9,200
0,000
0,000
0,000
0,569
0,000
8,500
80,300
6,300
2,800
0,008
0,009
0,010

95 % CL
0,0000 13,852
0,0000 42,000
0,0000 10,281
0,0000 24,872
0,0000 35,894
0,0000 35,865
0,0000 38,590
0,0000 28,635
0,0000 26353
0,0000 24,352
0,0000 27,562
0,0000 26,335

Jurnal Ilmiah PANNMED

No.
1
2
3
4
5
6

Variabel
Konsumsi zat besi
Pendidikan penolong persalinan
Pengalaman penolong persalinan
Tempat bersalin
Umur penolong persalinan
Umur ibu hamil
Constant

Vol. 1 No. 1 Juli 2006

B
36,298
28,413
19,624
18,444
17,827
17,707
48,672

P Value
0,007
0,010
0,008
0,009
0,009
0,009
0,010

Exp (B)
0,000
2,800
0,000
0,000
6,300
9,200
1,600

95 % CL
0,0000 24,872
0,0000 24,352
0,0000 27,562
0,0000 26,335
0,0000 26,353
0,0000 13,852

Berdasarkan Tabel 4.16 nilai p value > 0,05, maka didapatkan model regresi logistik berupa persamaan
matematis sebagai berikut:
Y = 48,672 + 36,298 X1 + 28,413 X2 + 19,624 X3 +18,444 X4 +17,827 X5 + 17,707 X6
Keterangan:
Y
= Kasus perdarahan
Y
= Perdarahan
X1 = Konsumsi zat besi
X2 = Pendidikan penolong persalinan
X3 = Pengalaman penolong persalinan
X4 = Tempat bersalin
X5 = Umur penolong persalinan
X2 = Umur ibu hamil
Analisa multivariat dilakukan terhadap beberapa
variabel yang memenuhi persyaratan berdasarkan
analisa bivariat (p value, 0,25) variabel yang
memenuhi syarat adalah 7 variabel faktor ibu dan
5 variabel faktor pelayanan kesehatan, seperti
tergambarkan pada Tabel 4.15 variabel prediktor
yang dilakukan uji regresi logistik secara backward
selection adalah:
I. Faktor Ibu
a. Variabel umur
b. Variabel pendidikan
c. Variabel kadar Hb
d. Variabel konsumsi zat besi
e. Variabel lama partus
f. Variabel lepas plasenta
g. Pengetahuan
II. Faktor Pelayanan Kesehatan
a. Variabel penolong persalinan
b. Variabel umur penolong persalinan
c. Variabel pendidikan penolong persalinan
d. Variabel pengalaman penolong persalinan
e. Variabel tempat bersalin
Melalui uji regresi logistik secara backward
selection, di mana seluruh kandidat model
dimasukkan secara bersama-sama dan selanjutnya
didapatkan hasil p value < 0,05. Sehingga variabel
prediktor yang dijadikan kandidat model adalah (fit
model) adalah:
1. Variabel penolong bersalin
2. Variabel pendidikan
3. Variabel kadar Hb
4. Variabel konsumsi zat besi
Strategi penurunan terjadinya perdarahan pascapersalinan dapat memprediksi penurunan angka

kejadian perdarahan pasca-persalinan. Berdasarkan


strategi tersebut dapat dilakukan terhadap beberapa
variabel yang paling besar pengaruhnya dapat
meningkatkan angka kejadian perdarahan pascapersalinan. Kegiatan intervensi terhadap variabel
yang paling besar berpengaruh meningkatkan angka
kejadian perdarahan dapat diprioritaskan sesuai
dengan kemampuan Kota Medan dalam memobilisasi
sumber daya.
Strategi
penanganan
perdarahan
pascapersalinan dapat direkomendasikan berupa kegiatan
intervensi terhadap keenam variabel yang paling
berpengaruh
meningkatkan
angka
kejadian
perdarahan pasca-persalinan sebagai berikut:
a. Konsumsi zat besi
Kepada ibu hamil memeriksakan kehamilannya
minimal 4 kali selama kehamilan dengan
ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan
pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua,
minimal 2 kali pada triwulan ketiga dengan
pelayanan
pemeriksaan
kehamilan
yang
diharapkan (ketentuan tersebut di atas)
mendapatkan promosi kesehatan tentang
pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet
selama kehamilan.
Apabila konsumsi zat besi sesuai dengan yang
dianjurkan dilakukan, maka secara statistik angka
kejadian perdarahan pasca-persalinan dapat
dikurung sebesar 2,0.
b.

Pendidikan tenaga penolong persalinan


Diharapkan tenaga bidan yang berpendidikan D1
agar meningkatkan jenjang pendidikannya ke
tingkat pendidikan D3 mengingat besarnya
tanggung jawab dan beban kerja bidan dalam
melayani masyarakat. Apabila tingkat pendidikan
bidan ditingkatkan akan menurunkan angka
kejadian perdarahan pasca-persalinan sebesar
6,14 kali.

c.

Pengalaman/lama kerja penolong persalinan


Diharapkan kepada para bidan/tenaga penolong
minimal mengambil pengalaman dahulu/praktik
lebih kurang 25 tahun sebelum membuka klinik
-35-

Maida Pardosi

atau rumah bersalin. Dan kepada Dinas


Kesehatan Kota agar memberikan pelatihan
terlebih dahulu sebelum membuka klinik atau
rumah bersalin.
Menurut Renstra (2002) MPS (Making
Pregnancy Suffer) 20012010 dalam peningkatan
kesehatan dan bayi baru lahir, program MPS ini
membuat rencana strategi, yaitu tersedianya
pelayanan kesehatan persalinan nifas oleh
petugas kesehatan yang kompeten dan terampil.
Apabila pengalaman kerja bidan ditingkatkan
akan menurunkan angka kejadian perdarahan
pasca-persalinan sebesar 1,02 kali.

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Perdarahan

d.

e.
f.
g.
h.

d.

Termpat bersalin
Apabila fasilitas sarana dan prasarana yang
mendukung proses kehamilan dan persalinan di
tempat bersalin ditingkatkan akan menurunkan
angka kejadian perdarahan pasca-persalinan
sebesar 0,23 kali.

e.

Umur penolong persalinan


Apabila umur penolong persalinan berusia 2040
tahun ditingkatkan, maka dapat menurunkan
angka kejadian perdarahan pasca-persalinan
sebesar 0,23 kali.

f.

Umur ibu hamil


Apabila umur ibu yang melahirkan kurang dari
20 tahun sampai dengan 30 tahun tidak
dianjurkan akan menurunkan angka kejadian
perdarahan pasca-persalinan sebesar 0,23 kali.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
a. Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
perdarahan pasca-persalinan adalah: faktor ibu:
umur, paritas, pendidikan, kadar Hb, konsumsi
zat besi, bengkak pada tubuh, lama partus, lama
lepasnya plasenta, pengetahuan dan faktor
fasilitas pelayanan kesehatan, plasenta: penolong,
karakteristik penolong dan tempat bersalin. Dari
14 variabel tersebut terdapat 12 variabel yang
mempunyai hubungan secara bermakna, yaitu
faktor ibu: umur, pendidikan, kadar Hb,
konsumsi zat besi, lama partus, lama lepasnya
plasenta, pengetahuan dan fasilitas pelayanan
kesehatan, plasenta: penolong, karakteristik
penolong, dan tempat bersalin.
b. Berdasarkan koefisien regresi logistik yang
berpengaruh terhadap perdarahan pascapersalinan yang paling dominan adalah, yaitu
konsumsi zat besi, pendidikan tenaga penolong
persalinan, pengalaman/lama kerja penolong,
tempat bersalin ibu, umur penolong persalinan,
dan umur ibu hamil.
c. Ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi selama
hamil < dari 40 tablet dan tidak mengkonsumsi 2
kali memberikan risiko terjadi perdarahan
persalinan.
-36-

Tenaga
penolong
persalinan
dengan
berpendidikan D-1, maka akan mempunyai risiko
6,1 kali terhadap terjadinya perdarahan pascapersalinan.
Pengalaman tenaga penolong persalinan kurang
dari 2 tahun, 1 kali lebih memberikan risiko
terjadinya perdarahan pasca-persalinan.
Tempat bersalin di klinik/RB 0,2 kali
memberikan risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan
Umur penolong persalinan > 40 tahun 3,5 kali
memberikan risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan.
Umur ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 30 tahun 3,3 kali memberikan risiko
terjadinya perdarahan pasca-persalinan.

Saran
a. Ikatan Bidan Indonesia Cabang Medan kiranya
dapat merencanakan pelatihan Asuhan Persalinan
Normal (APN) bagi bidan yang belum terlatih
minimal 2 kali setahun di Kota Medan.
b. Bidan koordinator pada puskesmas agar
meningkatkan pengawasan terhadap praktik
terutama di bidang peningkatan pengetahuan dan
keterampilan agar sesuai dengan perkembangan.
c. Untuk meningkatkan pengetahuan bidan
diharapkan bidan dapat mengikuti pelatihanpelatihan,
khususnya
pelatihan
Asuhan
Persalinan Normal (APN) yang dilaksanakan
oleh organisasi Ikatan Bidan Indonesia minimal 1
kali dan melanjutkan minimal D3 Kebidanan.
d. Diharapkan kepada Ibu hamil untuk dapat
mengkonsumsi zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan dan sebaiknya pada usia ibu untuk
hamil usia 2030 tahun.
e. Diharapkan kepada rumah bersalin/klinik untuk
meningkatkan kualitas pelayanan bidan, terutama
pengawasan terhadap bidan dan perlu
merencanakan pelatihan Asuhan Persalinan
Normal (APN) minimal 2 kali setahun serta
bidan berpendidikan D1 agar melanjutkan
Pendidikan D3.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bahei, Buku Panduan Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta, 2002, hal.
108102.
Chi, I-Chang, Agustina, T. and Harbin, J., Maternal
Mortaliti At Twelve Teaching Hospital in
Indonesia: An Epidemiologi Analisis, Int, J.
Gynecal, Obtet, 1981, Vol. 19: 299266.
Chalic, TMA, Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri
dan Ginekologi, Jakarta, 1998, hal 161184.
Crisdiono, Kematian Maternal Oleh Karena
Perdarahan Post Partum, Tesis Program
Dokter Spesialis di Bidang Studi Obstetri
Gineologi, Fakultas Kedokteran Universitas

Jurnal Ilmiah PANNMED

Diponegoro, Semarang, 2004, Volume VII, 83


hal.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman
Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja
Puskesmas, Dirjen Pembinaan Kesehatan
Masyarakat, Dit. Bina Kesehatan Keluarga,
Jakarta, 1993, III + 59 hal.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Asuhan
Persalinan Normal, Jakarta, 2002, 146163.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Survei
Demografi Kesehatan, Jakarta, 1997.
Djajadilaga, Berbagai Risiko Bagi Ibu Hamil dan
Melahirkan,
dalam
Penyelenggaraan
Penyuluhan Bagi Anggota Wanita Tingkat
Pusat, Kantor Menteri UPW, Jakarta, 1989, 19
hal.
Fortney, J. A. et al., Maternal Mortality in Indonesia
and Egypt, WHO, Geneva, 1985, 20 hal..
Haas, D.J. dan Herbin, J.P., Growth in The
Assesment of Preschool. Nasional Status,
dalam Fiet dan Disease in Tradisional and
Developing Sociaties Combridge University
Press, 1990: 106183.
Hughes, A. Anamia an Pregnancy, A. Background
Paper for Discussion, on Meeting of
Teachnical Working Good on prevention and
Freement of Severe Anemia in pregnancy,
Geneva, 1991, 2022.
Krasovee. K. and Anderson, A. (eds), Maternal
Nutrion and Pregnacy Autconas: 214 hal.
Manuaba, Obstetri & Ginekologi, Jakarta, 2001, Rev.
144.
Omrn, A.R., Health Aspect of Family Planning, The
Evidence and Prevention, OTT Verlag Thun,
Switzerland, 1987, xxiv + 488 hlm.

Vol. 1 No. 1 Juli 2006

Parnoll, M.L (e), Current Obtestik and Ginekologi


Diagnosis and Treatment, 7th ed. A Large
Medical Book. Prentice. Hal International, Inc,
USA, 1991, xvii + 1230 hal.
Population Report Mothers Lives Matter, Material
Health in Community, Serie L, No. 7, 1998,
31 hal.
Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Sumut, 2004,
27 hal.
Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2004, 21 hal.
Profil Rumah Sakit Marta Friska, Medan, 2004, 34
hal.
Rosyton, E. and Amstrongs (eds), Preventing
Maternal Deaths, WHO, Geneva, 989, 233,
hal.
Siagian, P.E.L., Pendarahan Post Partum, di Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Selama
Periode 19701974, Bandung, 1977, iv + 03
hal.
Sarwono, P., Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2000, hal 205
214.
Safe Motherhood, Modul Hemoragi, Jakarta, 2002,
10164 hal.
Seon Editing of The Alarm International Program
Sylabus, USA, 2002, 5458 hal.
Thaddend, S. and Maine,. D. Too Far Too Walk
Maternal Mortalitit in Corext (Findugs from
Mutidisippeinary
Literature
Review),
Columbia University, 1990, 327333 hal.
Wordl Health Organization, Nutrisional, Geneva,
WHO, No. 405.
World Health Organization, The Prevention and
Management of Post Partum Haemorragic
Report of Technical Group, Geneva, WHO,
1989, 36 hal.

-37-

Anda mungkin juga menyukai