2. Program pengobatan yang diberikan pada pasien GGK yang menjalani haemodialisa
umumnya masih berupa pengobatan untuk mengatasi keluhan-keluhan fisik dan belum
menyentuh terhadap masalah-masalah psikososial pasien.
C. Tinjauan Pustaka
Pengertian GGK
Kegagalan fungsi ginjal dapat terjadi dalam 2 (dua) jenis yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal
kronik. Gagal ginjal akut (GGA) atau Acute Renal Failure (ARF) adalah sekumpulan gejala yang
mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak (Nursalam, 2006) dan bersifat reversibel
(Corwin, 1996). Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Renal Failure (CRF) adalah suatu
penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu
bekerja sama sekali dalam hal menyaring sisa-sisa metabolisme tubuh, pembuangan elektrolit
tubuh yang berbahaya untuk tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti
sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urine (Nettina, 1997).
D. Metodelogi Penelitian
Penelitian adalah quasi experiment dengan desain pre-post test design with control group.
Data diambil sebelum dan sesudah pemberian intervensi terapi kognitif pada pasien GGK yang
mengalami harga diri rendah dan kondisi depresi di kelompok intervensi.
Sampel penelitian diperoleh secara consequtive sampling yang berjumlah 56 responden, terdiri
dari 28 responden untuk kelompok intervensi dan 28 responden untuk kelompok kontrol.
Instrumen penelitian untuk mengetahui tingkat harga diri dan kondisi depresi menggunakan
kuesioner modifikasi dari Test Skrining Depresi Beck (Beck Depresion Inventory/BDI) yang
berjumlah 25 pertanyaan.
E. Simpulan
Dalam penelitian tentang pengaruh terapi kognitif terhadap perubahan tingkat harga diri dan
kondisi depresi pada pasien GGK di ruang Haemodialisa RSUP Fatmawati memberikan hasil
bahwa karakteristik pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) rata-rata berusia 48,73 tahun, memiliki
waktu lama sakit 26,50 bulan, dan jumlah frekuensi haemodialisa sebanyak 199,98 kali.
Karakteristtik lainnya adalah sebagian besar pasien GGK dalam penelitian ini adalah laki-laki
yang tidak bekerja, memiliki jenjang pendidikan tinggi (SMA dan PT), dengan status perkawinan
adalah kawin (menikah), dan mendapatkan antihipertensi.
Pasien GGK yang menjalani terapi haemodialisa berisiko mengalami harga diri rendah dan
kondisi depresi. Hal ini dikarenakan faktor-faktor yang mendukung terjadinya perilaku harga diri
rendah, mekanisme koping yang digunakan dan sumber koping yang dimiliki pasien GGK dan
didukung adanya hasil analisis terhadap tingkat harga diri dan kondisi depresi pasien GGK di
kedua kelompok sebelum terapi kognitif diberikan, yang meskipun menunjukkan nilai rata-rata
berada dalam katagori harga diri sedang dan kondisi depresi, namun masih berada dibawah nilai
standar optimal untuk harga diri yaitu 54 dan diatas batas nilai kondisi depresi, yaitu 16.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi kognitif yang cukup bermakna
terhadap tingkat harga diri dan kondisi depresi pasien GGK dimana terapi kognitif yang telah
dilakukan selama kurang lebih 6 minggu ini telah memberikan hasil yaitu bahwa tingkat harga
diri pasien GGK meningkat secara bermakna setelah diberikan terapi kognitif dan kondisi
depresi pasien GGK menurun secara bermakna setelah dilakukan terapi kognitif.
4. Pengaruh Terapi Kognitif dan Terapi Penghentian Pikiran terhadap Perubahan Ansietas
5. Pengaruh Terapi Kognitif dan Terapi Penghentian Pikiran terhadap Perubahan Ansietas,
Depresi dan Kemampuan Mengontrol Pikiran Negatif Klien Kanker di RS Kanker
Dharmais Jakarta
6. Pengaruh Terapi Kognitif Perilaku Terhadap Pikiran dan Perilaku Anak Usia Sekolah
tang Mengalami Kesulitan Belajar di SDN Kelurahan Pondok Cina Tahun 2010
7. Terapi Kognitif Tingkah Laku untuk Mengatasi Kecemasan Sosial
8. Terapi Kognitif-Perilaku untuk Menangani Depresi pada Lanjut Usia