Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN


Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri yang
berasal dari campuran tanah dan urea. Isolasi bakteri yaitu kegiatan
mengambil bakteri yang berasal dari alam dan menumbuhkannya dalam
suatu media buatan. Prinsip dari isolasi bakteri yaitu dengan memisahkan
satu jenis bakteri dari campuran berbagai jenis bakteri. Tujuan dari
pemisahan itu yaitu untuk mendapatkan satu jenis bakteri saja yang disebut
biakan murni. Hal hal yang akan dilakukan dalam isolasi bakteri yaitu
pengambilan dan penimbangan sampel tanah dan urea, pembuantan media,
pengenceran sampel, penuangan media, isolasi bakteri metode cawan
tuang, perhitungan bakteri, metode cawan gores, agar miring, pewarnaan
bakteri.
Langkah pertama dalam mengisolasi bakteri yaitu dengan mengambil
tanah sampel yang akan di isolasi. Pengambilan tanah dilakukan di tanah
depan gedung Laboratorium Teknik Kimia Polinema. Tanah yang diambil
sebanyak 0,9 gram dan dicampurkan dengan urea sebanyak 0,1 gram.
Campuran tanah dan urea tersebut didiamkan selama 24 jam. Setelah
penimbangan dan pencampuran sample langkah selanjutnya yaitu dengan
membuat media pertumbuhan. Media pertumbuhan adalah tempat untuk
tumbuhnya bakteri yang akan di isolasi yang mengandung berbagai jenis
nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri agar bisa hidup dan tumbuh dengan
baik. Bahan bahan yang dibutuhkan untuk membuat media yaitu 1,5 gram
daging sapi (bahan alami sebagai sumber vitamin B, mengandung nitrogen organik, dan senyawa
karbon); 7,5 gram pepton ( sebagai sumber utama nitrogen organic dan sumber nutrisi); 7,5 gram
agar (memadatkan medium); 500 ml aquades (melarutkan bahan bahan). Daging harus
dipotong kecil-kecil agar protein yang terkandung di daging dapat keluar dan menyatu dengan
air sehingga menjadi kaldu. Semakin kecil permukaan, maka semakin besar daya osmosisnya.
Setelah daging dicacah halus, ditambahkan pepton, agar, dan juga aquades sebanyak 500 ml dan
dipanaskan hingga mendidih. Saat memanaskan harus disertai pengadukan tujuannya yaitu untuk
menghomogenkan bahan bahan yang ada. Media bisa dipindahkan ke dalam Erlenmeyer 250

ml untuk penempatan sementara. Media yang digunakan dalam mengisolasi bakteri harus dalam
keadaan steril sehingga harus disetrilisasi terlebih dahulu dengan autoclave. Selain mensterilisasi
media, alat alat yang digunakan pun harus dalam keadaan steril. Sehingga alat alat seperti
cawan petri, tabung reaksi, aquades, pipet ukur, gelas ukur, dll harus disterilisasi juga. Tujuan
dari sterilisasi ini yaitu untuk membebaskan alat dan juga bahan dari berbagai jenis mikroba,
sehingga tidak ada kontaminasi pada saat melakukan isolasi. Sterilisasi kali ini menggunakan
program 2 karena tujuan dari sterilisasi kali ini yaitu untuk menghilangkan bakteri dan juga spora
yang ada pada alat dan bahan. Suhu yang dicapai pada program 2 yaitu 121C selama 30 menit.
Bakteri akan mati pada suhu 80C dan spora akan mati pada suhu 120C sehingga
program 2 sesuai untuk sterilisasi kali ini.. Setelah disterilisasi alat dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu 80C

selama

24

jam.

Tujuannya

yaitu

untuk

mengeringkan alat alat tersebut dari sisa uap air sterilisasi.


Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan biakan dalam jumlah yang
lebih sedikit sehingga didapatkan biakan tunggal.

Gambar 1.1
Proses pengenceran dan
pengocokan menggunakan
Pengenceran dilakukan di dalam tabung reaksi. Tanah yang telah dicampur
dengan urea dan telah didiamkan selama 24 jam dilarutkan dalam 10 ml
akuades steril. Sediakan 6 tabung berisi akuades steril dengan volume
masing-masing 9 ml dan beri keterangan pengenceran sampai 10 -6.

Pengenceran dilakukan dengan mengambil aquades yang telah dicampur


dengan campuran tanah urea sebanyak 1ml menggunakan micropipet dan
dimasukkan ke tabung reaksi dengan label 10 -1. Dan dicampur menggunakan
alat pengocok yang disebut vortex mixer. Tujuan pengocokan yaitu agar
bakteri yang diambil dari tabung sbelumnya tercampur dengan rata. Ulangi
kegiatan mengambil 1 ml larutan yang ada dalam tabung 10 -1 menggunakan
mikropipet dan memasukkan ke dalam tabung 10 -2. Ulangi kegiatan tersebut
sampai tabung pengenceran ke 10-6.
Setelah melakukan pengenceran langkah selanjutnya yaitu dengan
melakukan isolasi dengan metode cawan tuang. Ambil 1 ml campuran tanah
dan urea yang telah diencerkan. Pada percobaan kali ini mengambil
pengenceran 10-2, 10-4, 10-6 dan masukkan ke cawan petri steril. Kegiatan ini
dilakukan di dalam incase, dimaksudkan agar aseptic. Perilaku aseptic
sangat
agar

diperlukan
tidak

dalam

terjadi

kegiatan

ini

kontaminasi.

Gambar 2.1
Proses penuangan media ke
dalam cawan petri yang telah
Setelah biakan dimasukkan ke dalam cawan petri selanjutnya yaitu dengan
memasukkan media yang telah disterilisasi. Penuangan media kali ini tidak
hanya dilakukan untuk metode cawa tuang saja, tetapi juga untuk cawan
gores,dan juga agar miring yang sebelumnya media harus dituang terlebih

dahulu sehingga dapat keadaan padat saat penggoresan. Media harus


dalam keadaan cair saat dituang agar tidak ada gumpalan di dalam cawan
sehingga tidak mengganggu saat perhitungan bakteri. Apabila media
memadat sebelum dituang, media yang diletakkan di dalam Erlenmeyer
dipanaskan terlebih dahulu di dalam air mendidih agar mencair. Setelah
dituang media diletakkan di atas meja yang telah dialasi dengan kertas
pembungkus cawan petri yang telah steril dan diputar searah jarum jam,
berlawanan arah jarum, dan membentuk angka delapan masing masing
lima kali. Gerakan tersebut bertujuan supaya media tersebut permukaannya
rata. Setelah itu media

dibiarkan sampai memadat. Dalam proses

pemadatan lebih baik dilakukan di dalam incase agar tetap steril. Karena
tutup cawan dibuka sedikit supaya media cepat memadat. Setelah
memadat cawan petri ditutup dan dibungkus lagi menggunakan kertas
pembungkus yang sudah steril dan diinkubasi selama 2x24 jam.
Selama masa inkubasi cawan tuang harus cek setiap hari apakah
biakan tersebut sudah tumbuh atau belum.

Gambar 2.2.1
Pengenceran 10-2 ,
Setelah diinkubasi selama 2 hari biakan telah tumbuh cukup banyak pada
cawan

petri

dengan

pengenceran

10-2

seperti pada

gambar diatas.

Berdasarkan gambar

terdapat

beberapa jenis koloni

mikroorganisme.

Pada cawan petri


pengenceran 10-4

Gambar 2.3.1
Pengenceran 10-4, H+2

dengan
sudah tumbuh

mikroorganisme,tetapi hanya 2 buah saja. Kemungkinan pada cawan petri ini

membutuhkan masa inkubasi lebih lama sehingga harus diinkubasi lagi.

Gambar 2.4.1
Pengenceran 10-6,

Pada pengenceran 10-6 tidak ditemukan mikroorganisme yang tumbuh pada


cawan.

Kemungkinan

tidak

tumbuhnya

mikroorganisme

yaitu

kurang

lamanya masa inkubasi sehingga perlu masa inkubasi yang lebih lama.

Gambar 2.2.2
Pengenceran 10-2,
H+5
Pada masa inkubasi hari yang kelima,pada faktor pengenceran 10 -2 terlihat
bahwa jumlah mikroorganisme semakin banyak dan beraneka ragam.

Gambar 2.3.2
Pengenceran 10-4,
Setelah diinkubasi lagi sampai hari kelima jumlah mikroorganisme yang
tampak pada cawan ini bertambah. Tetapi, jumlah nya sangat sedikit

Faktor yang mungkin mempengaruhi tidak tumbunya mikroorganisme


yaitu pada saat pengenceran memang jumlah mikroorganisme yang ada
sedikit, atau faktor penuangan media yang masih panas sehingga
mikroorganisme mati karena terlalu panas.

Gambar 2.4.2
Pengenceran 10-6,
Sama halnya pada cawan petri pengenceran 10-6. Setelah lima hari tidak ada
satu pun bakteri yang tumbuh pada cawan petri ini. Hal yang menyebabkan
tidak adanya mikroorganisme pada cawan petri ini yaitu pada saat
pengenceran memang pada pengenceran ke 10-6 tidak ada mikroorganisme
yang ada. Atau faktor penuangan media yang masih panas sehingga
mikroorganisme mati karena terlalu panas. Setelah diinkubasi selama 5 hari
langkah selanjutnya yaitu mengamati koloni yang ada pada setiap cawan
secara kasat mata dan melakukan perhitungan koloni bakteri menggunakan
alat colony counter. Dari ketiga cawan tersebut hanya cawan tuang
pengenceran

10-2

yang

bisa

dihitung.

Karena

syarat

perhitungan

mikroorganisme pada cawan tuang harus sebanyak 30-300 koloni untuk


mendapat perhitungan yang tepat. Pada cawan tuang pengenceran 10 -2
terdapat jumlah total banyak semua koloni yaitu 60x10 -2. Pada cawan tuang
pengenceran 10-4 sebanyak 7 buah sehingga cawan tersebut tidak bisa
dihitung. Dan pada cawan tuang pengenceran 10-6 tidak terdapat koloni yang

tumbuh. Berdasarkan pengamatan secara kasat mata, pada pengenceran 10 2

terdapat 3 macam koloni pada cawan ini yaitu koloni:

Koloni A

Bentuk : bundar
Tepian : licin
Elevasi : cembung
Warna : kecoklatan
Jenis

Koloni B

: bakteri

Gambar 2.4.3

Bentuk :
Tepian

Elevasi :

Macam koloni
mikroorganisme pada

Warna : putih
Jenis
Koloni C

: bakteri

Bentuk : tak beraturan


Tepian : berombak
Elevasi : timbul

bundar
licin
timbul

Warna : putih
Jenis
Berdasarkan

ciri

: bakteri

ciri

dari

mikroorganisme

tersebut

jenis

dari

mikroorganisme tersebut diduga adalah bakteri.


Setelah

melakukan

isolasi

menggunakan

metode

cawan

tuang,

selanjutnya yaitu dengan melakukan isolasi bakteri metode cawan gores.


Metode cawan gores yaitu metode isolasi dengan menggores dengan pola
tertentu diatas media padat. Prinsipnya sama dengan isolasi metode cawan
tuang yaitu pengenceran. Sebelum menggores sebelumnya kita harus
menentukan bakteri mana yang akan digores. Bakteri harus diamati
menggunakan mikroskop agar mengetahui bentuk dari bakteri. Bakteri yang
akan diamati kali ini yaitu koloni bakteri C.

Gambar 3.2
Gambar
3.1 Penampakan bakteri yang
bakteri
akan digores menggnakan
akan
mikroskop

Koloni
yang
digores
Setelah diamati menggunakan mikroskop tampak bahwa bentuk dari bakteri

tersebut yaitu bulat atau coccus. Penggoresan tidak boleh dilakukan


sembarangan. Tujuan dari penggoresan yaitu bentuk dari pengenceran untu
mendapatkan koloni tunggal. Ada tiga macam pola penggoresan,yaitu :

Gambar 3.3
Pola goresan
sinabung

Gambar 3.4
Pola goresan T

Gambar 3.5
Pola goresan
kuadran

Pada isolasi cawan goes kali ini menggunakan pola goresan kuadran.
Sebelumnya kita mengambar garis di bagian bawah cawan petri kemudian
ditulis

nomor

kuadrannya.

Tujuan

dari

penggarisan

yaitu

untuk

mempermudah dalam penggoresan sehingga kita tahu batasan antar


kuadran. Penggoresan juga harus dilakukan dalam keadaan aseptic sehingga
dalam proses penggoresan selalu dilakukan di dekat api dan dilakukan di
dalam incase. Pertama tama ambil satu lup inokulase biakan yang terdapat
pada cawan tuang dan penggoresan dilakukan dari kuadran 0 kemudian ke
kuadran 1, 2, 3. Pada setiap perpindahan kuadran kawat ose harus selalu
dipanaskan agar tetap steril. Terdapat tiga cawan gores yang akan digores.

Setelah digores diberi keterangan dan diinkubasi selama 2x24 jam. Selama
masa inkubasi cawan gores tetap harus dipantau setiap hari.

Gambar 3.6.1
hasil cawan gores P, H+1

Gambar 3.7.1
hasil cawan gores Q, H+1

Gambar 3.8.1
hasil cawan gores R, H+1

Berdasarkan gambar diatas pada cawan gores P h+1, pertumbuhan bakteri


terdapat pada kuadran 0, 1, 2 saja dan pertumbuhannya tidak rapi sesuai
pola yang dilakukan yaitu secara zig-zag. Dan di kuadran 3 tidak tumbuh.
Pada cawan gores yang digores oleh Thariq bakteri hanya tumbuh di kuadran
0,1 saja dan pertumbuhannya tidak rapi. Pada kuadran 2 dan 3 tidak
tumbuh. Pada cawan yang digores oleh Nafis, pertumbuhan bakteri berada di
kuadran 0, 1, dan awal kuadran 2. Di kuadran 3 tidak ada. Pertumbuhan
bakteri rapi sesuai dengan pola penggoresan.

Gambar 3.6.2
hasil cawan gores P, H+2

Gambar 3.7.2
hasil cawan gores Q, H+2

Gambar 3.8.2
hasil cawan gores R, H+2
Pada hari kedua cawan gores P, pertumbuhan bakteri semakin banyak.
Hampir seluruh kuadran terdapat bakteri, dan sebagian kuadran 3. Tetapi
pertumbuhannya tidak rapi sehingga tidak ditemukan koloni tunggal. Pada
cawan gores Q juga tampak pertumbuhan bakteri. Tumbuh dua koloni yang
terdapat pada kuadran 2. Pertumbuhan tidak rapi tetapi didapat koloni
tunggal yang terdapat di kuadran 2. Pada cawan gores R terdapat
pertumbuhan koloni yang ada pada kuadran 2, 3. Pertumbuhan rapi sesuai
dengan pola penggoresan, didapat koloni tunggal yang terdapat pada
kuadran 3. Berdasarkan pola penggoresan yang didapat sangat jauh dar
sempurna untuk mendapatkan pola zig-zag. Penyebab dar kegagalan pola
tersebut bisa disababkan oleh kesalahan praktikan yang tidak terampil
dalam penggoresan. Dalam isolasi bakteri metode sel tunggal dibutuhkan
praktikan yang terampil dalam menggores sehingga didapat pola yang
sesuai dengan pola. Pada kuadran 3 jarang sekali bakteri bisa tumbuh
kemungkinan yaitu pada akhir penggoresan sudah tidak bakteri yang
tergores sehingga tidak ada bakteri yang bisa tumbuh. Berdasarkan gambar
diatas percobaan kali ini yang berhasil mendapatkan koloni tunggal terdapat

pada cawan gores Thariq dan Nafis. Sehingga dianggap percobaan isolasi
bakteri metode cawan gores berhasil.
Untuk lebih meyakinkan apakah koloni tunggal bakteri yang didapat
pada cawan tuang memang benar bakteri yang kita inginkan, lebih baiknya
mengamatinya menggunakan mikroskop, tetapi dalam praktikum kali ini
tidak dilakukan karena untuk menghemat waktu. kelanjutan dari metode
isolasi cawan tuang dapat dilanjutkan dengan melakukan isolasi dengan agar
miring. Tujuan dari agar miring yaitu untuk mendapatkan bakteri yang benar
benar murni sel tungal, tidak tercampur dengan koloni bakteri lain. Bakteri
yang akan digores berasal dari cawan gores R. Cara penggoresan sama
dengan cawan tuang yaitu dengan bentuk zig-zag, tetapi bedanya yaitu
media yang digunakan dituang dalam tabung reaksi yang medianya
menempel pada dinding tabung reaksi. Penggoresan kali ini juga digores oleh
masing masing praktikan dan diberi label nama.

Gambar 3..9
Proses penggoresan agar
miring

Penggoresan kali ini juga digores oleh masing masing praktikan dan diberi

label nama. Setelah itu diinkubasi selama 2x24 jam. Selama masa inkubasi
harus diawas setiap hari. Apabila sudah tumbuh cukup banyak sudah bisa
dipindah ke lemari pendingin agar bakteri yang sudah tumbuh tidak mati
dengan cepat.

Gambar 3..10
Agar miring 1P
Gambar 3..11
Agar miring 2P

Gambar 3.12
Agar miring 3P
Setelah diinkubasi selama 2x24 jam agar miring telah tumbuh pada semua
tabung reaksi. Pada agar miring yang digores oleh Ika bakteri tumbuh
banyak dan pola pertumbuhan sesuai dengan pola penggoresan yaitu zigzag. Pada agar miring yang digores Thariq setelah tiga hari masa inkubasi,
agar miring pertumbuhan bakteri sangat banyak dan menyebar. tidak sesuai
pola penggoresan. Pada agar miring yang digores oleh Nafis telah tumbuh

bakteri

dan

pola

pertumbuhan

bakteri

tidak

sesuai

dengan

pola

penggoresan. Bakteri tumbuh menyebar ke seluruh permukaan agar.


Dari hasil agar miring, bakteri diamati lagi menggunakan mikroskop.
Saat pengamatan menggunakan mikroskop kali ini dilakukan pewarnaan juga
terhadap bakteri. Ada 3 jenis pewarnaan yang akan digunakan pada
praktikum kali ini yaitu, pewarnaan sederhana menggunakan zat warna
methylene loffler dan karbol fuchsin. Pewarnaan negative menggunakan
pewarna nigrosin. Dan pewarnaan gram penggunakan ungu Kristal dan
safranin. Tujuan dar pewarnaan sederhana dan juga negative yaitu agar
mengetahui bentuk morfologi dari bakteri yang akan diwarnai, sedangkan
tujuan dari pewarnaan gram yaitu untuk mengetahui sifat bakteri apakah
bakteri tersebut termasuk bakteri gram positif atau gram negative. Pada
pewarnaan sederhana yang terwarnai adalah bakterinya, apabila diwarnai
dengan zat warna methylene loffler maka bakteri tersebut akan berwarna
biru, dan bila zat warna yang digunakan adalah karbol fuchsin yang akan
memberikan

warna

merah

pada

bakteri.

Pada

pewarnaan

negative

pewarnaan menggunakan nigrosin hanya mewarnai background dari bakteri


saja, sedangkan bakterinya akan transparan sehingga berwarna putih.
Untuk pewarnaan gram, bakteri tersebut berwana ungu apabila memiliki
sifat gram positif, dan berwarna merah apabila sifatnya gram negative.

Gambar 4.1.1
Pewarnaan sederhana methylene
loffler

Gambar 4.1.2
Pewarnaan sederhana karbol
fuchsin
Gambar

diatas

adalah

gambar

bakteri

yang

telah

diwarnai

dengan

methylene Loffler (Gambar 4.1.1) dan karbol fuchsin (Gambar 4.1.2).


Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna dengan
tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan
selnya. Pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya antara lain kristal
violet, methylen loffler, karboln fuchsin, dan safranin (lay, 1994). Prinsip pewarnaan sederhana
didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam
bahan pelarut yang merupakan suatu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara
umum (Dwidjoseputro.1998).
Langkah pertama dalam pewarnaan sederhana yaitu ambil aquades
steril dengan aseptic dan letakkan di atas preparat, setelah itu ambil satu lup
bakteri menggunakan kawat ose yang telah dipanaskan terlebih dahulu agar
steril. Goreskan diatas perparat yang terdapat aquades. Langkah selanjutnya
yaitu fiksasi bakteri. Fiksasi bakteri yaitu melewatkan preparat diatas api,
tujuannya yaitu untuk mematikan bakteri dan melekatkan bakteri pada kaca
preparat tanpa merusak struktur selnya (Lay, 1994).

Selanjutnya yaitu

pewarnaan menggunakan zat warna methylene Loffler atau karbol fuchsin


dan dibiarkan sampai zat warna tersebut mengering. Tujuannya yaitu agar

warna yang diberikan dapat melekat dengan baik paada bakteri. Setelah
mongering warna dapat dibilas. Berdasarkan kedua gambar diatas dapat
dilihat bahwa bentuk dari bateri tersebut yaitu bulat atau coccus, lebih
tepatnya yaitu diplococcus karena bentuknya sedikit memanjang dan
terdapat

selaput

pembungkusnya.

Sesuai

dengan

pengamatan

menggunakan mikroskop pertama kali tanpa menggunakan pewarnaan.

Gambar 4.2
Pewarnaan negatif
Pewarnaan negatif atau pengecetan negatif adalah pewarnaan yang dilakukan bukan pada
mikrobanya melainkan pewarnaan tersebut ditunjukan pada latar belakang dari sel-sel mikroba.
Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin. Pewarnaan ini
merupakan pewarnaan yang tidak langsung. Kita hanya mewarnai latar belakang dari bakteri
tersebut, sedangkan bakterinya sendiri tidak mengambil zat-zat warna. Pada negatif staining pada
umumnya tidak dilakukan fiksasi, maka praktis bakteri tidak mengalami perubahan-perubahan,
tidak mengerut. Dengan demikian pewarnaan negatif berguna untuk melihat bentuk-bentuk sel
yang sesungguhnya ewarnaan negatif atau peawarna asam dapat terjadi karena senyawa pewarna
bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding sel bakteri cenderung bermuatan
negatif sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel. Oleh
karena itu sel menjadi tidak berwarna. Pada pewarnaan negative ini bakteri yang tampak juga
berbentuk bulat sedikit memanjang karena diplococcus. Sesuai dengan bakteri yang tampak pada
pewarnaan sederhana.

Gambar 4.3
Pewarnaan gram

Pewarnaan gram bertujuan untuk menentukan sifat dari bakteri


tersebut termasuk bakteri gram positif atau bakteri gram negative. Bakteri
gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil
ungu

pada

metode

mempertahankan

pewarnaan

warna

ungu

Gram.

gelap

Bakteri

setelah

gram

dicuci

positif

dengan

akan

alkohol,

sementara bakteri gram negative tidak. Bakteri jenis ini akan berwarna biru

atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan


berwarna merah muda.

Perbedaan

klasifikasi

antara

kedua

jenis

bakteri

ini

terutama

didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya, 2010).


Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat
diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif
memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah
pewarnaan dengan
pori

dinding

dekolorisasi

sel
oleh

dinding sel tetap

kristal violet, poriGambar 4.4


Perbedaan gram positif dan gram
negatif

menyempit akibat
alkohol
menahan

sehingga
warna

biru (Fitria, 2009). Berdasarkan gambar diatas bakteri tersebut termasuk


bakteri gram negative karena mampu mempertahankan warna ungu atau

violet pada saat pewarnaan gram. Berdasarkan gambar diatas bakteri


tersebut berwarna ungu, yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut bersifat
gram positif.

V
KESIMPULAN
1. Pada isolasi cawan tuang pada pengenceran 10-2 mikroorganisme
tumbuh banyak. Pada cawan petri 10-4 bakteri yang tumbuh sangat
sedikit. Cawan petri 10-6 tidak ada bakteri yang tumbuh. Jadi hanya
satu cawan tuang saja yang bisa dihitung jumlah koloninya yaitu
cawan tuang 10-2. Jumlah keseluruhan koloni mikroorganisme yang
terdapat pada cawan tuang 10-2 sebanyak 60-2 sel/ml. Berdasarkan
ciri ciri mikroorganisme yang tumbuh diduga bakteri.
2. Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop. Bakteri yang
digores yang berasal dari bakteri C berbentuk bulat atau coccus.
Bakteri tersebut berbentuk coccus yang berjumlah 2 buah yang saling
mene pel yang biasanya disebut dengan diplococcus. Setelah melalui
tahap

pewarnaan

Berdasarkan

ciri

Nitrosomonas sp.

gram,

ciri

bakteri

tersebut

bakteri

diatas

bersifat

diduga

gram

positif.

sebagai

bakteri

Anda mungkin juga menyukai