Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI

SOSIAL: MENARIK DIRI


December 4, 2013 Elmore Sagala Leave a comment
DEFINISI
1. Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
2. b. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998).
3. Kerusakan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial
dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif(Towsend, 1998). Klien yang mengalami
kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain
yang salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.
4. Kerusakan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel,
tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart
dan Sundeen, 1998).
5. Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.
Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan
untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan
sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman
dengan orang lain (DepKes, 1998).
6. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu
tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial
secara langsung (isolasi diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).
7. Perilaku Menarik Diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan degan orang lain.(Rawlins, 1993, hal 336).
8. Menarik Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya, individu tidak
ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung. (Petunjuk teknis
Askep pasien gangguan skizofrenia hal 53).
9. Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang lain.
Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan
untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap

memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan
orang lain (Budi Anna Keliat, 1999).

RENTANG RESPONS SOSIAL


Gangguan hubungan sosial terdiri atas :
1. Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan
sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang
mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidaksesuaian atau
ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia.
Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain.
Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang
banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).
2. Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi
dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang
tidak efektif, Dengan Karakteristik : Menyatakan secara verbal atau menampakkan
ketidaknyamanan dalam situasi-situasi sosial. Menyatakan secara verbal atau
menampakkan ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan kepuasan
rasa memiliki, perhatian, minat, atau membagi cerita. Tampak menggunakan perilaku
interaksi sosial yang tidak berhasil. Disfungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga
atau orang lain. Penggunaan proyeksi yang berlebihan tidak menerima tanggung jawab
atas perilakunya sendiri. Manipulasi verbal. Ketidakmampuan menunda kepuasan. (Mary
C. Townsend, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, 1998; hal 226).
Rentang Respon Sosial

Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang respons
yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respons yang dapat diterima
oleh norma norma sosial dan budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan respons
maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
kurang dapat diterima oleh norma norma sosial dan budaya setempat. Respons sosial
maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari hari adalah menarik diri, tergantung
(dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan kesepian.

Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam rentang adaptif
sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut :
Respon adaptif

respon maladaptif

1. Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma norma sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :

1. 1. Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang


untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu
cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude
umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2. 2. Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. 3. Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4. 4. Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi saling tergantung
antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
2. B.

Respon maladaptive

Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat
keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :
1. 1. Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2. 2. Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
3. 3. Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
4. 4. Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosenetris,
pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
5. 5. Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
6. 6. Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang
lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri
hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan
individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.
FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang
dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus
asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan dan meresa tertekan.

Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga
dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga
menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and
Sundeen, 1995).
Penyebab dari Menarik Diri
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.
Tanda dan gejala harga diri rendah :
Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah (Stuart dan Sundeen,
1995)
a.

Mengejek dan mengkritik diri sendiri

b.

Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri

c.

Rasa bersalah atau khawatir

d.

Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.

e.

Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan

f.

Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social

g.

Menarik diri dari realitas

h.

Merusak diri

i.

Merusak atau melukai orang lain

j.

Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah

Gejala Klinis ( Budi Anna Keliat, 1999):


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)

3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)


4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakiri kehidupannya.

Pohon Masalah

Resiko Perubahan Sensori-persepsi :


Halusinasi ..

Isolasi sosial : menarik diri Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


( Budi Anna Keliat, 1999)

TANDA DAN GEJALA


Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
Menghindar dari orang lain (menyendiri)
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat
Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak
bercakap-cakap
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
(Budi Anna Keliat, 1998)

Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab
pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata tidak , iya, tidak tahu.
Data Objektif :
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya
pada saat makan.
Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak
bercakap-cakap.
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga seharihari tidak dilakukan.
Posisi janin pada saat tidur.
KARAKTERISTIK PERILAKU
Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
Kemunduran secara fisik.
Tidur berlebihan.
Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
Banyak tidur siang.
Kurang bergairah.

Tidak memperdulikan lingkungan.


Kegiatan menurun.
Immobilisasai.
Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
Keinginan seksual menurun.
Komplikasi dari Menarik Diri
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan sensori
persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive,
dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya
klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal.
Gejala Klinis halusinasi :
1. bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. menarik diri dan menghindar dari orang lain
3. tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata
4. tidak dapat memusatkan perhatian
5. curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
6. ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
(Budi Anna Keliat, 1999)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA KLIEN


DENGAN ISOLASI SOSIAL
Pemberian asuhan keperawatan klien degan masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial pada
kasus Menarik Diri tetap menggunakan proses keperawatan yang lazim digunakan pada klien
dengan gangguan jiwa dengan tahap-tahap sebagai berikut :
I. Deskripsi
Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.

Pengkajian

Adapun ruang lingkup pengkajian klien dengan masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial pada
kasus Menarik Diri meliputi pegumpulan data, perumusan masalah keperawatan, pohon masalah
dan analisa data.
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan
data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, penilaian terhadap
stresor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart and Sundeen, 1995).
Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus
Menarik Diri adalah sebagai berikut
1)

Identitas klien

Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah utama Kerusakan Interaksi
Sosial Menarik Diri adalah : biodata yang meliputi nama, umur, terjadi pada umur atara 15 40
tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan, tangggal MRS , informan,
tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. dan agama pendidikan serta pekerjaan
dapat menjadi faktor untuk terjadinya penyakit Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik
Diri.
2)

Alasan masuk rumah sakit

Keluhan biasanya adalah kontak mata kurang, duduk sendiri lalu menunduk, menjawab
pertanyaan dengan singkat, menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau
tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan
sehari hari, dependen.
3)

Faktor predisposisi

Pernah atau tidaknya mengalami gangguan jiwa, usaha pengobatan bagi klien yang telah
mengalami gangguan jiwa trauma psikis seperti penganiayaan, penolakan, kekerasan dalam
keluarga dan keturunan yang mengalami gangguan jiwa serta pengalaman yang tidak
menyenangkan bagi klien sebelum mengalami gangguan jiwa. Kehilangan, perpisahan,
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan / frustrasi berulang,
tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai suami , putus
sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, di tuduh KKN,
dipenjara tiba tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4) Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD: cenderung meningkat, Nadi: cenderung meningkat, suhu:
meningkat, Pernapasan : bertambah, TB, BB: menurun).
5)

Keluhan fisik

Biasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur sehingga bisa terjadi penurunan berat
badan. Klien biasanya tidak menghiraukan kebersihan dirinya.
5)

Aspeks psikososial

Genogram yang menggambarkan tiga generasi


6) Konsep diri
Konsep diri merupakan satu kesatuan dari kepercayaan, pemahaman dan keyakinan seseorang
terhadap dirinya yang memperngaruhi hubungannya dengan orang lain. Pada umumnya klien
dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri mengalami gangguan konsep diri
seperti :

Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan
perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.

Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .

Peran: Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah, PHK.

Ideal diri: Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya; mengungkapkan keinginan


yang terlalu tinggi.

Harga diri: Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan social dengan orang lain
terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap
Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual).

Hubungan sosial

Hubungan sosial merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, karena manusia tidak mampu hidup
secara normal tanpa bantuan orang lain. Pada umumnya klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial
pada kasus Menarik Diri mengalami gangguan seperti tidak merasa memiliki teman dekat, tidak

pernah melakukan kegiatan kelompok atau masyarakat dan mengalami hambatan dalam
pergaulan.
6)

Status mental

a)
Penampilan: Pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial : Menarik Diri berpenampilan
tidak rai, rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi kuning, tetapi penggunaan pakaian sesuai dengan
keadaan serta klien tidak mengetahui kapan dan dimana harus mandi.
b)
Pembicaraan: Pembicaraan klien dengan Kerusakan interaksisosial Menarik Diripada
umumnya tidak mampu memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang dibicarakan tidak jelas
atau kadang menolak diajak bicara.
c)
Aktivitas motorik: Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang gelisah
dan mondar-mandir.
d)
Alam perasaan: Alam perasaan pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus
Menarik Diri biasanya tampak putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun.
e)

Afek: Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsang yang normal.

f)
Interaksi selama wawancara: Klien menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-kadang
menolak untuk bicara dengan orang lain.
g)

Persepsi

Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya
mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya mendengar
suara-suara yang megancam, sehingga klien cenderung sering menyendiri dan melamun.
h)

Isi pikir

Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya
mengalami gangguan isi pikir : waham terutama waham curiga.
i)

Proses pikir

Proses pikir pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri akan
kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi dalam proses pikir.
j)

Kesadaran

Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri tidak mengalami
gangguan kesadaran.
k)

Memori


Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu mengingat hal-hal yang
telah terjadi.
l)

Konsentrasi dan berhitung

Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya tidak
mengalami gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.
m)

n)

Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan dalam penilaian
Daya tilik diri

Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari penyakit yang
dideritanya.

7)

Kebutuhan persiapan pulang

a) Makan
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari penyakit yang
dideritanya.
b) BAB / BAK
Kemampuan klien menggunakan dan membersihkan WC kurang.
c) Mandi
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri bisanya tidak memiliki minat
dalam perawatan diri (mandi)
d) Istirahat dan tidur: Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasaya terganggu
8)

Mekanisme koping

Koping yang digunakan klien adalah proyeksi, menghindar dan kadang-kadang mencedrai diri.
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada orang orang lain
(lebih sering menggunakan koping menarik diri). Mekanisme koping yang sering digunakan
pada klien menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi.
9)

Masalah psikososial dan lingkungan


Klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien direndahkan
atau diejek karena klien menderita gangguan jiwa.
10) Pengetahuan

Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri, kurang mengetahuan
dalam hal mencari bantuan, faktor predisposisi, koping mekanisme dan sistem pendukung dan
obat-obatan sehingga penyakit klien semakin berat.
11) Aspek medic

Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang digunakan oleh klien selama
perawatan.
1. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang dapat memulai
pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain, Adanya
perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
1. Kebutuhan persiapan pulang.

Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan
merapikan pakaian.

Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah

Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

ASPE MEDIK
PENATALAKSANAAN
Menurut Keliat, dkk.,(1998), prinsip penatalaksanaan klien menarik diri adalah :
a.

Bina hubungan saling percaya

b.

Ciptakan lingkungan yang terapeutik

c.

Beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

d.

Dengarkan klien dengan penuh empati

e.

Temani klien dan lakukan komunikasi terapeutik

f.

Lakukan kontak sering dan singkat

g.

Lakukan perawatan fisik

h.

Lindungi klien

i.

Rekreasi

j.

Gali latar belakang masalah dan beri alternatif pemecahan

k.

Laksanakan program terapi dokter

l.

Lakukan terapi keluarga

Penatalaksanaan medis (Rasmun,2001) :


1. Obat anti psikotik
1. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya
berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu
bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor paska sinap di otak khususnya sistem
ekstra piramidal.
Efek samping:Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering,
kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama ja ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik,
agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,ketergantungan
obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan CNS Depresan.
2. Haloperidol (HP)

Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam
fungsi kehidupan sehari hari.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor paska
sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistim ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi,
tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).

hidung

Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.
3. Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,sindrom
parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor p aska sinaptik
nauron diotak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik/
parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intra oluker meninggi, gangguan irama jantung).
Kontra indikasi:Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung,
fibris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi, ECT, Psikomotor, therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas.
TerapiFarmakologi:
PENGERTIAN
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental.
Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika (bekerja pada sistem
saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi:
1. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan electro
convulsi therapy (ECT)
2. Psikoterapeutik
3. Terapi modalitas
Terapisomatis

Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang
ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberikan perlakuan fisik adalah fisik klien,
tetapi target terapi adalah perlakuan klien. Jenis terapi somatik adalah meliputi pengikatan, ECT,
isolasi, dan fototerapi1.
1.

Pengikatan

Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas
fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik pada klien sendiri atau orang lain.
2. Terapi Kejang Listrik/Elektro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang (Grandmal) dengan mengalirkan
arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui electrode yang ditempelkan di bebrapa titik pada
pelipis kiri/kanan (lobus frontalis) klien.
3.

Isolasi

Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan tersendiri untuk
mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain, dan lingkungan dari bahaya
potensial yang mungkin terjadi.
4.

Fototerapi

Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-10 x lebih
terang daripada sinar ruangan dengan posisi klien duduk, mata terbuka, pada jarak 1,5 meter di
depan klien diletakkan lampu setinggi mata.
5. Terapi Deprivasi Tidur
Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan mengurangi jumlah jam
tidur klien sebanyak 3,5 jam. Cocok diberikan pada klien dengan depresi.
c.

Terapi Modalitas

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi ini diberikan dalam upaya
mengubah perilaku klien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif. Jenis-jenis
terapi modalitas antara lain1 :
1. Aktifitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang didasarkan pada pembelajaran
hubungan interpersonal.Fokus terapi aktifitas kelompok adalah membuat sadar diri (selfawereness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.

2. Terapi keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang member perawatan langsung pada setap
keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar mampu melakukan lima tugas
kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, member
perawatan pada anggota keluarga yang sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, dan
menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat.
3. Terapi Rehabilitasi
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau berdiri sendiri,
seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
4. Terapi Psikodrama
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien dalam suatu drama.
Drama ini member kesempatan pada klien untuk menyadari perasaan, pikiran, dan perilakunya
yang mempengaruhi orang lain.
5. Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan gangguan jiwa melalui
manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Upaya
terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner.
KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
1. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi
2. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka
3. Yang termasuk neurotransmitter: dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan GABA (Gamma
Amino Buteric Acid) dan lain-lain
4. Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan
kekacauan atau gangguan mental
5. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan neurotransmitter
KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
1. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur jumlah dan
kecepatan zat yang memasuki otak
2. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat mempengaruhi
sistem saraf

3. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal) terjadi akibat


penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan antara dopamin dan
asetilkolin
4. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi akibat penggunaan obat
penghambat acetilkolin
ECT:
Psikomotor:
Terapi okupasional:
TAK:
Rehabilitas:
III. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun
potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah
sebagai berikut :
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Resiko perubahan sensori persepsi
4. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain
5. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
6. Intoleransi aktifitas.
7. Kekerasan resiko tinggi.
A.

Masalah Utama

Kerusakan interaksi social : menarik diri


B.

Proses Terjadinya Masalah

Selain itu terdapat beberapa faktor predisposisi (pendukung) dan factor presipitasi (pencetus)
terjadinya gangguan hubungan sosial :

a.

Faktor Predisposisi

1)

Faktor perkembangan

Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi kasih sayang, perhatian dan
kehangatan dari (pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya.
2)

Faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa kelainan pada struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
3)

Faktor sosial budaya

Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukugn terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari
orang lain (lingkungan sosialnya).
b.

Faktor presipitasi (pencetus)

1)

Stresor sosial budaya

Stresor sosial budaya dapat menyebabkan gangguan dalam berhubungan, misalnya keluarga
yang labil.
2)

Stresor psikologis

Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim disertai terbatasnya kemampuan individu
untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan
(Menarik Diri).

5.

Mekanisme Sebab Akibat

Sebab : Harga diri rendah yang kronis


Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu sehingga klien lebih
suka sendiri dan selalu menghidari orang lain. Pasien mengurung diri sehingga hal ini dapat
menyebabkan klien berfikir yang tidak realistik.

Akibat : Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi
semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik.
(Carpenito,1996)
Mekanisme : Menarik diri pada individu dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori :
halusinasi. Hal ini disebabkan karena dengan menarik diri, klien hanya menerima rangsangan
internal dengan imajinasi yang berlebihan.

7.

DAFTAR MASALAH

No. Data Fokus


1.
DO :Berbicara dan tertawa sendiri

Masalah
Etiologi
Perubahan Persepsi Isolasi sosial
sensori halusinasi

Bersikap seperti mendengar atau melihat


sesuatu.

Berhenti berbicara di tengah kalimat


seperti mendengar sesuatu.

Disorientasi.

DS :

2.

Pasien mengatakan : Mendengar suara


suara, melihat gambaran tanpa adanya stimulasi
yang nyata, mencium bau tanpa stimulasi.
DO:Tidur berlebihan
Gangguan isolasi
sosial : menari diri

Tidak memeprdulikan lingkungan.

Harga diri rendah

Kegiatan menurun, mobilitas kurang

Klien tampak diam, melamun dan


menyendiri.
DS :

3,

Klien mengatakan lebih suka sendiri


daripada berhubungan dengan orang lain.
DO :Klien tampak lebih suka menyendiri, Harga diri rendah
bingung bila disuruh memilih alternative
tindakan, menciderai diri/mengakhiri kehidupan.

Mekanisme koping
tidak adekuat

DS :

KLien mengatakan saya tidak bisa, saya


tidak mampu, bodoh tidak tau apa apa,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan rasa
malu terhadap diri sendiri.

2.

Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji

a.

Masalah Keperawatan

1)

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

2)

Isolasi Sosial : menarik diri

3)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

b.

Data yang perlu dikaji

1)

Perubahanm persepsi sensori : halusinasi

a)

Data Subjektif

Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata

Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

Klien merasa makan sesuatu

Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

Klien ingin memukul/melempar barang-barang

b)

Data Objektif

Klien berbicara dan tertawa sendiri

Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

Disorientasi

2)

Isolasi sosial : menarik diri

a)

Data obyektif

Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak mata
kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi
menekur.
b)

Data subyektif

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau
tidak
3)

Gangguan konseps diri: harga diri rendah

a)

Data obyektif

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencederai diri
b)

Data subyektif

Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa apa, mengkritik diri
sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.

3.

Diagnosa Keperawatan

a.

Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.

b.

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

c.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping
individu : koping defensif.

4.

Fokus Intervensi

a.

Perubahan persepsi sensori : halusinasi. berhubungan dengan menarik diri

Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1)

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya
Tindakan:
a)
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan
cara :
sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
perkenalkan diri dengan sopan
tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
jelaskan tujuan pertemuan
jujur dan menepati janji
tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2)

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu


mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri
Tindakan :
a)

Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

b)
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau
mau bergaul
c)
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang
muncul
d)

Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3)
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain.
Untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri.
Tindakan :
a)

Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan


berhubungan dengan prang lain
Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
b)

Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang


kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4)

Klien dapat melaksanakan hubungan social

Rasional :
Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan.
Untuk mengetahui perilaku menarik diria dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa
membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
Tindakan :
a)

Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

b)

Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :

KP

: Klien Perawat

K P P lain

: Klien Perawat Perawat lain

K P P lain K lain : Klien Perawat Perawat lain Klien lain


K Kel/ Klp/ Masy

: Klien Keluarga/Kelompok/Masyarakat

c)

Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

d)

Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

e)

Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu

f)

Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

g)

Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5)

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah
Tindakan :
a)

Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain

b)

Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain

c)
Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain
6)

Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Rasional : memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan
akurat kondisi fisik dan non fisik pasien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya
Tindakan :
a)

Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :


salam, perkenalan diri
jelaskan tujuan
buat kontrak

eksplorasi perasaan klien


b)

Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :


perilaku menarik diri
penyebab perilaku menarik diri
akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
cara keluarga menghadapi klien menarik diri

c)
Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi
dengan orang lain
d)
Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali
seminggu
e)

Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

7)

Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

Rasionalisasi : Dengan mengetahui prinsip yang benar dalam menggunakan obat, akan
meminimalkan terjadinya ketidakefektifan pengobatan atau keracunan. Hal ini juga dimaksudkan
untuk memotivasi klien agar bersedia minum obat (patuh dalam pengobatan) dengan kriteria
evaluasi :
Klien dapat minum obat dengan prinsip yang benar
Mengetahui efek obat dan mengkomunikasikan dengan perawat jika terjadi keluhan.
Tindakan :
a)

Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek samping minum obat)

b)
Bantu dalam mengguanakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu)
c)

Anjurkan klien untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

d)

Beri reinforcement positif bila klien menggunakan obat dengan benar.

b.

Isolasi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1)

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya
Tindakan :
a)

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapetutik

b)

sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

c)

Perkenalkan diri dengan sopan

d)

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

e)

Jelaskan tujuan pertemuan

f)

Jujur dan menepati janji

g)

Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

h)

Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2)

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Rasional :
Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas
ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.
Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien
Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin
mendapatkan pujian
Tindakan :
a)

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

b)

Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative

c)

Utamakan memberikan pujian yang realistic

3)

Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Rasional :
Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk
berubah
Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan
penggunaannya
Tindakan :
a)

Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit

b)

Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4)

Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Rasional :
Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan
Tindakan :
a)

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan bantuan sebagian
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

b)

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

c)

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5)

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Rasional :

Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri
klien
Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan
Tindakan :
a)

Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

b)

Beri pujian atas keberhasilan klien

c)

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6)

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Rasional :
Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah
Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses
penyembuhan klien.
Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
Tindakan :
a)
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah
b)

Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

c)

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

DAFTAR PUSTAKA

1.

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998

2.
Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK
UI. 1999

3.
Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Alih Bahasa: Novi
Helera C.D. Jakarta. EGC. Jakarta1998.
4.

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Daftar Pustaka
Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.
Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia..
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : fajar
Interpratama.
Stuart and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa, alih bahasa Hapid AYS,
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
, (1998). Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Asuhan
Keperawatan pada Kasus di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Direktorat Kesehatan Jiwa
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Dep-Kes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai