Anda di halaman 1dari 20

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkah dan rahmat
Nya maka penulisan makalah Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Kognitif ,
untuk tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dapat terselesaikan.
Penulisan makalah ini, dilakukan dengan kerja keras untuk menelusur
sumber tertulis, yang kemudian dilakukan upaya untuk menyeleksinya dan
merekonstruksi serta disesuaikan dengan bahasan makalah. Pada kesempatan ini
penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Sumardi M.Hum selaku dosen mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik;
2. Orang tua kami;
3. Segenap sivitas akademik di Prodi Pendidikan Sejarah FKIP UNEJ;
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya. Sekian terima kasih.

Penulis

DAFTAR ISI

PRAKATA................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1.Latar Belakang...............................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3.Tujuan............................................................................................................3
1.4.Manfaat..........................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................5
2.1.Pengertian Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Kognitif.........................5
2.1.1.Pengertian Pertumbuhan Fisik................................................................5
2.1.2.Pengertian Perkembangan Kognitif........................................................5
2.2.Faktor yang Mempengaruhi...........................................................................7
2.2.1.Aliran Nativisme.....................................................................................7
2.2.2.Aliran Empirisme....................................................................................7
2.2.3.Aliran Konvergensi.................................................................................8
2.2.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Individu..........................................9
2.3.Proses Pertumbuhan Fisik dan Perkembangn Kognitif................................12
2.3.1.Proses Pertumbuhan Fisik.....................................................................12
2.3.2.Proses Perkembangan Kognitif.............................................................14
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................19
3.1.Kesimpulan..................................................................................................19
3.2.Saran.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan anak merupakan hal yang penting untuk
kita pelajari dan kita pahami selaku calon pendidik. Banyak para pendidik yang
belum memahami perkembangan perkembangan anak. Sehingga masih ada
pendidik yang menerapkan sistem pembelajaran tanpa melihat perkembangan
anak didiknya. Hal ini akan berakibat adanya ketidakseimbangan antara sistem
pembelajaran dengan perkembangan anak yang akan menyulitkan anak didik
mengikuti sistem pembelajaran yang ada. Dengan mengetahui proses, faktor dan
konsep perkembangan anak didik kita akan mudah mengetahui sistem
pembelajaran yang efektif, efisien, terarah dan sesuai dengan perkembangan anak
didik.
Untuk mengembangkan potensi anak didik dan menciptakan generasi
generasi masa depan yang berkualitas, maka diperlukan adanya pemahaman
tentang perkembangan dan pertumbuhan anak didik. Dengan demikian, sebagai
pendidik kita diharuskan mengetahui dan memahami perkembangan dan
pertumbuhan peserta didik. Maka dari itu penulis membuat makalah yang
berjudul Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Kognitif.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan
kognitif?
3. Bagaimana proses pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif.

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan


kognitif.
3. Mengetahui proses pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif.
1.4.Manfaat
1. Untuk dijadikan sebuah tambahan wawasan bagi pembaca tentang
pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif.
2. Untuk dijadikan sebuah referensi untuk makalah selanjutnya yang mengangkat
tema sama.
3. Untuk menyelesaikan tugas semester awal dengan mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Kognitif


2.1.1.Pengertian Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan adalah penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran
dimensif

tubuh

serta

bagian-bagiannya

(Husdarta,

2010:1).

Dalam

penggunaannya, pertumbuhan dapat diukur. Pertumbuhan lebih berkenaan dengan


aspek fisik. Menurut H. C. Witherington, pertumbuhan adalah sifat umum dari
seluruh

organisme,

seluruh

personalitas

atau

kepribadian.

Pertumbuhan

menyangkut adanya dan bertambahnya sesuatu aspek tertentu. Ada dan


pertambahan tersebut bersifat sederhana. Pertumbuhan terbatas pada perubahanperubahan struktural dan fisiologis.
2.1.2.Pengertian Perkembangan Kognitif
Perkembangan adalah perubahan dalam bentuk atau bagian tubuh dan
integrasi berbagai bagiannya ke dalam satu kesatuan fungsional ketika
pertumbuhan berlangsung. Perkembangan dapat diamati gejala-gejalanya, yaitu
perubahan-perubahan dan adanya integrasi. Prasarat perkembangan adalah adanya
pertumbuhan (H. M. Arifin).
Pertumbuhan lebih berkenaan dengan aspek fisik, perkembangan lebih
bersangkutan dengan aspek psikhis. Pertumbuhan dan perkembangan dicakup
dalam satu kata yaitu kematangan. Alasannya, manusia disebut matang jika fisik
dan psikhisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada
tingkat-tingkat tertentu. Perkembangan merupakan kelanjutan dari pertumbuhan
menunjuk pada perluasan fungsi-fungsi secara terperinci (H. C. Witherington).
Perkembangan bersangkutan erat dengan pertumbuhan maupun potensi-potensi
(kemampuan-kemampuan bawaan) dari tingkah laku yang sensitif terhadap
rangsang-rangsang lingkungan. Menurut Crow and Crow pengertian pertumbuhan
dan perkembangan bertumpang tindih satu sama lain dalam proses kerjanya.
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Van den Daele dalam
5

Hurlock mengungkapkan bahwa perkembangan berarti perubahan secara


kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan adalah proses integrasi dari banyak
struktur dan fungsi yang kompleks (E. B. Hurloch).
Kesimpulan dari pengertian pertumbuhan dan perkembangan adalah:
1. Pertumbuhan dan perkembangan bekerja dalam suatu proses perubahan
yang berkenaan dengan aspek-aspek fisik dan psikhis individu.
2. Terjadi asling tumpang tindih antara kedua istilah tersebut.
3. Pertumbuhan lebih condong penggunaanya bagi perubahan fisik individu,
perkembangan lebih condong pemakaiannya untuk perubahan psikhis
yang tidak pernah lepas dari pengaruh lingkungan sekitar.
4. Pertumbuhan lebih bersifat kuantitatif, perkembangan lebih bersifat
kualitatif.
5. Pertumbuhan hasilnya lebih mudah diukut secara langsung, perkembangan
hasilnya lebih sukar karena hanya melalui pengukuran gejala-gejalanya
saja.
6. Karena sifatnya, pertumbuhan dan perkembangan disebut sebagai suatu
untaian.
Berdasarkan kesimpulan diatas, hubungan keduanya dapat dipaparkan dalam
gambar berikut:
Perkembangan

Pertumbuhan
1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.

Fisik
Kelenjar seks
Otak
dll

Perilaku seksual
Sikap, perasaan,
Emosi
Minat,cita-cita
dll

2.2.Faktor yang Mempengaruhi


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dibagi menjadi 3 aliran,
yaitu aliran nativisme, aliran empirisme dan aliran konvergensi.
2.2.1.Aliran Nativisme
Aliran nativisme berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan
individu lebih ditentukan oleh faktor keturunan, bawaan atau faktor internal atau
endogen. Salah satu teori yang beraliran nativisme adalah teori kematangan,
dikemukakan oleh Arnold Gessel (1954), dipengaruhi oleh teori rekapitulasi
yang

didalamnya

terdapat

pandangan

bahwa

perkembangan

individu

mencerminkan perkembangan umum pada speciesnya.


Menurut pandangan Gessel dapat dikatakan, bahwa perubahan bilogis
yang terjadi pada diri peserta didik menunjukkan perkembangan yang berbedabeda setiap individu. Individu berkembangn menurut irama atau kecepatannya
masing-masing, namun mengikuti pola urutan perkembangan yang relatif sama
setiap individu. Gessel berpendapat bahwa yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan individu adalah faktor internal, dalam hal ini keturunan atau bakat,
faktor eksternal juga mempengaruhi, namun hanya bersifat berkala.
Jauh sebelum Gessel muncul, telah lahir filsuf dari Perancis bernama Jean
Jacques Rousseau (1712-1778) yang inti pandangannya merupakan titik mula dari
teori kematangannya Gessel. Pandangan Rousseau menjadi titik tolak dari
pandangan yang menitikberatkan faktor dunia dalam atau faktor keturunan
sebagai faktor yang lebih menentukan terhadap perkembangan peserta didik.
Karakteristik yang diperlihatkan oleh seseorang bersifat intrinsik, oleh
karena itu pandangan Rousseau digolongkan kepada aliran nativisme.
2.2.2.Aliran Empirisme
Aliran ini menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu
lebih dipengaruhi oleh lingkungan atau pengalaman. Salah satunya adalah teori
keperilakuan yang merupakan kebalikan dari teori kematangan. Apabila menurut
teori kematangan yang menganggap bahwa faktor internal (keturunan) lebih
menentukan

perkembangan

individu,

maka

menurut

teori

keperilakuan

menganggap sebaliknya bahwa faktor eksternal (lingkungan) yang lebih


7

menentukan perkembangan setiap individu. Teori keperilakuan biasa disebut


dengan teori lingkungan.
Beberapa ahli yang mengembangkan teori ini antara lain Ivan Pavlov, John
Watson, Edward Thorndike, B.F. Skinner, Bijou dengan Don Baer, dan lain-lain.
Menurut teori ini, dipandang dari perspektif perilaku, individu dianggap bersifat
pasif dan reaktif. Artinya individu akan berbuat apabila ada rangsangan dari
lingkungannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara
rangsangan (stimulus) dengan tanggapan (respon) merupakan bagian-bagian dasar
perilaku individu.
2.2.3.Aliran Konvergensi
Aliran ini menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu
dipengaruhi oleh pembawaan maupun lingkungan. Pengaruh yang lebih kuat dari
keturunan atau lingkungan yang akan lebih mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan individu. Teorinya adalah teori kognitif, yang merupakan
perpaduan (konvergensi) antara teori kematangan dan teori keperilakuan.
Konsepsi konvergensi dirumuskan secara baik oleh Willian Stern dari Jerman.
Aliran konvergensi menyatakan bahwa keturunan dan lingkungan
memainkan peranan penting dalam proses perkembangan individu. Aliran ini
menggabungkan kedua pandangan nativisme dan empirisme ke dalam pandangan
konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan pembawaan atau
eksternal dan internal.
Salah satu tokoh lain yang mengembangkan teori ini adalh Jean Piaget
(1952). Ia mengemukakan bahwa individu dapat mempengaruhi lingkungan dan
sebaliknya lingkungan dapat mempengaruhi individu (terjadi interaksi). Menurut
teori ini proses perkembangan individu dipengaruhi oleh pertumbuhan biologis,
pengalaman, hubungan sosial dan setiap orang dewasa terutama orangtuanya serta
sifat yang ada pada diri manusia pada umunya yang cenderung mencari
keseimbangan dengan lingkungan dan dalam dirinya sendiri.
Tokoh lainnya adalah Anne Anastasi (1958), seorang psikolog wanita
terkenal. Ia mengajukan sebuah makalah yang dianggap bisa memuaskan semua

pihak, setidaknya meredakan pertentangan antara aliran nativisme dengan aliran


empirisme.
Beberapa pernyataan yang dikemukakannya antara lain:
a. Faktor lingkungan dan faktor konstitusi menjadi sumber dari timbulnya setiap
perkembangan tingkah laku,
b. Kedua faktor ini tidak bisa berfungsi secara terpisah, melainkan saling
berhubungan,
c. Bentuk interaksi yang terjadi dapat dikonseptualisasikan sebagai bentuk
hubungan yang majemuk, artinya suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi
hubungan-hubungan lain yang akan terjadi.
2.2.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Individu
1. Keturunan
Setiap individu membawa sifat-sifat yang menurun dari orang tuanya.
Faktor keturunan atau bawaan ini menentukan potensi pertumbuhan dan
perkembangan maksimum yang mungkin dapat dicapai dan sifat penampilan
fisik setelah mencapai kedewasaan.
Potensi itu dapat mencapai kenyataan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Apabila lingkungannya bisa memberi kondisi yang baik untuk
tumbuh dan berkembang maka potensi tersebut dapat dicapai. Dalam hal sifat
penampilan fisik banyak bukti yang menunjukkan bahwa anak bisa memiliki
kemiripan dalam segi-segi tertentu dengan orangtua kandungnya atau bahkan
kakek dan neneknya.
2. Gizi Makanan yang Dikonsumsi
Gizi makanan dapat mempengaruhi dalam pertumbuhan fisik individu atau
bahkan dalam perkembangan kognitif atau intelegensinya. Dalam hal
pertumbuhan fisik terutama terjadi dalam empat hal, yaitu kecepatan
pertumbuhan, ukuran tubuh setelah dewasa, bentuk tubuh dan komposisi
jaringan tubuh.
Pada anak-anak yang kekurangan gizi dalam waktu lama, maka akan
mengalami hambatan pertumbuhan dan mencapai ukuran maksimal yang
relatif kecil.
3. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan faktor yang bisa berfungsi sebagai rangsangan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Aktivitas fisik dengan intensitas
9

yang cukup dan disertai dengan konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat
cukup, bisa memacu pertumbuhan dan perkembangan ke tingkat pencapaian
yang optimal sesuai potensi yang dimilikinya.
4. Sistem Kelenjar Hormon Pertumbuhan
Ada tiga macam hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan,yaitu hormon pertumbuhan, hormon tiroid dan hormon
gonadal.
Sistem yang menghasilkan ketiga kelenjar tersebut harus berjalan lancar
agar proses pertumbuhan dan perkembangan individu berjalan normal.
5. Penyakit
Penyakit bisa berpengaruh pada pertumbuhan. Besarnya pengaruh
tergantung pada berat dan lamanya mengidap penyakit. Penyakit yang berat
dan lama akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan.
6. Musim dan Iklim
Musim

berpengaruh

terhadap

irama

pertumbuhan.

Daerah

yang

mempunyai musim panas dan dingin memberikan pengaruh nyata pada irama
pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan tercepat pada umumnya terjadi pada saat
pertengahan musim dingin, dan pertumbuhan terkecil terjadi pada saat
pertengahan musim kemarau.
Iklim

merupakan

faktor

lingkungan

yang

pengaruhnya

terhadap

pertumbuhan terjadi dalam jangka panjang. Pengaruhnya tampak nyata


terhadap bentuk tubuh dan komposisi jaringan tubuh. Orang-orang yang
tinggal di daerah tropis yang cenderung panas, pada umumnya berbadan lebih
kecil daripada orang-orang yang tinggal di daerah dingin. Hal tersebut
merupakan akibat dari proses adaptasi biologis terhadap tuntutan kondisi alam
sekitar.
7. Suku Bangsa
Dapat diamati bahwa suku bangsa tertentu memiliki keunikan tersendiri
berupa kecenderungan bentuk dan ukuran tubuh tertentu. Misalnya orangorang Eropa cenderung memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih besar
dibanding orang-orang Asia. Bentuk tubuh seperti ini merupakan proses

10

panjang yang kemungkinan diakibatkan karena pengaruh kebiasaan hidup


pada setiap suku bangsa dan pengaruh lingkungan setiap suku bangsa berada.
Eveleth dan Tanner (1976), telah mengadakan penelitian anthropometrik
bangsa-bangsa

Eropa,

Amerika,

Afrika

dan

Asia.

Mereka

telah

mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut: Orang-orang Eropa, Amerika dan


Afrika cenderung lebih tinggi dan lebih besar dibanding orang-orang Asia.
Orang Afrika memiliki ukuran kaki yang secara proporsional, orang Asia
memiliki kaki yang lebih pendek dan orang Eropa memiliki kaki yang
berimbang.
8. Kondisi Sosial-Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi pada suatu keluarga mempengaruhi kebiasaan
hidup dan ketercukupan kebutuhan hidupnya. Keluarga yang berkecukupan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya cenderung memberikan kemungkinan
anggota keluarganya untuk tumbuh dan berkembang dnegan baik. Dalam
lingkup yang lebih luas, sebuah negara yang memiliki kondisi ekonomi yang
baik kehidupan warganya akan terjamin dengan baik, maka pertumbuhan dan
perkembangan fisik generasi mudanya juga baik.
9. Kondisi Psiko-Sosial
Kondisi fisik mempengaruhi kondisi psikhis demikian pula kondisi psikhis
juga mempengaruhi kondisi fisik. Gangguan kondisi psikhis seperti stress
yang cukup berat dan dialami dalam jangka waktu yang relatif lama bisa
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
10. Kecenderungan Sekular
Kecenderungan sekular adalah kecenderungan dunia yang terus berubah
dari waktu ke waktu. Perubahan kehidupan manusia yang termasuk salah satu
perubahan dunia yang terjadi, berpengaruh terhadap kecenderungan
pertumbuhan fisik manusia.

11

2.3.Proses Pertumbuhan Fisik dan Perkembangn Kognitif


2.3.1.Proses Pertumbuhan Fisik
Beberapa contoh yang tergolong ke dalam pertumbuhan fisik antara lain:
bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan, tumbuhnya gigi dari
semula tidak ada menjadi ada, tumbuhnya bulu-bulu, bertambah besarnya otot,
bertambah besar/panjangnya tulang, dll.
Berikut ini adalah karakteristik pertumbuhan fisik berdasarkan umur
individu:
1. Anak Kecil (Early Childhood)
a. Pertumbuhan tubuh relatif lambat, jika dibandingkan dengan masa
sebelumnya.
b. Pertumbuhan fisik mengalami penurunan kepesatan dibandingkan dengan
pada masa bayi, secara proporsional pertumbuhan tinggi badan relatif
lebih besar dibanding dengan pertumbuhan besar badan.
c. Anak kecil cenderung langsing dan kurus. Hal ini terjadi karena
pertumbuhan mamanjang.
d. Jaringan tulang lebih besar dibanding pertumbuhan jaringan otot.
Pertumbuhan jaringan otot baru mulai cepat pada tahun terakhir dari masa
e.

anak kecil.
Perbandingan ukuran tubuh anak laki-laki dan perempuan belum terlihat
jelas.

Dalam hal tinggi badan, pertambahannya tiap tahun rata-rata 3 inci (7,5 cm),
pada usia 6 tahun tinggi anak rata-rata 40,6 inci (101,5 cm). Pertambahan berat
badan setiap tahunnya rata-rata 3-5 pon. Pada usia 6 tahun berat anak kurang lebih
7 kali berat anak pada waktu lahir. Anak perempuan rata-rata beratnya 48,5 pon
(24,25 kg) dan anak laki-laki 49 pon (24,5 kg).
Tingkat pengerasan otot bervariasi pada bagian-bagian tubuh mengikuti
hukum perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih berat,
sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah.

2. Anak Besar (Late Childhood)


a. Secara proporsional pertumbuhan fisik anak besar relatif lambat dibanding
masa sebelumnya.
12

b. Pertumbuhan panjang lengan dan kaki lebih cepat.


c. Perbandingan bentuk ukuran tubuh antara anak laki-laki dan perempuan
mulai tampak pada akhir masa anak besar.
d. Anak perempuan menjadi sedikit lebih cepat dalam pertumbuhan lebar
panggulnya.
e. Perbandingan kecepatan tinggi badan antara anak laki-laki dan anak
perempuan tidak sama. Ada saat-saat anak perempuan lebih cepat dan juga
sebaliknya.
f. Antara usia 10-14 tahun anak perempuan pada umumnya lebih tinggi dan
sesudahnya laki-laki lebih tinggi.
g. Pertumbuhan jaringan otot berangsur-angsur mengalami peningkatan dan
makin cepat pada akhir masa anak besar.
Pada masa ini kenaikan tinggi per tahun adalah 2-3 inci. Rata-rata anak
perempuan 11 tahun mempunyai tinggi badan 58 inci dan anak laki-laki 57,5 inci.
Kenaikan berat badan lebih bervariasi berkisar 3-5 pon per tahun. Beberapa hal
penting pada masa ini antara lain adalah tulang-tulang masih lemah dan mudah
berubah bentuk, jantung masih terganggu, kesehatan umumnya tidak stabil,
mudah sakit dan daya tahan tubuh kurang, mulai berganti gigi susu.
3. Remaja (Adolescence)
Pada masa ini pertumbuhan berjalan lebih pesat, ditandai dengan
perkembangan biologis yang kompleks dalam hal ukuran tubuh, jaringan tubuh,
kematangan seksual dan fisiologis.
Pertumbuhan ukuran fisik mengalami percepatan pada masa awal dan
kemudian melambat dan kemudian berhenti setelah mencapai usia dewasa. Pada
masa awal remaja terdapat kecenderungan anak perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki.

4. Dewasa (Adult)
Usia dewasa ditandai dengan berhentinya pertumbuhan fisik ke arah
memanjang/tinggi. Pertumbuhan fisik lebih mengarah pada ukuran membesar atau
mengecil berkaitan dengan bertambah atau menyusutnya jaringan otot dan lemak

13

yang dipengaruhi oleh faktor gizi, latihan fisik serta faktor-faktor lain seperti
penyakit, pola hidup dan tipe tubuh. Ukuran fisik usia dewasa bervariasi pada
setiap individu.
5. Tua (Elderly)
Pada masa ini terjadi penyusutan jaringan tubuh, yaitu jaringan otot, syaraf dan
organ-organ lainnya. Penyusutan ini terjadi setelah usia kurang lebih 30 tahun,
dengan irama penurunan yang berbeda-beda pada setiap individu. Pada saat usia
dewasa madya penurunan mulai lebih cepat dan munurun tajam menjelang
memasuki usia tua.
2.3.2.Proses Perkembangan Kognitif
Tahapan perkembangan dikemukakan oleh Piaget adalah sebagai berikut ini:
1. Tahap Sensorimotor
Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2
tahun. Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan
persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan
tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.
Selama tahap sensori motor, perkembangan kognitif didasarkan
pada tindakan panca indera dan motorik. Dimulai dengan tindakan yang
terutama berbentuk reaksi refleks, bayi itu berkembang melalui 6 tahapan
dimana tindakan untuk mencapai tujuan meningkat secara menyolok.
Dalam tahap terakhir dari periode sensorimotor, anak itu membentuk
gambaran mental, dapat meniru tindakan orang lain yang telah lalu, dan
merancang arti baru dari pemecahan persoalan dengan menggabungkan
skema yang didapat sebelumnya dengan pengetahuan secara mental.
Dalam periode singkat dari 18 bulan atau 2 tahun, anak itu telah
mengubah dirinya dari sebuah organisme yang sama sekali tergantung
pada refleks dan sifat bawaan lainnya menjadi orang yang mampu berpikir
secara simbolik (Ginsburg & Opper, 1979, p. 83).
Kemampuan yang dimiliki antara lain :
1. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di
sekitarnya.
2. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.

14

3. Suka memperhatikan sesuat lebih lama.


4. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
5. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah
tempatnya.
2. Tahap Praoperasional
Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri pokok
perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa
tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi
menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.
Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan
bahasa dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat
sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek.
Karakteristik tahap ini adalah:
1. Self counter nya sangat menonjol.
2. Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan
mencolok.
3. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk
kriteria yang benar.
4. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat
menjelaskan perbedaan antara deretan.
Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik
kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada
usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama
bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini
adalah :
1. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang
disadarinya.
2. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang
lebih kompleks.
3. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti
terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya.
Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6
15

tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami


bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
3. Tahap Operasional Konkret
Tahap ini terjadi pada umur 7 atau 8 sampai 11 atau 12 tahun. Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai
menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis,
akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation
adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang
ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses
transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih
efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena
anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan"
dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang
telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi.
Namun dalam hal yang sebenarnya anak telah dapat melakukan
pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering
problems), ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang
terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan
maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual
pasif.

Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi

gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun


demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir
abstrak.
4. Tahap Operasional Formal
Tahap ini terjadi saat umur antara 11/12 sampai 18 tahun. Ciri pokok
perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak
dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model
berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah
mulai

dimiliki

anak,

dengan

16

kemampuan

menarik

kesimpulan,

menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.

Pada tahap ini kondisi

berpikir anak sudah dapat:


1. Bekerja secara efektif dan sistematis.
2. Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan
dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak
dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
3. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam
proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.
4. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada
tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja
mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun.
Tetapi

berdasarkan

penelitian

maupun

studi

selanjutnya

menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun


usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal
operation.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor
tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak
pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang
sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang
sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi
tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin
abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan
kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.

17

BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pertumbuhan fisik adalah penambahan dalam hal berat, tinggi atau
dimensi tubuh serta bagian-bagiannya. Sedangakan perkembangan kognitif adalah
perkembangan dalam hal psikhis. Terdapat 3 teori dalam perkembangan individu,
yaitu aliran nativisme, aliran empirisme dan aliran konvergensi. Selain itu terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
seperti yang dijelaskan diatas.
Proses pertumbuhan fisik setiap individu berbeda-beda, antara laki-laki
dan perempuan juga berbeda. Dalam proses perkembangan kognitif, Jean Piaget
membaginya menjadi 4 tahap, yaitu tahap sensori motor (umur 0-2 tahun), tahap
18

praoperasional (umur 2-7/8 tahun), tahap operasional konkret (umur 7/8 sampai
11/12 tahun) dan tahap operasional formal (11/12-18 tahun).
3.2.Saran
Dalam dunia pendidikan sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan
fisik dan perkembangan kognitif peserta didik. Dengan mengetahui tahapannya,
kita sebagai pendidik dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya
sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan
ada maknanya bagi siswa.

19

DAFTAR PUSTAKA
Husdarta, H.JS, dan Nurlan Kusmaedi. 2010. Pertumbuhan & Perkembangan
Peserta Didik (Olahragaa dan Kesehatan). Bandung: ALFABETA.
Papalia, Diane E, Sally Wndkos Old, dan Ruth Duskin Feldman. 2008. Human
Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Henry, Paul dkk. 1988. Perkembangan dan Kepribadian Anak Edisi 6 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rinika Cipta.
Kartono, Kartini. 1990. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.

20

Anda mungkin juga menyukai