BAB I
PENDAHULUAN
Coverall, terak
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Cetakan Pasir
Cetakan pasir yaitu cetakan yang paling lazim dipakai dan juga tentang pasir
cetak.Beberapa pasir cetak mengandung tanah lempung sebagai pengikat,
sedangkan yang lain mengandung pengikat khusus.
Metode cetakan pasir juga diklasifikasikan menurut jenis pasir yang
digunakan untuk menyiapkan cetakan dan kandungan air dari sample, yaitu :
1. Cetakan pasir basah
Green sand moulding adalah suatu metode cetakan pasir dimana
logam cair dituang pada cetakan yang mengandung air. Adanya air ini akan
menurunkan permeabilitas dan kekuatan cetakan serta menghasilkan cacat
coran seperti lubang gas dan lubang jarum. Meskipun demikian metode ini
paling banyak digunakan, karena mudah dan ekonomis. Untuk mengatasi
timbulnya cacat coran biasanya dilakukan pengontrolan parameterparameter dan juga menjaga kadar air tetap rendah.
2. Cetakan pasir kering
Metode ini dipakai bila dikehendaki kekuatan cetakan yang besar untuk
menahan berat atau volume logam yang besar untuk mendapatkan permukaan
cetakan yang keras sehingga tahan terhadap korosi. Cetakan ini disiapkan
dengan proses khusus kemudian dikeringkan dengan oven.
Campuran pasir cetak untuk cetakan kering ini terdiri dari pasir, burn
facing sand, cinder ( abu boiler ) dan air. Air diberikan pada campuran 6-8 %
untuk memperoleh sifat-sifat cetakan basah. Sesudah cetakan siap, permukaan
cetakan disemprot dengan molasses ( tetes abu ) kemudian dikeringkan dalam
oven pada temperatur 200-3000C sampai kandungan air hilang. Hasil cetakan
ini lebih tahan terhadap pengerutan dan lebih kaku serta lebih kuat. Karena
biayanya yang mahal, maka penggunaan metode ini terbatas untuk coran yang
besar dimana kedalaman penuangan lebih dari 1200 mm.
3. Cetakan kulit kering ( skin dried moulding )
Pada metode ini kadar air dikeringkan dari permukaan pemadat pasir
sampai kedalaman 25 mm atau lebih dengan pemanas atau obor gas. Dengan
satu proses keuntungan dari dua metode dry sand green sand diperoleh. Karena
waktu yang diperlukan untuk mengeringkan cetakan lebih sedikit dari dry sand,
metode ini sedikit lebih mahal.
4. Cetakan tanah liat ( loam moulding )
Metode ini digunakan untuk coran dengan ukuran yang besar dimana bila
menggunakan metode cetakan tetap dalam flask akan terlalu mahal dan
merepotkan. Cetakan ini disusun dari batu bata cemented bersama lempung
mortal, yang mana campuran dalam jumlah yang sama antara pasir dan
lempung dibasahi untuk memperoleh lumpur. Lumpur ini digunakan untuk
memoles bagian dalam dari batu bata yang kasar setebal 6-12 mm, kemudian
disapu dengan tongkat penyapu untuk mendapat bentuk yang diinginkan.( Tata
Surdia, 1982 )
2.2 Macam-Macam Pembuatan Cetakan Pasir
1. Pembuatan Cetakan Dengan Tangan
Pembuatan cetakan dengan tangan dilaksanakan jika jumlah produksinya
kecil bentuk coran yang sulit dan sukar dibuat oleh mesin pembuat cetakan,
atau coran yang besar.
Pembuatan cetakan dengan tangan meliputi :
a. Pembuatan cetakan dengan cup dan drag
Pembuatan cetakan dengan tangan dari pasir basah dilakukan dengan
urutan sebagai berikut.Lihat gambar 2.1.
1. Papan cetakan diletakkan pada lantai yang rata dengan pasir tersebar
mendatar.
2.
Pola dan rangka cetakan untuk drag diletakkan diatas papan cetakan.
3. Pasir muka yang telah diayak ditaburkan untuk menutupi permukaan pola
dalam rangka cetakan.
4. Pasir cetak ditimbun diatasnya dan dipadatkan dengan penumbuk.
Diusahakan pola tidak bergeser.
5. Cetakan dibalik dan diletakkan pada papan cetakan, dan setengah pola
lainnya bersama-sama rangka cetakan untuk kup dipasang diatasnya,
kemudian
bahan
pemisah
ditaburkan
dipermukaan
pisah
dan
dipermukaan pola.
6. batang saluran turun dan pola penambah dipasang kemudian pasir cetak
dimasukkan dan dipadatkan.cup dan drag dipisahkan, kemudian pola
diambil dan inti dipasang selanjutnya kup dan drag disatukan lagi.
cetakan dengan alat-alat tersebut ialah dengan memutar plat menurut bentuk
coran sekitar poros atau dengan menggerakkan penggeret sepanjang
penuntun. Gambar 2.2 menunjukkan cetakan tanah liat dengan
penyapu.Permukaan cetakan dibuat dari tanah liat basah yang sangat halus.
( Tata Surdia, 1982 )
mempergunakan
menggerakkannya.
Disebut
tekanan
minyak
pembuatan
atau
cetakan
udara
untuk
desak.Gambar
2.4
10
Gambar 2.9 menunjukkan mesin pelempar pasir stationer jenis ban ganda
yang paling banyak digunakan.
6. Pembuatan cetakan dengan mesin desak tiup
Mesin ini meniup pasir ke dalam rangka cetakan dan mendesak
cetakan.Gambar 2.7 menunjukkan mesin macam ini.Cetakan yang dibuat
dengan mesin ini tak berangka cetakan. Pola depan membuat rongga
didepan cetakan dan pola belakang membuat rongga dibelakang permukaan
cetakan. Penggabungan banyak dari cetakan ini memberikan banyak rongga
cetakan.Waktu pembuatan cetakan pendek dan sangat efisien.
11
12
13
Gambar 2.9 Pengaruh Kadar Air dan Kadar Lempung pada pasir diikat
Lempung
(Sumber : Tata Surdia, Khenji Chi Jiwa, 1996, hal 112)
14
Gambar 2.10 Pengaruh Kadar Air dan Bentonit pada pasir diikat Bentonit
(sumber : Tata Surdia, Khenji Chi Jiwa, 1996, hal 112)
Kadar air yang membuat kekuatan maksimum dan yang membuat
permeabilitas maksimum pada umumnya tidak sama. Gambar 2.10
menunjukkan antara kadar air, kekuatan dan permeabilitas dari pasir dengan
pengikat bentonit. Kalau kadar air bertambah, kekuatan dan permeabilitas
naik sampai titik maksimum dan menurun kalau kadar air bertambah terus
seperti ditunjukkan gambar. Untuk pasir dengan pengikat bentonit, kadar air
yang menyebabkan kekuatan basah maksimum dan yang menyebabkan
permeabilitas maksimum sangat berdekatan satu sama lain. ( Tata surdia
1996 )
b. Sifat Pasir Cetak Kering
Pasir dengan pengikat lempung yang dikeringkan mempunyai
permeabilitas dan kekutan yang meningkat dibandingkan dengan dalam
keadaan basah, karena air bebas dan air yang diabsorsi pada permukaan
butir tanah lempung dihilangkan. Factor yang memberikan pengaruh sangat
besar pada sifat sifat kering, adalah kadar air sebelum pengeringan.
Kekuatan tekan kering lebih tinggi kalau kadar air mula lebih besar.
c. Sifat Penguat Oleh Udara
Sifat-sifat cetakan yang berubah selama antara pembuatan cetakan dan
penuangan disebut sifat penguatan oleh udara.umumnya hal itu disebabkan
15
oleh pergerakan air dalam cetakan dan penguapan air dari permukaan
cetakan.Hal terakhir meninggikan kekerasan permukaan cetakan.Derajat
kenaikan kekerasan tergantung pada sifat campuran pasir, derajat kenaikan
kekerasan tergantung pada sifat campuran pasir, derajat pemadatan atau
keadaan sekeliling cetakan (temperature udara luar, kelembaban, dan
seterusnya).Penguapan air membuat permukaan cetaka dari pasir yang
dicampur bentonit menjadi getas.Karena itu laju penguapan air harus diatur.
Kekutan tekan kering dari pasir dengan pengikat lempung mempunyai
hubungan dengan cacat terpotong yang terjadi pada waktu penuangan.
Kekuatan tekan kering cenderung menyebabkan cacat terpotong, sedangkan
kekuatan tekan yang berlebihan membuat pembongkaran yang susah.
2.8 Pengikat Pasir Cetak
Pengikat ditambahkan dengan maksud untuk memberikan kekuatan pada
cetakan sehingga tidak mudah berubah bentuk setelah pemadatan.Lempung
didefinisikan sebagai partikel yang diameternya dibawah 20 mikron.Bila jumlah
lempung meningkat, permeabilitas cetakan menurun.
Lempung terdiri dari dua bahan pokok yaitu Lumpur halus dan
lempung.Lumpur halus ini mempunyai sifat tidak mengikat sedangkan lempung
memberi daya ikat yang penting.Bila dilihat dari bawah pembesaran, pada
lempung terlihat kumpulan partikel-partikel kristalin yang disebut mineral
lempung.Lempung disusun dari partikel serpih yang diameternya
2 mikron
16
1. Fire clay
Fire clay adalah lempung tahan panas, biasanya didapat dalam tabung
batu bara. Gumpalan-gumpalan hitam keras dijemur dan kemudian
dilembutkan dan digunakan dalam cetakan pasir.Partikel-partikelnya 400x
partikel bentonit. Dalam prosentase yang sama, fire clay memberi kekuatan
yang lebih rendah pada cetakan.
2. Bentonit
Bentonit adalah lempung yang paling lazim digunakan karena
memberikan pengikatan yang sangat kuat pada cetakan.bentonit merupakan
hasil dekomposisi akibat cuaca dari debu vulkanik.Bentuknya berupa serbuk
putih yang halus.
3. Illete
Illete merupakan dekomposisi dari material yang mengandung silika
karena cuaca.Ini didapat dalam pasir cetak alam.Partikel illete mempunyai
ketebalan 20 mili micron dan diameter 200 mili micron. Mempunyai
penyusutan Karena kehilangan air , memberi kekuatan yang sedang dan
temperatur pelunakan 13700C.
4. Koalinite
Koalinite
adalah
sisa-sisa
pelapukan
granit
dan
basalt.
Ini
mengandung kaolinite 60%, 30% dan quarsa 10%. Partikel ini mempunyai
tebal 20 mili micron dan lebar antara 100 250 mili micron dan mempunyai
karakteristik :
a. Penyusutan karena kehilangan air rendah.
b. Pengembangan karena air sangat rendah.
c. Tidak membentuk gel.
Dalam proses pembentukan ikatan antara pengikat dengan pasir
cetak, ada teori yang menjelaskan :
a.
17
ulang. Gesekan antar partikel ini menghasilkan ikatan dan tahan terhadap
deformasi lebih jauh
b.
c.
d.
Kadar Air
Pengikat pada cetakan pasir tidak akan berfungsi sebelum ditambah
air. Pada saat air ini ditambahkan maka air akan menebus dan membentuk
mikro-film melapisi permukaan masing-masing. Molekul-molekul air yang
membentuk mikro-film tidak dalam bentuk cairan murni, tetapi dalam
bentuk ikatan yang terbatas.Penambahan lebih banyak air, tebal mikro-film
meningkat sampai batas tertentu, bila terus ditambah maka air tetap berada
dalam bentuk cair.Tebal dari mikro-film ini berubah sesuai dengan mineral
lempung.Daya ikat lempung tergantung pada tebal maksimum dari mikrofilm yang dapat dipertahankan.
Ketika cetakan dipadatkan, butir pasir ditekan secara serentak.Pada
masing-masing butir pelapis lempung bereaksi, dengan demikian lempung
mengunci butir pada posisi dan berubah bentuk.Aksi pengikat ini sangat
baik bila jumlah air yang ditambahkan hanya sejumlah yang dikehendaki
atau diperlukan membentuk mikro-film. Jika kadar air berlebihan kekuatan
cetakan akan menurun. Air yang diserap meningkat sifat pengikat dan
18
gravitasi
adalah
pengecoran
dimana
logam
cair
19
20
21
22
untuk membuang kotoran tersebut. Ada beberapa cara untuk itu yaitu
sebagai berikut :
1. Perpanjangan pemisah dibuat pada ujung saluran pengalir. Logam cair
yang pertama masuk akan berkumpul disini bersama kotoran yang
terbawa ( Gambar 2.15)
23
24
25
c. Cara Pencegahan
1. Penghilangan gas dari logam cair dapat dilakukan dengan peniupan
gas iner ke dalam cairan logam, umpamanya gas nitrogen adalah gas
yang biasa dipakai untuk maksud tersebut.
2. Penghilangan gas dengan khlorida.
3. Penghilangan gas dengan fluks, terutama florida dan khlorida dari
logam alkali tanah.
4. Pencairan kembali.
5. Perencanaan yang tidak menyebabkan turbulen pada aliran logam cair.
6. Harus pakai pasir yang mempunyai kadar air rendah dan permeabilitas
yang sesuai
Gambar 2.21 Saluran turun macam ini harus direncanakan agar tidak
menyebabkan aliran turbulen pada logam
(Sumber : Tata Surdia, Kenji Chi Jiwa,hal 236)
2. Dros
a. Ciri ciri khas
Logam cair dari paduan allumunium mudah teroksidasi. Oksida dalam
logam cair atau yang dihasilkan pada waktu penuangan terkumpul
sebagai dros pada permukaan kup atau di bagian dalam coran.
b.
1.
2.
3.
Sebab sebab
Oksida allumunium dihasilkan selama peleburan
Dros terbawa dalam coran atau terjadi dalam cetakan
Kadar air dalam cetakan
26
mengganti
kekurangan
cairan
logam
danpenyusutan
27
28
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Persiapan dalam melaksanakan pratikum pengecoran logam.
1.Sebelum melaksanakan pratikum, pastikan segala peralatan dan bahan baku telah
disiapkan terlebih dahulu.
29
30
31
Gambar 3.4a
gambar 3.4b
Gambar 3.4c
Keterangan: Gambar 3.4a proses pengayakan pasir silika, gambar 3.4b
penghancuran gumpalan pada pasir, gambar 3.4c proses pasir silika
dicampur dengan air
c) Setelah jumlah pasir yang diayak dirasa cukup untuk membuat cetakan,
maka selanjutnya pasir tersebut dicampur dengan air secukupnya. Disini
untuk mengukur apakah campuran air dan pasir sudah sesuai adalah dengan
mengepalkan pasir ke tangan, kemudian pasirnya dilepas, lihat pada telapak
tangan jika pasirnya yang lengket dikit maka campurannya sudah cukup,
tapi jika pasirnya banyak yang lengket maka campuran terlalu basah,
sebaliknnya jika hampir tidak ada yang lengket maka campurannya terlalu
kering.
d) Setelah itu ambil flas bagian drag kemudian balikan permukaan flash
tersebut, setelah itu ambil pola yang akan digunakan, jangan lupa bagian
pola yang bersentuhan dengan pasir diolesi karbon,agar pasir cetak tidak
lengket pada permukaan pola.
e) Mulailah memasukan pasir cetak pada flash secara bertahap, dan mulailah
melakukan tumbukan secara merata pada bagian pasir untuk memadatkan
pasir pada flash, sampai flash tersebut terisi penuh dengan pasir cetak.
Pada bagian drag ini tumbukan pasir harus benar-benar dilakukan dengan
padat.
32
Gambar 3.6 pembalikan flash bagian drag dengan pola masih menempel
pada pasir cetak
g) Oleskan permukaan pola/model dengan menggunakan carbon, dan pada
bagian pasirnya diolesi parting powder agar antara pasir yang di bagian cup
dan drag tidak lengket/menyatu ketika digabungkan.
h) Setelah dioleskan carbon dan parting powder, pasang cup pada drag sesuai
dengan tanda yang telah ditetapkan, pasang saluran turun (sprue) dan
saluran keluar sesuai keinginan, dengan mempertimbangkan bahwa saluran
tersebut dapat dilalui logam cair dengan mudah untuk menyebar ke seluruh
bagian cetakan.
33
i) Masukan pasir cetak secara perlahan, sambil pasir ditumbuk kembali secara
merata. Lakukan secara berulang-ulang hingga pasir tersebut rata ke
permukaan cup flash.
Gambar 3.7a
Keterangan: Gambar 3.7a proses pemasukan pasir cetak setelah saluran
turun dan saluran keluar dipasang.
j) Setelah pasir ditumbuk padat memenuhi permukaan flash, buatkan sebuah
cawan pada saluran turun untuk memudahkan pada saat proses penuangan
logam dilakukan. Yang harus diperhatikan setelah cawan dibuat adalah
bersihkan seluruh permukaan pasir dengan kuas agar pada saat
pengangkatan saluran turun maupun saluran keluar, tidak ada pasir yang
jatuk kedalam rongga cetakan.
34
m) cetakan yang sudah jadi dijemur untuk menghilangkan kadar air yang ada
dan siap untuk digunakan.
35
kedua
terkena
yang
cair
akan
dengan
menggunakan karbon.
Carbon harus dioleskan cukup banyak agar logam cair tidak menempel pada
dinding cetakan.
36
dinding batu tahan api.Nyalakan Blower ( putar saluran udara selanjutnya putar
saluran bahan bakar).
37
Gambar 3.14a
Gambar 3.14b
Keterangan: Gambar 3.14a penambahan coveral. Gambar 3.14b pemasukan
digesser.
Setelah ditambahkan bubuk coveralnya, biarkan beberapa saat sampai terak
terapung di permukaan logam cair kemuadian angkat terang tersebut untuk di
buang.
38
Gambar 3.17a
Gambar 3.17b
39
Gambar 3.17c
Keterangan: Gambar 3.17a proses pemanasan cetakan logam. Gambar 3.17b
proses penuangan logam pada cetakan logam. Gambar 3.17c proses penuangan
logam pada cetakan pasir
Setelah selesai dilakukan proses penuangan logam maka cetakan didiamkan
beberapa menit untuk menunggu pembekuan logam cair sebelum dilakukan
proses pembongkaran cetakan.
3.5 Tahap Pembongkaran Cetakan
Setelah menunggu pembekuan logam kira-kira 5-10 menit, proses yang
dilakukan selanjutnya adalah pembongkaran.Pembongkaran di lakukan di suatu
wadah, cetakan di balik kemudian dinding cetakan di pukul-pukul sampai pasir
rontok dan hasil tuangan terlepas dari cetakan.Pada pembongkaran ini harus hati
hati karena demi keamanan hasil tuangan di jatuhkan ke tempatnya agar tidak
mengenai dan menimbulkan kecelakaan karena waktu pembongkaran hasil
tuangan masih panas.
Untuk pengecoran yang menggunakan cetakan logam, setelah logam cair
dituangkan cetakan dapat dilepas dalam waktu 1(satu) menit.
40
Gambar 3.18a
Gambar 3.18b
Gambar 3.18c
Gambar 3.18d
Keterangan: V. Gambar 3.18b pembongkaran cetakan dari pola padat.Gambar
3.18c pembongkaran cetakan dari pola. Gambar 3.18d pelepasan sisi cetakan
logam.
3.6 Tahap Pembersihan Hasil Pengecoran
Setelah cetakan dibongkar/dilepas selanjutnya cetakan dibersihkan dengan
menggunakan sikat kawat dan air sebagai media pendingin. Jangan memegang
hasil coran dengan tangan sebelum benda didinginkan untuk menghindari cedera
yang timbul, gunakan tang untuk memegang hasil coran tersebut.
41
Gambar 3.19a
Gambar 3.19b
Keterangan: Gambar 3.19a pembersihan dan pendinginan hasil coran cetakan pasir.
Gambar 3.19b proses pembersihan dan pendinginan hasil coran cetakan logam.
3.7 Tahap Finishing Hasil Pengecoran
Disini proses finishing yang dilakukan pada saat pratikum adalah dengan
memotong saluran turun maupun saluran keluar yang masih menempel pada hasil
pengecoran. Pemotongan dilakukan gengan menggunakan gergaji manual
(tangan) dimana benda hasil coran dijepitkan pada ragum.
Gambar 3.20a
Gambar 3.20b
Keterangan: Gambar 3.20a proses finishing hasil coran dari pola cetakan pasir.
Gambar 3.20b proses finishing hasil coran dari pola cetakan logam.
3.8 Analisa Hasil Pengecoran
Analisa hasil pengecoran dilakukan untuk mengetahui cacat.
Setelah dilakukan analisah hasil pengecoran terdapat
diketahui
Gambar 3.21 Cacat pada hasil pengecoran dengan menggunakan model/pola padat.
Laboratorium Lengecoran Logam Institut Teknologi Nasional 2014
42
Cacat Permukaan Kasar pada ujung tanduk dan ujung hidung topeng hasil cor
Cacat permukaan kasar menghasilkan coran yang permukaannya kasar. Cacat ini
dikarenakan oleh beberapa factor seperti : cetakan rontok, kup terdorong ke atas,
pelekat, penyinteran dan penetrasi logam.
Bagian cetakan yang lemah runtuh
Cetakan runtuh.saat penarikan pola
Kemiringan pola tidak cukup
Cetakan kurang padat
Kekuatan pasir cetak kurang
Bagian yang cembung dari cetakan rontok dan pecahan pasir jatuh dalam cetakan
Cara mengatasi:
Cermat dan teliti saat pembuatan cetakan
Kedua permukaan pisah harus rata dan betul-betul rapat
Pemeriksaan bagian dalam cetakan sebelum penuangan
Cacat pada lubang jarum pada jidat dan dagu topenghasil cor
Permeabilitas pasir cetak kurang sempurna
Terlalu banyak yang keluar dari cetakan
Lubang angin kurang memadai
Tekanan di atas terlalu rendah
Cara mengatasi:
Diusahakan pada saat pencairan alas kokas dijaga agar logam tidak berada di
daerah oksidasi.
Temperature tuang logam sebelum penuangan, dipastikan sudah sesuai dan
penuangan dengan cepat.
Pembuatan cetakan yang teliti baik permeabilitas, pemadatan yang cukup,
lubang angin yang cukup
Diusahakan tekanan di atas dibuat tinggi
Cacat sirip
pada permukaan pisah kup dan drag adalah cacat yang berupa adanya logam
coran yang menyerupai lempengan yang menempel pada tepi benda coran. Cacat
ini terjadi akibat kurang rekatnya permukaan kup dan drag cetakan. Sehinga
logam cair, pada saat dituang dapat memenuhi ruang di antara permukaan kup
dan drag, dan membentuk lapisan sirip pada tepi benda coran.Disebabkan oleh
pengikisan pasir cetak saat model diangkat dari rongga cetak.
Cara mengatasi
dengan memastikan kerataan antara cup dan drag dan pemberian suatu pegangan
pada model sehingga pada saat pengangkatan model dari cetakan lebih mudah
dan meminimalkan pengikisan pasir
43
Gambar 3.23 Cacat pada hasil pengecoran dengan menggunakan cetakan logam
Dari gambar diatas terlihat cacat pada hasil coran dengan menggunakan
cetakan logam. Pada gambar diatas terlihat ada cacat berupa lubang, hal ini dapat
terjadi karena beberapa faktor, antara lain:
Pada saat pengolesan carbon pada cetakan logam terlampau sedikit,
sehingga pada saat logam cair dituangkan ada sedikit logam cair yang pada saat
kering lengket/tertinggal di cetakan pada saat cetakan dilepas, sehingga
meninggalkan cacat
seperti gambar diatas dan juga pada saat digunakan suhu cetakan terlampau
dingin/belum sesuai suhu ideal pemakaiannya.
Cara mencegah terjadinya cacat seperti gambar diatas, bisa dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
Pengolesan carbon pada setiap ruang yang akan terisi logam cair harus
dilakukan secara merata dan diolesi cukup banyak. Hal ini akan mencegah logam
cair menempel pada cetakan dan juga Sebelum cetakan logam digunakan,
sebaiknya cetakan dipanasi terlebih dahulu dengan suhu sekitar 90C. Hal ini
dilakukan agar cetakan logam tersebut telah siap untuk dimasukan logam cair
dengan temperatur tinggi
Sebelum cetakan logam digunakan, sebaiknya cetakan dipanasi terlebih dahulu
dengan suhu sekitar 90C.Hal ini dilakukan agar cetakan logam tersebut telah
siap untuk dimasukan logam cair dengan temperatur tinggi
44
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
45
4.2 Saran
Ruang diskusi kurang memadai, karena tidak terdapat meja untuk diskusi.
Kurangnya alat keselamatan kerja sehingga perlu ditambah.
Untuk proses finishing masih sangat sederhana, untuk itu perlu ditambah.
Waktu pratikum terlalu mepet, sehingga cetakan yang digunakan belum benarbenar kering, mohon waktunya bisa diperpanjang lagi.
46