Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan sampah memiliki urgensi yang sangat penting.
Keadaan memprihatinkan ini tergambar sampai ke penjuru
negara.

Sampah

menggunung

di

setiap

TPA

tanpa

ada

pengelolaan yang optimal.


Permasalahan sampah bersumber dari beberapa limbah, seperti
limbah rumah tangga, komersial, industri, jalan, sekolah, kantor
termasuk limbah pasar. Limbah pasar menduduki peringkat
ketiga yang mendominasi sebagai sumber timbulnya sampah.
Seperti terlihat pada tabel berikut:

Dari tabel yang disajikan di atas, Bandung menempati peringkat


tertinggi sebagai konsumen sampah yang bersumber dari pasar.
Besarnya timbulan sampah yang dihasilkan dan dalam upaya
mencegah permasalahan yang dapat terjadi dari aktivitas
perdagangan tersebut maka Pemerintah Kota memandang perlu
untuk melakukan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lain
guna mengatasinya.

Selama malakukan pengelolaan Pasar

telah melakukan berbagai upaya pengelolaan sampah, hal ini


terlihat dari disediakannya wadah sampah bagi pedagang,
terdapatnya petugas kebersihan pasar dan dibangunnya tempat
pengelolaan sampah kompos yang terdapat di areal pasar
dengan harapan sampah yang dihasilkan pedagang dapat
tertangani secara baik dan dimanfatkan kembali.

Namun demikian, upaya-upaya pengelolaan sampah tersebut


masih menyisahkan permasalahan. Hal ini terlihat dari kondisi
eksisting yang masih menyisahkan sampah yang berserakan
pada areal Pasar setelah melakukan aktivitas perdagangan.
Salah

satu

sampah

permasalahannya

yang

tidak

sesuai

adalah
dengan

ketersediaan
jumlah

wadah

timbulan

dan

komposisi sampah yang dihasilkan. Secara spesifik sampah


organik yang mudah membusuk dan bau idealnya menggunakan
wadah sampah yang tertutup sedangkan sampah kertas dan
lainnya dapat digunakan wadah sampah terbuka. Pasar dalam
penggunaan

wadah

sampah

tidak

dilakukan

pemisahan

berdasarkan komposisi sampah tersebut tetapi menggunakan


kantong plastik sehingga apabila dilakukan pengumpulan dan
volume sampahnya besar maka wadah tersebut akan robek dan
menyebabkan sampah berserakan dilingkungan pasar.
Permasalahan sampah yang ada di pasar Geger Kalong Tengah
memiliki urgensi yang sangat tinggi. Selain sampah yang tidak
dikelola

dengan

baik, pasar

ini berada

di

daerah padat

penduduk. Pasar yang berada di kondisi ini akan berdampak


buruk pada lingkungan sekitar.
Terkait

dengan

permasalahan

sampah

Pasar

yang

belum

tertangani secara baik karena masih menyisahkan sisa-sisa


sampah yang berserakan pada areal kios, los ataupun tempat
lain di sekitar Pasar saat aktivitas perdagangan ataupun setelah
aktivitas perdagangan maka dalam perencanaan ini akan
dilakukan kajian mengenai perencanaan sistem pewadahan
Pasar. Diharapkan dari kajian ini dapat membantu memberikan
solusi dalam mengatasi permasalahan sampah dengan cara
penyediaan wadah yang didasarkan pada jenis dan komposisi
sampah yang dihasilkan tersebut sehingga kebersihan dan
kualitas lingkungan Pasar tetap terjaga.
2

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku pelaku Pasar Geger Kalong Tengah?
2. Apa dampak yang diakibatkan oleh sampah yang
menggunung di Pasar Geger Kalong Tengah?
3. Apa Upaya yang akan dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan sampah di Pasar Geger Kalong Tengah?
C. Tujuan
Pengembangan dan Pendampingan Sumber Daya Manusia ini
memiliki tujuan untuk memberikan aspirasi terkait pengelolaan
sampah dengan biodigester di Pasar Geger Kalong Tengah.
D. Manfaat Observasi
Manfaat Pengembangan dan Pendampingan SDM adalah agar
mahasiswa

mampu

peka

terhadap

lingkungan

dan

menganilisnya, serta memberikan solusi atas permasalahan yang


terjadi.

BAB II
KAJIAN TEORI
Biogas

merupakan

gas

campuran

metana

(CH4),

karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil


penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran
manusia,

dan

menghasilkan

tumbuhan)
biogas,

oleh

bahan

bakteri
organik

metanogen.
yang

Untuk

dibutuhkan,

ditampung dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik


terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada
hari ke 4-5 sesudah

biodigester terisi penuh dan mencapai

puncak pada hari ke 20-25. Biogas yang dihasilkan sebagian


besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida
(CO2) dan gas lainnya dalam jumlah kecil (Fitria, B., 2009).
Biogas

dihasilkan

apabila

bahan-bahan

organik

terurai

menjadi senyawa-senyawa pembentuknya dalam keadaan tanpa


oksigen (anaerob). Fermentasi anaerobik ini biasa terjadi secara
alami di tanah yang basah, seperti dasar danau dan di dalam
tanah pada kedalaman tertentu. Proses fermentasi adalah
penguraian

bahan-bahan

organik

dengan

bantuan

mikroorganisme. Fermentasi anaerob dapat menghasilkan gas


yang mengandung sedikitnya 50%

metana. Gas inilah yang

biasa disebut dengan biogas. Biogas dapat dihasilkan dari


fermentasi sampah organik seperti sampah pasar, daun daunan,
dan kotoran hewan yang berasal dari sapi, babi, kambing, kuda,
atau yang lainnya, bahkan kotoran manusia sekalipun. Gas yang
dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda tergantung dari
jenis hewan yang menghasilkannya (Firdaus, U.I., 2009).

Biogas

dapat

dijadikan

sebagai

bahan

bakar

karena

mengandung gas metana (CH4) dalam prosentase yang cukup


tinggi. Komponen biogas selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Komponen Penyusun Biogas
Jenis Gas
Metana

Jumlah
50-70

(CH4)
Nitrogen (N2)
Karbondioks

0-0,3
25-45

ida (CO2)
Hidrogen

1-5

(H2)
Oksigen (O2)
Hidrogen

0,1-0,5
0-3

Sulfida (H2S)

Sifat-sifat fisika dan kimia dari biogas:


1. Tidak seperti LPG yang bisa dicairkan dengan tekanan tinggi
pada suhu normal, biogas hanya dapat dicairkan pada suhu
178

yang

C sehingga untuk menyimpannya dalam sebuah tangki


praktis

mungkin

sangat

sulit.

Jalan

terbaik

adalah

menyalurkan biogas yang dihasilkan untuk langsung dipakai baik


sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan dan lain
lain.
2. Biogas dengan udara (oksigen) dapat membentuk campuran
yang mudah meledak apabila terkena nyala api karena flash
point dari metana (CH4) yaitu sebesar - 188 C dan autoignition
dari metana adalah sebesar 595 C. (www.encyclopedia.com,
2009)
3. Biogas tidak menghasilkan karbon monoksida apabila dibakar
sehingga aman dipakai untuk keperluan rumah tangga.

4. Komponen metana dalam biogas bersifat narkotika pada


manusia,

apabila

dihirup

langsung

dapat

mengakibatkan

kesulitan bernapas dan mengakibatkan kematian(Purnama, C.,


2009).

Secara garis besar proses pembentukan biogas dibagi menjadi


tiga

tahapan,

yaitu:

1. Tahap Hidrolisis (Hydrolysis)


Pada tahap ini, bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat
kompleks; protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek.
Contohnya

polisakarida

diubah

menjadi

sedangkan protein diubah menjadi peptide

monosakarida,

dan asam amino.

2. Tahap Asidifikasi (Acidogenesis dan Acetogenesis)


Pada tahap ini, bakteri (Acetobacter aceti) menghasilkan asam
untuk mengubah senyawa rantai pendek hasil proses hidrolisis
menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida. Bakteri
tersebut merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh dan
berkembang dalam keadaan asam. Bakteri memerlukan oksigen
dan karbondioksida yang diperoleh dari oksigen yang terlarut
untuk menghasilkan asam asetat. Pembentukan asam pada
kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentukan gas
metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu
bakteri tersebut juga mengubah senyawa berantai pendek
menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbon dioksida,
hidrogen sulfida, dan sedikit gas metana. Tahap ini termasuk
reaksi eksotermis yang menghasilkan energi.
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (-118kJ per mol)

4. Tahap Pembentukan Gas Metana (Methanogenesis)

Pada

tahap

ini,

bakteri

Methanobacterium

omelianski

mengubah senyawa hasil proses asidifikasi menjadi metana


dan CO2 dalam kondisi anaerob. Proses pembentukan gas
metana ini termasuk reaksi eksotermis.
CH3COO-+ H+CH4+ CO2 (-36 Kj per mol)
(www.wikipedia.org, 2009)

Tahap tahap reaksi pembentukan secara biologis dan kimia


pada fermentasi anaerob dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :

Gambar 1. Tahapan Proses Pembentukan Biogas


(Sufyandi, A,. 2001)
Proses pembuatan biogas dengan menggunakan biodigester
pada prinsipnya adalah menciptakan suatu sistem kedap udara
dengan bagian bagian pokok yang terdiri dari tangki pencerna
(digester tank), lubang input bahan baku, lubang output lumpur
sisa hasil pencernaan (slurry) dan lubang penyaluran biogas
yang terbentuk. Dalam digester terkandung bakteri metana yang
akan mengolah limbah organik menjadi biogas.

Ada beberapa jenis reaktor biogas yang sering digunakan antara


lain:
1. Reaktor Kubah Tetap (Fixed Dome)
Reaktor ini dibuat pertama kali di Cina sekitar tahun 1930-an,
kemudian sejak saat

itu reaktor ini berkembang dengan

berbagai model. Reaktor ini memiliki dua bagian. Bagian


pertama adalah digester sebagai tempat pencerna material
biogas dan sebagai rumah bagi bakteri, baik bakteri pembentuk
asam maupun bakteri pembentuk gas metana.
Bagian

ini

dapat

menggunakan

dibuat

dengan

kedalaman

tertentu

batu, batubata atau beton. Strukturnya harus

kuat karena menahan gas agar tidak terjadi kebocoran. Bagian


kedua adalah kubah tetap (fixed dome). Dinamakan kubah tetap
karena bentuknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan
pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan
dari material organik pada digester akan mengalir dan disimpan
di bagian

kubah. Kelebihan dari reaktor ini adalah biaya

konstruksi lebih murah daripada menggunakan reaktor terapung


karena tidak memiliki bagian bergerak yang menggunakan besi.
Sedangkan kekurangan dari reaktor ini adalah seringnya terjadi
kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi tetapnya.

Gambar 2. Reaktor Kubah Tetap (Pixed Dome)


8

2. Reaktor Terapung (Floating Drum Reactor)


Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di India
pada tahun 1937. Reaktor ini memiliki bagian digester yang
sama dengan reaktor kubah - tetap. Perbedaannya terletak
pada bagian penampung gas yang menggunakan drum yang
bergerak. Drum ini dapat bergerak naik - turun yang berfungsi
untuk menyimpan gas. Pergerakan drum mengapung pada
cairan tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan.
Kelebihan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara
langsung volum gas yang tersimpan pada drum karena
pergerakannya.
terapung

maka

Karena

tempat

tekanan

gas

penyimpanannya
konstan.

yang

Sedangkan

kekurangannya adalah biaya material konstruksi dari drum


lebih mahal. Faktor korosi pada drum juga menjadi masalah
sehingga bagian pengumpul gas pada reaktor ini memiliki
umur yang lebih pendek dibandingkan tipe kubah - tetap.

Gambar 2. Reaktor Terapung (Floating Drum Reactor)

3. Reaktor Balon (Balloon Reactor)


Reaktor balon merupakan jenis

reaktor

yang

banyak

digunakan pada skala rumah tangga yang menggunakan

bahan plastik sehingga lebih efisien dalam penanganan dan


perubahan tempat biogas.
Reaktor ini terdiri dari bagian yang berfungsi sebagai digester
dan bagian penyimpan gas yang berhubungan tanpa sekat.
Material organik terletak di bagian bawah karena

memiliki

berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi


pada rongga atas.

Gambar 3. Reaktor Balon (Balloon Reactor)


Pambudi, A., 2008

10

BAB III
PEMBAHASAN
A. Perilaku Pelaku Pasar
Baik pembeli ataupun pedagang, perilaku yang ditujukan pada
sampah adalah sikap yang acuh. Membuang sampah bukan pada
tempatnya menjadikan hal yang lumrah terjadi di pasar ini.
Sehingga tidak heran apabila sampah di muka pasar menggunung
dan di sepanjang pasar berserakan.
Melihat dari sisi pedagang, mereka tidak menyediakan tempat
sampah yang layak untuk mengumpulkan sampah. Kebanyakan dari
mereka mengumpulkan sampah tanpa wadah yang ditaruh di depan
kios masing-masing. Bahkan hal yang terjadi pada kios pedagang
daging. Limbah daging seringkali tidak dibersihkan, dan dibiarkan
menyumbat aliran air yang ada di selokan.
Dari sudut pembeli pun sama saja. Kepedulian terhadap sampah
sangat minim sekali. Melihat sampah yang sudah berserakan,
pembeli juga dengan rasa tanpa bersalah mengikuti hal yang
terjadi. Seperti, mematahkan batang sayuran yang buruk di depan
kios tanpa membuangnya ke tempat yang benar.
Hal-hal kecil ini dibiasakan terjadi dan mengakibatkan permaslaahan
sampah semakin bertambah. Tanpa adanya kesadaran, sampah
tidak

akan

mudah

dikelola.

Dari

perilaku

yang

baik,

akan

mencerminkan dampak yang baik pula. Oleh karena itu, penyebab


utama permasalahan sampah ini adalah perilaku para pelaku pasar
itu sendiri.
B. Dampak yang terjadi
Dampak yang dirasakan sekilas saat kami berkunjung adalah bau
lingkungan yang sangat pekat. Bau sampah busuk ini menempel
pada pakaian. Sehingga, tidak dapat dipungkiri jika penyakit akan
bersarang mengikuti setiap orang yang ada di sana.

11

Selain itu, sering terjadi kemacetan karena pembuangan sampah


setempat berada di jalan primer Geger Kalong Tengah.
C. Solusi
Dari permasalahan yang telah dipaparkan pada latar belakang, hasil
desain terkait permasalahan tersebut adalah berupa manjemen
sampah dengan cara yang lebih baru. Dalam hal ini, manajemen
sampah yang kami usungkan berupa:
1. Pengelolaan

sampah

pada

tempat

pembuangan

sampah

setempat dengan biodigester


2. Pemilahan sampah di area pasar dengan cara menyediakan
tempat sampah di setiap kios / toko
3. Melakukan urban farming di setiap kios dengan menggunakan
tanaman cengkeh dan tanaman pengusir lalat lainnya, untuk
meminimalisir adanya bakteri yang dibawa oleh lalat menuju
makanan.
DESAIN
Area pengolahan
sampah pasar
Area
kering
Area
Parkir
Area
Basah

Pasar Geger Kalong Tengah ini memiliki zoning seperti gambar di


atas. Dari segi penzoningan, pasar ini masih belum sesuai dengan
karakter sifat makanan yang dijual. Antara organik dan anorganik
masih tercampur, buah dan sayur masih terpisah, dan lain
sebagainya.
12

13

Pada area pengolahan sampah pasar, disediakan rumah


biodigester. Rumah biodigester ini berisi biodigester dengan jenis
reaktor balon yang mudah digunakan. Biodigester yang dipilih
menggunakan skala sedang karena produksi sampah organik di
pasar ini tidak terlalu banyak.
Meskipun sampah organik yang diperoleh dari pasar ini tidak
memiliki jumlah yang banyak, pasar ini memerlukan alat yang
bisa menjadikan sampah sebagai senjata yang bermafaat bagi
kehidupan masyarakat. Dengan adanya biodigester, biogas yang
dihasilkan dapat menjadi sumber energi gas bagi dapur warga.

Gambar detail Biodigester


Untuk mengelola sampah di area dalam pasar dilakukan
dengan cara menyediakan tempat sampah di setiap kios. Sampah
di sini dibuang sesuai dengan jenisnya, organik atau anorganik.
Pemilahan
sampah
ini
dilakukan
untuk
mempermudah
pembuangan.
Untuk pengangkutan sampah, sampah yang diangkut hanya
sampah yang dapat dijadikan sebagai bahan 3R. Sisa sampah
organik diolah menjadi biogas oleh biodigester.

14

BAB IV
PENUTUP

Permasalahan sampah pasar menjadi permasalahan yang genting


dan seringkali dibahas dalam berbagai penelitian, artikel dan media
lain. Permasalahan ini memiliki urgensi yang sangat tinggi, sehingga
dalam mengatasinya perlu adanya pemikiran yang matang.
Pasar Geger Kalong Tengah merupakan pasar yang berada di
pemukiman padat penduduk. Permasalahan sampah di pasar ini
sangat berdampak pada masyarakat, karena pasar ini berada
diantara pemukiman padat penduduk.
Pengelolaan

sampah pasar

ini tentu

dipikirkan bukan untuk

memperbaiki pasar saja, akan tetapi harus memberikan dampak


positif terhadap masyarakat sekitar. Oleh karena itu, solusi yang
ditawarkan adalah menggunakan biodigester. Selain sampah dapat
dikelola, biogas yang dihasilkan dapat pula digunakan sebagai
sumber energi masyarakat dalam memasak.

15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2012,

Sumber,

Karakteristik

dan

Timbulan

Sampah,

https://jujubandung.wordpress.com/2012/05/25/822/

Fitria,B,2009, Biogas, http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/8biogas

Anonim,2009, Gas Encyvlopedia


http://www.airliquide.com/GasEncyclopedia.htm

Firdaus, I.U., 2009, Energi Alternatif Biogas, http://www.migasindonesia.com/index.php

Purnama, C., 2009, Penelitian Pembuatan Prototipe Pengolahan Limbah


Menjadi Biogas,
http://www.sttal.ac.id/index.php/lppm/64biogas

Pambudi, A., 2008, Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi AlteAnrnatif,


http://www.dikti.org/?q=node/99

16

LAMPIRAN

17

18

19

Anda mungkin juga menyukai