Anda di halaman 1dari 9

STEP 1

1. Sinkop Vasovagal
- Kondisi yang paling umum terjadi ketika tubuh bereaksi berlebih, contohnya seseorang melihat darah
kemudian pingsan. Karena pelebaran darah secara tiba-tiba karena reaksi reflex saraf yang berlebihan, bisa
jadi karena keletihan,rasa takut dan cedera.
2. Takhikardia
kecepatan jantung yang lebih cepat 100 denyut/menit. Dewasa 60 denyut/menit saat istirahat
Denyut Jantung yang lebih cepat dari denyut jantung normal

STEP 2
A. ANAFILAKTIK SHOCK
1. Shock anafilaktik
sindrom klinis akibat adanya reaksi alergi/imunologis yang bersifat sistemik. Biasanya
terjadi segera setelah penyuntikan serum/obat pada penderita yang sensitive (pada penderita

cyanosis dan asfiksi).


Sindrom yang ditandai dengan perubahan dramatic dan mendadak pada permeabilitas
vaskuler dan hiperaktifitas bronkus yang timbul biasanya dari obat-obataan, makanan

tertentu dan sengatan serangga.


Gangguan sistem sirkulasi yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi

jaringan yang disebabkan oleh reaksi alergi


2. Gejala
Cepat
menganggu respirasi
pencernaan
sirkulasi
ada penyempitan sal.pernafasan
mual
muntah.
3. Gambaran klinis
Takhikardi
keringat dingin
nyeri kepala,
4. Patofisiologi
Sel penyebab alergi ig E melepaskan mediator kimia dari sel mast dan sel basofil yang beredar
ke sirkulasi darah mediator kimia yang bertanggungjawab terhadap symptom (gejala) pelepasan
histamine langsung (fase sensitisasi) permeabilitas vaskuler dan vasodilatasi perifer

terjadi gangguan metabolism asam arakhidonat meghasilkan leukotrien timbul keluhan secara klinis
(fase aktivasi). Asam arakhidonat sintesa leukotrien terdapat hidrolisis asam asam arakhidonat
mengalami lipooksigenasi leukotrien tidak stabil secara klinis (demam , dilatasi kapiler)
5. Prosedur penanganan dari shock anafilaktik
a. Pengobatan :
Hentikan kontak dengan allergen
Posisi trendelenburg, pastikan pasien sadar/tidak
Beri adrenalin atau epinefrin 1/1000 atau 0,5-1 ml (pemberian diulang 5-10 menit)
Terapi medik
Beri antihistamin 10-20 mg/ iv
- Bila tidak sadar lakukan ABC lalu rujuk ke rumah sakit
- Beri kortikosteroid hidrokortison 100-250 mg dalam 30 detik
- Bila ada spasme bronkioli beri aminofilin 250-500 mg
- Terapi suportif = pemberian oksigen, posisi trendelenburg (posisi berbaring dengan kedua tungkai
diatas 30-40 derajat terlentang di dasar keras kemudian dilakukan pembebasan jalan nafas dan
memeriksa orofaringnya akan membantu meningkatkan tekanan darah), pemasangan infus
6. Pencegahan
a. Meningkatkan kewaspadaan dengan menganamnesis pasien dengan benar apakah punya
riwayat alergi, tekanan darah dicek
b. Melakukan skin test untuk tahu pasien alergi apa saja
c. Pemberian antihistamin dan kortikosteroid sebelum penyuntikan obat
7. Etiologi
a. Obat
Protein : vaksin
Non protein : antibiotic gol.penicilin, sulfonamid dan anaestesi lokal
b. Makanan kacang2an, ikan lautan dan putih telur
B. TIPE-TIPE ALERGI
a. Hipersensitivitas tipe I
b. Hipersensitivitas tipe II
c. Hipersensitivitas tipe III
d. Hipersensitivitas tipe IV
C. SHOCK
1. Definisi
o Suatu kegagalan sirkulasi yang ditandai tidak adekuatnya perfusi jaringan yang secara klinis
ditandai penurunan tekanan darah sistol < 80 mmHg

o Gangguan sistem sirkulasi dan oksigenasi jaringan yang menyebabkan kehilangan O2 dan
bisa cedera pada organ (hidayat). Aliran darah yang tidak adekuat ke tubuh dan otak sehingga
penurunan kesadaran
2. Macam-macam shock
a. Secara klinis :
i.
Shock hipovolemic
Kehilangan plasma keluar tubuh perdarahan
Kehilangan cairan diluar tubuh hemothorax
ii.
Shock normovolemic
Kardiogenik infark jantung
Obstruksi aliran darah emboli paru
Neurogenic trauma, nyeri hebat
Lain-lain shock anafilaktik, shock septic
b. Berdasar etiologi
i.
Hipovolemic
Penurunan volume intavaskuler
ii.
Cardiogenik
Disebabkan kegagalan fungsi pompa jantung mengakibatkan curah jantung berkurang atau

iii.

berhenti
Anafilaktik
Septicemic
Neurogenic
Distributive banyak referensi menyebutkan terdiri dari anafilaktik, septicemia dan
neurogenic.
Akibat volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskularisasi sperti darah

berkumpul dalam pembuluh darah perifer


Obstructive
Adanya gangguan ventrikel kanan jantung , contoh emboli
3. Gejala Secara Umum Shock
a. Cardiovaskuler
Gangguan sirkulasi perifer, terkanan darah rendah, vena perifer kolaps, cvp rendah
b. Respirasi
Cepat dan dangkal
c. Ssp
Perubahan mental pasien
d. Saluran cerna
Mual,muntah
e. Urologi
Produksi urin berkurang
4. Gejala dan etiologi masing-masing shock
a. Shock hipovolemic
b. Shock cardiogenik
Shock anafilaktik
Shock septicemic
Shock neurogenic
c. Shock distributive
iv.

d. Shock obstructive
5. Penanganan masing-masing shock
a. Shock hipovolemic
b. Shock cardiogenik
Shock anafilaktik
Shock septicemic
Shock neurogenic
c. Shock distributive
d. Shock obstructive
6. Mengapa pasien diberi adrenalin 1:1000 im
Dosis dewasa 1:1000 im, anak 0,01 ml/kgBB. Adrenalin dapat meningkatkan tekanan darah,
vasokonstriksi pembuluh darah, melebarkan bronkus dan meningkatkan otot jantung
7. Pada penyakit sistemik dan punya alergi mengalami shock bagaimana penangannya?
8. Mengapa pasien pingsan harus diberi infuse dan bagaimana infuse yang digunakan untuk analifaktik
shock?
Tujuan pemberian infuse meningkatkan tekanan darah dan curah jantung, mengatasi asidosis
laktat (gangguan asam basa). Prosesnya (ANI)
9. Hubungan anestesi dengan penurunan kesadaran
A. ANAFILAKTIK SHOCK
1. Shock anafilaktik
sindrom klinis akibat adanya reaksi alergi/imunologis yang bersifat sistemik. Biasanya terjadi segera
setelah penyuntikan serum/obat pada penderita menyebabkan Tanda-tanda : shock bronkioli sianosis

dan asfiksi
Sindrom yang ditandai dengan perubahan dramatic dan mendadak pada permeabilitas vaskuler dan
hiperaktifitas bronkus yang timbul biasanya dari obat-obataan, makanan tertentu dan sengatan

serangga.
Gangguan sistem sirkulasi yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan

yang disebabkan oleh reaksi alergi


Suatu respon hipersensitifitas yg diperantarai igE (tipe 1) yg ditandai dengan curah jantung dan

tekanan arteri menurun


2. Gejala
Cepat
menganggu respirasi
pencernaan
sirkulasi
ada penyempitan sal.pernafasan
mual
muntah.
Gatal (awal)
Urtikaria yg mendadak
Merah pada seluruh badan

Kecemasan yg akut
Berkembang lebih lanjut ( wheezing,rasa tekan pada dada dan ssesak nafas, sakit pada perut,mual

,muntah,kelumpuhan/kolaps sirkulasi dan terakhir kematian)


Dibagi 3
ringan
kesemutan perifer, rasa sesak,
sedang
bronkospasme dan edema jalan nafas
berat
sianosis
Takhikardi
keringat dingin
nyeri kepala,
3. Patofisiologi
Sel penyebab alergi ig E beikatan di permukaan mastosid dan basofil melepaskan mediator
kimia dari sel mast (mastosid) dan sel basofil yang beredar ke sirkulasi darah mediator kimia yang
bertanggungjawab terhadap symptom (gejala) pelepasan histamine langsung (fase sensitisasi) fase
aktivasi permeabilitas vaskuler dan vasodilatasi perifer
terjadi gangguan metabolism asam arakhidonat menghasilkan leukotrien timbul keluhan secara
klinis (fase aktivasi). Asam arakhidonat prostaglandin dan sintesa leukotrienmenyebabkan
bronkokonstriksi terdapat hidrolisis asam asam arakhidonat mengalami lipooksigenasi leukotrien
tidak stabil secara klinis (sesak nafas, demam , dilatasi kapiler)
Leukotrien asam lemak tak jenuh yg mengandung karbon yg dilepas saat proses inflamasi
Ada 3 fase : fase efektor ( waktu terjadinya yg kompleks, respon anafilaktik sebagai efek mediator2 yg dipelas
sel mast /basofil dengan aktivitas farmakologik)
4. Prosedur penanganan dari shock anafilaktik
a. Pengobatan :
Hentikan kontak dengan allergen
Call for help
Posisi trendelenburg (posisi supine), pastikan pasien sadar/tidak
Beri adrenalin atau epinefrin 1/1000 atau 0,5-1 ml (pemberian diulang 5-10 menit)
Oksigen mask flow
Infus (tergantung tekanan darah sistole) sebelumnya di lakukan cek tekanan darah terlebih

dahulu
Bila gagal infus beri adrenalin tidak diencerkan 1:1000

Beri antihistamin 10-20 mg/ iv dipehidramin atau solu cortef


Beri kortikosteroid hidrokortison 100-250 mg dalam 30 detik
Bila ada spasme bronkioli (wheezing) beri aminofilin 250-500 mg
Terapi suportif = pemberian oksigen, posisi trendelenburg (posisi berbaring dengan kedua
tungkai diatas 30-40 derajat terlentang di dasar keras kemudian dilakukan pembebasan jalan
nafas dan memeriksa orofaringnya akan membantu meningkatkan tekanan darah),

pemasangan infus
5. Pencegahan
a. Meningkatkan kewaspadaan dengan menganamnesis pasien dengan benar apakah punya riwayat
alergi, tekanan darah dicek
b. Melakukan skin test untuk tahu pasien alergi apa saja
c. Pemberian antihistamin dan kortikosteroid sebelum penyuntikan obat
6. Etiologi
a. Obat
Protein : vaksin
Non protein : antibiotic gol.penicilin, sulfonamid ,cephalosporin, kloramfenikol,
polimyxin, ampoterisin dan anestesi lokal
b. Makanan kacang2an, ikan lautan dan putih telur
B. TIPE-TIPE ALERGI
a. Hipersensitivitas tipe I
Reaksi alergi contoh : anafilaktik, alergi makanan. Muncul cepat saat itu juga,
Interaksi alergi pada antibodi dengan ig E pada sel
b. Hipersensitivitas tipe II
Reaksi sitotoksik alergi pada sel dalam tubuh sendiri
Sel antigen yg interaksi dengan ig G / igM untuk mengaktifkan komplemennya, yg umunya igM terjadi
akut dan ig G kronis. Butuh beberapa jam kurang dari 1 hari
c. Hipersensitivitas tipe III
Tipe kompleks toksik, bawaan dari lahir
Cairan imun yg berasal sirkulasi daah berkumpul dan diaktifkan kembali, umunya mulai dari kecil sudah
ada contoh : SLE ( sistemic lupus erythematous)
d. Hipersensitivitas tipe IV
Reaksi tipe seluler, resus
T sel dengan antigen yg bergabung dengan moleku MHC, terjadi setelah beberapa hari baru muncul,
contoh kontak dermatitis (radang kulit)
C. SHOCK
1. Definisi
o Suatu kegagalan sirkulasi yang ditandai tidak adekuatnya perfusi jaringan yang secara klinis
ditandai penurunan tekanan darah sistol < 80 mmHg
o Gangguan sistem sirkulasi dan oksigenasi jaringan yang menyebabkan kehilangan O2 dan perfusi
organ. Aliran darah yang tidak adekuat ke tubuh dan otak sehingga penurunan kesadaran

2. Macam-macam shock
a. Secara klinis :
i.
Shock hipovolemic
Kehilangan plasma keluar tubuh perdarahan
Kehilangan cairan diluar tubuh hemothorax
ii.
Shock normovolemic
Kardiogenik infark jantung
Obstruksi aliran darah emboli paru
Neurogenic trauma, nyeri hebat
Lain-lain shock anafilaktik, shock septic
b. Berdasar etiologi
i.
Hipovolemic
Penurunan volume intavaskuler
ii.
Cardiogenik
Disebabkan kegagalan fungsi pompa jantung mengakibatkan curah jantung berkurang atau

iii.

berhenti
Anafilaktik
Septicemic
Neurogenic
Distributive banyak referensi menyebutkan terdiri dari anafilaktik, septicemia dan neurogenic.
Akibat volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskularisasi sperti darah

berkumpul dalam pembuluh darah perifer


iv. Obstructive
Adanya gangguan ventrikel kanan jantung , contoh emboli
3. Gejala Secara Umum Shock
a. Cardiovaskuler
Gangguan sirkulasi perifer, terkanan darah rendah, vena perifer kolaps, cvp rendah
b. Respirasi
Cepat dan dangkal
c. Ssp
Perubahan mental pasien
d. Saluran cerna
Mual,muntah
e. Urologi
Produksi urin berkurang
f. Keringat dingin
4. Gejala dan etiologi masing-masing shock
a. Shock hipovolemic
Gejala : stadium preshock (plasm hilang 10-15%, pusing,takikardi ringan,sistolik 90-100
mmHg), stadium ringan ( plasma hilang 20-25% gelisah,keringat dingin,takikardi lebig dari
100/menit, sistolik 80-90 mmHg), sedang (plasma hilang 3-0-35% gelisah pucat,oliguri
takikardi >100/menit, sistolik 70-80 mmHg), berat (plasma hilang 35-50% pucat,

sianotik,dingin takipneu,kolpas pembulh darah,sistolik 0-40 mmHg)


Etiologi
Kehilangan volume darah dan kehilangan plasma darah

b. Shock cardiogenik
Gejala
Tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksi otak, kulit yang dingin dan lembab,

sesak nafas
Etiologi
Gangguan pada fungsi ventrikel kiri

Terdiri dari :
Shock anafilaktik
Gejala
Etiologi
Shock septicemic
Gejala
Etiologi
Sumber infeksi dlam tubuh terutama bakteri gram negatif (escheria coli, enterobacter,
serratia)
Shock neurogenic
Gejala
Bradikardi, kulit kering,hangat sama seperti pada syok hipovolemic
Etiologi
Cedera medula spinalis dan kerusakan sel syaraf, kerja obat depresan atau kekurangan
glukosa
c. Shock distributive
Gejala
Etiologi
Akibat volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskularisasi sperti darah
berkumpul dalam pembuluh darah perifer, kehilangan ntonus simpatis, kehilangan mediator
kimia ke sel-sel
d. Shock obstructive
Gejala
Hipoksia refrakter
Etiologi
Hambatan pengisian ventrikel kanan dan kiri yang dalam keadaan berat bisa menyebakan
penuruann cardiac output hal ini biasa terjadi pada vena cava dan gangguan pada pericardia
5. Penanganan masing-masing shock
a. Shock hipovolemic
Memperbaiki cardiac output
Beri infus secepat mungkin
Catat nadi

Beri darah 500-1000 cc


Dapat diulangi
b. Shock cardiogenik
Ada 4 : supply o2, mengontrol nyeri dada ,obat vasoaktif, pemberian cairan,
Shock anafilaktik
Shock septicemic
Menambah volume esusitasi (bibah)
Shock neurogenic
Pastikan jalan nafas adekuat (tusy)
c. Shock distributive
d. Shock obstructive
Tergantung penyebabnya (thuba)
Umum : koreksi asidosis, pemberian dopamin/adrenalin
6. Mengapa pasien diberi adrenalin 1:1000 im, efek adrenalin?
Dosis dewasa 1:1000 im, anak 0,01 ml/kgBB. Adrenalin dapat meningkatkan tekanan darah,
vasokonstriksi pembuluh darah, melebarkan bronkus dan meningkatkan otot jantung.
Dipengaruhi 3 faktor :
o Bronkodilator yg kuat terhindar hipoksia
o Vasokonstriktor sehingga tekanan darah cepat naik
o Merupakan histamin blocker produksi mediator kimia dapat berkurang atau berhenti.
Antihistamin diberikan agar tidak terjadi gejala klinisnya (nela)
7. Pada penyakit sistemik dan punya alergi mengalami shock bagaimana penangannya?
Tetap diberi adrenalin (goal standard anafilaktik shock)
8. Mengapa pasien pingsan harus diberi infuse dan bagaimana infuse yang digunakan untuk analifaktik
shock?
Tujuan pemberian infuse meningkatkan tekanan darah dan curah jantung, mengatasi asidosis laktat
(gangguan asam basa). Anafilaktik shock menyebabkan cairan tbh berkurang,elektroit berkurang
sehingga diberi infus yang hipertonik menarik cairan dan elektorlit dari jaringan dan sel ke pembuluh
darah.
Hipovolemic pakai infus yg isotonik
9. Bila pasien ternyata alergi dengan bahan anestesi , bagaimana?

STEP 4

SHOCK

Tanda
Hipovolemic
Gejala
+ Gejala

Anafilaktik
Cardiogenic
Definisi Macam-macam
Penanganan
Septicemia
Distributive

Obstructive

Anda mungkin juga menyukai