Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah mengenai regulasi metabolisme nutrien hewan
poligastrik (ruminansia). Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Ir. Diding Latipudin, M.Si., selaku dosen dalam mata kuliah Biokimia
Nutrisi yang telah membimbing dalam menyusun makalah ini.
Makalah ini kami buat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai
pengaturan reaksi metabolisme nutrien yang terkandung dalam zat pakan maupun
tidak. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
mengenai reaksi-reaksi dalam tubuh hewan karena dampaknya yang sangat besar
bagi populasi ternak juga hewan lainnya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ilmiah mengenai regulasi metabolisme nutrien hewan poligastrik
ini dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya para peternak. Terimakasih.
Tim Penulis.
DAFTAR ISI
1
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................
1.3 Maksud dan Tujuan..............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................
2.1 Fermentasi Karbohidrat........................................................................
2.2 Lipid dan Lemak..................................................................................
2.3 Digesta Protein dalam Rumen..............................................................
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................
3.1 Fermentasi Karbohidrat pada Ruminansia...........................................
3.2 Lipid dan Lemak dalam Ruminansia...................................................
3.3 Digesta Protein dalam Reticulum-rumen.............................................
BAB IV KESIMPULAN............................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
2
3
4
4
4
5
6
6
7
7
12
12
13
15
18
19
DAFTAR GAMBAR
Mekanisme Metabolisme Karbohidrat..................................................
Metabolisme didalam Rumen.................................................................
13
14
I
PENDAHULUAN
II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagian lagi dideaminasi menjadi asam keto alfa yang menghasilkan amonia,
CH4 dan CO2. Di samping amonia perombakan protein juga menghasilkan VFA
(Baldwin dan Allison, 1983).
Amonia adalah sumber nitrogen yang utama dan sangat penting untuk
sintesis protein mikroorganisme rumen. Sekitar 80% mikroorganisme rumen lebih
menyukai amonia dibanding dengan peptida dan asam amino sebagai sumber
nitrogen untuk membentuk protein tubuhnya. Diduga mikroorganisme tersebut
tidak mempunyai mekanisme transport untuk mengangkut asam amino. Jadi
amonia yang terbentuk ini kemudian diubah menjadi asam amino untuk sintesis
protein tubuhnya. Protein asal mikroba rumen mampu menyumbangkan 40-80%
kebutuhan asam amino ternak ruminansia. Secara umum, digesta yang ada di
dalam duodenum mengandung asam-asam amino yang komposisinya hampir
sama dengan komposisi asam-asam amino dari protein mikroba. (Baldwin dan
Allison, 1983)
Konsentrasi amonia dalam rumen merupakan keseimbangan antara jumlah
yang diproduksi, yang digunakan oleh mikroorganisme dan diserap melalui
dinding rumen. Kecepatan penyerapan tergantung pada pH rumen dan konsentrasi
amonia. Semakin tinggi konsentrasi amonia maka penyerapan akan semakin
tinggi pula. Pada pH 6,5 atau lebih tinggi penyerapan akan lebih cepat
dibandingkan pH 4,5 yang hampir mencapai 0. Amonia yang diserap jumlahnya
bervariasi tergantung jenis pakan (Hungate, 1966).
Konsentrasi amonia yang optimum untuk pertumbuhan mikroorganisme
rumen adalah 50 80 mg N/l. Namun pada penelitian yang dilakukan pada
hijauan atau jerami dengan kecernaan rendah, diperlukan konsentrasi amonia 150
200 mg N/l (Sutardi, 1980).
Amonia yang dihasilkan selama fermentasi tidak semuanya disintesis
kedalam protein mikroorganisme. Sebagian akan diserap ke dalam darah dan
bersama-sama dengan proses deaminasi, amonia yang tidak terpakai di dalam
rumen dibawa ke hati diubah menjadi urea selanjutnya dikeluarkan melalui urine
(Hungate, 1966).
100%, namun laju perombakannya tergantung padajenis pakan, sifat kimia dan
phisik protein, jumlah mikroorganisme proteolitik, pH rumen, tingkat kelarutan
protein serta lamanya berada dalam rumen atau laju aliran digesta atau rate of
passage. Aktifitas mikroba rumen yang bersifat proteolitik akan efektif apabila
didukung oleh pH rumen yang optimal, yaitu pH 5,5-7,0 dengan temperatur
sekitar 390C. Degradasi protein akan menurun sejalan dengan menurunnya pH
rumen. Degradasi protein suatu bahan pakan akan sangat mempengaruhi suplai
asam amino bagi hewan inang. Proses proteolisis menentukan ketersediaan
amonia, asam amino, ikatan-ikatan peptida dan asam-asam lemak rantai cabang
yang mana semuanya ini akan berdampak pada kecepatan pertumbuhan mikroba
rumen.
Proses degradasi protein di dalam rumen tidak dapat dipandang sebagai
suatu hal yang positip atau negatip. Pada situasi tertentu, proses degradasi protein
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan amonia bagi mikroba rumen. Pada situasi
yang lain (misalnya protein pakan berkualitas tinggi) laju degradasi diharapkan
tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, terhadap protein pakan berkualitas tinggi
sering dilakukan proteksi agar terlindung dari degradasi rumen. Pendugaan
kebutuhan protein harus mencakup jumlah protein pakan yang dapat didegradasi
di dalam rumen yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang yang
maksimum dan jumlah protein pakan yang lolos degradasi rumen yang diperlukan
untuk melengkapi asam amino asal mikroba rumen (Hungate, 1966).
10
III
PEMBAHASAN
11
12
Lemak yang terdapat pada pakan ternak ruminansia adalah lemak cair
(lemak tanaman) yang tersusun dari asam asam lemak tak jenuh yaitu linoleat dan
linolenat. Terjadinya proses hidrogenasi (perubahan lemak tak jenuh menjadi
jenuh) mengakibatkan susunan lemak tubuh sapi menjadi padat (keras) bila
dibandingkan dengan kuda yang diberi ransum yang sama akan menghasilkan
perlemakan tubuh yang lunak. Hal tersebut dikarenakan kuda merupakan ternak
non ruminansia.
Ternak memperoleh lemak dari tiga sumber, yaitu dari metabolisme lemak,
protein dan karbohidrat. Karbohidrat dan protein yang sudah dicerna dan diserap,
sebagian akan diubah menjadi lemak. Sedangkan lemak dari pakan dapat diubah
menjadi pati dan gula, yang kemudian bisa digunakan untuk energi dan sebagian
disimpan dalam jaringan sel sebagai lemak cadangan (Sugeng, 2003).
Konsentrasi asam lemak bebas yang tinggi menghambat pencernaan serat
kasar dan sebagai akibatnya menghasilkan proporsi asam asetat yang lebih sedikit,
pada saat yang bersamaan jumlah substrat yang terfermentasi menurun.
13
proses biohidrogenasi asam lemak yang tidak jenuh yang terjadi setelah lemak
dihidrolisis menjadi asam lemak bebas lemak bila dikonsumsi oleh ruminansia
dan mengalami proses metabolisme di dalam rumen dan pasca rumen. Lemak
yang masuk ke dalam rumen akan mengalami proses hidrolisis oleh bakteri rumen
seperti Anaerovibrio
fibrisolvens yang
akan
14
b) Asam-asam amino yang berasal dari ammonia dari asam-asam amino terdeaminasi (langsung atau diubah sebagai urea)
c) Asam-asam amino yang berasal dari senyawa-senyawa NPN ransum.
Protein yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia dalam rumen akan
mengalami dua proses penting, yaitu :
1. Hidrolisis ikatan peptida menghasilkan peptida dan asam amino
2. Demainasi asam amino
1. Hidrolisis
Dalam rumen protein pakan akan mengalami hidrolisa menjadi
oligopeptida oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroba rumen.
Oligopeptida selanjutnya akan diubah mengahasilkan peptida dan asam amino
yang bisa digunakan oleh sebagian mikroba rumen untuk pertumbuhannya,
terutama oleh Bacterosides ruminocola dimana bakteri ini mempunyai sistem
transpor untuk mengangkut 40% peptida dalam rumen sedangkan Butirivibrio
fibrosolvent menggunakan kurang dari 10% untuk pertumbuhannya. Tidak semua
asam amino dan peptida yang terbentuk di rumen digunakan oleh mikroba,
sebagian mengalir ke usus halus.
2. Deaminasi
Deaminasi adalah proses matabolime asam lemak dengan degradasi
protein oleh mikroba rumen. Asam amino akan mengalami katabolisme
(deaminasi) menghasilkan produk utama NH3 produk samping dari deaminasi
asam amino adalah VFA rantai cabang (iso valerat, iso butirat dan n metilbutirat),
yang sangat dibutuhkan oleh mikroba seluloliik rumen untuk pertumbuhannya.
Proses deaminasi asam amino menjadi ammonia lebih cepat dari
proteolisis, sehingga kadar asam amino bebas dalam rumen lebih sedikit.
Ammonia yag dihasilkan dari deaminasi asam amino akan digunakan oleh
mikroba sebagai sumber nitrogen untuk pembentukan protein tubuhnya. Mikroba
rumen (82%) menggunakan ammonia untuk membentuk protein tubuhnya.
Protein tidak semuanya mengalami degradasi oleh mikroba, protein yang
lolos dari degradasi dalam rumen bersama dengan protein mikroba akan mengalir
ke abomasum terus ke usus halus, dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh usus
halus dan pankreas dan diserap di usus halus.
Ammonia dalam rumen tidak hanya disuplai oleh proses degradasi protein
pakan. Hampir 30% nitrogen dalam pakan ruminansia juga terdapat dalam bentuk
organik sederhana seperti asam amino, amida, dan amina atau senyawa anorganik
15
seperti nitrat ada pada penggunaan pakan yang bermutu rendah urea sering
ditambahkan agar kadar nitrogen tinggi. Urea merupakan Non Protein Nitrogen
(NPN) yang menyebabkan degradasi dalam rumen lebih cepat. Amonia yang
terbentuk bersama dengan asam organik alfa keto akan membentuk asam amino
baru untuk sintesis protein mikroba. Bila kecepatan degradasi melebihi kecepatan
sintesis protein mikroba, akan terjadi akumulasi NH3 dalam rumen. Amonia yang
berlebih itu akan diserap oleh dinding rumen masuk ke dalam aliran darah dibawa
ke hati untuk diubah menjadi urea. Urea yang terbentuk akan masuk ke aliran
darah, sebagian akan difiltrasi oleh ginjal dan dikeluarkan melalui urine dan
sebagian lagi masuk kembali ke rumen melalui dinding rumen dan saliva yang
kemudian akan menjadi sumber N lagi bagi sintesis protein mikroba. Lebih dari
25% nitrogen protein pakan akan hilang melalui jalur ini. Karena protein
merupakan bahan pakan ternak ruminansia yang cukup mahal harganya, maka
perhatian untuk meminimalkan degradasi protein pakan dalam rumen perlu
dipertimbangkan
Degradasi protein dalam rumen merupakan multi proses yang meliputi
tingkat kelarutan, hidrolisis enzim ekstra selluler, dreaminasi, dan lamanya pakan
dalam rumen. Jenis pakan juga mempengaruhi degradasi protein dalam rumen.
Pakan yang terdiri dari rumput segar yang tinggi akan protein dan karbohidrat
mudah larut, meningkatkan pertumbuhan mikroba proteolitik sehingga aktivitas
degradasi dalam rumen 9 kali lebih besar dibandingkan pakan yang rendah
proteinnya seperti hay.
Proses degradasi protein dan deaminasi asam amino dalam rumen akan
terus berlangsung walaupun telah terjadi akumulasi amonia yang cukup tinggi.
Proses degradasi ini tidak dapat dipandang sebagai suatu proses yang
menguntungkan ataupun merugikan, karena di satu sisi proses degradasi
diharapkan untuk memenuhi kebutuhan amonia dan peptida untuk pertumbuhan
mikroba rumen, sedang dilain sisi, protein yang bermutu tinggi diharapkan tidak
banyak mengalami degradasi dalam rumen sehingga bisa menyumbangkan asam
amino bagi hewan induk semang. Untuk memperkecil degradasi protein pakan
dalam rumen dapat dilakukan dengan cara : 1) penambahan bahan kimia
16
IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pada isi makalah, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada
ternak
Ruminansia,
fermentasi
karbohidrat
dilakukan
oleh
mikroorganisme (bakteri) di dalam reticulum yang mensekresikan enzimenzim sehingga dapat mencerna makanan yang masuk.
2. Ternak memperoleh lemak dari tiga sumber, yaitu dari metabolisme lemak,
protein dan karbohidrat. Metabolisme lemak itu diawali dengan
karbohidrat dan protein yang sudah dicerna dan diserap, lalu sebagian akan
diubah menjadi lemak. Sedangkan lemak dari pakan dapat diubah menjadi
pati dan gula, yang kemudian bisa digunakan untuk energi dan sebagian
disimpan dalam jaringan sel sebagai lemak cadangan.
3. Protein pakan untuk ruminansia digolongkan menjadi protein yang dapat
dicerna di dalam rumen disebut dengan Digestible Intake Protein
(DIP) dan
protein
pakan
yang
lolos
degradasi
rumen
disebut
17
DAFTAR PUSTAKA
Baldwin, R.L. & M.J. Allison. 1983. Rumen metabolism. J. Animal Science.
57:461.
Hungate, R. E. 1966. The Rumen and Its Microbes. New York: Academic Press
Kamal, M., 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Sugeng, Y.B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Bogor: Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
18