Nilai Filsafat PDF
Nilai Filsafat PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Aktualisasi
Majone dan Wildavsky( dalam nurdin dan usman, 2002 ),
mengemukakan
aktualisasi
sebagai
evaluasi.
Browne
dan
aktualisasi
adalah
perluasan
aktivitas
yang
saling
menyesuaikan.
Dengan beberapa defenisi di atas maka dapat ditarik
kesimpulan
didefenisikan
yang
menyatakan
sebagai
aktifitas
bahwa
atau
aktualisasi
tindakan
dalam
dapat
suatu
Nilai
a. Nilai dalam filsafat
Suatu prinsip atau standar untuk mempertimbangkan baik
buruknya sesuatu.Baik adalah sesuatu yang menyenangkan dan
sesuai dengan maksud tertentu sedangkan buruk adalah
sesuatu yang tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan
maksud tertentu.
24
informasi.
para
penulis
melakukan
kajian
25
26
Adapun
beberapa
karya
pemikir
dan
penulis
telah
yang
menjadikan
suatu
masyarakat
dapat
27
kebudayaan
ide,gagasan,
sebagai
nilai-nilai,
suatu
kompleks
norma-norma,
dari
peraturan
idedan
sebagainya.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Jika melihat kembali sejarah kebudayaan sulawesi yang
panjang dan mengagumkan itu, sejak zaman Megalitik hingga
sekarang. Betapa deras arus perubahan yang menerpa pulau
sulawesi. Betapa realitas empirik yang para pendukung kebudayaan
berbagai etnik di sulawesi mengalami berbagai etnik di sulawesi
mengalami berbagai pergeseran. Dan sekarang apalagi yang masih
tersisa sebagai warisan budaya. Kalau kita mencoba merenungkan
28
pewarisan
budaya
yang
berlangsung
dikalangan
yang
memerintah
hidup
mereka.
Setiap
masyarakat
29
kekuasaan
memerintah
sebuah
Negara,
daerah,
(b)
Menurut W.S.Sayre :
Pemerintahan
merupakan
Government
is
best
the
30
sebagai
organisasi
dari
Negara
yang
memperlihatkan
dan
menjelaskan kekuasaannya.
Menurut Robert Mac Iver :
Government is the organization of men under authority, how
man can be govern (sebagai suatu organisasi dari orang-orang
yang mempunyai kekuasaan, bagaimana manusia bisa diperintah).
Menurut Woodrow Wilson :
Govenrment in last, is organized force, not necessariliy or
invariably organized armed force, but two of a few man, of many
man,or of a community prepared by organization to realized its own
purpose with referencesto the common affairsor the community
(Pemerintahan
dalam
akhir
uraiannya
adalah
suatu
bagi
urusan-urusan
sekelompok).
2. 4.2.Azas- Azas Pemerintahan
umum
kemasyarakatan
31
baru)
mengemukakan
azas-azas
pemerintahan,
sebagai berikut :
1. Asas belajar dari sejarah
Belajar dari sejarah,dalam hal ini sejarah pemerintahan :
1. Menyadari bahwa rantai pemerintahan tidak terpotong,
tetapi terus berjalan.jadi setiap aktor pemerintahan harus
siap memikul beban sejarah.
2. Menyadari bahwa dalam setiap kejadian atau peristiwa
pemerintahan tidak ada yang terjadi dengan sendirinya,
tetap ada yang bertanggung jawab atas setiap peristiwa.
3. Pemerintah bisa berkaca pada setiap kejadian.
4. Menyadari bahwa adalah kesalah sejarah jika pemerintah
membenarkan kesalahannya dengan alasan bahwa
orang (di negara) lain juga terdapat hal serupa.
2.
3. Asas kebersamaan
Kebersamaan dalam hal ini mencakup dua kata inggris equality
dan sharing the same values. Asas kebersamaan menuntut
32
33
Inu
Kencana
terdapat
asas
Syafie
dalam
penyelenggaraan
bukunya
Ilmu
pemerintahan
34
1. Asas Desentralisasi
Penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk mengatur urusan pemerintahan daerah masingmasing.
2. Asas Dekonsentrasi
Pelimpahan
wewenang
pemerintah
pusat
kepada
pejabat
pemerintah
kabupaten/Kota
kepada
desa
untuk
Aristoteles,
berdasarkan
teori
kuantitasnya,
35
Aristokrasi
Pemerintahan oleh beberapa orang untuk kepentingan
umum, misalnya; ahli filsafat, cendekiawan serta para
bangsawan.Bentuk pemerosotan dari pemerintahan ini
adalah oligarki yang mendasarkan pada golongan sendiri,
serta pluktorasi, dimana pemimpinnya memerintah hanya
untuk kepentingan orang-orang kaya.
b. Bentuk Pemerintah
Bentuk
berdasarkan
pemerintah
cara
adalah
pengisian
pengelompokkan
jabatan
kepala
Negara
negaranya.
c. Bentuk Pemerintahan
36
Bentuk
pemerintahan
adalah
pengelompokkan
Negara
Aristokrasi
adalah
bentuk
pemerintahan
Negara
yang
Demokrasi
adalah
bentuk
pemerintahan
Negara
yang
37
sistem
pemerintahan
di
mana
kepala
jawab
bertanggung
jawab
berkedudukan
kepada
parlemen
kepada
sebagai
kepala
presiden
Negara
(legislatif).
Menteri
karena
presiden
sekaligus
kepala
pemerintahan.
Contoh
Negara:
AS,
Pakistan,
Argentina,
Filiphina,
Indonesia.
Ciri-ciri sistem pemerintahan Presidensial:
1.Pemerintahan Presidensial didasarkan pada prinsip pemisahan
kekuasaan.
2. Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk menyatu dengan
Legislatif.
38
jawab
kepada
parlemen.
Dalam
sistem
Parlementer
didasarkan
pada
prinsip
pembagian kekuasaan.
2. Adanya tanggung jawab yang saling menguntungkan antara
legislatif dengan eksekutif, dan antara presiden dan kabinet.
3.Eksekutif dipilih oleh kepala pemerintahan dengan persetujuan
legislatif.
c. Sistem pemerintahan Campuran
Dalam sistem pemerintahan ini diambil hal-hal yang terbaik
dari sistem pemerintahan Presidensial dan sistem pemerintahan
Parlemen.Selain memiliki presiden sebagai kepala Negara, juga
memiliki perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
39
40
cenderung
tidak
memiliki
waktu
untuk
mempelajari
setiap
Kedaulatan rakyat
2.
3.
Kekuasaan mayoritas
4.
Hak-hak minoritas
5.
Jaminan HAM
6.
7.
8.
9.
2.6.
41
42
yang
diambil.
Eksekutif
untuk menjalankan
Daerah
di
bawah
dan
Nomenklatur
Daerah Otonom
Biasa
Provinsi
Tingkat II
Kabupaten/Kota
Besar
Tingkat III
Desa, Negeri,
Marga, atau nama
lain/Kota Kecil
Nomenklatur
Daerah Otonom
Khusus
Daerah Istimewa
Setingkat Provinsi
Daerah Istimewa
Setingkat
Kabupaten
Daerah Istimewa
Setingkat Desa
43
Pada
pembentukan
pemerintahan
daerah
yang
hendak
Penyerahan penuh, artinya baik tentang azasnya (prinsipprinsipnya) maupun tentang caranya menjalankan kewajiban
(pekerjaan) yang diserahkan itu, diserahkan semuanya kepada
daerah (hak otonomi) dan
b.
karena
menjalankan
mempunyai
pemerintah
menurut
hak
daerah
berhak
pendapatannya
otonomi,
sekalipun
mengatur
sendiri,
hanya
caranya
jadi
mengenai
masih
cara
44
No.
44
Tahun
1950
yang
mulai
berlaku
pada
15
Tingkat I
Daerah
Tingkat II
Daerah Bagian
Tingkat III
Sulawesi Selatan;
(2)
Minahasa;
(3)
(4)
Sulawesi Utara;
(5)
Sulawesi Tengah;
(6)
Bali;
(7)
Lombok;
(8)
Sumbawa;
(9)
Flores;
45
(10)
Sumba;
(11)
(12)
(13)
Maluku Utara.
Daerah Bagian dan Daerah Anak Bagian berdasarkan UU
46
Nomenklatur Daerah
Nomenklatur Daerah
Otonom Biasa
Otonom Khusus
Tingkatan
Daerah Swatantra
Tingkat I
Tingkat ke I/Kotapraja
Jakarta Raya
Daerah Swatantra
Tingkat II
Tingkat ke III
III
Tingkat III
soal-soal
yang
semata-mata
terletak
dalam
47
oleh
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
dengan
Pemerintahan
Daerah
menggantikan
Undang-Undang
48
Nomenklatur Daerah
Tingkatan
Otonom
Tingkat I
Provinsi/Kotaraya
Tingkat II
Kabupaten/Kotamadya
Tingkat III
Kecamatan/Kotapraja
49
Tingkat I
Istimewa
Tingkat II
50
Wilayah Administrasi
Tingkatan
Tingkat I
Provinsi/Ibukota Negara
Tingkat II
Kabupaten/Kotamadya
Tingkat IIa
Kota Administratif
Tingkat III
Kecamatan
Prinsip yang dipakai bukan lagi Otonomi yang riil dan seluasluasnya tetapi Otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Dengan demikian prinsip Otonomi yang riil atau nyata tetap
merupakan prinsip yang harus melandasi pelaksanaan pemberian
otonomi kepada Daerah. Sedang istilah seluas-luasnya tidak lagi
dipergunakan karena istilah tersebut ternyata dapat menimbulkan
kecenderungan pemikiran yang dapat membahayakan keutuhan
Negara Kesatuan dan tidak serasi dengan maksud dan tujuan
pemberian otonomi kepada Daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
yang digariskan di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara.
51
ini
diatur
tentang
Pokok-pokok
penyelenggaraan
52
merujuk
pada
local
state
government
melalui
Menteri
Dalam
Negeri,
bukan
kepada
53
Nomor
22
Tahun
1999
tentang
daerah tersebut
54
pula
kewenangan
penyelenggaraannya
mulai
yang
dari
utuh
dan
perencanaan,
bulat
dalam
pelaksanaan,
berupa
perwujudan
pertanggungjawaban
sebagai
55
Terbentuknya UU No. 32 Tahun 2004 dikarenakan UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan
tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti,
maka
Dengan
terbentuknya
Undang-undang
ini,
kebijakan
dan
kesatuan
wilayah.Pemerintah
pusat
berhak
demikian
juga
provinsi
terhadap
kabupaten/kota.Di
56
Pemerintahan
Daerah
adalah
pelaksanaan
fungsi-fungsi
hal
ini Kedudukan