Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Saat ini, penyakit musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai dipusat-pusat pelayanan kesehatan diseluruh dunia. Bahkan WHO
telah menetapkan decade ini (2000-2010) menjadi decade tulang dan
persendian. Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur menurut FKUI
(2000),fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan
menurut Boenges, ME, Moorhouse, MF, dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat
bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena
tekanan pada tulang yang berlebihan.
Ada bebrapa cara yang digunakan dalam penanganan pertama pada kasus
fraktur diantaranya adalah dengan traksi dan gips. Traksi adalah tahanan yang
dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan
pada tulang dan otot.dengan tujuan untuk menangani fraktur , dislokasi atau
spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat
penyembuhan. Sedangkan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif
pilihan(terutama pada fraktur) dan dapat digunakan didaerah terpencil dengan
hasil yang cukup baik bila cara pemasangan, indikasi, kontra indikasi serta
perawatan setelah pemasangan diketahui dengan baik. Berdasarkan uraian
diatas penulis bermaksud membahas makalah dengan judul perawatan pasien
dengan gips dan traksi.
B Rumusan Masalah
Bagaimana perawatan pada pasien dengan gips dan traksi?

C Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa mengetahui dan memahami perawatan pada pasien dengan gips dan
traksi.
Tujuan Khusus :
1. Menjelaskan konsep dasar gips
a.Menjelaskan mengenai pengertian gips.
b. Menjelaskan mengenai jenis-jenis gips.
c.Menjelaskan mengenai bahan-bahan gips.
d. Menjelaskan mengenai indikasi
e.Menjelaskan mengenai kelebihan gips
f. Menjelaskan mengenai kekurangan gips
g. Menjelaskan mengenai komplikasi dari gips.
h. Menjelaskan mengenai asuhan kperawatan klien dengan gips.
2. Menjelaskan konsep dasar traksi.
a. Menjelaskan mengenai pengertian traksi.
b. Menjelaskan mengenai jenis-jenis traksi
c. Menjelaskan mengenai Prinsip-Prinsip Traksi Efektif
d. Menjelaskan mengenaikomplikasi traksi
e. Menjelaskan mengenai asuhan kperawatan klien dengan traksi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Gips
1 Pengertian

Gips merupakan suatu bahan kimia yang pada saat ini tersedia dalam
lembaran dengan komposisi kimia (CaSO4)2 H2O + 3 H2O = 2
(SaSO42H2O) dan bersifat anhidrasi yang dapat mengikat air sehingga
membuat kalsium sulfat hidrat menjadi solid/keras. Pada saat ini sudah
tersedia gips yang sangat ringan.
Pemasangan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif pilihan
(terutama pada fraktur) dan dapat dipergunakan di daerah terpencil dengan
hasil yang cukup baik bila cara pemasangan, indikasi, kontraindikasi serta
perawatan setelah pemasangan diketahui dengan baik.
2

Jenis-Jenis Gips
a. Gips Lengan
Klien yang lengannya diimobilisasi dengan gips harus mematuhi
kewaijban rutin. Pembengkakan (edema), kontraktur, bahkan sindrom
kompartemen dapat terjadi akibat pemasangan gips. Lengan yang bebas
harus selalu digerakkan sesuai gerakan seperti biasa. Klien mungkin
merasakan kelelahan sehubungan dengan perubahan aktivitas dan berat
gips itu sendiri, oleh karena itu diperlukan banyak waktu istirahat. Untuk
mengurangi dan mengontrol pembengkakan, lengan yang diimobilisasi
harus ditinggikan. Ketika klien berbaring, lengan ditinggikan, dengan
diposisikan sendi lebih tinggi dari sendi yang lebih proksimal (misal siku
lebih tinggi dari sendi bahu, tangan lebih tinggi dari siku). Bila klien
duduk, lengan harus tetap ditinggikan.
Bagi klien rawat jalan boleh dipasang sling (penggantung). Untuk
mencegah tekanan pada saraf spinal leher, tekanan penggantung harus
tersebar pada daerah yang luas dan bukan hanya pada belakang leher saja.
Klien dianjurkan untuk sesering mungkin melepaskan penggantung dan
meninggikan lengannya.
Gangguan peredaran darah pada tangan akan tampak jelas dengan
adanya

tanda

sianotik,

pembengkakan

dan

ketidakmampuan

menggerakkan jari-jari. Salah satu efek serius kontriksi peredaran darah

pada

gips

lengan

adalah

kontraktur Volkmann,

suatu

sindrom

kompartemen. Sindrom kompartemen dapat diatasi dengan melakukan


bivalving gips untuk menghilangkan kontriksi gips dan dibalut. Jika perlu
dilakukan fisiotomi untuk memperbaiki status vaskular. Kerusakan
permanen dapat terjadi beberapa jam bila tidak dilakukan pertolongan.
Kontraktur jari-jari dan pergelangan tangan dapat terjadi sebgai akibat
iskemia karena adanya obstruksi aliran darah arteri ke lengan bawah dan
tangan. Klien tidk mampu mengekstensikan jari-jari, mengalami sensasi
abnormal (misal nyeri sulit hilang, nyeri karena regangan), dan
memperlihatkan gangguan peredaan darah ke tangan.
b. Gips Tungkai
Imobilisasi biasa terjadi bagi klien dengan pemasangan gips
tungkai. Gips tungkai dapat berupa gips tungkai pendek yang memanjang
sampai lutut atau gips tungkai yang memanjang sampai lipat paha. Gips
yang masih basah harus ditangani dengan sedemikin rupa supaya tidak
terjadi cekungan atau retak. Tungkai disangga dengan bantal sampai
setinggi jantung untuk mengontrol pembengkakan. Kompres es dapat
diberikan bila perlu pada tempat fraktur di hari pertama atau kedua.
Tungkai harus dikaji mengenai peredaran darah yang adekuat dan fungsi
saraf yang normal. Peredaran darah dikaji dengan memperhatikan warna,
suhu dan pengisian kapiler dari kaki yang terbuka. Fungsi saraf dikaji
dengan memperhatikan kemampuan klien menggerakkan jari-jari kaki
dengan menanyakan mengenai apa yang klien rasakan pada kaki. Kebas,
kesemutan dan rasa terbakar dapat tejadi akibat cedera saraf proneus
karena tekanan pada kaput fibula. Cedera saraf proneus merupakan
penyebab utama footdrop (klien tidak dapat melakukan dorfleksi kaki).
Bila klien duduk, harus dianjurkan untuk meninggikan tungkai yang di
gips. Klien harus berbring sesering mungkin dalam sehari dengan tungkai
yang di gips ditinggikan untuk memperbaiki aliran balik vena.
c. Gips Tubuh atau Spika

Tehnik perawatan khusus dibutuhkan pada klien dengan gips tubuh


atau gips spika. Gips tubuh dipasang bila diperukan imobilisasi tulang
belakang. Spika panggul digunakan pada klien yang patah leher, tulang
femur dan beberapa pembedahan sendi panggul. Gips spika baru dipasang
pada pada patah leher tulang humerus. Klien harus diawasi terhadap
sindrom gips.
Sebelum pemasangan gips, jelaskan prosedur yang akan dilakukan
untuk mengurangi kecemasan klien. Pemberian obat analgetik dan
relaksasi dilakukan sebelum dilakukan prosedur, sehingga memungkinkan
klien untuk bekerja sama. Klien dimiringkn setiap 2 jam setelah
penatalaksanaan

prosedur,

untuk

memindahkan

tekanan

dan

memungkinkan gips untuk mengeras. Klien diputar ke posisi tengkurap 2


kali sehari sesuai toleransi, untuk memungkinkan drainase postural
cabang-cabang bronkus dan mengurangi tekanan pada punggung.
Berikut ini akan diuraikan jenis gips silider yang umum dan area yang
sering mengalami tekanan (Smeltzer, 2002) :
1) Gips lengan pendek
Memanjang dari bawah sikusampai lipatan telapak tangan, melingkar
erat di dasar ibu jari. Bila ibu jari dimasukkan, dinamakan spika ibu
jari atau gips gauntlet.
2) Gips lengan panjang
Memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai di sebelah proksimal
lipatan telapak tangan; siku biasanya imobilisasi dalam posisi tegak
lurus.
3) Gips tungkai pendek
Memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki. Kaki dalam sudut
tegak lurus pada posisi netral.
4) Gips tungkai panjang
Memanjang dari perebatasan sepertiga atas dan tengah pada sampai
dasar jari kaki. Lutut harus sedikit fleksi
5) Gips berjalan
Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat. Bisa disertai
telapak untuk berjalan

6) Gips tubuh
Gips melingkar di batang tubuh
7) Gips spika
Melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips
spika tunggal atau ganda)
8) Gips spika bahu
Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku
9) Gips spika pinggul
Melingkari batang tubuh satu ekstremitas bawah; bisa seperti gips
spika tunggal atau ganda

Tabel 5.1 Pedoman Memiringkan Klien dengan Gips Spika Panggul


1.

Klien digerakkan dengan gerakan menarik yang menetap, merata dan

2.

teratur ke sisi tempat tidur


Bantal di letakkan sepanjang sisi lain tempat tidur untuk menyangga

3.

gips
Instruksikan klien untuk membantu dengan menggunakan lengan pada

4.

sisi yang sakit untuk menarik pundak ke atas ketika miring


Dua perawat berada pada sisi ke arah klien dimiringkan untuk

5.

memberikan dukungan bagi gips sementara klien ke arah mereka


Perawat ketiga membantu dalam mendorong klien dari belakang,

6.

mengatur pundak klien dan mengatur bantal


Tubuh klien harus dimiringkan sebagai satu unit dan diposisikan

dengan nyaman dalam kesejajaran yang baik


( Sumber: Smeltzer. S. C, dan Bare B.G., 2002 )
3

Bahan-Bahan Gips
a. Gips Plester
Gips tradisional dibuat dari bahan gips. Gips pemblut dapat mengikuti
kontur tubuh secara halus. Gulungan crinoline diimpregnasi dengan
serbuk kalsium sulfat anhidrus (kristal gypsum). Dalam keadaan basah,
terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas (reaksi eksotermis).
Kritalisasi menghasilkan pembalutan yang kaku. Kecepatan terjadinya
reaksi kira-kira 15-20 menit. Panas yang dihasilkan selama reaksi ini
sering mengganggu kenyamanan. Oleh karena itu, air yang digunakan
harus dingin. Gips harus ditempatkan di tempat terbuka, agar panas dapat
keluar secara maksimal. Umunya gips sudah dingin setelah 15 menit.
Setelah plester mengeras, gips masih tetap basah dan kadang masih agak
lembek. Kekuatan penuh baru tercapai setelah kering. Ketika masih
lembab dapat membentuk cekungan, bila pemasangannya menggunakan
jari, buka telapak tangan atau dibiarkan terletak pada benda keras atau
permukaan tajam. Cekungan tersebut dapat menimbulkan tekanan pada
kulit dibawah gips. Gips memerlukan waktu sekitar 48 jam untu kering

(Reeves, 2001). Sementara menurut Smeltzer (2002), gips memerlukan


waktu 24-72 jam untuk mengering, bergantung pada kelembaban
lingkungan. Gips yang baru saja dipasang harus dibiarkan di ruangan
bersikulasi baik sampai kering.
Pakaian dan linen tempat tidur dapat menghambat lepasnya
kelembaban. Gips yang kering berwarna putih mengkilap, berdenting dan
tak berbau, serta kaku. Gips basah berwarna abu-abu dan kusam ,
perkusinya pekak, teraba lembab dan berbau. Bantu klien untuk
berpindah tempat atau posisi setiap 2-3 jam untuk mencegah daerah
penekanan.
Tabel 5.2 Pemeriksaan Status Sirkualsi dan Neurologis
1. Pain (rasa nyeri)
Biasanya klien akan melaporkan rasa nyeri kepada perawat.
Klien terlihat meringis menunjukkan rasa nyeri. Rasa nyeri
yang tidak biasanya sebagaimana terdapat pada rasa nyeri gerak
pasif mengindikasikan keruskan neurovaskular. Pertanyaan
yang harus ditanyakan kepada klien mencakup hal berikut:
a. Katakan kepada saya mengenai rasa nyeri Anda!
b. Apakah rasa nyeri itu selalu muncul atau tidak?
c. Apakah rasa nyeri itu seperti menusuk atau berdenyut?
d. Aktivitas apa yang dapat menyebabkan rasa nyeri itu
timbul?
e. Saat anda diam apakah rasa nyeri itu ada?
2. Pallor (kepucatan)
Inspeksi bagian di bawah luka merupkan satu dari banyak
metode yang efektif untuk menentukan sirkulasi. Kulit
diperiksa untuk menentukan warna dan pengisian kapiler.
Gunakan area yang tidak retak untuk menentukan apakah area
yang retak terisi secepat area yang tidak retak. Pengisian
kembali kapiler dianggap tidak normal jika memerlukan waktu
lebih dari 3 detik.

a. Telitilah apakah kulit di bawah kuku pucat jika ditekan


b. Telitilah apakah warna dapat kembali dengan cepat jika
tekanan dilepaskan
c. Bandingkan bagian yang retak dengan bagian yang tidak
untuk menentukan warna kulit yang seharusnya
3. Paralisis (lumpuh)
Minta klien menggerakkan jari-jarinya pada lengan atau kaki
yang retak. Perawat harus mendorong klien untuk menunjukkan
upaya mobilitas (gerakan) karena kelumpuhan hanya bersifat
sementara.

Pembengkakan

yang

meluas

mungkin

akan

menghalangi klien untuk menggerakkan bagian yang retak.


Oleh karena itu, perawat harus meninggikan bagian yang retak
tersebut di atas setinggi dada untuk mengurangi pembengkakan
a. Instruksikan pada klien untuk menggerakkan bagian
yang retak. Hal ini mencakup kegiatan menahan atau
mengangkat

barang.

Mintalah

klien

untuk

menggoyang-goyangkan jari tangan atau jari kaki pada


tangan dan kaki yang retak.
b. Klien mungkin berkata,Saya tidk bisa melakukannya,
saat dia diminta untuk menggerakkan bagian tersebut.
Perawat mungkin harus melakukan gerakan pasif pada
bagian yang retak beberapa kali dengan interval 15-30
menit untuk memudahkan suplai darah masuk ke dalam
bagian

tersebut.

Latihan

pasif

atau

aktif

akan

meningkatkan kebutuhan jaringan akan oksigen dan


nutrisi. Oleh karena itu, gerakan akan membantu sulai
darah dan akan mengurangi pembengkakan. Perawat
harus meminta klien untuk menggerakkan bagian yang
retak untuk menentukan apakah ada tanda-tanda
kelumpuhan.
4. Parestesia (kesemutan)

Didefinisikan sensasi abnormal yang mungkin digambarkan


oleh klien sebgai mati rasa, kesemutan dan rasa seperti ditusuktusuk. Saat klien mengeluh merasakan rasa seperti, perawat
harus memeriksa bagian tersebut untuk menentukan sebab
dibagian luarnya. Jika terdapat gips, imobilzer atau verban, hal
tersebut mungkin berasal dari pemasangan yang terlalu ketat
sehingga memunculkan gangguan sirkulasi. Jika gangguan
tersebut terjadi pada klien, maka klien juga mengalami
gangguan suplai saraf. Jika tidak terdapat gangguan eksternal,
perawat harus memeriksa kemungkinan adanya edema. Jika
terdpat edema, kelebihan cairan ini akan menyebabkan tekanan
pada suplai saraf. Hal itu lah yang menyebabkan timbulnya
gejala

parestesia.

Jika

terdapat

edema,

perawat

harus

meninggikan bagian yang retak di atas, setinggi dada dan


memeriksa klien berdasarkan dengan 4 dari 5 P yang tersisa.
a. Banyak klien yag enggan menggerakkan bagian yang
retak, secara frekuen akan mengeluhkkn adanya mati
rasa dan kesemutan. Perawat harus menganjurkan pada
klien untuk menggerakkan bagian yang retak/sakit,
sehingga membantu pengembalian status neurologis dan
sirulasi
b. Hati-hati terhadap fakta bahwa kerusakan pada suplai
saraf yang berasal dari luka atau edema, mungkin
berasal dari gejala parestsia yang dikeluhkan klien.
Kerusakan ini akan menjadi permanen jika tidak dirawat
dengan benar
5. Pulselessness (keadaan tidak berdenyut)
Dianjurkan kepada perawat untuk memberikan garis dasar
mengenai ada atau tidaknya denyut di daerah yang sakit atau di
daerah sekitarnya. Dasar ini akan berperan sebagai panduan

evaluasi denyut. Perawat harus memeriksa denyut, warna dan


tempertur daerah yang tidak sakit untuk menjadi pedoman
panduan bagi daerah yang sakit. Jika klien mengalami
gangguan sirkuasi, maka kulit klien akan terasa dingin.
Jika klien mengalami kekurangan denyut, maka hal terebut
dapat berhubungan dengan keadaan darurat. Tidak adanya
denyut bisa terjadi karena tidak tersuplainya oksigen dan nutrisi
lain secara cukup untuk menopang kelangsungan hidup
jaringan. Tidak adanya denyut merrupakan salah satu bukti
kekurangan neurovaskular. Oleh karena itu,perawat harus
mengelolapenurunan denyut sama dengan tidak adanya denyut.
Cek denyut rutin (setidaknya 4 jam) dilakukan 24-48 jam
pertama setelah luka terjadi atau setelah klien dirawat. Jika
terdapat adanya perubahan dalam denyut atau perawat kesulitan
untuk memeriksa denyut, maka resposisikan klien dan periksa
lagi denyutnya.
Sumber: Reeves C.J., Roux G., dan Lockhart R., 2001
b. Gips Non plester
Gips non plester adalah gips fiberglas (sintesis), bahan poliuretn
yang diaktivasi air ini mempunyai sifat yang sama dengan gips plester
namun mempunyai kelebihan karena lebih ringan dan lebih kuat, tahan air
dan tidak mudah pecah, sehingga sangat cocok untuk orang tua. Dibuat
dari serat rajutan terbuka tak menyerap yang diimpregnasi dengan bahan
pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuh, dalam beberapa
meit.
Gips non plester berpori-pori sehingga dapat mencegah terjadinya
masalah

kulit.

Tidak

menjdi

lunak

jika

terkena

air,

seingga

memungkinkan hidroterapi. Bila basah dapat dikeringkan dengan

pengering rambut yang disetel angin. Pegeringan yang merata sangat


penting agar tidak melukai kulit.
Tabel 5.3 latihan Pengesatan Otot
Kontraksi isometrik akan mempertahankan masa otot, memperkuat dan
mencegah atropi.
Latihan Pengesatan Kuadrisep
Posisikan klien dengan posisi terlentang dan tungkai lurus
Instruksikan klien untuk mendorong lutut sampai ke tempat tidur

dengan mengkontraksikan bagian otot anterior paha


Minta klien untuk mempertahankan posisi ini selama 5-10 detik
Biarkan klien merasa rileks
Ulang latihan sebanyak 10 kali tip jam saat klien terjaga

Latihan Pengesatan Gluteal

Possikan klien terlentang dengan tungkai lurus bila mungki


Instruksikan klien untuk mengkontraksikan otot bokong dan perut
Minta klien menahan kontraksi selama 5-10 detik
Biarkan klien merasa rileks
Ulang latihan sebayak 10 kali tiap jam saat klien terjaga.
Indikasi Pemasangan Gips
Indikasi pemasangan gips adalah :
a
b

Untuk pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai bidal).


Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri
misalnya gips korset pada tuberkulosis tulang belakang atau pasca operasi

seperti operasi pada skoliosis tulang belakang.


Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama pada

anak-anak dan fraktur tertentu pada orang dewasa.


Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada talipes
ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi lutut oleh karena

e
f

berbagai sebab.
Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu
setelah suatu operasi misalnya pada artrodesis.

Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya setelah

operasi tendo Achilles.


Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau protesa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :


a Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan.
b Gips patah tidak bisa digunakan.
c Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
d Jangan merusak atau menekan gips.
e Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips/ menggaruk.
f Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.
5 Kelebihan
Kelebihan pemakaian gips adalah :
a
b
c
d
e

Mudah didapatkan.
Mura dan mudah dipergunakan oleh setiap dokter.
Dapat diganti setiap saat.
Dapat dipasang dan dibuat cetakan sesuai bentuk anggota gerak.
Dapat dibuat jendela/lubang pada gips untuk membuka jahitan atau

perawatan luka selama imobiliasi.


Koreksi secara bertahap jaringan lunak dapat dilakukan membuat sudut

tertentu.
Gips bersifat rediolusen sehingga pemeriksaan foto rontgen tetap dapat

dilakukan walaupun gips terpasang.


h Merupakan terapi konservatif pilihan untuk menghindari operasi.
6 Kekurangan
Di samping kelebihannya, terdapat pula beberapa kekurangan
pemakaian gips yang perlu diperhatikan yaitu :

Pemasangan gips yang ketat akan memberikan gangguan atau tekanan

pada pembuluh darah, saraf atau tulang itu sendiri.


Pemasangan yang lama dapat menyebabkan kekakuan pada sendi dan

c
d

mungkin dapat terjadi.


Alergi dan gatal-gatal akibat gips.
Berat dan tidak nyaman dipakai oleh penderita.

Komplikasi Gips

Perawat perlu mengetahui komplikasi dari pemasangan gips dengan


tujuan setelah mengetahuinya akan dapat menghindari dampak komplikasi
kepada klien. Komplikasi dari pemasangan gips meliputi:
a

b
c
d
e

Berubahnya Posisi
Pembengkakan adalah salah satu ciri utama dari segala macam bentuk
patah/retak tulang.
Rasa Sakit Yang Ditimbulkan Oleh Gips
Hilangnya Kekuatan
Terganggunya Peredaran Darah
Sindrom Gips
Respon psikologis dan fisiologis yang terjadi akibat keterbatasan
yang disebabkan pemasngan gips besar. Komponen psikologis sindrom
gips mirip dengan reaksi klaustrofobia yaitu klien memperlihatkan reaksi
ansietasakut yag ditandai dengan perubahan tingkah laku dan respon
otonomik (misal peningkatan frekuensi pernapasan, diaporesis, pelebaran
pupil, peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah).
Perawat harus mengenali reaksi ansietass dan menciptakan suasana agar
klien merasa aman.
Respon fisiologis terhada gips dapat berupa penimbunan udara usus,
terjadi peningkata tekanan dan dapat terjadi ileus. Klien mengalami
distensi, perut tidk nyaman, mual dan muntah. Seperti pda klien ileus
dinamik pada umumnya, klien dirawat secara konservatif denga
dekompresi (intubasi nasogastrik yang dihubungkan dengan mesin
penghisap) dan cairan intravena motilitas gastrointestinal kembali lagi.
Bial gips menekan perut yang distensi, harus dilakukan pembuatan
jendela di perut. Distensi dapat menyebabkan tarikan pada arteri
masentrika superior, sehingga menurunkan asuan darah ke usus. Usus
dapat mengalami gangren dan memerlukan intervensi bedah.
Waspadai terjadiya sindrom gips pada klien dengan pemasangan gips
benar

dan

penanganan.

merencanakan

intervensi

untuk

pencegahan

maupun

Sindrom Kompartemen
Sindrom Kompartemen dapat terjadi bila adanya peningkatan
tekanan jaringan dalam rongga yang terbatas (misal : gips,kompartemen
otot) yang akan memperburuk peredaran darah dan fungsi jaringan dalam
rongga yang tertutup. Sindrom kompartemen ditandai dengan adanya
nyeri yang tidak dapat diobati, pembengkakan yang berlebihan, respon
pengisisan kapiler yang buruk, tidak mampu menggerakkan jari tangan
dan kaki, serta meningkatnya tekanan jaringan.
Untuk mengurangi/meredakan tekanan, gips harus dilakukan bivalve
(dipotong memanjang namun tetap mempertahankan kesejajaran), dan
meninggikan ekstremitas yang terpasang gips. Bila tekanan tidak turun,
maka perlu dilakukan fasiotomi untuk menurunkan tekanan didalam
kompartemen. Perawat harus memantau secara ketat respon klien, respon
neurovaskuler harus dicatat, dan setiap adanya perubahan harus segera
dilaporkan kepada tim medis.

Dekubitus (luka tekan)


Tekanan gips pada jaringan lunak dapat mengakibatkan anoksia
jaringan dan ulkus. Tempat paling rentan pada ekstremitas bawah adalah
tumit,maleolus, punggung kaki, kaput fibula, dan permukaan anterior
patella. Sedangkan pada ekstremitas atas terletak pada epikondilus
medialis humari dan prosesus stiloideus ulna. Klien biasanya mengeluh
nyeri dan rasa kencang di tempat-tempat tersebut.
Bila tekanan tidak dihilangkan, daerah yang nekrotik akan meleleh,
mengotori gips, dan mengeluarkan gips. Untuk melihat langsung daerah
yang dicurigai, dapat dilakukan dengan melakukan bivalving gips atau
membuat lubang (jendela) pada gips adalah sebagai berikut :

1) Dibuat potongan memanjang pada gips. Membelahnya menjadi dua.


2) Lapisan bantalan juga dipotong.
3) Gips dilonggarkan untuk menghilangkan tekanan dan untuk
menginspeksi serta menangani ulkus tekanan.
4) Bagian anterior dan posterior gips kemudian diikat bersama dengan
pembalut elastic untuk mempertahankan imobilisasi.
5) Setelah gips dilakukan bivalving, ekstremitas ditinggikan (tidak lebih
tinggi
h

dari

jantung0

untuk

mengontrol

pembengkakan

dan

memperbaiki peredaran darah.


Sindrom disuse
Selama di gips, klien diajari untuk meregangkan atau melakukan
kontraksi otot (misal kontraksi isometric) tanpa menggerakkan bagian itu.
Latihan isometric minimal dilakukan setiap jam ketika klien terjaga, hal
itu dapat membantu mengurangi atrofi otot dan mempertahankan
kekuatan otot. Gips tungkai dengan meluruskan lutut, dorong klien
untuk mngepalkan tangan. Minta klien untuk melakukan latihan
penegangan otot kuadrisep dan gluteus, penting untuk menjaga otot dan
juga untuk berjalan. Kontraksi otot dapat dirangsang secara elektrik
sekitar 8 jam perhari untuk mencegah terjadinya disuse atropi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Klien Menggunakan Gips


1 Pengkajian
Sebelum gips dipasangm perawat harus menyeleseikan pengkajian
kesehatan umum klien, tanda dan gejala yang ada, status emosional,
pemahaman mengenai perlunya gips, dan kondisi bagian tubuh yang harius
diimobilisasi dengan gips. Pengkajian fisik : status neurovaskuler, derajat
dan lokasi pembengkakan, memar, dan adanya abrasi kulit.
a. Pedoman pemasangan gips

Prosedur
1 Sokong

ekstremitas

Rasional
atau Meminimalkan

gerakan,

bagian tubuh yang akan di mempertahankan


2

gips.
Posiskan

dan

reduksi

dan

kesegarisan,meningkatkan kenyamanan.
pertahankan Memungkinkan pemasangan gips yang

bagian yang akan di gips baik, mengurangi insidensi komplikasi


dalam posisi yang ditentukan (misal kontraktur)
dokter
3

selama

prosedur

pemasangan gips.
Pasang duk pada klien.

Menghindari

pajanan

perlu,melindungi

yang

bagian

tidak

badan

terhadap kontak dengan bahan gips.


Cuci dan keringkan bagian Mengurangi insiden kerusakan kulit.

yang akan digips.


Pasang bahan rajutan pada Melindungi

kulit

dari

bahan

lain

gips,

bagian yang akan digips. melindungi dari tekanan. Lipatan diatas


pasang dengan cara yang tepi gips, menciptakan tepi bantalan yang
halus dan tidak mengikat lembut, melindungi kulit dari abrasi.
.boleh juga memakai bahan
6

lain.
Balutkan gulungan bantalan Melindungi

kulit

tanpa rajutan dengan rata dan gips,melindungi

kulit

dari

tekanan

pada

tonjolan

halus sepanjang bagian yang tulang, dan melindungi saraf superficial.


digips. Tambahkan bantalan
didaerah tonjolan tulang dan
7

pada jalur saraf.


Pasang gips atau material Membuat gips menjadi lembut, solid
sintetis secara merata pada dengan kontur yang baik. Memungkinkan
bagian

tubuh .pilih

lebar pemasangan yang lembut. Membuat gips

bahan yang sesuai .timpa yang lembut, solid dan mengimobilisasi .


bahan

sekitarnya

setengah membentuk

gips

sedemikian

rupa

lebarnya.lakukan

dengan sehingga dapat member dukungan yang

gerakan

yang adekuat, serta dapat memperkuat gips.

berkesinambungan

agar

terjaga kontak yang konstan


dengan

bagian

perguanakan

tubuh

bahan

gips

tambahan (bidai) pada sendi


dan pada titik-titik stress pada
8

gips yang diperkirakan.


Selesaikan gips : haluskan Melindungi kulit dari abrasi. Menjamin
tepinya , potong dan bentuk kisaran gerakan sendi disekitarnya.
dengan pemotong gips atau

cutter.
Bersihkan partikel bahan gips Menjaga agar partikel tidak lepas dan

dari kulit.
10 Sokong

masuk kebawah gips.


selama Bahan gips mengeras dalam beberapa

gips

pengerasan dan pengeringan. menit. Kekerasan maksimal gips sintetis


Pegang gips yang sedang terjadi dalam beberapa menit . kekerasan
dalam

proses

pengerasan maksimal pada gips terjadi bersama

dengan

telapak

jangan

diletakkan

tangan, pengeringan (24-72 jam ) bergantung


pada pada tebalnya gips dan lingkungan .

permukaan keras atau pada mencegah lekukan daerah tekukan.


tepi yang tajam , hindari
tekanan pada gips.
Bahan

yang

tidak

menyerap digunakan
pada gips sintetis.
Sumber : smeltzer S.C dan Bare B.G 2002
Berikut cara pemasangan gips menurut (Arif Muttaqin : 2005)

Tehnik Pemasangan Gips


Prinsip-prinsip dasar pemasangan gips
Persiapan umum

Lingkungn berupa suatu ruang tindakan yang ideal hendaknya memiliki bak cuci

(wastafel)
Lantai yang mudah dicuci; selokan yang mengalir lancaar terutama untuk
mencegah peyumbatan gips di baah bak cuci (wastafel)

Persiapan alat
Perlengkapan dasar bisa dibagi 2 gologan : alat-alat proteksi dan alat-alat untuk
memasang dan membuka pembalut gips
1. Proteksi
Dibawah ini adalah contoh dari perlengkapan dasar
Pelindung dada (apron)
Pemotong gelang (ring-cutters) sehingga gelang yng terlalu ketat dan berbahaya
dapat di potong klau tidak berhasil melepaskannya dengan cara sederrhana
misalnya dengan sabun
2. Alat-alat
Alat-alat yang diperlukan dalam pemasangan gips sebaiknya sudah leengkap
perawat siapkan dan sudah tertata di atas meja/trolli tindakan yang berisi:
Kain lakan (steak-laken)
Soft band, elastis verband dn gips (ukuran 4 inch untuk lengan dewasa dan 6

inch untuk kaki dewasa)


Gunting pemotong gips atau mesin pemotong gips
2 ember air
Pencuci dan kain pembalut krep untuk tambahan

Tenaga pemasangan gips

1 orang operator
1 orang asisten

1 orang pembantu asisten

Pencatatan
Sebuah buku, kartu arsip dan cara pencatatan yang lain dari si klien harus selalu
ada. Yang perlu di catat adalah

Nama, alamat dan umur


Diagnosa dan tipe pembalut yang

manipulasi aplikasi sederhana


Instruksi yang diberikan, hari kunjungan berikutnya

dipakai anastesi yang di berikan,

Pelaksanaan Pemasangan Gips


Dengan alat yang teah tersedia dan ember yang berii air hangat (20 C), klien
ditempatkan pada posisi yang cukup enak dengan pakaian terlindung secukupnya.
Kalau klien dalam keadaan tegang kejang, hasil akhir dari pembalutan itu adalah
pembalut yang longgar dan tidak efisien. Klien yang sadar harus mengerti pa yang
akan terjadi. Badan mungkin memerlukan atau tidak memerlukan bantalan yang
cocok tetapi penting di jaga posisinya dan di pegag dengan tepat. Pada waktu
menjaga posisi ini, tangan asisten jangan sampai mengahalani gerakan-gerakan
tangan operator.
Pemasangan gips sirkuler
1. Daerah yang akan dilakukan pemasangan gips dipasang pembalut dari softband
yanng dipasang secara sirkuler

2. Pembalut dicelupkan seluruhnya ke dalam air dalam keadaan miring (45 C) untuk
membantu mengeluarkan gelembung-gelembung udara. Yang paling penting ialah
pembalut harus dipegang dengan hati-hati,kalau tidak air tidak akan diserap secara
efektif di antara lapisan-lapisan. Apabila gelembung udara sudah hilng kira-kira
5 detik maka pembalut dikeluarkan dan diperas untuk mengeluarkan airnya. Cara
ini bisa menjamin sedikitnya gips yang hilang
3. Memeras dengan cara meremas-rmas dan memutarnya harus dihindarkan karena
ini dapat menyebabkan ppembalut terlalu kering untuk membuat pembalut gips
yang efisien dan mudah. Kalau perlu, memerassnya dengan tangan secara hati-hati
akan membua pembalut gips lebih mantap kadar cairannya
4. Pada waktu menyerahkan pembalut pada operator, ujungnya harus terrlpas bebas.
Celupkan pembalut itu lagi dan pegang hati-hati didalam air. Sementara itu
operator membalut secara rata pada anggota badan. Harus diperhatikan pula bahwa
ketegangan (kekencangan membalut) secara minimal dan ditujukan pada daerah
sebelah tengah dan bukan di ujung ata pinggiranmya
5. Pada bentuk pemasangan sirkuler maka membalutnya harus secara melingkar
(sirkular) dan spiral. Membalut secar membalik akan menimbulkan gundukangundukan pada bagian dalam pembalut gips
6. Pembentukn pembalut yang sesuai dengan bentuk anggot badan adalah dengan
cara menggosokkan (mengurut) secara teratur dengan telapak tangan yang basa
sampai permukaan balutan gips halus, dan melipatnya pada ujung bagian atas da
bawah pembaut, dan berhati-hati menghindari tulang-tulang yang menonjol.

Pelipatan ini akan menjamin bagian tengah pembalut terletak pada posisi yang
sempurna
7. Apabila tebal yang diinginan sudah tercapai, extremiteit mungkin perlu dipotong
sedikit (ditrim) unutk menjga kebebasan gerak tulang sendi yang tidak
diimobilisasikan ini harus dikerjakan waktu pembalut itu basah dan jangan tunggu
sampai kering sama sekali. Pembalut yang sudah selesai dan masih basah harus
ditangani dengan hati-hati, untuk mencegah kerusakan. Klien juga harus diberikan
instruksi untuk berhati-hati memeliharanya

b. Membuka gips
Setelah gips dipasang dan proses penyembuahn atau tujuan telah dicapai,
gips perlu dilepas berdasarkan prosedur yang berlaku . pada patah tulang
yang dikoreksi dengan pemasangan gips, pemulihan akan terjadi setelah
1-6 bulan, bergantung pada kondisi patah tulang dan kecepatan
penyembuhan.
Tujuan :Prosedur ini bertujuan untuk membuka gips tanpa menimbulkan
trauma baru.
Peralatan
1
2
3
4

Pisau gips .
Pembuka gips.
Pisau bedah
Gunting dan plester/balutan.

Prosedur
Prosedur
Jelaskan

pada

Rasional
mengenai Meningkatkan

klien

prosedurnya

mengurangi

prosedur.
Yakinkan klien bahwa gergaji listrik Mengurangi
atau

pemotong

melukai kulit.
Gips
akan

gips

tidak

dibelah

kerjasama

dan

kecemasan

akan

ansietas

(pisau

akan digunakan untuk memotong gips)


dengan Membelah

gips,

mencegah

rasa

mengguanakan tekanan berganti-ganti terbakar akibat kontak lama antara


dan gerakan linear pisau sepanjang pisau dan bantalan.
garis potongan.
Gunakan pelindung mata (klien dan Melindungi mata dari bakteri gips
operator pemotong)
yang bertebaran.
Potong bantalan dengan gunting.
Membebaskan semua bahan gips.
Sokong bagian tubuh ketika gips Mengurangi stress pada bagian tubuh

diambil.
yang telah diimobilisasi.
Cuci dan keringkan bagian yang habis Mengangkat kulit mati yang telah
diimobilisasi dengan lembut. Oleskan menumpuk

selamaimobilisasi.

minyak pelumas.
Menjaga kulit tetap kenyal.
Berikan informasi kepada klien untuk Mencegah kerusakan kulit.
tidak menggosok dan menggaruk kulit
.
Ajari klien untuk secara bertahap Melindungi bagian yang menjadi
kembali ke kegiatan aktif bagian tubuh lemah akibat stress yang berlebihan.
menurut

panduan

sesuai

program Latihan progresif dapat mengurangi

terapeutik.

kekakuan

serta

mengermbalikan

kekuatan dan fungsi otot.


Ajari

klien

untuk

mengontrol Memperbaiki peredaran darah (misal

pembengkakan dengan meninggikan aliran vena balik) dan mengontrol


ekstremitas atau menggunakan balutan volume cairan,
elastis bila perlu.

Diagnosa Keperawatan
Pada klien yang menggunakan gips :
a. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan
b. Nyeri bd gangguan musculoskeletal.

c.
d.
e.
f.

Kerusakan mobilitas fisik bd penggunaan gips.


Kurang perawatan diri bd keterbatasan mobilitas.
Kerusakan integritas kulit bd laserasi dan abrasi.
Resiko perubahan perfusi jaringan perifer bd respon fisiologi terhadap
cedera atau gips yang retristik

Rencana Keperawatan
a. Diagnosis Keperawatan ; Kurang pengetahuan mengenai program
pengobatan
Tindakan
Kriteria Evaluasi
1 Berikan informasi mengenai Klien secara aktif

masalah patologi, tujuan, dan dalam program terapi :


1 Meninggikan
ekstremitas
harapan
program
yang
yang terkena.
diberikan.
2 Berlatih sesuai instruksi.
Jelaskan tentang antisipasi
3 Menjaga gips tetap kering.
adanya gangguan rasa nyaman,
4 Melaporkan setiap masalah
misal

panas

akibat

reaksi

pengerasan gips.
Beritahu klien mengenai apa
yang akan dirasakan selama

berpartisipasi

yang timbul.
Tetap melakukan
lanjut

atau

tindak

mengadakan

perjanjian dengan dokter.

pemasangan gips.
Sampaikan bahwa bagian ayng
di gips tidak dapat digerakkan
selama pemasangan gips.

b. Diagnosis Keperawatan ; Nyeri bd gangguan musculoskeletal.


Tindakan
Kriteria Evaluasi
1 Evaluasi nyeri secara hati-hati, Klien melaporkan

mengenai loaksi, sifat ,skala, nyeri;


1 Meninggikan
dan intensitas nyeri.
Anjurkan
klien
untuk
yang digips.
2 Merubah posisi.

berkurangnya
ekstremitas

meninggikan ekstremitas yang


3

terpasang gips.
Bantu klien untuk merubah

posisi.
Berikan

order.
Tindak lanjuti nyeri yang tidak
dapat

obat-obatan

dikontrol

peninggian,

Menggunakan anlagetik oral


bila diperlukan.

sesuai

dengan

kompres

dan

analgetik.

c. Diagnosis Keperawatan ; Kerusakan mobilitas fisik bd penggunaan gips.


Tindakan
Kriteria Evaluasi
1 Bantu klien untuk latihan sendi Klien dapat mobilisasi fisik;
yang tidak diimobilisasi .
Bantu klien lakukan latihan

Melakukan latihan sendi dan

jari-jari

klien

jari-jari kaki.
Partisipasiaktif

dipasang gips tungkai.


Dorong klien untuk partisipasi

perawatan
Mengguanakan

aktif dalam perawatan diri.


Dorong klien menggunakan

kaki

bila

dalam
alat

bantu

dengan aman.

alat bantu secara aman.


d. Diagnosis Keperawatan ; Kurang perawatan diri bd keterbatasan
mobilitas.
Tindakan
Kriteria Evaluasi
1 Bantu klien mengidentifikasi Klien berpartisipasi dalam aktivitas
kemampuan dan menentukan perawatan diri:
strategi
2

dalam

kemandirian.
Libatkan
klien

mencapai

Melakukan aktivitas hygiene


dan kerapihan secara mandiri

dalam

atau

dengan

bantuan

merencanakan

dan

menyelesaikan aktivitas sehari3

hari.
Bantu

minimal.
Makan sendiri secara mandiri
atau dengan bantuan minimal

klien

memenuhi

perawatan diri sehari-hari.


e. Diagnosis Keperawatan ; Kerusakan integritas kulit bd laserasi dan abrasi.
Tindakan
Kriteria Evaluasi
1 Lakuakan perawatan laserasi Memperlihatkan
dan
2

abrasi

sebelum abrasi dan laserasi;

pemasangan gips.
Bersihkan
kulit

dengan

seksama

lakukan

dan

Tidak memperlihatkan tanda

dan gejala infeksi sistemik.


Tidak memperlihatkan tanda

perawatan sesuai order dokter,

infeksi local misal cairan,bau,

gunakan balutan steril.


Imobilisasi anggota tubuh/kulit

dan ketidaknyamanan local.


Memperlihatkan kulit yang

yang lukanya sangat ekstensif


4

penyembuhan

utuh saat gips dibuka.

sebagai alternative.
Observasi adanya tanda infeksi
sistemik: bau dari gips, cairan

purulen yang mengotori gips.


Informasikan
kepada
tim
medis tehadap apa yang sudah
terjadi.

f. Diagnosis Keperawatan ; Resiko perubahan perfusi jaringan perifer bd


respon fisiologi terhadap cedera atau gips yang retristik.
Tindakan
Kriteria Evaluasi
1 Tinggikan daerah yang cidera. Terjaganya peredaran darah yang
2 Pantau
ekstremitas
yang
adekuat pada ekstremitas yang
terkena mengenai adanya

nyeri,

pembengkakan, terlibat:

perubahan warna , denyut yang


menghilang,
3

paralisis,

kaki/ekstremitas yang dipasang

bandingkan

sebelahnya.
Dorong

klien

Memperlihatkan warna dan

suhu kulit yang normal.


Mengalami pembengkakan

minimal.
Mampu

dan

suhu dingin.
Kaji Jari tangan atau jari
gips,

pengisian kapiler kurang dari

dengan
untuk

memperlihatkan

3 detik ketika dites.


Memperlihatkan

gerakan

yang aktif jari tangan dan

menggerakkan jari tangan dan


5

kakinya setiap jam.


Minta klien untuk melakukan

kaki.
Melaporkan sensasi normal

dorsofleksi ibu jari kaki .


Kaji status neurovaskuler

pada bagian yang digips.


Melaporkan bahwa nyeri

secara sering dan teratur.


Laporkan ketim medis bila ada
nyeri
dapat

dapat dikontrol.

progresif yang tidak


diobati

dengan

pemberian analgetik.

C. Konsep Dasar Traksi


1 Pengertian
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi
digunakan untuk meminimalkan spame otot, untuk mereduksi, mensjajarkan,
dan mengimubilisasi fraktur; untuk mengurangi deformitas, dan untuk
menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus
diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek
2

terapeutik.
Jenis traksi

Traksi lurus atau langsung, memberikan gaya tarikan dalam suatu garis
lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi ekstensi Buck
dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus. Traksi suspensi seimbang
memberi dukungan pada ekstremitas yang sakit di atas tempat tidur sehingg
memungkinkan mobilisasi sampai batas tertentu tanpa terputusnya garis
tarikan. Traksi dapat dilakukan pada kulit (traksi kulit) atau langsung ke
skelet tubuh (traksi skelet). Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi
manual), dan merupakan traksi sementara yangg bisa digunnakann pada saat
pemasangan gips.

a. Traksi Kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit dan memerikan
imobilisasi. Bila dibutuhkan beban traksi yang berat dan dalam waktu
yang lama, sebaiknya gunakan traksi skelet. Traksi kulit terjadi akibat
beban menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yangg diletakkan ke
kulit. Traksi pada kulit meneruskan traksi ke struktur muskuloskeletal.
Beratnya beban yang dapat dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi
toleransi kulit, tidak lebih dari 2-3 kgg. Traksi pelvis umumnya 4,5-9 kg,
tergantung berat badan klien (Smeltzer, 2002).

Menurut Sjamsuhidajat (1997), beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh
melebihi 5 kg, karena bila beban berlebih kulit dapat mengalami nekrosis
akibat tarikan yang terjadi karena iskemia kulit. Pada kulit yang tipis,
beban yang diberikan bahkan lebih kecil lagi dan pada orang tua tidak
boleh dilakukan traksi kulit. Traksi kulit banyak dipasang pada anak-anak
karena traksi skelet pada anak dapat merusak cakram epifisis. Jadi
beratnya beban traksi kulit anatara 2-5 kg.
Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skelet bergantung pada tujuan
traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanya hanya beberapa hari,
sedangkan traksi untuk resposisi beserta imobilisasi lamanya sesuai
dengan lama terjadinya kalus fibrosa. Setelah terjadi kalus fibrosa,
ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Traksi kulit apendikuler (hanya
pada ekstremitas) digunakan pada orang dewasa, termasuk traksi ekstensi
Buck, traksi Russel, dan traksi Dunlop.
1) Traksi Buck, ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah bentuk
taksi kulit di mana tarikan diberikan pada satu bidang bila hanya
imbolisisasi parsial atau temporer yang diinginkan. Traksi Buck
digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah cedera pinggul
sebelum dilakukan fiksasi bedah. Sebelumnya inspeksi kulit dari
adanya abrasi dan gangguan peredaran darah. Kulit dan peredaran
darah harus dalam keadaan sehat agar dapat menoleransi traksi. Kulit
harus bersih dan kering sebelum boot spon atau pita traksi dipasang.

2) Traksi Russel, traksi Russel dapat digunakan untuk fraktur pada plato
tibia, menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan memberikan
gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan balutan elastis ke
tungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar
lutut benar-benar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit.

3) Traksi Dunlop, adalah traksi yang digunakan pada ekstremitas atas.


Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan
traksi vertikal diberikan pada lengan bawah dalam posisi fleksi. Untuk
menjamin traksi kulit tetap efektif, harus dihindari adanya lipatan dan
lepasnya balutan traksi dan kontraksi harus tetap terjaga. Posisi yang
benar harus dipertahankan agar tungkai atau lengan tetap dalam posisi
netral. Untuk mencegah pergerakan fragmen tulang satu sama lain,
klien dilarang memiringkan badannya namun hanya boleh sedikit

bergeser. Traksi kulitt dapat menimbulkan masalah risiko, seperti


kerusakan kulit, tekanan saraf, dan kerusakan sirkulasi.

Traksi kulit dapat mengakibatkan iritasi kulit. Kulit yang yang sensitif
dan rapuh pada lansia harus diidentifikasi pada pengkajian awal. Reaksi
kulit yang berhubungan langsung dengan plester dan spon harus dipantau
ketat. Traksi kulit harus dipasang dengan kuat agar kontak dengan plester
dan spon tetap erat. Gaya geseran pada kulit harus dicegah. Plester traksi
harus dipalpasi setiap hari untuk mengetahui adanya nyeri tekan. Pada
ekstremitas bawah, tumit, dan tendo achilles harus diinspeksi beberapa
kali sehari.
Boot spon harus diangkat untuk melakukan inspeksi tiga kali sehari. Perlu
bantuan perawat lain untuk menyangga ekstremitas selama inspeksi.
Lakukan perawatan punggung minimal tiap dua jam untuk mencegah
ulkus dekubitus. Gunakan kasur udara, busa densitas padat untuk
meminimalkan terjadinya ulkus kulit.
Lakukan perawatan ekstremitas bawah untuk menceggah penekanan saraf
proncus pada titik ketika melintasi sekitar leher fibula tepat di bawah
lutut. Tekanan itu dapat menyebabkan footdrop. Klien ditanya tentang

sensasi perabaannya, minta klien untuk menggerakkan jari dan kakinya.


Kelemahan dorsofleksi menunjukkan fungsi saraf tibialis.
Bila traksi kulit dipasang di lengan, daerah di sekitar siku di mana saraf
ulnaris berada tidak boleh dibalut terlalu kuat. Fungsi saraf ulnaris dapat
dikaji dengan abduksi aktif jari kelingking dan sensasi rabaan pada sisi
ulnar jari kelingking.
Selain risiko komplikasi kerusakan kulit dan tekanan saraf di atas,
kerusakan sirkulasi juga harus mendapat perhatian. Setelah traksi kulit
terpasang, kaki atau tangan diinspeksi dari adanya gangguan peredaran
darah dalam beberapa menit hingga satu sampai dua jam. Denyut perifer
dan warna, pengisian kapiler, serta suhu jari tangan atau jari kaki harus
dikaji. Kaji adanya nyeri tekan pada betis dan adanya tanda Homan
positif yang merupakan tanda adanya trombosis vena dalam. Anjurkan
klien untuk melakukan latihan tangan dan kaki setiap jam.
b. Traksi Skelet
Metode ini sering digunakan untuk menangani fraktur femur, tibia,
humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang langsung ke tulang dengan
menggunakan pin metal atau kawat (misal Steinmans pin, Kirchner wire)
yang dimasukkan ke dalam tulang di sebelah distal garis fraktur,
menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon, dan sendi. Tong yang
dipasang di kepala (misal Gardner Wells tong) difiksasi di kepala untuk
memberikan traksi yang mengimobilisasi fraktur leher.
Traksi skelet biasanya menggunakan beban 7-12 kg untuk mencapai efek
terapi. Beban yang dipasang biasanya harus dapat melawan daya
pemendekan akibat spasme otot yang cedera. Ketika otot rileks, beban
traksi dapat dikurangi untuk mencegah terjadinya dislokasi garis fraktur

dan

untuk

mencapai

penyembuhan

fraktur. Mengutip

pendapat

Sjamsuhidajat (1997), bahwa beban traksi untuk resposisi tulang femur


dewasa biasanya 5-7 kg, pada dislokasi lama panggul bisa sampai 15-20
kg.
Kadang-kadang traksi skelet bersifat seimbang, yang menyokonhg
ekstremitas terkena, memungkinkan klien dapat bergerak sampai batas
tertentu, dan memungkinkan kemandirian klien maupun asuhan
keperawatan, sementara traksi yang efektif tetap dipertahankan. Bebat
Thomas dengan pengait Pearson sering digunakan bersama traksi skelet
pada fraktur femur. Dapat pula digunakan dengan traksi kulit dan aparatus
suspensi seimbang lainnya.
Untuk mempertahankan traksi tetap efektif, pastikan tali tetap terletak
dalam alur roda pada katrol, tali tidak rusak, pemberat tetap tergantung
dengan bebas, dan simpul pada tali terikat erat. Evaluasi posisi klien,
karena klien yang merosot ke bawah dapat menyebabkan traksi tidak
efektif. Beban tidak boleh diambil dari traksi skelet kecuali jika terjadi
keadaan yang membahayakan jiwa. Bila beban diambil, tujuan
penggunaannya akan hilang dan dapat terjadi cedera.
Kesejajaran tubuh klien harus dijaga agar garis tarikannya efektif. Kaki
diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat dicegah terjadinya footdrop
(plantar fleksi), rotasi ke dalam (inversi). Kaki klien harus disangga
dalam posisi netral dengan alat ortopedi.
Perlu dipasang pegangan di atas tempat tidur, agar klien mudah untuk
berpegangan. Alat itu sangat berguna untuk membantu klien bergerak dan
defekasi di tempat tidur, serta menaikkan pinggul dari tempat tidur untuk
memudahkan perawatan punggung. Lindungi tumit dan lakukan inspeksi,
karena klien sering menggunakannya sebagai penyangga, sehingga dapat

menyebabkan cedera pada jaringan tersebut. Tempat penusukan pin (luka)


perlu dikaji. Lakukan inspeksi paling sedikit tiap delapan jam dari adanya
tanda inflamasi dan bukti adanya infeksi.
Pada klien terpasang traksi perlu melakukan latihan, berguna untuk
menjaga kekuatan dan tonus otot, serta memperbaiki peredaran darah.
Latihan dilakukan sesuai kemampuan. Latihan aktif meliputi menarik
pegangan di atas tempat tidur, fleksi dan ekstensi kaki, latihan rentang
gerak, dan menahan beban bagi sendi yang sehat. Pada ekstremitas yang
diimobilisasi,

lakukan

latihan

isometrik.

Untuk

mempertahankan

kekuatan oto besar, lakukan latihan kuadresip dan pengesetan gluteal.


Dorong klien untuk melakukan latihan fleksi dan ekstensi pergelangan
kaki dan kontraksi isometrik otot-otot betis, sebanyak 10 kali setiap jam
saat klien terjaga, dapat mengurangi risiko trombosis vena dalam. Dapat
juga diberikan stoking elastis, alat kompresi, dan terapi antikoagulan
untuk mencegah terbentuknya trombus.
Pengangkatan pin dapat dilakukan setelah sinar-X menunjukkan
terbentuknya kalus. Pin dipotong sedekat mungkin dengan kulit dan
diangkat oleh dokter kemudian dipasang gips atau bidai untuk melindungi
tulang yang sedang proses penyembuhan.
3

Prinsip-Prinsip Traksi Efektif


Pemasangan traksi menimbulkan adanya kontraksi. Kontraksi adalah
gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan. Umumnya berat badan
klien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontraksi.
Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif. Traksi harus
berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif. Traksi kulit

pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan
biasanya diberikan sebagai traksi intermiten.
Prinsif traksi efektif adalah sebagai berikut.
a. Traksi skelet tidak boleh putus.
b. Beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.
c. Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika
traksi dipasang.
d. Tali tidak boleh macet.
e. Beban harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur
atau lantai.
f. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki
4

tempat tidur.
Komplikasi Dan Pencegahan
Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul pada klien
yang terpasang traksi adalah sebagai berikut.
a. Dekubitus
1) Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan
intervensi awal untuk mengurangi tekanan.
2) Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindung kulit
(misal pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi.
3) Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk kerusakan kulit.
4) Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan
dokter atau ahli terapi enterostomal, mengenai penanganannya.
b. Kongesti Paru dan Pneumonia
1) Auskultasi paru untuk mengetahui status pernafasan klien.
2) Ajarkan klien untuk nafas dalam dan batuk efektif.
3) Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus,
misalnya spirometri insentif, bila riwayat klien dan data dasar
menunjukkan klien beresiko tinggi mengalami komplikasi pernafasan.
4) Bila telah terjadi masalah pernafasan, perlu diberikan terapi sesuai
order.
c. Konstipasi dan Anoreksia

1) Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang mobilitas
gaster.
2) Bila telah terjadi konstipasi, konsultasikan dengan dokter mengenai
penggunaan pelunak tinja, laksatif supositoria, dan enema.
3) Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukkan dalam program diet
sesuai kebutuhan.
d. Statis dan Infeksi Saluran Kemih.
1) Pantau masukan dna keluaran berkemih.
2) Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup, dan
berkemih tiap 2-3 jam sekali.
3) Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih, konsultasikan
dengan dokter untuk menanganinya.
e. Trombosis Vena Profunda
1) Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi.
2) Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang menyertainya, yang akan menyebabkan stasis.
3) Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan
melaporkannya ke dokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.
D. Konsep Asuhan Keperawata dengan Klien Menggunakan Traksi
1 Pengkajian
Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji. Status neurovaskuler (misal
warna, suhu, dan pengisian kapiler ) dievaluasi dan dibandingkan dengan
ekstremitas yang sehat. Adanya nyeri tekan betis, hangat,kemerahan,
bengkak, atau tanda Homan positif(tidak nyaman ketika kaki didorsofleksi
dengan kuat) mengarahkan adanya thrombosis vena dalam. Identifikasi awal
masalah

yang telah timbul dan sedang berkembang memungkinkan

dilakukan intervensi segera untuk mengatasi masalah tersebut.


2

Diagnosa Keperawatan
a. Kurang pengetahuan mengenai program terapi.
b. Ansietas bd status kesehatan dan alat traksi.
c. Nyeri dan ketidaknyamanan bd traksi dan imobilisasi.
d. Kurang perawatan diri bd traksi.
e. Gangguan mobilitas fisik bd proses penyakit dan traksi.

Rencana Keperawatan
a. Diagnosis Keperawatan : Kurang pengetahuan mengenai program terapi.
Tindakan
Criteria evaluasi
1 Diskusikan masalah patologik
Klien menunjukkan pemahaman terhadap
2 Jelaskan alasan pemberian terapi
program terapi ;
traksi.
1 Menjelaskan tujuan traksi.
3 Ulangi dan berikan informasi
2 Berpartisipasi
dalam
rencana
4

sesering mungkin.
Dorong partisipasi

perawatan.
aktif

klien

dalam rencana perawatan.


b. Diagnosis Keperawatan : Ansietas bd status kesehatan dan alat traksi.
Tindakan
1 Jelaskan
2

Criteria hasil
dan Klien menunjukkan penurunan ansietas :
1 Berpartisipasi aktif dalam perawatan.
implikasi pemasangan traksi.
2 Mengekspresikan perasaan dengan aktif.
Diskusikan bersama klien tentang apa
prosedur,

tujuan

yang dikerjakan dan mengapa perlu


3

dilakukan .
Lakukan kunjungan

setelah pemasangan traksi.


Dorong
klien
mengekspresikan

perasaan dan dengarkan dengan aktif.


Anjurkan keluarga dan kerabat untuk

sering berkunjung.
Berikan aktivitas pengalih.

yang

sering

c. Diagnosis Keperawatan : Nyeri dan ketidaknyamanan bd traksi dan


imobilisasi.

Tindakan
Criteria evaluasi
1 Berikan penyangga berupa papan pada Klien menyebutkan peningkatan kenyamanan;
1 Mengubah posisi sendiri sesering
tempat tidur dari kasur yang padat.
2 Gunakan bantalan kasur khusus untuk
mungkin.

3
4

meminimalkan terjadi ulkus.


Miringkan dan rubah posisi.
Bebaskan linen tempat tidur dari

lipatan dan kelembaban.


Observasi setiap keluhan klien.

Kadang-kadang

meminta

analgetik

oral.

d. Diagnosis keperawatan ; Kurang perawatan diri bd traksi.


Tindakan
1 Bantu

2
3

Criteria evaluasi
klien memenuhi kebutuhan Klien mampu melakukan perawatan diri ;
1 Memerlukan sedikit bantuan pada saa
sehari-harinya seperti makan, mandi,
makan, mandi,berpakaian, dan toileting
dan berpakaian.
Dekatkan alat bantu di samping klien.
Tingkatkan
rutinitas
untuk
memaksimalkan kemandirian klien.

e. Diagnosis keperawatan : Gangguan mobilitas fisik bd proses penyakit dan


traksi.
Tindakan
Criteria evaluasi
1 Dorong klien untuk melakukan latihan Klien
menunjukkan
2
3
4

mobilitas

yang

otot dan sendi yang tidak diimobilisasi. meningkat ;


Anjurkan klien untuk menggerakkan
1 Melakukan latihan yang dianjurkan.
2 Menggunakan alat bantu yang aman.
secara aktif semua sendi.
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi.
Pertahankan gaya tarikan dan posisi
yang

benar

untuk

menghindari

komplikasi akibat ketidaksejajaran.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gips merupakan suatu bahan kimia yang pada saat ini tersedia dalam
lembaran dengan komposisi kimia (CaSO4)2 H2O + 3 H2O = 2 (SaSO42H2O)
dan bersifat anhidrasi yang dapat mengikat air sehingga membuat kalsium
sulfat hidrat menjadi solid/keras. Pada saat ini sudah tersedia gips yang sangat
ringan. Jenis-jenis gips, antara lain : gips lengan, gips tungkai, gips tubuh atau
spika, dll. Bahan-bahan gips,antara lain : gips plester dan gips nonplester.
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Jenis-jenis traksi,
anta lain : traksi kulit (traksi buck, traksi russel, traksi dunlop) dan traksi skelet.
B. Saran
Dengan adanaya penjabaran tentang perawatan pasien dengan gips dan
traksi diharapkan agar kita lebih mngerti, memahami, dan mampu menerapakan
serta mengaplikasiknnya dalam dunia keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2005. RINGKASAN BUKU AJAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
SISTEM MUSKULOSKELETAL. Banjarmasin:
Ningsih, lukman Nurna. 2009. Askep pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, suzzane. C., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddart. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai