S
Michelle Jansye
030.09.154
ATELEKTASIS
1. Definisi
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan arti
bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Atelektasis dapat
merujuk hilangnya volume, atau airlessness dalam paru-paru. Atelektasis dapat terjadi seluruh lobus atau
seluruh paru-paru.
2. Etiologi
Etiologi
Bronkus tersumbat
Contoh
-
Intrinsik
Ekstrinsik
Tekanan ekstrapulmoner
Hambatan
dalam
pernapasan
Defisiensi surfaktan
Sikatrik pada paru
(kompresi ekstrinsik)
Pneumothorax
Efusi pleura
Peninggian diaframa
gerak
Tumor mediastinum
Paralisis gerak pernapasan seperti pada poliomielitis
Trauma thorax
ARDS pada bayi
TB yang kronik
Pneumonia
3. Epidemiologi
4. Klasifikasi
Ateletaksis dapat diklasifikasikan menjadi:
12
1) Primary
Paru-paru gagal berkembang semenjak lahir (misalnya pada bayi prematur dimana surfaktan tidak
terbentuk dengan sempurna).
2) Secondary
Dapat dibagi lagi menjadi yang disebabkan oleh sumbatan (obstruktif) dan nonobstruktif (misalnya:
adhessive/ perlekatan, compressive/ penekanan, cicatrization, replacement, rounded, relaxation).
12
Pada yang obstruktif berdasarkan onset terjadinya dapat dibandingkan menjadi akut dan kronis
Acute
Chronic
Inhalasi dan impaksi dari benda asing
Tumor
Sumbatan dari mukus pada bronkus Lymphadenopathy
(misalnya setelah anastesi)
Setelah dilakukan tracheostomy
Infeksi paru
Aneurysm
5. Manifestasi Klinis
5.1. Anamnesis
Identitas Pasien
o Usia: Sering pada anak (aspirasi), pada orang tua > 60 tahun
o Jenis Kelamin: Wanita = Pria
Faktor Resiko
- Penyakit paru yang mendasari. Misalnya pada TB kronik, Pneumonia, PPOK, Bronkiektasis.
- Obesitas. Lemak pada abdomen menekan diafragma inspirasi tidak sempurna
- Imobilisasi. Penurunan fungsi mukosiliar pada paru dan resiko aspirasi tinggi
Keluhan Utama
Sesak napas The American Thoracic Society (ATS) telah mendefinisikan dyspnea sebagai "istilah
o
yang digunakan untuk menandai pengalaman subjektif dari ketidaknyamanan bernapas yang terdiri
dari sensasi berbeda secara kuantitatif dan bervariasi dalam intensitas". Pada atelektasis sesak napas
terjadi karena jaringan alveolus kolaps sehingga proses difusi tidak berjalan lancar, akibatnya oksigen
o
yang masuk ke dalam darah pun menurun sehingga pasien merasa ketidaknyamanan dalam bernapas.
Nyeri dada. Alveolus yang kolaps menyebabkan tekanan intraalveolar menurun sehingga tekanan
intraalveolar < tekanan intrapleural menyebabkan pleura menekan. Karena perlekatan antara pleura
parietal dan visceral kuat, pleura parietal juga ikut tertarik ke dalam. Hal tersebut merangsang saraf
sensoris yang berada di pleura parietal yaitu nervus intecostalis dan nervus phrenicus.
Batuk. Merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing yang
Pergerakan dada yang asimetris. Pada hemithorax yang terkena atelektasis terlihat tertinggal
dibanding pada hemithorax yang sehat pada saat inspirasi. Hal ini disebabkan karena pada hemithorax
Palpasi
Vocal fremitus menurun/hilang/mengeras. Pada pemeriksaan vocal fremitus, pasien diminta untuk
o
mengucapkan kata-kata tujuh puluh tujuh berulang-ulang dan getaran tampak pada dinding thorax
diraba oleh kedua telapak tangan pemeriksaan diletakkan masing-masing pada dinding thorax secara
simetris. Normalnya, hantaran getaran suara pasien akan dirasakan sama kuatnya pada tempat-tempat
yang simetris. Vocal fremitus menurun atau hilang pada paru yang terkena atelektasis obstruktif
disebabkan karena hantaran getaran ke dinding berkurang. Vocal fremitus mengeras pada paru yang
terkena atelektasis kompresif yang kemungkinan akibat tumor.
Perkusi
Perubahan perkusi pada paru. Normalnya perkusi paru Sonor Kedua paru dan kedua
o
cavum pleura normal.
Bunyi Perkusi
Sifat
Makna Klinis
Pekak
Pendek, halus, bernada tinggi, Adanya
konsolidasi,
(jaringan paru tidak terisi udara
sangat tumpul
atelektasis, tumor padat dan
sama sekali)
Ditemukan pada perkusi paha
efusi pleura yang banyak
Redup
Intensitas dan nadanya sedang, Ada area yang padat seperti
(kurang nyaring dibanding sonor
panjangnya sedang, bunyinya pada pneumonia lobaris.
karena volume udara dalam
seperti gedebuk
jaringan paru berkurang)
Ditemukan pada perkusi hati
Sonor
Nyaring, bernada rendah
Jaringan
paru
normal;
Hipersonor
(bunyi karena
Lebih
masih
ada
nyaring,
bernada
bronkitis
lebih Paru-paru yang hiperinflasi,
rendah
jaringan di dalam walau penuh Ditemukan pada perkusi lambung
pneumothorax
dengan udara)
Timpani
Sangat nyaring, bernada tinggi, Adanya kumpulan udara,
(bunyi karena paru-paru terisi
musical, seperti drum
misalnya
pada
udara sepenuhnya)
Seperti
perkusi
pipi
yang
pneumothorax yang hebat
menggembung
Batas paru dan jantung bergeser. Pada perkusi yang normal (paru sonor, jantung redup).
Batas ini akan bergeser pada atelektasis dikarenakan adanya midline shift mediastinum (mediastinum
cenderung tertarik ke arah paru yang atelektasis).
- Batas jantung-paru kanan pada sternalis kanan ICS III, IV dan V tidak lebih lateral
12
Auskultasi
Suara napas
Lokasi
di
Inspirasi :
Ekspirasi
lekukkan 1:3
atas
Asal
Tracheal
Leher,
Bronchial
supraclavicular, di trachea
Dada bagian tengah, tepat diatas 1:2
di trachea
Suara inspirasi-ekspirasi
clavicula
bronkus besar
pada
setiap
sisi
Suara inspirasi-ekspirasi
Sub-bronchial /
Suara inspirasi-ekspirasi
bronchovesiculer
bronkus sedang
Vesiculer
scapula
Perifer dada
3:1
Suara inspirasi-ekspirasi
bronkus
kecil
atau
bronkiolus
o
stethoscope diletakkan. Suara napas abnormal adalah suara napas yang tidak pada tempat yang normal.
- Suara napas vesicular memanjang. Terdengar bila lumen bronkiolus mengalami penyempitan
- Napas terdengar lemah. Pada keadaan emfisema, efusi pleura, pneumothorax, dan obstruksi
bronkus
- Suara napas mengeras. Adanya inflitrat atau konsolidasi pada paru di bawah tempat stethoscope
yang diletakkan di dada. Juga ditemukan pada keadaan atelektasis kompresi.
5.3. Pemeriksaan Penunjang
5.3.1. Laboratorium Darah Lengkap
Dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi yang dapat menjadi penyebab terjadinya ateletaksis.
5.3.2. Analisa Gas Darah
Indikasi dilakukannya pemeriksaan penunjang Analisa Gas Darah adalah untuk melihat ada tidaknya
gangguan keseimbangan asam basa pada pasien.
pH
PaCO2
PaO2
BE
HCO3SaO2
Laboratorium
7,35 7,45
< 7,35
> 7,45
35.45mmHg
>45 mmHg
< 35 mmHg
80-100 mmHg
60-80 mmHg
40-80 mmHg
-2,5 +2,5
22-26 mEq/L
95-97%
<90%
Tanda Klinis
Normal
Asidosis
Alkalosis
Normal
Hipoventilasi (Hiperkarpnia)
Hiperventilasi (Hipokarpnia)
Normal
Hipoksemia ringan
Hipoksemia berat
Normal
Normal
Normal
Indikasi hipoksemia
12
Ketidakseimbangan
asam-basa
Asidosis respiratorik
Alkalosis respiratorik
Asidosis metabolik
Alkalosis metabolik
pH
PaCO2
HCO3-
BE
N
N
N
N
N
N
Pada pasien yang atelektasis yang mungkin dapat ditemukan pada analisa gas darah:
pH turun Asidosis. Apabila terjadi sesak napas yang berat.
o
PaCO2 variasi. Pada awalnya dapat normal atau turun karena mekanisme dari kompensasi sesak
o
napasnya (tachypnoe) hiperventilasi. Namun jika dalam waktu yang lama mekanisme kompensasi
ini berjalan terus dapat terjadi hipoventilasi karena atelektasis (karbondioksida tidak dapat
dikeluarkan) sehingga dapat menyebabkan terjadinya hiperkapnia (kadar karbondoksida dalam darah
o
tinggi).
PaO2 dan SaO2 turun. Hal ini disebabkan karena penurunan pengambilan oksigen akibat kolapsnya
alveolus sehingga saturasi oksigen (presentasi oksigenasi Hb dengan hubungan kemampuannya
5.3.3. Bronchoscopy
Flexible fiberoptic bronchoscopy dapat menjadi prosedur diagnostik dan terapeutik yang berguna.
Bronkoskopi membantu mengevaluasi penyebab obstruksi bronkus. Selain itu, bronkoskopi membantu
membersihkan mucus yang menjadi sumbatan pada bronkus. Bronkoskopi memiliki keterbatasan karena
hanya pada bronkus subsegmental yang divisualisasikan, lesi endobronchial distal tidak dapat diakses
melalui bronkoskopi.
5.3.4. Rontgen Thorax
Rontgen thorax pada pasien atelektasis bertujuan selain untuk memperkuat etiologi dari atelektasis, untuk
menentukan lokasi obstruksi pada atelektasis tipe obstruktif, juga untuk mengetahui seberapa luas
atelektasis yang diderita pasien.
Pada Rontgen thorax pasien atelektasis:
Densitas tinggi (gambaran tampak lebih opaque) yang terlokalisasi pada paru yang terkena karena
kurangnya aerasi.
Fissura mengalami pergeseran pada paru yang terkena atelektasis.
Hilangnya volume paru karena kurangnya aerasi
Mediastinum tertarik ke arah atelektasis (ipsilateral) karena kurangnya aerasi
Diafragma tertarik ke atas pada paru yang terkena atelektasis , sela iga menyempit (terjadi
ipsilateral).
Pergeseran hilus paru.
12
Dapat terjadi gambaran emfisema pada paru yang masih sehat sebagai akibat dari kompensasi
(emfisema kompensatorik). Apabila begitu hebat, dapat terjadi herniasi hemithorax yang sehat ke
arah hemithorax yang atelektasis
Pada contoh gambar diatas (atelektasis lobaris komplit pada lobus kiri atas) didapat:
Hilangnya batas jantung kiri atau kanan bawah: lokasi anterior, tengah lobus
Atelektasis lobularis (plate like / atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada bronkus kecil
untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizonatal tipis, biasanya di lapangan
bawah paru yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis, biasanya pada atelektasis ini tidak
ada keluhan.
5.3.5. EKG
EKG pada pasien atelektasis bertujuan selain untuk menyingkirkan diagnosis banding terhadap sesak napas
karena jantung, EKG bertujuan untuk melihat fungsi dari jantung mengingat jantung kompensasi dengan
meningkatkan heart rate, cardiac output untuk memenuhi oksigen ke jaringan (karena hipoksemia). Hasil
EKG yang dapat dilihat adalah adanya deviasi aksis pada jantung tergantung dari mediasinum shiftnya ke
arah mana.
Cara cepat membaca aksis:
Axis
Normal
Deviasi ke kiri
Deviasi ke kanan
Deviasi ekstrim ke kanan
I
+
+
-
III
+
+
-
6. Patofisiologi
Atelektasis
obstruktif
(atelektasis
absorbs/resorbsi)
Pada atelektasis obstruktif, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara ke dalam alveolus
yang terletak distal dari sumbatan. Udara yang sudah terdapat pada alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi
sedikit ke dalam aliran darah dan pada akhirnya laveolus tersebut itu pun kolaps. Atelektasis obstruktif ini
dibagi menjadi atelektasis obstruksi bronkus intrinsik, dan atelektasis bronkus intrinsik. Obstuksi intrinsic
paling sering disebabkan oleh sekret atau eksudat yang tertahan. Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya
disebabkan oleh neoplasma, pembesaran kelenjar getah bening, aneurisma atau jaringan parut. Atelektasis
karena obstruksi intrinsic paling sering ditemukan dan dapat dicegah.
Jika terjadi sumbatan total pada jalan napas, alveolus akan kolaps. Di dalam jaringan normalnya O 2
akan lebih banyak diambil daripada melepaskan CO 2 sehingga penurunan tekanan parsial O2 (PaO2) akan
lebih besar dibanding peningkatan tekanan parsial CO 2 (PaCO2). Oleh karena itu darah akan mengambil
lebih banyak O2 dari alveolus daripada menambah CO2 sehingga volume alveolus berkurang. Akibatnya
konsentrasi N2 alveolus akan meningkat dan sejalan dengan gradient konsentrasi akan berdifusi ke dalam
darah. Akhirnya keseluruhan volume alveolus akan direabsorbsi.
Mekanisme pertahanan fisiologik yang berperan untuk mencegah terjadinya atelektasis adalah
ventilasis kolateral. Ventilasi kolateral yaitu udara dapat lewat dari alveolus yang satu ke alveolus yang lain
tanpa melalui saluran napas yang biasa. Udara ini lewat melalui pori-pori kecil yang dinamakan pori-pori
Kohn.
12
Ventilasi efektif. Hanya inspirasi dalam saja yang dapat membuka pori-pori Kohn ini dan
menimbulkan ventilasi kolateral ke alveolus di sebelahnya yang mengalami sumbatan. Selama
ekspirasi, pori-pori Kohn ini menutup, akibatnya tekanan dalam alveolus yang tersumbat meningkat,
sehingga membantu pengeluaran sumbatan (misal karena mucus). Bahkan dapat dihasilkan gaya
ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah bernapas dalam, glottis tertutup, dan kemudian terbuka
terbuka tiba-tiba seperti pada proses batuk normal.
Ventilasi tidak efektif. Pada waktu inspirasi dangkal, pori-pori Kohn tetap tertutup sehingga tifdak
ada ventilasi kolateral menuju alveolus yang tersumbat dan tekanan yang memadai untuk
mengeluarkan mucus tidak tercapai. Absorbsi dari alveolus menuju darah akan berlangsung terus
menerus dan mengakibatkan terjadinya kolaps alveolus. Dengan keluarnya gas dari alveolus maka
tempat yang kosong itu sedikit demi sedikit akan terisi cairan edema.
Atelektasis non-obstruktif
Atelektasis non-obstruktif termasuk diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada semua bagian paru atau bagian
dari paru, sehingga mendirong udara keluar dan mengakibatkan kolaps. Sebab-sebab yang sering adalah
efusi pleura, pneumothoraks, atau peregangan abdominal yang mendorong diafragma ke atas.
7. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana pada atelektasis tergantung dari penyebabnya. Prinsipnya adalah:
Mencari penyebab atelektasis. Penyebab atelektasis harus ditemukan. Apabila penyebabnya adalah
obstruksi, maka obstruksi ini harus dihilangkan.
12
Pembebasan jalan napas. Pembebasan jalan napas ini dengan cara bronkoskopi.
Menyembuhkan infeksi penyerta apabila ada. Apabila ada infeksi diberikan antibiotik
Respiratory arrest
8. Komplikasi
o Pneumonia akut
Pada ateletaksis obstruktif, udara pada area yang collaps diabsorbsi dan sekresi mukus distal dari
tempat sumbatan akan terakumulasi. Akumulasi mukus tersebut dapat menjadi tempat yang baik bagi
mikroorganisme sehingga dapat dengan mudah menjadi terinfeksi dan menjadi supuratif.
o Bronchiectasis
o Gagal napas dan hipoksemia
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang
dengan jaringan fibrosis. Selain itu atelektasis dapat menyebabkan pirau (jalan pengalihan)
intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia.
o Sepsis
o Efusi pleura
9. Prognosis
Prognosis pada atelektasis tergantung dari etiologinya. Bila sudah terjadi jaringan fibrosis irreversible.
12