Tugas KMB Iii
Tugas KMB Iii
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Saat ini, penyakit musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai dipusat-pusat pelayanan kesehatan diseluruh dunia. Bahkan WHO
telah menetapkan decade ini (2000-2010) menjadi decade tulang dan
persendian. Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur menurut FKUI
(2000),fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan
menurut Boenges, ME, Moorhouse, MF, dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat
bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena
tekanan pada tulang yang berlebihan.
Ada bebrapa cara yang digunakan dalam penanganan pertama pada kasus
fraktur diantaranya adalah dengan traksi dan gips. Traksi adalah tahanan yang
dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan
pada tulang dan otot.dengan tujuan untuk menangani fraktur , dislokasi atau
spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat
penyembuhan. Sedangkan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif
pilihan(terutama pada fraktur) dan dapat digunakan didaerah terpencil dengan
hasil yang cukup baik bila cara pemasangan, indikasi, kontra indikasi serta
perawatan setelah pemasangan diketahui dengan baik. Berdasarkan uraian
diatas penulis bermaksud membahas makalah dengan judul perawatan pasien
dengan gips dan traksi.
B Rumusan Masalah
Bagaimana perawatan pada pasien dengan gips dan traksi?
C Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa mengetahui dan memahami perawatan pada pasien dengan gips dan
traksi.
Tujuan Khusus :
1. Menjelaskan konsep dasar gips
a.Menjelaskan mengenai pengertian gips.
b. Menjelaskan mengenai jenis-jenis gips.
c.Menjelaskan mengenai bahan-bahan gips.
d. Menjelaskan mengenai indikasi
e.Menjelaskan mengenai kelebihan gips
f. Menjelaskan mengenai kekurangan gips
g. Menjelaskan mengenai komplikasi dari gips.
h. Menjelaskan mengenai asuhan kperawatan klien dengan gips.
2. Menjelaskan konsep dasar traksi.
a. Menjelaskan mengenai pengertian traksi.
b. Menjelaskan mengenai jenis-jenis traksi
c. Menjelaskan mengenai Prinsip-Prinsip Traksi Efektif
d. Menjelaskan mengenaikomplikasi traksi
e. Menjelaskan mengenai asuhan kperawatan klien dengan traksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Gips
1 Pengertian
Gips merupakan suatu bahan kimia yang pada saat ini tersedia dalam
lembaran dengan komposisi kimia (CaSO4)2 H2O + 3 H2O = 2
(SaSO42H2O) dan bersifat anhidrasi yang dapat mengikat air sehingga
membuat kalsium sulfat hidrat menjadi solid/keras. Pada saat ini sudah
tersedia gips yang sangat ringan.
Pemasangan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif pilihan
(terutama pada fraktur) dan dapat dipergunakan di daerah terpencil dengan
hasil yang cukup baik bila cara pemasangan, indikasi, kontraindikasi serta
perawatan setelah pemasangan diketahui dengan baik.
2
Jenis-Jenis Gips
a. Gips Lengan
Klien yang lengannya diimobilisasi dengan gips harus mematuhi
kewaijban rutin. Pembengkakan (edema), kontraktur, bahkan sindrom
kompartemen dapat terjadi akibat pemasangan gips. Lengan yang bebas
harus selalu digerakkan sesuai gerakan seperti biasa. Klien mungkin
merasakan kelelahan sehubungan dengan perubahan aktivitas dan berat
gips itu sendiri, oleh karena itu diperlukan banyak waktu istirahat. Untuk
mengurangi dan mengontrol pembengkakan, lengan yang diimobilisasi
harus ditinggikan. Ketika klien berbaring, lengan ditinggikan, dengan
diposisikan sendi lebih tinggi dari sendi yang lebih proksimal (misal siku
lebih tinggi dari sendi bahu, tangan lebih tinggi dari siku). Bila klien
duduk, lengan harus tetap ditinggikan.
Bagi klien rawat jalan boleh dipasang sling (penggantung). Untuk
mencegah tekanan pada saraf spinal leher, tekanan penggantung harus
tersebar pada daerah yang luas dan bukan hanya pada belakang leher saja.
Klien dianjurkan untuk sesering mungkin melepaskan penggantung dan
meninggikan lengannya.
Gangguan peredaran darah pada tangan akan tampak jelas dengan
adanya
tanda
sianotik,
pembengkakan
dan
ketidakmampuan
pada
gips
lengan
adalah
kontraktur Volkmann,
suatu
sindrom
prosedur,
untuk
memindahkan
tekanan
dan
6) Gips tubuh
Gips melingkar di batang tubuh
7) Gips spika
Melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips
spika tunggal atau ganda)
8) Gips spika bahu
Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku
9) Gips spika pinggul
Melingkari batang tubuh satu ekstremitas bawah; bisa seperti gips
spika tunggal atau ganda
2.
3.
gips
Instruksikan klien untuk membantu dengan menggunakan lengan pada
4.
5.
6.
Bahan-Bahan Gips
a. Gips Plester
Gips tradisional dibuat dari bahan gips. Gips pemblut dapat mengikuti
kontur tubuh secara halus. Gulungan crinoline diimpregnasi dengan
serbuk kalsium sulfat anhidrus (kristal gypsum). Dalam keadaan basah,
terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas (reaksi eksotermis).
Kritalisasi menghasilkan pembalutan yang kaku. Kecepatan terjadinya
reaksi kira-kira 15-20 menit. Panas yang dihasilkan selama reaksi ini
sering mengganggu kenyamanan. Oleh karena itu, air yang digunakan
harus dingin. Gips harus ditempatkan di tempat terbuka, agar panas dapat
keluar secara maksimal. Umunya gips sudah dingin setelah 15 menit.
Setelah plester mengeras, gips masih tetap basah dan kadang masih agak
lembek. Kekuatan penuh baru tercapai setelah kering. Ketika masih
lembab dapat membentuk cekungan, bila pemasangannya menggunakan
jari, buka telapak tangan atau dibiarkan terletak pada benda keras atau
permukaan tajam. Cekungan tersebut dapat menimbulkan tekanan pada
kulit dibawah gips. Gips memerlukan waktu sekitar 48 jam untu kering
Pembengkakan
yang
meluas
mungkin
akan
barang.
Mintalah
klien
untuk
tersebut.
Latihan
pasif
atau
aktif
akan
parestesia.
Jika
terdapat
edema,
perawat
harus
kulit.
Tidak
menjdi
lunak
jika
terkena
air,
seingga
e
f
berbagai sebab.
Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu
setelah suatu operasi misalnya pada artrodesis.
Mudah didapatkan.
Mura dan mudah dipergunakan oleh setiap dokter.
Dapat diganti setiap saat.
Dapat dipasang dan dibuat cetakan sesuai bentuk anggota gerak.
Dapat dibuat jendela/lubang pada gips untuk membuka jahitan atau
tertentu.
Gips bersifat rediolusen sehingga pemeriksaan foto rontgen tetap dapat
c
d
Komplikasi Gips
b
c
d
e
Berubahnya Posisi
Pembengkakan adalah salah satu ciri utama dari segala macam bentuk
patah/retak tulang.
Rasa Sakit Yang Ditimbulkan Oleh Gips
Hilangnya Kekuatan
Terganggunya Peredaran Darah
Sindrom Gips
Respon psikologis dan fisiologis yang terjadi akibat keterbatasan
yang disebabkan pemasngan gips besar. Komponen psikologis sindrom
gips mirip dengan reaksi klaustrofobia yaitu klien memperlihatkan reaksi
ansietasakut yag ditandai dengan perubahan tingkah laku dan respon
otonomik (misal peningkatan frekuensi pernapasan, diaporesis, pelebaran
pupil, peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah).
Perawat harus mengenali reaksi ansietass dan menciptakan suasana agar
klien merasa aman.
Respon fisiologis terhada gips dapat berupa penimbunan udara usus,
terjadi peningkata tekanan dan dapat terjadi ileus. Klien mengalami
distensi, perut tidk nyaman, mual dan muntah. Seperti pda klien ileus
dinamik pada umumnya, klien dirawat secara konservatif denga
dekompresi (intubasi nasogastrik yang dihubungkan dengan mesin
penghisap) dan cairan intravena motilitas gastrointestinal kembali lagi.
Bial gips menekan perut yang distensi, harus dilakukan pembuatan
jendela di perut. Distensi dapat menyebabkan tarikan pada arteri
masentrika superior, sehingga menurunkan asuan darah ke usus. Usus
dapat mengalami gangren dan memerlukan intervensi bedah.
Waspadai terjadiya sindrom gips pada klien dengan pemasangan gips
benar
dan
penanganan.
merencanakan
intervensi
untuk
pencegahan
maupun
Sindrom Kompartemen
Sindrom Kompartemen dapat terjadi bila adanya peningkatan
tekanan jaringan dalam rongga yang terbatas (misal : gips,kompartemen
otot) yang akan memperburuk peredaran darah dan fungsi jaringan dalam
rongga yang tertutup. Sindrom kompartemen ditandai dengan adanya
nyeri yang tidak dapat diobati, pembengkakan yang berlebihan, respon
pengisisan kapiler yang buruk, tidak mampu menggerakkan jari tangan
dan kaki, serta meningkatnya tekanan jaringan.
Untuk mengurangi/meredakan tekanan, gips harus dilakukan bivalve
(dipotong memanjang namun tetap mempertahankan kesejajaran), dan
meninggikan ekstremitas yang terpasang gips. Bila tekanan tidak turun,
maka perlu dilakukan fasiotomi untuk menurunkan tekanan didalam
kompartemen. Perawat harus memantau secara ketat respon klien, respon
neurovaskuler harus dicatat, dan setiap adanya perubahan harus segera
dilaporkan kepada tim medis.
dari
jantung0
untuk
mengontrol
pembengkakan
dan
Prosedur
1 Sokong
ekstremitas
Rasional
atau Meminimalkan
gerakan,
gips.
Posiskan
dan
reduksi
dan
kesegarisan,meningkatkan kenyamanan.
pertahankan Memungkinkan pemasangan gips yang
selama
prosedur
pemasangan gips.
Pasang duk pada klien.
Menghindari
pajanan
perlu,melindungi
yang
bagian
tidak
badan
kulit
dari
bahan
lain
gips,
lain.
Balutkan gulungan bantalan Melindungi
kulit
kulit
dari
tekanan
pada
tonjolan
tubuh .pilih
sekitarnya
setengah membentuk
gips
sedemikian
rupa
lebarnya.lakukan
gerakan
berkesinambungan
agar
bagian
perguanakan
tubuh
bahan
gips
cutter.
Bersihkan partikel bahan gips Menjaga agar partikel tidak lepas dan
dari kulit.
10 Sokong
gips
proses
dengan
telapak
jangan
diletakkan
yang
tidak
menyerap digunakan
pada gips sintetis.
Sumber : smeltzer S.C dan Bare B.G 2002
Berikut cara pemasangan gips menurut (Arif Muttaqin : 2005)
Lingkungn berupa suatu ruang tindakan yang ideal hendaknya memiliki bak cuci
(wastafel)
Lantai yang mudah dicuci; selokan yang mengalir lancaar terutama untuk
mencegah peyumbatan gips di baah bak cuci (wastafel)
Persiapan alat
Perlengkapan dasar bisa dibagi 2 gologan : alat-alat proteksi dan alat-alat untuk
memasang dan membuka pembalut gips
1. Proteksi
Dibawah ini adalah contoh dari perlengkapan dasar
Pelindung dada (apron)
Pemotong gelang (ring-cutters) sehingga gelang yng terlalu ketat dan berbahaya
dapat di potong klau tidak berhasil melepaskannya dengan cara sederrhana
misalnya dengan sabun
2. Alat-alat
Alat-alat yang diperlukan dalam pemasangan gips sebaiknya sudah leengkap
perawat siapkan dan sudah tertata di atas meja/trolli tindakan yang berisi:
Kain lakan (steak-laken)
Soft band, elastis verband dn gips (ukuran 4 inch untuk lengan dewasa dan 6
1 orang operator
1 orang asisten
Pencatatan
Sebuah buku, kartu arsip dan cara pencatatan yang lain dari si klien harus selalu
ada. Yang perlu di catat adalah
2. Pembalut dicelupkan seluruhnya ke dalam air dalam keadaan miring (45 C) untuk
membantu mengeluarkan gelembung-gelembung udara. Yang paling penting ialah
pembalut harus dipegang dengan hati-hati,kalau tidak air tidak akan diserap secara
efektif di antara lapisan-lapisan. Apabila gelembung udara sudah hilng kira-kira
5 detik maka pembalut dikeluarkan dan diperas untuk mengeluarkan airnya. Cara
ini bisa menjamin sedikitnya gips yang hilang
3. Memeras dengan cara meremas-rmas dan memutarnya harus dihindarkan karena
ini dapat menyebabkan ppembalut terlalu kering untuk membuat pembalut gips
yang efisien dan mudah. Kalau perlu, memerassnya dengan tangan secara hati-hati
akan membua pembalut gips lebih mantap kadar cairannya
4. Pada waktu menyerahkan pembalut pada operator, ujungnya harus terrlpas bebas.
Celupkan pembalut itu lagi dan pegang hati-hati didalam air. Sementara itu
operator membalut secara rata pada anggota badan. Harus diperhatikan pula bahwa
ketegangan (kekencangan membalut) secara minimal dan ditujukan pada daerah
sebelah tengah dan bukan di ujung ata pinggiranmya
5. Pada bentuk pemasangan sirkuler maka membalutnya harus secara melingkar
(sirkular) dan spiral. Membalut secar membalik akan menimbulkan gundukangundukan pada bagian dalam pembalut gips
6. Pembentukn pembalut yang sesuai dengan bentuk anggot badan adalah dengan
cara menggosokkan (mengurut) secara teratur dengan telapak tangan yang basa
sampai permukaan balutan gips halus, dan melipatnya pada ujung bagian atas da
bawah pembaut, dan berhati-hati menghindari tulang-tulang yang menonjol.
Pelipatan ini akan menjamin bagian tengah pembalut terletak pada posisi yang
sempurna
7. Apabila tebal yang diinginan sudah tercapai, extremiteit mungkin perlu dipotong
sedikit (ditrim) unutk menjga kebebasan gerak tulang sendi yang tidak
diimobilisasikan ini harus dikerjakan waktu pembalut itu basah dan jangan tunggu
sampai kering sama sekali. Pembalut yang sudah selesai dan masih basah harus
ditangani dengan hati-hati, untuk mencegah kerusakan. Klien juga harus diberikan
instruksi untuk berhati-hati memeliharanya
b. Membuka gips
Setelah gips dipasang dan proses penyembuahn atau tujuan telah dicapai,
gips perlu dilepas berdasarkan prosedur yang berlaku . pada patah tulang
yang dikoreksi dengan pemasangan gips, pemulihan akan terjadi setelah
1-6 bulan, bergantung pada kondisi patah tulang dan kecepatan
penyembuhan.
Tujuan :Prosedur ini bertujuan untuk membuka gips tanpa menimbulkan
trauma baru.
Peralatan
1
2
3
4
Pisau gips .
Pembuka gips.
Pisau bedah
Gunting dan plester/balutan.
Prosedur
Prosedur
Jelaskan
pada
Rasional
mengenai Meningkatkan
klien
prosedurnya
mengurangi
prosedur.
Yakinkan klien bahwa gergaji listrik Mengurangi
atau
pemotong
melukai kulit.
Gips
akan
gips
tidak
dibelah
kerjasama
dan
kecemasan
akan
ansietas
(pisau
gips,
mencegah
rasa
diambil.
yang telah diimobilisasi.
Cuci dan keringkan bagian yang habis Mengangkat kulit mati yang telah
diimobilisasi dengan lembut. Oleskan menumpuk
selamaimobilisasi.
minyak pelumas.
Menjaga kulit tetap kenyal.
Berikan informasi kepada klien untuk Mencegah kerusakan kulit.
tidak menggosok dan menggaruk kulit
.
Ajari klien untuk secara bertahap Melindungi bagian yang menjadi
kembali ke kegiatan aktif bagian tubuh lemah akibat stress yang berlebihan.
menurut
panduan
sesuai
terapeutik.
kekakuan
serta
mengermbalikan
klien
untuk
Diagnosa Keperawatan
Pada klien yang menggunakan gips :
a. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan
b. Nyeri bd gangguan musculoskeletal.
c.
d.
e.
f.
Rencana Keperawatan
a. Diagnosis Keperawatan ; Kurang pengetahuan mengenai program
pengobatan
Tindakan
Kriteria Evaluasi
1 Berikan informasi mengenai Klien secara aktif
panas
akibat
reaksi
pengerasan gips.
Beritahu klien mengenai apa
yang akan dirasakan selama
berpartisipasi
yang timbul.
Tetap melakukan
lanjut
atau
tindak
mengadakan
pemasangan gips.
Sampaikan bahwa bagian ayng
di gips tidak dapat digerakkan
selama pemasangan gips.
berkurangnya
ekstremitas
terpasang gips.
Bantu klien untuk merubah
posisi.
Berikan
order.
Tindak lanjuti nyeri yang tidak
dapat
obat-obatan
dikontrol
peninggian,
sesuai
dengan
kompres
dan
analgetik.
jari-jari
klien
jari-jari kaki.
Partisipasiaktif
perawatan
Mengguanakan
kaki
bila
dalam
alat
bantu
dengan aman.
dalam
kemandirian.
Libatkan
klien
mencapai
dalam
atau
dengan
bantuan
merencanakan
dan
hari.
Bantu
minimal.
Makan sendiri secara mandiri
atau dengan bantuan minimal
klien
memenuhi
abrasi
pemasangan gips.
Bersihkan
kulit
dengan
seksama
lakukan
dan
penyembuhan
sebagai alternative.
Observasi adanya tanda infeksi
sistemik: bau dari gips, cairan
nyeri,
pembengkakan, terlibat:
paralisis,
bandingkan
sebelahnya.
Dorong
klien
minimal.
Mampu
dan
suhu dingin.
Kaji Jari tangan atau jari
gips,
dengan
untuk
memperlihatkan
gerakan
kaki.
Melaporkan sensasi normal
dapat dikontrol.
dengan
pemberian analgetik.
terapeutik.
Jenis traksi
Traksi lurus atau langsung, memberikan gaya tarikan dalam suatu garis
lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi ekstensi Buck
dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus. Traksi suspensi seimbang
memberi dukungan pada ekstremitas yang sakit di atas tempat tidur sehingg
memungkinkan mobilisasi sampai batas tertentu tanpa terputusnya garis
tarikan. Traksi dapat dilakukan pada kulit (traksi kulit) atau langsung ke
skelet tubuh (traksi skelet). Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi
manual), dan merupakan traksi sementara yangg bisa digunnakann pada saat
pemasangan gips.
a. Traksi Kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit dan memerikan
imobilisasi. Bila dibutuhkan beban traksi yang berat dan dalam waktu
yang lama, sebaiknya gunakan traksi skelet. Traksi kulit terjadi akibat
beban menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yangg diletakkan ke
kulit. Traksi pada kulit meneruskan traksi ke struktur muskuloskeletal.
Beratnya beban yang dapat dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi
toleransi kulit, tidak lebih dari 2-3 kgg. Traksi pelvis umumnya 4,5-9 kg,
tergantung berat badan klien (Smeltzer, 2002).
Menurut Sjamsuhidajat (1997), beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh
melebihi 5 kg, karena bila beban berlebih kulit dapat mengalami nekrosis
akibat tarikan yang terjadi karena iskemia kulit. Pada kulit yang tipis,
beban yang diberikan bahkan lebih kecil lagi dan pada orang tua tidak
boleh dilakukan traksi kulit. Traksi kulit banyak dipasang pada anak-anak
karena traksi skelet pada anak dapat merusak cakram epifisis. Jadi
beratnya beban traksi kulit anatara 2-5 kg.
Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skelet bergantung pada tujuan
traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanya hanya beberapa hari,
sedangkan traksi untuk resposisi beserta imobilisasi lamanya sesuai
dengan lama terjadinya kalus fibrosa. Setelah terjadi kalus fibrosa,
ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Traksi kulit apendikuler (hanya
pada ekstremitas) digunakan pada orang dewasa, termasuk traksi ekstensi
Buck, traksi Russel, dan traksi Dunlop.
1) Traksi Buck, ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah bentuk
taksi kulit di mana tarikan diberikan pada satu bidang bila hanya
imbolisisasi parsial atau temporer yang diinginkan. Traksi Buck
digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah cedera pinggul
sebelum dilakukan fiksasi bedah. Sebelumnya inspeksi kulit dari
adanya abrasi dan gangguan peredaran darah. Kulit dan peredaran
darah harus dalam keadaan sehat agar dapat menoleransi traksi. Kulit
harus bersih dan kering sebelum boot spon atau pita traksi dipasang.
2) Traksi Russel, traksi Russel dapat digunakan untuk fraktur pada plato
tibia, menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan memberikan
gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan balutan elastis ke
tungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar
lutut benar-benar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit.
Traksi kulit dapat mengakibatkan iritasi kulit. Kulit yang yang sensitif
dan rapuh pada lansia harus diidentifikasi pada pengkajian awal. Reaksi
kulit yang berhubungan langsung dengan plester dan spon harus dipantau
ketat. Traksi kulit harus dipasang dengan kuat agar kontak dengan plester
dan spon tetap erat. Gaya geseran pada kulit harus dicegah. Plester traksi
harus dipalpasi setiap hari untuk mengetahui adanya nyeri tekan. Pada
ekstremitas bawah, tumit, dan tendo achilles harus diinspeksi beberapa
kali sehari.
Boot spon harus diangkat untuk melakukan inspeksi tiga kali sehari. Perlu
bantuan perawat lain untuk menyangga ekstremitas selama inspeksi.
Lakukan perawatan punggung minimal tiap dua jam untuk mencegah
ulkus dekubitus. Gunakan kasur udara, busa densitas padat untuk
meminimalkan terjadinya ulkus kulit.
Lakukan perawatan ekstremitas bawah untuk menceggah penekanan saraf
proncus pada titik ketika melintasi sekitar leher fibula tepat di bawah
lutut. Tekanan itu dapat menyebabkan footdrop. Klien ditanya tentang
dan
untuk
mencapai
penyembuhan
fraktur. Mengutip
pendapat
lakukan
latihan
isometrik.
Untuk
mempertahankan
pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan
biasanya diberikan sebagai traksi intermiten.
Prinsif traksi efektif adalah sebagai berikut.
a. Traksi skelet tidak boleh putus.
b. Beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.
c. Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika
traksi dipasang.
d. Tali tidak boleh macet.
e. Beban harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur
atau lantai.
f. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki
4
tempat tidur.
Komplikasi Dan Pencegahan
Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul pada klien
yang terpasang traksi adalah sebagai berikut.
a. Dekubitus
1) Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan
intervensi awal untuk mengurangi tekanan.
2) Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindung kulit
(misal pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi.
3) Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk kerusakan kulit.
4) Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan
dokter atau ahli terapi enterostomal, mengenai penanganannya.
b. Kongesti Paru dan Pneumonia
1) Auskultasi paru untuk mengetahui status pernafasan klien.
2) Ajarkan klien untuk nafas dalam dan batuk efektif.
3) Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus,
misalnya spirometri insentif, bila riwayat klien dan data dasar
menunjukkan klien beresiko tinggi mengalami komplikasi pernafasan.
4) Bila telah terjadi masalah pernafasan, perlu diberikan terapi sesuai
order.
c. Konstipasi dan Anoreksia
1) Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang mobilitas
gaster.
2) Bila telah terjadi konstipasi, konsultasikan dengan dokter mengenai
penggunaan pelunak tinja, laksatif supositoria, dan enema.
3) Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukkan dalam program diet
sesuai kebutuhan.
d. Statis dan Infeksi Saluran Kemih.
1) Pantau masukan dna keluaran berkemih.
2) Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup, dan
berkemih tiap 2-3 jam sekali.
3) Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih, konsultasikan
dengan dokter untuk menanganinya.
e. Trombosis Vena Profunda
1) Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi.
2) Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang menyertainya, yang akan menyebabkan stasis.
3) Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan
melaporkannya ke dokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.
D. Konsep Asuhan Keperawata dengan Klien Menggunakan Traksi
1 Pengkajian
Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji. Status neurovaskuler (misal
warna, suhu, dan pengisian kapiler ) dievaluasi dan dibandingkan dengan
ekstremitas yang sehat. Adanya nyeri tekan betis, hangat,kemerahan,
bengkak, atau tanda Homan positif(tidak nyaman ketika kaki didorsofleksi
dengan kuat) mengarahkan adanya thrombosis vena dalam. Identifikasi awal
masalah
Diagnosa Keperawatan
a. Kurang pengetahuan mengenai program terapi.
b. Ansietas bd status kesehatan dan alat traksi.
c. Nyeri dan ketidaknyamanan bd traksi dan imobilisasi.
d. Kurang perawatan diri bd traksi.
e. Gangguan mobilitas fisik bd proses penyakit dan traksi.
Rencana Keperawatan
a. Diagnosis Keperawatan : Kurang pengetahuan mengenai program terapi.
Tindakan
Criteria evaluasi
1 Diskusikan masalah patologik
Klien menunjukkan pemahaman terhadap
2 Jelaskan alasan pemberian terapi
program terapi ;
traksi.
1 Menjelaskan tujuan traksi.
3 Ulangi dan berikan informasi
2 Berpartisipasi
dalam
rencana
4
sesering mungkin.
Dorong partisipasi
perawatan.
aktif
klien
Criteria hasil
dan Klien menunjukkan penurunan ansietas :
1 Berpartisipasi aktif dalam perawatan.
implikasi pemasangan traksi.
2 Mengekspresikan perasaan dengan aktif.
Diskusikan bersama klien tentang apa
prosedur,
tujuan
dilakukan .
Lakukan kunjungan
sering berkunjung.
Berikan aktivitas pengalih.
yang
sering
Tindakan
Criteria evaluasi
1 Berikan penyangga berupa papan pada Klien menyebutkan peningkatan kenyamanan;
1 Mengubah posisi sendiri sesering
tempat tidur dari kasur yang padat.
2 Gunakan bantalan kasur khusus untuk
mungkin.
3
4
Kadang-kadang
meminta
analgetik
oral.
2
3
Criteria evaluasi
klien memenuhi kebutuhan Klien mampu melakukan perawatan diri ;
1 Memerlukan sedikit bantuan pada saa
sehari-harinya seperti makan, mandi,
makan, mandi,berpakaian, dan toileting
dan berpakaian.
Dekatkan alat bantu di samping klien.
Tingkatkan
rutinitas
untuk
memaksimalkan kemandirian klien.
mobilitas
yang
benar
untuk
menghindari
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gips merupakan suatu bahan kimia yang pada saat ini tersedia dalam
lembaran dengan komposisi kimia (CaSO4)2 H2O + 3 H2O = 2 (SaSO42H2O)
dan bersifat anhidrasi yang dapat mengikat air sehingga membuat kalsium
sulfat hidrat menjadi solid/keras. Pada saat ini sudah tersedia gips yang sangat
ringan. Jenis-jenis gips, antara lain : gips lengan, gips tungkai, gips tubuh atau
spika, dll. Bahan-bahan gips,antara lain : gips plester dan gips nonplester.
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Jenis-jenis traksi,
anta lain : traksi kulit (traksi buck, traksi russel, traksi dunlop) dan traksi skelet.
B. Saran
Dengan adanaya penjabaran tentang perawatan pasien dengan gips dan
traksi diharapkan agar kita lebih mngerti, memahami, dan mampu menerapakan
serta mengaplikasiknnya dalam dunia keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2005. RINGKASAN BUKU AJAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
SISTEM MUSKULOSKELETAL. Banjarmasin:
Ningsih, lukman Nurna. 2009. Askep pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, suzzane. C., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddart. Jakarta : EGC.