Oleh
ACHMAD YANI ILYAS
103011026757
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
ACHMAD YANI ILYAS
NIM: 103011026757
Di Bawah Bimbingan
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
yang
berjudul
Pengaruh
Disiplin
Belajar
Siswa
Terhadap
Tanggal
Tanda Tangan
. ..
..
..
..
Penguji I
Prof. Dr. Abudin Nata, MA
NIP : 150 222 550
Penguji II
Drs. Sapiuddin Siddiq, M. Ag
NIP : 150 299 477
Mengetahui :
Dekan ,
Nomor
: Istimewa
Lampiran : 1 (satu) Berkas
Perihal
: Pengajuan Proposal Skripsi
Kepada Yth.
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Assalamualikum Wr.Wb.
Salam Sejahtera kami sampaikan, semoga Bapak senantiasa berada dalam
lindungan Allah SWT dan selalu sukses dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Selanjutnya saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Semester
Jurusan
Fakultas
Pemohon
Drs. Khalimi, M. Ag
NIP 150267202
ABSTRAK
Achmad Yani Ilyas
Pengaruh Disiplin Belajar Siswa Terhadap Pembentukan Perilaku Di MTs
Nurul Falah Serpong
Keberadaan disiplin dalam kehidupan manusia sangat penting dalam
perkembangan kebudayaan manusia. Disiplin merupakan tolak ukur untuk
mengetahui berhasil tidaknya kegiatan atau perubahan yang telah di capai oleh
seseorang melalui keuletan bekerja, baik secara kualitas maupun kuantitas dilihat
dari hasil disiplin tersebut.
Maka jelas sikap disiplin ini akan timbul jika kita terbiasa dengan disiplin
dalam segala hal, terutama disiplin dalam belajar, karena disiplin belajar yang
baik mencerminkan rasa tanggung jawab jiwa seseorang terhadap tugas-tugas
yang diberikan kepadanya yang mendorong semangat belajar dalam mewujudkan
tujuan pendidikan dan cita-citanya.
Untuk itu disiplin dalam pelaksanaan peraturan sangat diperlukan bagi
karyawan, guru, terutama bagi peserta didik sebagai wujud dari pengwasan dan
menciptakan tata tertib belajar disekolah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin belajar
dengan pembentukan perilaku di MTs Nurul Falah Serpong.
Dengan meneliti dan memantau langsung suasana disiplin siswa/I tersebut
penelitian ini di lakukan di dalam kelas serta terjun dilapangan MTs Nurul Falah
Serpong Tangerang tahun ajaran 2006-2007. subjek penelitian ini berjumlah 293
siswa/I tetapi yang diambil hanya 30 siswa/I dari keseluruhannya yang berupa
angket disebarkan dengan cara mengundi nama-nama siswa/I kelas VII, VIII, dan
IX secara acak untuk mewakili siswa/I yang ada didalam kelas tersebut sebagai
sampel. Setelah mendapatkan data sampel melalui penyebaran angket maka
penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif, yaitu
pendekatan dengan menggunakan angka sebagai ukuran datanya dengan
menggunakan rumus korelasi product moment. Tujuannya untuk memberikan
deskripsi hubungan atau pelaksanaanya.
Langkah pertama melakukan pengelolaan dan analisa data dari angket
yang diperoleh. Dalam pengolahan angket, penulis menggunakan teknik analisa
statistic mengenai hubungan dua variabel. Disiplin belajar (X) dengan
pembentukan perilaku (Y), dengan menggunakan rumus product moment secara
operasional analisa, setelah nilai X dan Y diketahui keabsahanya, maka kemudian
penulis melakukan interprestasi terhadap angka korelasi r Product Moment
dengan dua cara.
Interprestasi secara sederhana yaitu dengan mencocokan hasil perhitungan
dengan angka indeks korelasi Product Moment
Interprestasi dengan menggunakan tabel nilai r product moment, yaitu dengan
terlebih dahulu merumuskan hipotesa kerja atau alternatife (Ha) dan hipotesa nihil
(Ho). Kemudian derajat bebasnya (df atau db). Dari penelitian yang telah penulis
lakukan maka sampailah kepada penarik kesimpulan. Bahwasanya terdapay
korelasi yang sedang atau cukup antara pengaruh disiplin belajar siswa dengan
pembentukan perilaku di MTs Nurul Falah Serpong, hal tersebut diketahui dengan
hasil perhitungan yang didapat nilai rxy= 0,708 setelah dibandingkan dengan r
tabel dan df 28 didapati nilai r pada taraf 5% = 0,378 dan pada taraf 1% = 0,478
dengan nilai rxy> r tabel (0,708>0,478>0,374) sehingga dapat disimpulkan
Hipotesa alternatife Ha diterima dan Hipotasa Ho ditolak, ini berarti terdapat
pengaruh disiplin belajar siswa dengan pembentukan perilku.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .... 3
D. Kerangka Pemikiran ....
a. Pengertian Disiplin..
b. Pengertian Belajar... 10
2. Jenis Disiplin Belajar.. 15
3. Fungsi Disiplin Belajar... 18
4. Indikator Disiplin Belajar...
20
26
27
BAB III
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian..
34
35
C. Varibel Penelitian
35
36
37
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum...
38
38
40
41
4. Struktur Organisasi.
42
43
6. Kegiatan Ekstrakurikuler.
45
B. Hasil Wawancara..
46
46
46
47
47
C. Deskripsi Data..
48
BAB V
PENUTUP
A. Penutup
78
B. Saran
78
DAFTAR PUSTAKA..
80
LAMPIRAN
10
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat
manusia, pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh
alam. Nabi Muhammad SAW berkat rahmat dan hidayahnya Allah SWT, penulis
telah dapat menyelesaikan skripsi sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
yang ada. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini telah
melibatkan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu
penulis patut mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ketua dan Sekertaris Jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak DR. Khalimi, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga akhir
masa perkuliahan.
4. Seluruh Dosen, Staf, dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jakarta yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan
perkuliahan
5. Seluruh Staf Perpustakaan UIN dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah mempermudah dalam mencari referensi
10
11
6. Seluruh Staf MTs Nurul Falah Serpong Tangerang. Khususnya kepada Bapak
Pembina Yayasan Ainurrahmah Abina Al Habib Muhammad Alatas dan
Kepala Sekolah Amud S.Pd.I dan Guru-guru yang lainnya yang telah
membantu penulis untuk melakukan penelitian
7. Ayahanda dan (Alm) Ibunda yang tercinta yang dengan bersusah payah telah
mengasuh dan mendidik, serta kaka-kakaku yang telah membiayai kuliahku.
8. Sahabat-sahabat kelas D Angkatan 2003 yang telah banyak memberikan
pengalamannya kepada penulis tentang indahnya arti sebuah persahabatan dan
kebersamaan terutama untuk Anugrah Zulimah Winda yang terus memberikan
suportnya.
9. Juga kepada pihak-pihak yang lain yang tidak bisa di sebutkan satu persatu
yang telah memberikan semangat dan mengajarkan untuk selalu bersabar dan
berusaha walaupun ketika hati dan perasaan tak mampu menjalankanya.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak dapat balasan yang
berlimpah ganda dari Allah SWT dan hanya kapada Allah jualah penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya.
Penulis
11
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Disiplin merupakan suatu gambaran yang menyatakan hasil kegiatan atau
perubahan yang telah dicapai oleh seseorang melalui keuletan bekerja, baik secara
kualitas maupun kuantitas dilihat dari pengukuran dan penglihatan dan penelitian
atau hasil usaha tersebut. Dengan kata lain disiplin adalah sebuah penilaian yang
memang menjadi standarisasi bagi keberhasilan tujuan pendidikan1. Dengan
disiplin seseorang akan mendapatkan cerminan dalam proses belajarnya, apakah
dia termasuk ke dalam siswa yang baik yang secara otomatis bisa melanjutkan ke
jenjang pendidikan berikutnya atau sebaliknya, akan menjadi siswa yang tidak
baik karena tidak berdisiplin. Hal ini yang memicu semua komponen penunjang
pendidikan diri mulai dari pengelola pendidikan, guru, dan siswa, untuk selalu
meningkatkan mutu pendidikan terutama disiplin.
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, salah
satunya adalah disiplin belajar. Keaktifan siswa dalam disiplin belajar dianggap
sebagai sebuah jalan untuk mencapai perilaku dan prestasi yang baik dalam
belajar. Siswa yang selalu ditempatkan sebagai objek baik suka ataupun tidak
akan senantiasa meningkatkan keaktifan dalam belajar.
Bermacam macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak didik, baik
melalui pendidikan formal maupun pendidikan di luar sekolah sehingga disiplin
dalam pelaksanaanya berbeda dasarnya, disiplin itu ada yang didasari kehendak
dan dorongan dari dirinya, dan ada juga tumbuh dan berkembang melalui orang
lain maupun lingkungan dimana ia berada. Namun yang menjadi persoalan bagi
kita adalah bagaimana agar disiplin belajar yang dilakukan anak didik itu sifatnya
positif dan berhasil, dan juga dapat memberikan kemanfaatan baik bagi dirinya,
keluarganya, lingkunganya, dan bangsa serta negaranya.
1
S. Margono. Drs, Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta.Rineka cipta, 2004) Cet. Ke-4,
h. 54
12
13
Disiplin belajar siswa dapat dimulai dari kebiasaan yang sering dilakukan
diantaranya, siswa mampu mempergunakan waktu yang baik, memiliki rasa
tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan menyusun jadwal pelajaran.
Ada beberapa penyebab lain yang memperhambat perilaku siswa kurang
baik, diantaranya kurangnya ke disiplinan belajar pada diri siswa serta kurangnya
ketegasan sekolah dalam memberikan contoh perilaku yang baik. Dengan adanya
kesadaran diri untuk melaksanakan disiplin belajar yang di laksanakan sehari-hari
dapat membuahkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan dan dalam
penerapan disiplin memiliki keuntungan bagi peserta didik yaitu untuk hidup
dengan kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya. Pembiasaan dengan lingkungan sekolah mempunyai pengaruh
positif bagi siswa untuk masa depan.
Guna membuktikan hal tersebut, apakah ada pengaruh dari disiplin belajar
terhadap pembentukan perilaku disekolah, maka di perlukan penelitian lebih
lanjut untuk itulah penulis memilih judul bagi penelitian skripsi yaitu,
PENGARUH
DISIPLIN
BELAJAR
SISWA
TERHADAP
13
14
Sedangkan siswa yang akan diteliti adalah 11% dari seluruh jumlah siswa
kelas VII, VIII XI.
2. Perumusan Masalah
Untuk memberikan jawaban pada permasalahan-permasalahan tersebut di atas,
maka penulis perlu memberikan perumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah terdapat pengaruh disiplin belajar siswa terhadap pembentukan
perilaku siswa di MTs Nurul Falah Serpong.
b. Bagaimana pembentukan perilaku terhadap disiplin belajar siswa di sekolah
c. Apakah ada perbedaan terhadap siswa yang disiplin
D. Kerangka Pemikiran
Dunia pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang
amat kompleks yang perlu mendapat perhatian kita semua. Salah satu masalah
tersebut adalah menurunnya nilai pelajaran dan etika moral dalam praktek
kehidupan. Untuk itu disiplin merupakan hal penting, terutama bagi orang-orang
yang ingin mencapai cita-cita. Orang yang terbiasa disiplin akan mempunyai
program harian dan aturan, ia berkomitmen terhadap program yang ia buat sendiri.
14
15
Jika tidak terbiasa, tentu disiplin ini akan terasa berat, karena itulah disiplin tidak
semudah membalikan telapak tangan harus melalui sebuh proses yang cukup
panjang.
Terlebih lagi dalam menanamkan sikap disiplin pada anak, seperti disiplin
tepat waktu dalam sekolah, kehadiran, tugas-tugas yang diberikan guru dan lainlain. Selain itu disiplin juga memiliki peranan untuk mengontrol perilaku peserta
didik yang dikehendaki agar tugas-tugas sekolah dapat berjalan dengan optimal
dan sekolah itu dapat memantau segala yang diperbuat peserta didik dalam
lingkungan sekolah.
15
16
BAB II
KAJIAN TEORI
DISIPLIN BELAJAR
DAN PEMBENTUKAN PERILAKU
A. Disiplin Belajar
1. Pengertian Disiplin Belajar
a. Pengertian Disiplin
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata disiplin berarti tata tertib
(disekolah kemiliteran), ketaatan (kepatuhan) pada peraturan.1 Dengan kata lain
berdisiplin adalah mematuhi atau mentaati tata tertib sedangkan mendisiplinkan
berarti mengusahakan supaya mematuhi (mentaati) tata tertib.2 Secara
terminologi, pengertian disiplin menurut beberapa ahli berpendapat sebagai
berikut :
1. Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, dalam buku pengelolaan
pengajaran berpendapat dalam arti luas disiplin adalah mencakup setiap
macam pengaturan yang di tunjukan untuk membantu setiap peserta didik agar
dia dapat memenuhi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan juga
penting tentang penyelesaianya tuntunan yang ini di tunjukan kepada peserta
didik terhadap lingkunganya.
2. Menurut Sukadi, beliau memberikan pengertian tentang disiplin, diantaranya
Sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi ketentuan, peraturan, dan
norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab.3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), h. 208
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), h. 210
3
Sukadi, Penuntun Pelajaran PPKN2 untuk SLTP Kelas 2, (Bandung: Ganeca Exact, 1996),
Cet. Ke-2, h. 150
16
17
3. Menurut Peter Salim dan Yeni Salim dalam kamus bahasa Indonesia
kontemporer mengartikan istilah disiplin sebagai, kepatuhan kepada peraturanperaturan yang telah di tetapkan.4
4. Menurut Amir Achin dalam membahas pengertian disiplin dalam bukunya
Pengelolaan kelas dan Interaksi Belajar Mengajar menyimpulkan disiplin
sebagai Pematuhan secara sadar akan aturan-aturan yang telah ditetapkan.5
5. Menurut Hasan Langgulung disiplin itu terbagi menjadi dua bagian yaitu
disiplin lahir dan disiplin batin. Disiplin lahir yakni menjaga jasmanih kita dari
setiap apa yang dilarang karena adanya peraturan sedangkan disiplin batin
menjaga hati kita dari segala bentuk kemaksiatan yang berhubungan dengan
agama.6 Sedangkan disiplin dalam pengertian yang umum diartikan, ketaatan
pada perturan, taat berarti selalu melakukan apa yang telah menjadi ketentuan
yang berlaku atau yang disebut dengan peraturan sebagai suatu latihan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa pengertian
Disiplin adalah segala peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh
lembaga (keluarga, sekolah, dan lain sebagainya) yang harus dijalankan,
ditegakan dan di patuhi oleh semua personil yang ada dalam lembaga tersebut,
sehingga kedisiplinan atau kegiatan disiplin dapat berjalan dengan baik, maka
tujuan yang diharapkan serta dicita-citakan itu akan dapat tercapai pula. Dengan
demikian setiap bentuk pengajaran dan bimbingan yang dilakukan oleh orang
dewasa dapat diartikan disiplin. Dan yang terjadi disekolah berupa bimbingan dan
pelajaran yang dilakukan oleh seorang guru sebagai orang dewasa dan pendidik.
Dengan demikian kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan peraturan dan
disiplin belajar dapat diartikan sebagai bentuk dari disiplin belajar. Apabila kata
disiplin dan belajar disatukan dengan pertimbangan batasan masing-masing, maka
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Moderen
English Press, 1991), h. 359
5
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1988) c. ke-2
h. 57
6
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1988) c. ke-2
h. 59
17
18
disiplin disekolah dapat dipandang sebagai karakteristik dan jenis keadaan serba
teraturnya upaya seseorang di sekolah dalam proses merubah pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuan
individu serta merubah aspek-aspek lainnya yang ada pada anak didik yang
mempungaruhi pada upaya mentaati peraturan dan tata tertib yang ada pada proses
merubah aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Disiplin di satu sisi adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan
tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar. Sikap dan perilaku
ini dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itulah yang benar, dan kesadaran
bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Di dalamnya
terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang menyesuaikan keinginan dan
mengendalikan diri untuk menyesuaiakan dengan norma yang berlaku dalam
lingkungan sosial budaya setempat. Di sisi lain, disiplin adalah alat untuk
menciptakan prilaku dan tata tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok atau masyarakat. Dalam konteks ini disiplin berarti hukuman atau
sangsi yang berbobot mengatur dan mengendalikan prilaku manusia.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan wadah yang
potensial untuk mengembangkan sikap disiplin. Bila dihubungkan dengan
sekolah, Soeganda berpendapat bahwa: Disiplin sekolah dapat diartikan sebagai
pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawaan (pelajar-pelajar) dengan
menggunakan sistem hukuman atau hadiah.7 Pada dasarnya dibuatnya peraturan
atau tata tertib dan di terapkanya disiplin untuk mematuhinya yaitu untuk
mencapai kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan.8 Hal ini
menunjukan bahwa disiplin sekolah bukan bermaksud mempersulit kehidupan
peserta didik dan bukan pula menghalangi kesenangan orang-orang yang
tergabung dalam lembaga tersebut.
18
19
12
Amir Achin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, (Ujung Pandang: IKIP
Ujung Pandang Press, 1990), h. 62
10
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 2002),
Cet. Ke-3, h. 139
11
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h.
645
12
Syamsul Yusuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993). Cet, Ke-2. h. 4
19
20
13
14
h. 2
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), cet, ke-3. h.25
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1991),
15
16
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999) cet, ke-3. h.33
676
20
21
Hai
orang-orang
beriman
apabila
kamu
dikatakan
17
Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), Cet, Ke-1. h.
35
21
22
belajar sebagai usaha mengubah tingkah laku,18 jadi belajar akan membawa
suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuain diri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diartikan belajar adalah
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan
lingkunganya baik yang bersipat internal maupun eksternal yang meliputi
beberapa aspek kehidupan bagi kelangsungan hidupnya
Jadi kesimpulanya disiplin belajar adalah kunci sukses, sebab dengan
disiplin belajar akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun
dalam berusaha, pantang mundur dalam menegakan
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),
h. 42
22
23
23
24
bersamgkutan yang dipengaruhi oleh pihak luar dan dalam lingkungan. Dan sikap
serta tanggung jawab dapat menghantarkan seseorang pada disiplin yang baik
untuk meraih sebuah prestasi yang memuaskan.
Dalam kehidupan sehari-hari dikenal adanya disiplin diri, disiplin sosial,
dan disiplin nasional. Demikian pula dikenal adanya disiplin belajar dan disiplin
kerja menurut Neiny Ratmaningsih bahwa hakikat disiplin diri adalah:
kemampuan mengendalikan diri, muncul dari hati nurani individu untuk
senantiasa mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam
kehidupan.20
Seseorang dikatakan memiliki disiplin diri yang kuat bila dapat
mengendalikan dirinya sendiri. Kerugian akibat dilanggarnya disiplin lazimnya
tidak langsung, tetapi berjangka panjang. Oleh karena itu orang yang berdisiplin
diri adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menjangkau ke depan akibat
tindakannya, bukan hanya pada akibat langsung.
Sikap mental disiplin diri tersebut muncul akibat tidak dengan
sendirinya, melainkan melalui suatu proses yang panjang yaitu mulai sejak kanakkanak sampai dewasa. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Neiny Ratmaningsih
bahwa Disiplin diri itu terbentuk melalui pembiasaan dan pengalaman.21
20
24
25
24
Pencapaian standar
yang tepat dalam perilaku dan aktivitas, berarti siswa dapat menunjukkan sikap
yang seharusnya dilakukan oleh siswa tersebut yaitu mentaati peraturan dan
melakukan disiplin belajar. Karena disiplin tidak akan muncul tanpa adanya
22
Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
Cet, Ke-2, h. 165
23
Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
Cet, Ke-2, h. 62
24
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), Cet. Ke-2, h. 45
25
26
peraturan yang baik tertulis maupun tidak tertulis sedang peraturan sendiri tidak
akan ada arti apa-apa tanpa adanya suatu disiplin.
Disiplin selain memiliki tujuan sebagaimana diatas, juga mengandung
fungsi tertentu yang berguna bagi perkembangan anak. Menurut Alex Sobur,
bahwa Fungsi utama dari disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri,
menghormati dan mematuhi otoritas. Disiplin diperlukan dalam mendidik anak
tegas terhadap hal yang dilakukan dan dilanggar.25
Dengan demikian disiplin bagi seorang anak akan membiasakan diri
untuk bisa hidup secara teratur dengan adanya keteraturan dalam hidup
diharapkan ia mampu mengendalikan diri, dengan memiliki pengendalian diri
tersebut maka ia tidak melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang telah
ditetapkan dengan kata lain mematuhinya.
Untuk menegakan disiplin dalam diri anak yaitu dengan menunjukan
kerja sama dalam menghargai kebebasan dan tanggung jawab pribadinya,
sehingga mereka mampu mengembangkan sikap dan tingkah laku, yang dapat di
terima dalam masyarakatnya.
Pemberian disiplin kepada anak dimaksudkan supaya anak kelak
bertindak dewasa dalam kehidupannya terutama dalam hal menguasai dan
mengendalikan diri membangkitkan bakat yang masih terpendam serta
mengarahkan kemauan dan perasaan anak.
Setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk menguasai dan
mengendalikan dirinya sendiri. Hal ini akan dapat menentukan keberhasilannya
dalam kehidupan. Jika tidak dapat menguasai dan mengendalikan dirinya sendiri,
ia tidak akan dapat menentukan jalan mana yang akan di tempuhnya dalam
kehidupan ini, serta tidak dapat menentukan langkah-langkah keberhasilannya
kelak. Ia tidak mempunyai pendirian yang teguh untuk membawa diri dari
kehidupannya pada saat diperlukan ketegasan bertindak.
Demikian pula dengan peserta didik di sekolah, mereka perlu memiliki
kemampuan untuk mengalahkan kemauanya. Kemauan itu harus di bina dan
25
Alex Sobur, Pembinaan Anak dan Keluarga, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1988), Cet
Ke-2, h. 68
26
27
26
Mohammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 1992), Cet
ke-3, h.58
27
28
27
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1990), h. 208
28
29
Dalam hal sikap kedisiplinan belajar, ada beberapa faktor yang datang
dari dalam diri siswa mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
keberhasilan belajar. Hal ini dapat dikatakan logis dan wajar, sebab hakikat
disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan serta perubahan tingkah laku yang diminati
siswa. Itu juga masih bergantung pada faktor yang datang dari luar diri siswa yang
menurut Tabrani Rusyan terdiri dari :
a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
kelompok.
b. Faktor budaya.
c. Faktor lingkungan fisik seperti pasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.28
Pendapat lain dikemukakan oleh Muhibin Syah bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi disiplin siswa dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Faktor internal yaitu keadaan, kondisi jasmani dan rohani siswa
2. Faktor Eksternal, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa
3. Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakakukan kegiatan
materi materi pembelajaran.29
Berdasarkan uraian di atas dapat ditetapkan bahwa faktor- faktor yang
dapat mempengaruhi disiplin belajar siswa adalah faktor eksternal. Karena itu
pembahasan selanjutnya akan diarahkan pada faktor- faktor tersebut :
a. Faktor intenal.
Faktor internal menurut Ngalim Purwanto meliputi kematangan, kecerdasan,
motivasi dan faktor kepribadian,30 sedangkan Syamsu Yusuf melihat dari segi
individu yang belajar, maka ada bederapa syarat yang harus dipenuhi yang
meliputi aspekaspek fisik dan psikis.31
28
Tabrani Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti, (Bandung: Arcaya media Utama, 2000), Cet, ke2, h.63
29
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: CV. Rajawali Pers, 1990), Cet, ke-2, h. 65
30
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1984), cet ke-1, h.
64
31
Syamsu Yusuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993) Cet. Ke-2 h. 31
29
30
Yang termasuk faktor fisik ini, diantaranya adalah nutrisi (Gizi makanan).
Sedanngkan yang termasuk aspek psikis Syamsu Yusuf mengatakan terdiri
dari intelegensia (kecerdasan), bakat, kemampuan khusus, sikap, minat, motif,
dan suasana emosinya.32 Oleh karena itu sangatlah jelas bahwa kelengkapan
dan kesiapan fumgsifungsi fisik dan psikis merupakan persyaratan bagi
tercapainya keberhasilan belajar. Apabila dalam fungsi- fungsi mengalami
gangguan dan kekurangan, maka kemungkinan besar individu akan mengalami
kesulitan besar dalam belajar. Sedangkan WH. Burton yang dikutip oleh
Syamsu Yusuf mengemukakan bahwa faktor internal yang mengakibatkan
kesulitan gangguan belajar individu adalah sebagai berikut :33
1. Ketidak seimbangan mental atau fungsi
a. Kekurangan kemampuan mental yang bersifat potensial
b. Kekurangan kemampuan mental seperti kurangnya perhatian, adanya
kelainan, lemah dalam usaha menunjukkan kegiatan yang berlawanan dan
kurangnya kebiasaan dalam belajar, hal-hal yang pundamental
c. Kesiapan diri yang kurang matang
2. gangguan fisik
a. kekurangan fungsi- funsi organ perasaan, alat-alat bicara dan sebagainya.
b. gangguan kesehatan
3. Gangguan emosi
a. merasa tidak aman
b. kurang bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi maupun
kebutuhan
b. Faktor Eksternal
Menurut Muhibin Syah terdiri atas dua macam, yaitu faktor lingkungan
sosial dan faktor lingkungan non sosial.34 Begitu juga Syamsu Yusuf
mengatakan faktor eksternal meliputi aspek aspek sosial dan aspek non sosial.
32
Syamsu Yusuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993) Cet. Ke-2 h. 38
Syamsu Yusuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993) Cet. Ke-2 h. 41
34
Muhibin Syah, Psikologi Belajar ( Jakarta : Logos, 1995 ), Cet, ke-2,h. 30
33
30
31
Adapun yang termasuk dalam lingkungan sosial antara lain : guru, masyarakat,
dan teman teman sepermainan siswa tersebut.35
Sedangkan yang termasuk lingkungan non sosial seperti yang
diungkapkan oleh Syamsu Yusuf, adalah keadaan udara (panas, dingin), waktu
(pagi, siang, malam), suasana lingkungan (sepi, bising, ramai), keadaan tempat
(kualitas gedung, luasnya ruang belajar, kebersihan dan kelengkapan),
kelengkapan alatalat atau fasilitas belajar (alat peraga, bukubuku sumber, dan
media komunikasi belajar lainnya).36
Pendapat lain oleh Muhibin Syah, bahwa faktorfaktor yang
termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, tempat
tinggal keluarga siswa dan letaknya alatalat belajar, keadaan cuaca, dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan siswa.37
35
645
40
John M. Echol, et al, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gradian, 1996), Cet, ke-13, h.
80
31
32
juga terdiri dari dua kata peri dan laku, peri yang artinya sekeliling, dekat,
melingkupi. Dan laku artinya tingkah laku, perbuatan, tindak tanduk.41
Melihat beberapa uraian di atas nampak jelas bahwa perilaku itu adalah
kegiatan atau aktifitas yang melingkupi seluruh aspek jasmaniah dan rohaniah
yang bisa dilihat. Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku,
yakni tingkah laku intelektual dan tingkah laku mekanistis.42 tingkah laku
intelektual adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang
berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual, ciri-ciri utamanya adalah
berusaha mencapai tujuan tertentu. Sedangkan tingkah laku mekanistis atau reflek
adalah respon-respon yang timbul pada manusia secra meknistis dan tetap seperti
kedipan mata sebab terkena cahaya dan gerakan-gerakan yang kita lihat pada
anak-anak, seperti menggerakan kedua tangan, dan kaki secara terus menerus
tanpa aturan. Kesimpulannya pembentukan perilaku menurut saya memelihara
tingkah laku kita yang sudah tertanam sejak kecil hingga dewasa dengan
mencontohkan yang baik-baik sesuai dengan norma-norma yang belaku di
masyarakat.
32
33
Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988),
Cet. Ke-1, h. 192
33
34
1. Dalam interaksi sosial di mana terdapat hubungan timbal balik yang langsung
antara manusia
2. Karena komunikasi, di mana terdapat pengaruh-pengaruh langsung dari satu
pihak saja
Manusia bukanlah mahluk yang statis, akan tetapi manusia mahluk yang
dinamis selalu mengalami perubahan-perubahan yang mana perubahan ini
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan faktor bawaan. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang menurut P. Sondang
Siagian45adalah :
1. Faktor Genetik
Faktor genetik atau disebut juga faktor keturunan/unsur bawaan ialah
proses yang dibawa setiap individu ketika ia lahir yang merupakan warisan
dari orang tuanya, berupa ciri-ciri/sifat secara fisik dan mental psikologik serta
kemampuan berupa bakat, tingkat keerdasan, sosial, intelegensi, fantasi dan
pengamatan, sifat pemarah atau penyabar dan sebagainya. Yang kesemuanya
merupakan potensi dasar atau faktor bawaan yang akan mempengaruhi proses
perkembangan anak.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di sini adalah situasi atau kondisi seseorang di dalam
rumah dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah dan
masyarakat yang dilihat dan dihadapi sehari-hari di mana semuanya ini
sebagai tempat bernaung. Sebagai tempat memecahkan segala persoalan
sekaligus sebagai tempat untuk menemukan panutan yang akan dijadikan
teladan dalam berperilaku.
Adapun faktor lingkungan dibagi pada tiga bagian:
a. Lingkungan keluarga
44
W. A Gerungan, DIPL, Psikologi sosial Suatu Ringkasan, (Bandung: PT. Eresco, 1981), cet
ke-7, h. 158
45
P. Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, (Jakarta: Gunung
Agung, 1985), cet ke-3, h. 54
34
35
35
36
diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78 yang
berbunyi:
Dan Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Pendidikan ini dapat diperoleh diantaranya melalui pendidikan formal
dalam hal ini adalah lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya sebagai tempat
untuk menambah ilmu guna dipergunakan sebagai modal hidup dikemudian hari
akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap mental dan perilaku sosial yang
baik.
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses perkembangan
prilaku anak. Makin bertambah umur makin memperoleh kesempatan luas untuk
mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman bermain yang sebaya
(bergaul), sekalipun konflik akan terjadi bila norma-norma pribadi sangat
berlainan dengan norma-norma yang ada di lingkungan teman-teman.
Oleh karenanya fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses
perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang mempengaruhi
perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab pengaruh lingkungan
dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik dan sangat
menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat negatif yaitu pengaruh
lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat/merusak perkembangan anak.
Oleh karena itu tugas orang tua/guru untuk menciptakan atau menyediakan
lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkembangan anak.
36
37
D. Hipotesa
Dari
uraian
teori
yang
telah
di
kemukakan,
maka
timbul
37
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah pengetahuan berbagai metode yang digunakan
dalam penelitian.1 Metode penelitian pada dasarnya merupan suatu metode ilmiah
yang diartikan suatu cara yang dirancang serta diarahkan guna memecahkan suatu
masalah yang dihadapi, yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis dengan
menempuh suatu langkahlangkah tertentu.2
Pemecahan yang dimaksudkan bisa merupakan jawaban terhadap suatu
masalah, atau bisa juga berupa kerangka pemikiran untuk menentukan hubungan
antara dua variabel yang menjadi fokus dalam penelitian.
Nazar Bakri, Praktis dan Metodologi penelitian, ( Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1994 ),
Cet. I, h. 3
2
Nazar Bakri, Praktis dan Metodologi penelitian, ( Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1994 ),
Cet. I, h. 5
38
39
2. Sampel
Sedangkan sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti.3 Dalam penelitian ini digunakan teknik random stratifiet sampling yaitu
pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan
untuk dipilih menjadi sampel dan populasi terdiri dari kelompok yang
bertingkattingkat, sampel yang diambil sebanyak 11%4 dari jumlah populasi
yaitu 30 siswa, yang terdiri dari kelas VII, VIII, IX.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu :
1. Variabel bebas (Independen)
Yakni masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil, diberi dalam hal
ini adalah Disiplin Belajar Siswa yang simbol dengan huruf X.
2. Variabel terikat (Defenden)
Yakni hasil pengaruh variabel independen (bebas) dalam hal ini adalah
pembentukan perilaku di MTs. Nurul Falah Serpong yang diberi simbol
huruf Y.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta,
1993 ), Cet. Ke-9, h. 102
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta : Rineka
Cipta, 1993 ), Cet. Ke-9, h. 107
5
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Balai Aksara, 2000 ) Cet, Ke-3, h.
54
39
40
yang menyeluruh mengenai kondisi objek yang sedang diteliti dalam penellitian
ini penulis mengadakan observasi di MTs. Nurul Falah Serpong Tangerang.
2. Angket
Angket adalah Daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden baik
secara langsung maupun tidak langsung.6 Angket disebarkan kepada kelas VII,
VIII dan XI yang sudah dibagi secara acak dengan jumlah 30 orang siswa MTs.
Nurul Falah guna mengetahui bagaimana pengaruh disiplin belajar siswa dengan
pembentukan perilaku itu sendiri.
3. Wawancara
Wawancara adalah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung.7 Wawancara ini digunakan untuk melengkapi data angket dan
observasi. Penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah/Wakil kepala
sekolah MTs. Nurul Falah Serpong guna mengetahui pelaksanaan fungsinya
sebagai supervisor terhadap pemberian layanan kepada siswa yang berkaitan
dengan disiplin belajar.
60
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Balai Aksara, 2000 ) Cet, Ke-3, h.
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Balai Aksara, 2000 ) Cet, Ke-3, h.
60
40
41
c. Untuk jawaban C = 2
d. Untuk jawaban D = 1
Setelah data yang diperlukan terkumpul melalui penyebaran kuisioner itu
diolah melalui tahap klasifikasi dan tahap tabulasi hasilnya akan berbentuk
tabel-tabel setiap item dengan melihat frekuensi dan prosentasi pada tabel itu
kemudian menganalisa, dengan menggunakan teknik korelasi product moment,
yaitu mencari nilai r yang kemudian dengan r tabel pada taraf 5% dan 1%
sebagai dasar untuk menentukan ada tidaknya pengaruh yang signifikan Disiplin
Belajar Siswa terhadap Pembentukan Perilaku, sudah barang tentu dengan
memperhatikan rujukanrujukan data yang terkumpul maupun dari rujukan lain.
41
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Nurul Falah serpong
1. Sejarah MTs.Nurul Falah Serpong
MTs Nurul Falah Serpong sebagai organisasi yang bergerak dalam
bidang dakwah, sosial, dan pendidikan, dari sejak berdirinya. Dan usahanya pada
peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa agar nantinya dengan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dapat menjadikan manusiamanusia
yang mandiri di tengahtengah masyarakat. Adapun MTs. Nurul Falah termasuk
kedalam suatu Yayasan Pendidikan yang bernama Ainurrahmah, yang di
dalamnya didirikan sekolah-sekolah mulai dari TK sampai tingkat Madrasah
Aliyah serta Pondok Pesantren.
Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah Serpong Tangerang, adalah salah
satu lembaga pendidikan formal. Pada awal berdirinya pada tahun 1992 dengan
latar belakang pada waktu itu melihat kondisi sekitar masyarakat setempat di
mana MTs yang ada di tahun 1991/1992 jaraknya terletak jauh antara serpong dan
pamulang dan dengan berbagai alasan sebagai berikut :
1. Kondisi masyarakat ciater mayoritas petani, penggarap sekaligus penjual dari
hasil pertaniannya yang mereka kelola dengan tidak profesional sehingga
penghasilan
perkapita
penduduk
ciater
tidak
memungkinkan
dapat
42
43
5. Dan juga untuk membentengi masyarakat setempat dari pada kristenisasi yang
pada saat itu yang sedang gencar-gencarnya.
Sekolah ini didirikan atas dasar keinginan masyarakat Ciater beserta
ketua yayasan untuk membangun sebuah MTs yang sebelumnya sudah ada SD/MI
yang cikal berdirinya MTs Nurul Falah ini. Para pendiri MTs Nurul Falah ini
adalah sebagai berikut :
1. Al-Habib Muhammad bin Abdurrahman Alatas (Pembina)
2. Alm. Muhammad Khotib (Kepala Sekolah)
3. Drs. Ayadih Sugira (Wakil Kepala Sekolah)
4. Ustajah. Ibu Jamilah (Tata Usaha)
Pimpinan/Kepala sekolah pada saat ini adalah bapak Amud, S.Pd.I dan
wakilnya A. Rohidin, S.Ag. dengan jumlah 293 siswa.
Pada operasionalnya, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MTs. Nurul
Falah Serpong pembiayaannya diperoleh dari swadaya masyarakat, baik yang
diperoleh dari BP3 ataupun semesteran serta infak dan shodaqoh lainnya. Dana
yang terkumpul dipergunakan untuk kelancaran proses belajar mengajar.
mengadakan sarana dan prasarana, serta memberikan honor kepada guru dan
sukarelawan.1
Sesuai dengan perkembangan zaman, dan pesatnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta semakin menipisnya akhlak manusia, keberadaan Madrasah
Tsanawiyah Nurul Falah sangat diharapkan sekali oleh masyarakat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan semangat masyarakat yang tinggi, untuk menyekolahkan
anaknya di Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah, serta terjalinnya kerjasama yang
harmonis antara masyarakat dan lembaga tersebut.
Di samping itu, pada umumnya dewan guru merasa senang mengabdikan
dirinya di lembaga tersebut. Hal ini di sebabkan pengakuan pimpinan terhadap
dewan guru dilakukan secara kekeluargaan, juga kepala madrasah selalu
memberikan semangat kepada dewan guru untuk meningkatkan pendidikannya ke
jenjang yang lebik tinggi disamping sebagai kelayakan juga akan menambah ilmu
pengetahuan.
1
43
44
2
3
44
45
1. Melatih dan mendidik tunas bangsa untuk percaya diri dalam menghadapi
masa depan yang lebih baik
2. Membantu kaum dhuafa dan yatim untuk memperoleh pendidikan.
3. Mengembangkan bakat dan minat anak sesuai dengan skil yang dimilikinya.
4. Struktur Organisasi
45
46
Kepala Madrasah
Ketua komite
AMUD, Spd.I
MUHAMMAD
TATA USAHA
NADIEH
A. ROHIDIN, SAg
AWANG M, Spd. I
Bidang BP
WALI KELAS
HAMDANI, Spd. I
Bidang Ekskul
IA
: Imam Sutaja
IB
: Maryati, S.Ag
IMAM SUTAJA
ALI NURDIN
Pengurus OSIS
SISWA
46
47
TABEL 1
KEADAAN GURU
MADRASAH TSANAWIYAH NURUL FALAH SERPONG
NO
NAMA
JABATAN
BID. STUDY
Amud, S.Pd.I
Kep. Sek
IPS
A. Rokhidin S.Ag
IPA / Fisika
kurikulum
3
Awang M, S.Pd.I
Kesiswaan
Bhs. Inggris
Nadieh
Tata Usaha
Mulok
Hamdani, S.Pd.I
BP
SKI+Akidah
Imam Sutajaya
Bidang Ekskul
PPKn+Penjaskes
Ali Nurdin
Pembina OSIS
Mulok II
Drs. Ayadih S.
Guru
Fiqih
Maryati, S.Ag
Guru
B. Ind+KTK
10
A. Khotib, S.Ag
Guru
B. Arab
11
Dra. Kokom K.
Guru
B. Indonesia
12
Masrurotun, S.Pd.
Guru
matematika
13
A. Kosasih, S.Pd.I
Guru
IPS
14
A. Sutedih
Guru
Qurdis
15
R. Supardi
Guru
Eks. Pramuka
16
Udin T, S.Pd.I
Guru
IPS
17
M. Alwi, S.Pd.I
Guru
Fiqih
47
48
Adapun keadaan murid Mts. Nurul Falah Ciater Serpong tahun pelajaran
2007/2008 adalah sebagai berikut :
TABEL 2
KEADAAN MURID
MURID MADRASAH TSANAWIYAH NURUL FALAH SERPONG
No
Kelas
laki-laki
Perempuan
Keterangan
VII Mts
49
57
VIII Mts
30
57
IX Mts
46
54
(Kelas IX = 2 Kelas )
Jumlah
125
168
293
No
Jenis Sarana
Jumlah
Ruang Kelas
7 Ruang
1 Ruang
Masjid
1 Ruang
2 Ruang
Meja Siswa
140 Meja
Kursi Siswa
250 Kursi
Papan Tulis
7 papan tulis
Meja Guru
7 Meja
48
49
Kursi Guru
7 Kursi
10
Komputer
15 Unit
11
Papan Statistik
2 Papan statistik
12
1 lapangan
13
Lapangan Upacara
1 Lapangan
14
Bola sepak
5 Bola sepak
15
Kursi Tamu
1 Set
B. Hasil Wawancara
1. Upaya Peningkatan Disiplin siswa
Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang mempunyai
tugas mengawasi proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa,
agar pembelajaran dapat bejalan dengan lancar dan menghasilkan siswa yang
bekualitas.
Adapun upaya-upaya kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin siswa
yaitu:
a. Siswa harus datang tepat waktunya, mencatat kedatangan siswa yang terlambat
dan yang tidak masuk sekolah oleh wali kelasnya.
b. Mewajibkan membuat surat keterangan jika berhalangan masuk ke sekolah
c. Semua dewan guru tanpa terkecuali tetap harus mematuhi peraturan yang
sudah disepakati dan mentaatinya.
49
50
Disamping itu usaha yang dilakukan kepala sekolah MTs Nurul Falah
mengadakan pengawasan serta datang tepat waktunya untuk menjadi contoh bagi
para guru disekolah tersebut, karena disiplin tidak hanya ditekankan untuk para
siswanya saja akan tetapi semua guru juga harus mempunyai kedisiplinan karena
akan di jadikan contoh oleh para siswanya.
50
51
C. Deskripsi Data
Pada pembahasan sebelumnya penulis telah kemukakan bahwa salah
satu teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui angket, maka
penulis melakukan penelitian dengan cara menyebarkan angket yang dibagikan
secara acak kepada para siswa dengan jumlah sampel 30 responden, dan angket
tersebut terdiri dari 20 item
penelitian dan indikator dari variabel yang diteliti, yaitu mengenai Pengaruh
Disiplin Belajar Siswa terhadap Pembentukan Perilaku. Teknik pengukuran dari
angket ini menggunakan skala likert dengan bobot nilai sesuai dengan jenis
pertanyaanya.
Untuk pertanyaan masing-masing jawaban diberi bobot nilai sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
Untuk jawaban A = 4
Untuk jawaban B = 3
Untuk jawaban C = 2
Untuk jawaban D = 1
51
52
F
x100%
N
P = Persentase
F = Frekuensi Jawaban Responden
N = Jumlah Sampel
Dari hasil angket yang dibagikan kepada responden, maka di peroleh
hasil sebagaimana yang penulis jabarkan dalam bentuk tabel-tabel frekuensi dan
persentase. Untuk lebih jelasnya jawaban-jawaban dari responden dapat di lihat
dari tabel-tabel berikut ini :
Frekuensi Persentase
Selalu
17
56,7 %
Sering
13,3 %
Kadang kadang
30%
Tidak pernah
0%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (56,7 %) siswa
selalu hadir dikelas dan belajar hal tersebut mengindikasikan baik sekali, cukup
rendah (13,3 %) sering, dan cukup rendah (30 %) yang menjawab kadang-kadang,
dan tidak pernah (0 %). Dengan demikian siswa hadir dikelas pada setiap mata
52
53
pelajaran cukup tinggi dan efektif, karena berdasarkan persentase di atas dan
rentang skala penilaian
Frekuensi
Persentase
Selalu
30 %
Sering
10 %
Kadang kadang
16
53,3%
Tidak pernah
6,7%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (30 %) siswa
selalu melaksanakan aktifitas sebelum guru datang, sangat rendah (10 %) siswa
menjawab sering, dan cukup tinggi (53 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan
tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu melaksanakan
aktifitas sebelum guru datang cukup rendah dan tidak efektif, karena itu siswa
harus lebih disiplin tepat waktu untuk bisa prestasinya lebih baik.
Tabel 3: Siswa hadir di Kelas Walaupun Guru tidak hadir karena sesuatu
hal
Alternatif jawaban
Frekuensi Persentase
Selalu
16,7 %
Sering
10 %
Kadang kadang
19
63,3 %
Tidak pernah
10%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (16,7 %) siswa
selalu berada di kelas dan belajar walaupun guru tidak hadir, sangat rendah (10 %)
siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (63,3 %) siswa menjawab kadangkadang, dan tidak pernah (10 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa berada di
53
54
kelas dan belajar walaupun guru tidak hadir tidak efektif, tetapi masih ada
sebagian siswa yang menjawab kadang-kadang cukup tinggi ini mengindikasikan
cukup baik dalam berdisiplin waktu yang tidak di sia-siakan.
Frekuensi Persentase
Selalu
26,7 %
Sering
13,3 %
Kadang kadang
13
43,3 %
Tidak pernah
16,7%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (26,7 %) siswa
selalu menjaga kebersihan kelas, cukup rendah pula (13,3 %) siswa menjwab
sering, dan cukup tinggi menjawab (43,3 %) kadang-kadang, dan tidak pernah
(16,7%). Dengan demikian siswa menjaga kebersihan kelas kurang efektif, karena
dari persentase tersebut siswa lebih banyak menjawab kadang-kadang hal ini
harus lebih diperhatikan lagi.
Frekuensi Persentase
Selalu
11
36,7 %
Sering
10 %
Kadang kadang
15
50 %
Tidak pernah
3,3%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (36,7 %) siswa
selalu membaca dengan cermat ketika akan ujian, sangat rendah (10 %) sering,
dan cukup tinggi (50 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah
(3,3%). Dengan demikian siswa membaca dengan cermat ketika akan ujian cukup
54
55
rendah, tetapi masish ada sebagian siswa menjawab kadang-kadang cukup tinggi
dan ini menandakan masih ada siswa yang membaca dengan cermat ketika ujian.
Frekuensi Persentase
Selalu
10 %
Sering
6,7 %
Kadang kadang
18
60 %
Tidak pernah
23,3 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (10 %) siswa
selalu mengulang kembali pelajaran sekolah di rumah, sangat rendah (6,7 %)
sering, dan cukup tinggi (60 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan yang tidak
pernah (23,3%). Dengan demikian siswa mengulang kembali pelajaran sekolah di
rumah sangat rendah, dilihat dari persentasenya lebih besar dari kadang-kadang
ini harus jadi perhatian bagi orang tua.
Frekuensi Persentase
Selalu
18
60 %
Sering
16,7 %
Kadang kadang
23,3 %
Tidak pernah
0. %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (60 %) siswa
selalu mempersiapkan alat tulis sebelum berangkat ke sekolah, cukup rendah
(16,7 %) sering, dan cukup rendah (23,3 %) kadang-kadang, dan tidak pernah (0
%). Dengan demikian siswa selalu mempersiapkan alat tulis sebelum berangkat ke
55
56
sekolah cukup efektif dan baik sekali, karena ini merupakan langkah awal dalam
berdisiplin bagi siswa.
Frekuensi Persentase
Selalu
13,3 %
Sering
10 %
Kadang kadang
18
60 %
Tidak pernah
16,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (23,3 %) siswa
selalu mencatat hasil kesimpulan guru yang sedang menerangkan, cukup rendah (
10 %) sering, dan cukup tinggi (60 %) kadang-kadang, dan yang menjawab tidak
pernah (16,7 %). Dengan demikian siswa yang selalu mencatat hasil kesimpulan
dari guru yang sedang menerangkan tidak efektif, karena berdasarkan persentase
di atas hanya sebagian kecil saja yang memperhatikan hal ini harus jadi perhatian
guru yang bersangkutan.
Frekuensi
Persentase
Selalu
12
40 %
Sering
16,7 %
Kadang kadang
13
43,3%
Tidak pernah
0%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup besar (40 %) siswa selalu
hadir sebelum pelajaran di mulai, cukup rendah (16,7 %) siswa menjawab sering,
dan cukup tinggi (43,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah
(0%). Dengan demikian siswa selalu tepat waktu sebelum pelajaran di mulai
56
57
cukup tinggi dan mengindikasikan baik sekali, dan ditambah dengan siswa yang
menjawab kadang-kadang.
Frekuensi
Persentase
Selalu
16,7 %
Sering
13,3 %
Kadang kadang
12
40 %
Tidak pernah
30 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (16,7 %) siswa
selalu meminta izin ketika terlambat masuk kelas, cukup rendah (13,3 %) siswa
menjawab sering, dan cukup tinggi (40 %) kadang-kadang, dan tidak pernah
(30%). Dengan demikian siswa meminta izin ketika terlambat masuk kelas tidak
efektif, karena yang tidak pernah meminta izin cukup banyak dan ini harus
menjadi catatan bagi pihak sekolah.
Frekuensi
Persentase
Selalu
30 %
Sering
10 %
Kadang kadang
10
33,3 %
Tidak pernah
26,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (30 %) siswa
selalu memakai atribut sekolah lengkap, sangat rendah (10 %) siswa menjawab
sering, dan cukup rendah (33,3 %) kadang-kadang, dan tidak pernah (26,7 %).
Dengan demikian siswa memakai atribut sekolah lengkap cukup rendah, dan ini
57
58
Frekuensi
Persentase
Selalu
23,3 %
Sering
16,7 %
Kadang kadang
16
53,3 %
Tidak pernah
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (23,3 %) siswa
selalu datang ke sekolah tepat pada waktunya, cukup rendah (16,7 %) siswa
menjawab sering, dan cukup tinggi (53,3 %) kadang-kadang, dan tidak pernah
(6,7 %). Dengan demikian siswa selalu datang ke sekolah tepat pada waktunya
cukup rendah, karena itu pihak sekolah harus tegas memberikan sangsi bagi yang
kurang tepat waktu.
Tabel 13: Siswa membuat surat izin ketika tidak masuk sekolah
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
23,3 %
Sering
16,7 %
Kadang kadang
16
53,3 %
Tidak pernah
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (23,3 %) siswa
selalu membuat surat izin ketika tidak masuk sekolah, cukup rendah (16,7 %)
siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (53,3 %) siswa menjawab kadangkadang, dan tidak pernah (6,7 %). Dengan demikian siswa meminta izin ketika
58
59
memperhatikan lagi
Frekuensi
Persentase
Selalu
30 %
Sering
10 %
Kadang kadang
16
53,3 %
Tidak pernah
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (30 %) siswa
selalu memperhatikan pelajaran ketika guru sedang menerangkan, cukup rendah
(10 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (53,3 %) siswa menjawab
kadang-kadang, dan tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa
selalu memperhatikan pelajaran ketika guru sedang menerangkancukup rendah,
tetapi masih ada siswa yang menjawab kadang-kadang ini juga menunjukan
cukup baik untuk itu siswa harus lebih memperhatikan lagi guru yang sedang
menerangkan.
Frekuensi
Persentase
Selalu
14
46,7 %
Sering
3,3 %
Kadang kadang
13
43,3 %
Tidak pernah
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (46,7 %) siswa
selalu mengerjakan tugas yang guru berikan, sangat rendah (3,3 %) siswa
menjawab sering, dan cukup tinggi (43,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan
59
60
tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu mengerjakan
tugas yang guru berikan cukup tinggi dan hal ini harus terus di pertahankan.
Frekuensi
Persentase
Selalu
13,3 %
Sering
20 %
Kadang kadang
15
50 %
Tidak pernah
16,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (13,3 %) siswa selalu
bertanya ketika tidak mengerti, cukup rendah (20 %) siswa menjawab sering, dan
cukup rendah (16,7 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (16,7
%) cukup rendah. Dengan demikian siswa selalu bertanya ketika tidak mengerti
cukup rendah dan oleh sebab itu guru harus tahu bagaimana caranya agar siswa itu
aktif bertanya.
Frekuensi
Persentase
Selalu
22
73,3 %
Sering
6,7 %
Kadang kadang
16,7 %
Tidak pernah
3,3 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat tinggi (73,3 %) siswa
selalu membawa buku pelajaran sesuai jadwal, cukup rendah (6,7 %) siswa
menjawab sering, dan cukup rendah (16,7 %) siswa menjawab kadang-kadang,
dan tidak pernah (3,3 %). Dengan demikian siswa selalu membawa buku pelajaran
60
61
sesuai jadwal ini membuktikan siswa sudah mulai berdisiplin sesuai tanggung
jawabnya.
Frekuensi
Persentase
Selalu
20 %
Sering
10 %
Kadang kadang
18
60 %
Tidak pernah
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (20 %) siswa
selalu mengikuti ektrakurikuler, cukup rendah (10 %) siswa menjawab sering, dan
cukup tinggi (60 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (10 %)
cukup rendah. Dengan demikian siswa selalu mengikuti ektrakurikuler cukup
rendah dan ini merupakan kurang minatnya dari siswa.
Frekuensi
Persentase
Selalu
20 %
Sering
6,7 %
Kadang kadang
16
53,3 %
Tidak pernah
20 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (20 %) siswa
selalu mengikuti organisasi di sekolah, sangat rendah (6,7 %) siswa menjawab
sering, dan cukup tinggi (53,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak
pernah (20%). Dengan demikian siswa selalu mengikuti organisasi di sekolah
kurang efektif
karena organisasi itu sangat penting bagi siswa untuk menambah wawasannya.
61
62
Frekuensi
Persentase
Selalu
20 %
Sering
16,7 %
Kadang kadang
16
53,3 %
Tidak pernah
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (20 %) siswa
selalu menjaga ketertiban saat belajar di kelas, cukup rendah (16,7 %) siswa
menjawab sering, dan cukup tinggi (53,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan
tidak pernah (10 %) cukup rendah. Dengan demikian siswa selalu menjaga
ketertiban saat belajar di kelas cukup rendah tapi masih ada sebagian siswa yang
menjaga ketertiban saat belajar ini berdasarkan jawaban persentase.
62
63
Frekuensi
Persentase
Selalu
12
40 %
Sering
16,7 %
Kadang kadang
20 %
Tidak pernah
23,3 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (40 %) siswa
selalu, mengatur waktu belajar agar efektif, cukup rendah (16,7%) siswa
menjawab sering, dan cukup rendah (20 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan
yang tidak pernah (23,3 %). Dengan demikian siswa mengatur waktu belajar agar
efektif cukup baik, karena mereka mempunyai tanggung jawab sebagai seorang
pelajar.
Frekuensi
Persentase
Selalu
30 %
Sering
16,7 %
Kadang kadang
16
53,3 %
Tidak pernah
0%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (30 %) siswa
selalu berhati-hati dalam bersikap agar pelajaran mudah dipahami, cukup rendah
(16,7%) sering, dan cukup tinggi (53,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan
tidak pernah (0 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa berhati-hati dalam
bersikap agar pelajaran mudah dipahami cukup rendah, karena siswa mengangap
hal itu biasa saja.
63
64
Frekuensi
Persentase
Selalu
16,7 %
Sering
10 %
Kadang kadang
20
66,6 %
Tidak pernah
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (16,7 %) siswa
meninggalkan hal-hal yang menarik pada kesia-siaan, sangat rendah pula (10 %)
sering, dan cukup tinggi (66,6 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %).
Dengan demikian siswa meninggalkan hal-hal yang menarik pada kesia-siaan
amat rendah hal ini patut diperhatikan lagi karena mereka mempunyai suatu
kewajiban yaitu seorang pelajar.
Frekuensi
Persentase
Selalu
6,7 %
Sering
20 %
Kadang kadang
20
66,6 %
Tidak pernah
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (6,7 %) siswa
mengurangi tidur untuk belajar, cukup rendah ( 20% ) sering, dan sebagian besar
(66,6 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %). Sangat rendah. Dengan
demikian siswa mengurangi tidur untuk belajar sangat rendah sekali mungkin
faktor istirahat.
64
65
Frekuensi
Persentase
Selalu
17
56,7 %
Sering
13,3 %
Kadang kadang
30 %
Tidak pernah
0%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (56,7 %) siswa
menghormati keluarga, guru dan teman, dan cukup rendah (13,3 %) sering, dan
cukup rendah (30 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (0 %). Dengan
demikian siswa menghormati keluarga, guru dan teman cukup tinggi ini terlihat
dari persentase di atas yang cukup baik.
Frekuensi
Persentase
Selalu
17
56,7 %
Sering
10 %
Kadang kadang
23,3 %
Tidak pernah
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (56,7 %) siswa
selalu bersikap sopan ketika guru menerangkan, sangat rendah (10 %) sering, dan
cukup rendah (23,3 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (10 %). Dengan
demikian siswa bersikap sopan ketika guru menerangkan cukup tinggi karena
mereka memang siswa-siswa yang baik.
65
66
Frekuensi
Persentase
Selalu
10
33,3 %
Sering
10 %
Kadang kadang
15
50 %
Tidak pernah
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (33,3 %) siswa
selalu menghormati gurunya, sangat rendah (10 %) sering, dan cukup tinggi (50 %
) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %)sangat rendah. Dengan demikian
siswa selalu menghormati gurunya cukup rendah tapi jika di lihat dari kadangkadang cukup tinggi, ini berarti siswa masih dikatagorikan cukup baik.
Tabel 8: Siswa mengikuti nasiht guru
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
20 %
Sering
16,7 %
Kadang kadang
15
50 %
Tidak pernah
13,3 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (20 %) siswa
selalu mengikuti nasihat guru, sangat rendah pula (16,7 %) sering, dan cukup
tinggi (50%) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (13,3 %) sangat rendah.
Dengan demikian siswa selalu mengikuti nasihat guru sangat rendah sekali tapi
masih ada siswa yang masih mengikuti nasihat gurunya ini telihat dari persentase
kadang-kadang.
66
67
Frekuensi
Persentase
Selalu
30 %
Sering
0%
Kadang kadang
16
53,3 %
Tidak pernah
16,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (30 %) siswa
selalu bergegas lebih awal untuk mendapatkan ilmu, amat rendah (0 %) sering,
dan cukup tinggi (53,3 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah cukup rendah
(16,7%). Dengan demikian siswa selalu bergegas lebih awal untuk mendapatkan
ilmu cukup rendah.
Frekuensi
Persentase
Selalu
23,3 %
Sering
20 %
Kadang kadang
14
46,7 %
Tidak pernah
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (23,3 %) siswa
selalu berahklak karimah terhadap teman, dan cukup rendah pula (20 %) sering,
dan cukup tinggi (46,7 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (10 %). Dengan
demikian siswa yang berahklak karimah cukup rendah dan siswa harus lebih baik
lagi dalam berahklak.
67
68
Frekuensi
Persentase
Selalu
20 %
Sering
6,7 %
Kadang kadang
16
53,3 %
Tidak pernah
20 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (20 %) siswa
selalu bersalaman ketika bertemu teman dijalan, dan sangat rendah pula (6,7 %)
sering, dan cukup tinggi (53,3 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (20 %).
Dengan demikian siswa selalu bersalaman ketika bertemu teman dijalan sangat
rendah dan itu merupakan sikap perilaku yang kurang baik.
Tabel 12: Siswa berkata jujur
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
10 %
Sering
3,3 %
Kadang kadang
24
80 %
Tidak pernah
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (10 %) siswa
selalu berkata jujur, dan amat rendah (3,3 %) sering, dan sangat tinggi (80 %)
kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian
siswa berkata jujur sangat rendah tapi ada sebagian yang kadang-kadang sangat
tinggi hal tersebut mengindikasikan bahwa masih ada siswa yang jujur.
68
69
Frekuensi
Persentase
Selalu
20 %
Sering
3,3 %
Kadang kadang
20
66,7 %
Tidak pernah
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (20 %) siswa
selalu mencontoh yang baik pada temannya, sangat rendah (3,3 %) sering, dan
cukup tinggi (66,7 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (10 %) sangat
rendah. Dengan demikian siswa selalu mencontoh yang baik pada temannya
kurang baik tapi ada sebagian yang kadang-kadang mencontoh ini cukup tinggi ini
berarti menunjukan masih ada siswa untuk dijadikan contoh yang baik
Frekuensi
Persentase
Selalu
20 %
Sering
20 %
Kadang kadang
15
50 %
Tidak pernah
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (20 %) siswa
selalu menghargai pendapat temannya, sangat rendah pula (20 %) sering, dan
cukup tinggi (50 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (10 %) sangat rendah.
Dengan demikian siswa selalu menghargai pendapat temannya kurang baik tapi
yang menjawab kadang-kadang cukup tinggi ini berarti masih ada siswa yang
saling menghargai temannya.
69
70
Frekuensi
Persentase
Selalu
14
46,7 %
Sering
23,3 %
Kadang kadang
30 %
Tidak pernah
0%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (46,7%) siswa
selalu mengikuti majlis talim dirumah, cukup rendah (23,3 %) sering, dan cukup
rendah (30 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (0 %). Dengan demikian
siswa selalu
Frekuensi
Persentase
Selalu
13
43,3 %
Sering
10 %
Kadang kadang
12
40 %
Tidak pernah
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (43,3 %) siswa
selalu membaca buku keagamaan, cukup rendah (10 %) sering, dan cukup tinggi
(40 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan
demikian siswa selalu membaca buku keagamaan cukup tinggi karena sangat
membantu dalam perubahan perilaku mereka dan sangat berpengaruh.
70
71
Frekuensi
Persentase
Selalu
13,3 %
Sering
26,7 %
Kadang kadang
16
53,3 %
Tidak pernah
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (13,3 %) siswa
selalu mengikuti kegiatan sosial disekolah atau dirumah, cukup rendah pula
(26,7%) sering, dan cukup tinggi (53,3 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah
(6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu mengikuti kegiatan sosial
disekolah atau dirumah sangat rendah tapi ada yang menjawab kadang-kadang
cukup tinggi ini berarti siswa masih ada yang mengikuti kegiatan tersebut.
Frekuensi
Persentase
Selalu
10
33,3 %
Sering
20 %
Kadang kadang
30 %
Tidak pernah
16,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (33,3 %) siswa
selalu mengikuti PHBI di sekolah, cukup rendah pula (20 %) sering, dan cukup
rendah (30 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (16,7%). Dengan demikian
siswa selalu mengikuti PHBI di sekolah cukup rendah ini harus ada peringatan
kepada siswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut kecuali ada hal yang lain.
71
72
Frekuensi
Persentase
Selalu
20 %
Sering
10 %
Kadang kadang
21
70 %
Tidak pernah
0%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (20 %) siswa
selalu membantu teman yang kesusahan, sangat rendah (10 %) sering, dan cukup
tinggi (70%) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (0 %). Dengan demikian
siswa selalu membantu teman yang kesusahan cukup rendah tapi masih ada siswa
yang menjawab kadang-kadang cukup tinggi dan ini megindikasikan siswa masih
banyak membantu temannya yang kesusahan.
Frekuensi
Persentase
Selalu
16,7 %
Sering
13,3 %
Kadang kadang
18
60 %
Tidak pernah
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (16,7 %) siswa
selalu menepati janji kepada orang lain, sangat rendah pula (13,3 %) siswa
menjawab sering, dan cukup tinggi (60 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan
yang tidak pernah (10 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu menepati
janji kepada orang lain sangat rendah tapi masih ada siswa yang menjawab
kadang-kadang cukup tinggi dan ini megindikasikan siswa masih banyak yang
menepati janji karena ini merupakan perilaku yang amat baik.
72
73
Tabel 21
Perhitungan Untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi
Antara Variabel X dan Variabel Y
NO
XY
X2
Y2
43
46
1978
1849
2116
48
53
2544
2304
2809
46
39
1794
2116
1521
49
52
2546
2401
2704
73
60
4380
5329
3600
49
56
2744
2401
3136
56
52
2912
3136
2704
46
51
2346
2116
2601
60
65
3900
3600
4225
10
54
55
2970
2916
3025
11
49
59
2891
2401
3841
12
61
43
2623
3721
1849
13
47
52
2444
2209
2704
14
65
64
4160
4225
4096
15
50
66
3300
2500
4356
16
63
52
3276
3969
2704
17
60
58
3480
3600
3364
18
43
45
1935
1849
2025
19
45
49
2205
2025
2401
20
44
41
2009
1936
1681
21
42
42
1764
1764
1764
22
43
49
2107
1849
2401
23
53
49
2597
2809
241
24
49
48
2352
2401
2304
25
52
49
2548
2704
2401
73
74
26
65
60
3900
4225
3600
27
65
65
4225
4225
4225
28
57
50
2850
3249
2500
29
35
49
1715
1225
2401
30
47
46
2162
2209
2116
N= 30
X= 1559
Y=1565
XY=82659
X2=83263
Y2=83215
r xy =
{N X
N XY X . Y
2
}{
( X ) 2 . N Y
( Y ) 2
Keterangan :
rxy:Angka indek korelasi r product moment
: Jumlah responden
r xy =
r xy =
{N X
N XY X . Y
2
}{
( X ) 2 . N Y
( Y ) 2
2479770 2439835
(1565 ) 2
rxy =
rxy =
39935
67409 .47225
74
75
rxy =
rxy =
39935
3183390025
39935
56421
rxy = 0,708
= 0.71
Dari hasil koefisien korelasi diatas dapat dilihat bahwa antara pengaruh
disiplin belajar dan pembentukan perilaku terjadi hubungan atau korelasi yang
tinggi. Drs. Anas Sudijono dalam bukunya pengantar statistik pendidikan,
membagi kriteria korelasi koefisien sebagai berikut :
0,00 0,20
0,20 0,40
: Korelasi rendah
0,40 0,70
: Korelasi cukup
0,70 0. 90
: Korelasi tinggi
0,90 1,00
Dari data diatas dapat dilihat bahwa analisa tentang pengaruh disiplin
belajar terhadap pembentukan perilaku terdapat korelasi positif (tinggi) dengan
nilai 0,71 yang terletak diantra 0,700,90 dengan hasil korelasi tinggi. Maka dapat
dinyatakan bahwa korelasi antara variabel X dan Y adalah korelasi tinggi, dengan
demikian hipotes (Ha) diterima dan (Ho) ditolak.
Ha
Ho
: Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara pengaruh disiplin belajar
dengan pembentukan perilaku di MTs. Nurul Falah Serpong.
Untuk menguji hipotesa tersebut, maka r observasi ( ro ) yang
75
76
Keterangan :
df
: Degrees of Freedom
: Number of cases
diterima dan hipotesis nol ditolak, ini berarti bahwa untuk taraf
76
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
77
78
B. Saran
berjalan dan terkendali lebih baik, dan kepada para pengajar untuk lebih
mencerminkan sikap disiplin dalam hal apapun, karena tingkah laku dan budi
pekerti seorang guru akan memberikan timbal balik yang baik bagi siswa, agar
tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai dengan maksimal.
2. Kepada para orang tua siswa hendaknya memperhatikan perkembangan
anaknya diluar waktu sekolah, baik dalam disiplinya terutama perilakunya
sehari-hari, sehingga orang tua mengetahui bagaimana bersikap dengan baik
dan tidak baik.
3. Untuk para siswa agar lebih mencerminkan sikap yang baik, baik terhadap
disiplin belajarnya maupun perilakunya disekolah agar masa depan dapat
diperoleh dengan lebih baik.
78
79
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Rohani Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Bina
Aksara 2002)
Achin, Amir, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, (Ujung
Pandang: IKIP Ujung Pandang Press, 1990)
Arikunto, Suharsimi, DR. Prosedur penelitian, (Jakarta, Bina Aksara, 1985)
Barata, Surya Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 1960)
Bahri, Najar, Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya
1994) Cet.1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: BAlai Pustaka 1990) hal.208.
Gerungan,W.A, DIPL, Psikologi Sosial Suatu Ringkasan, (Bandung: PT. Eresco,
1981) Cet.7
Harahap, AH dan Poerbakawatja Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta:
Gunung Agung 1981)
Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al husna,
1988) Cet Ke-2
Margono, S. Drs. Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) Cet Ke-4
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1985)
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1984)
Ratmaningsih, Neiny, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Untuk SMU
Kelas 2.
Rusyan, Tabrani, Pendidikan Budi Pekerti, (Bandung: Arcaya Media Utama,
2000)
Rosyad, Aminudin. Prof. DR. Metodologi Riset Penelitian, (Jakarta, Fak. Ilmu
Tarbiah, 2002) Cet,1
79
80
80
81
Taraf Signifikan
Taraf Signifikan
Taraf Signifikan
5%
1%
5%
1%
5%
1%
0, 997
0, 999
27
0, 381
0, 487
55
0, 266
0, 345
0, 950
0, 990
28
0, 374
0, 478
60
0, 254
0, 330
0, 878
0, 959
29
0, 357
0, 470
65
0 244,
0, 317
0, 811
0, 917
30
0, 361
0, 463
70
0, 235
0, 306
0, 757
0, 874
31
0, 355
0, 456
75
0, 227
0, 296
0, 707
0, 834
32
0, 349
0, 449
80
0, 220
0, 286
0, 666
0, 798
33
0, 344
0, 442
85
0, 213
0, 278
10
0, 632
0, 765
34
0, 339
0, 436
90
0, 207
0, 270
11
0, 602
0, 735
35
0, 334
0, 430
95
0, 202
0, 263
12
0, 576
0, 708
36
0, 329
0,424
100
0, 195
0, 256
13
0, 553
0, 684
37
0, 325
0, 418
125
0, 136
0, 230
14
0, 532
0, 661
38
0, 320
0, 413
150
0, 159
0, 210
15
0, 514
0, 641
39
0, 316
0, 408
175
0, 148
0, 194
16
0, 497
0, 623
40
0, 312
0, 403
200
0, 138
0, 181
17
0, 482
0, 606
41
0, 308
0, 398
300
0, 113
0, 148
18
0, 468
0, 590
42
0, 304
0, 393
400
0, 098
0, 128
19
0, 456
0, 575
43
0, 301
0, 389
500
0, 088
0, 115
20
0, 444
0, 561
44
0, 297
0, 384
600
0, 080
0, 105
21
0, 433
0, 549
45
0, 294
0, 380
700
0, 074
0, 097
22
0, 423
0, 537
46
0, 291
0, 376
800
0, 070
0, 091
23
0, 413
0, 526
47
0, 288
0, 372
900
0, 065
0, 086
24
0, 404
0, 515
48
0, 284
0, 368
1000
0, 062
0, 081
25
0, 396
0, 505
49
0, 281
0, 364
26
0, 388
0, 496
50
0, 279
0, 361
81
82
Pertanyaan
82
83
83
84
84