Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HERY SOPARI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
HERY SOPARI
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
TESIS
MODEL KOLABORASI PERENCANAAN ANTARA BALAI TAMAN
NASIONAL WAKATOBI DAN PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI
DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI SECARA
LESTARI
HERY SOPARI
Nomor Pokok P0204212516
Menyetujui
Komisi Penasehat,
: Hery Sopari
merupakan
hasil
karya
sendiri,
bukan
merupakan
Maret 2014
Yang menyatakan,
HERY SOPARI
PRAKATA
penyelesaian
studi
magister
pada
Program
Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
Ide penulisan tesis ini timbul dari hasil pengamatan penulis terhadap
identifikasi permasalahan dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di
Wakatobi yang merupakan taman nasional dan juga sebagai kabupaten.
Adanya dua instansi yang memiliki ruang kelola sumber daya alam yang
sama, maka diperlukan kebijakan pengelolaan yang sinergis dan
harmonis.
dan
arah
perencanaan
dalam
mendukung
kolaborasi
perencanaan
pengelolaan
SDAH
secara
lestari
untuk
Ibnu Hajar, S.Pi., MP., Ph.D yang telah memberikan kritik dan saran demi
perbaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Menteri Kehutanan Republik Indonesia yang telah memberikan ijin
tugas belajar kepada penulis.
2. Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam (PHKA) atas fasilitasinya dalam memberikan ijin tugas belajar.
3. Kepala Balai TN Wakatobi yang telah memfasilitasi dan mendorong
penulis untuk terus menimba ilmu pengetahuan.
4. Kepala Pusbindikaltren Bappenas yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada jenjang magister.
5. Pemerintah Kabupaten Wakatobi (SKPD terkait) yang telah membantu
penulis dalam pengumpulan data dan informasi penelitian.
6. Ketua program studi Perencanaan Pengembangan Wilayah beserta
Ketua Konsentrasi Manajemen Perencanaan.
7. Keluarga tercinta: Bapak Opan Sopandi, Ibu Nunung Sumiati serta
Emma Herawati (Istri) dan Anak-anakku tersayang (Risty Khaerunnisa
Putri, Raisha Aliya S., dan M. Fadly Bukhary) yang telah memberikan
dukungan moril dan materil.
8. Rekan-rekan mahasiswa
semua
pihak
yang
telah
banyak
membantu
dalam
Maret 2014
HERY SOPARI
ABSTRAK
HERY SOPARI. Model Kolaborasi Perencanaan antara Balai Taman
Nasional Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi dalam
Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati (SDAH) Secara Lestari (dibimbing
oleh Ngakan Putu Oka dan Darmawan Salman)
ABSTRACT
This study aims to: (1) analyze the potentials of Resources Organization - Norms (RON) in Wakatobi National Park Authority (WNPA)
and Wakatobi Regency Government (WRG) in supporting the
collaboration of natural resource management planning in the area; (2)
analyze the contribution and the direction of WNPA and WRG planning in
supporting the collaboration of natural resource management planning;
and (3) formulate a model of planning collaboration between WNPA and
WRG in sustainable natural resource management.
This research was conducted in Bau-Bau city and Wakatobi
Regency. It used indepth interviews, document study and focus group
discussions(FGD). The data were analyzed by using the qualitative
descriptive analysis.
The results reveal that: (1) natural resources managed by WNPA
and WRG are 8 (eight) important resources which become the targets of
conservation, (2) the contributions and planning direction of WNPA and
WRG support the collaborative planning of sustainable natural resource
management; and (3) various natural resource problems can be solved by
using 8 models of collaborative planning, including (a) case administration,
(b) security patrols / operations (c) education / regulation socialization, (d )
the monitoring of 8 important natural resources / conservation targets, (e)
natural resource rehabilitation,
(f) visitor management,
(g) the
management of fisheries business license, and (h) the development and
licensing of natural tourism.
Keywords: collaboration, planning, natural resource
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................
iii
ix
BAB II.
PENDAHULUAN .....................................................................
........................................................................................... 229
DAFTAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
TABEL
16
17
20
37
56
64
64
69
72
73
74
75
84
87
121
122
124
125
126
28. Tujuan, Waktu dan Tim Pelaksana Monitoring Cetacean .............. 127
29. Tarif PNBP Yang Berlaku di Kawasan Konservasi
berdasarkan PP No. 59 Tahun 1998 .............................................. 129
30. Retribusi Penelitian berdasarkan Perda Kabupaten Wakatobi
No. 19 Tahun 2006 ......................................................................... 132
31. Retribusi Kegiatan Wisata Berdasarkan Perda Kabupaten
Wakatobi No. 15 Tahun 2013 ......................................................... 133
32. Kontribusi Balai TN Wakatobi dalam Pengelolaan SDAH
Secara Lestari Tahun 2012............................................................. 137
33. Pelatihan dalam Rangka Peningkatan Kualitas SDM Tahun
2012................................................................................................ 148
34. SKPD terkait Pengelolaan SDAH ................................................... 150
35. Visi Balai TN Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi ....... 159
36. Analisis Visi Balai TN Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten
Wakatobi dalam Mendukung Kolaborasi ....................................... 160
37. Misi Balai TN Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi ...... 161
38. Analisis Misi Balai TN Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten
Wakatobi dalam mendukung kolaborasi Perencanaan
Pengelolaan SDAH......................................................................... 162
39. Rencana Kerja Balai TN Wakatobi dalam Pengelolaan SDAH
Tahun 2014..................................................................................... 164
40. Ringkasan Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Wakatobi
dalam Pengelolaan SDAH Tahun 2014 .......................................... 165
41. Ringkasan Analisis Data Penelitian Pada Balai TN Wakatobi ........ 177
DAFTAR
GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
DAFTAR
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
pemerintah
telah
menetapkan
kawasan
karang
fungi,
31
spesies
foraminifera
dan
34
spesies
Wakatobi,
isu
pertama
yang
muncul
terkait
dengan
itu
kebijakan
pengelolaan
wilayah
Wakatobi
haruslah
(2010)
mengemukakan
bahwa
pasca
pembentukan
usaha
pariwisata,
perijinan
usaha
perikanan,
perijinan
Saat
daerah
bisa
muncul
karena
perbedaan
kepentingan,
sehingga
dalam
perencanaan,
perlu
mengetahui
kontribusi
serta
Dalam
arah
Rumusan Masalah
kebijakan,
dimana
Pemerintah
Kabupaten
Wakatobi
potensi
sumber
daya
(Resources/R),
organisasi
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka penelitian ini ditujukan untuk :
1. Menganalisis
potensi
sumber
daya
(Resources/R),
organisasi
antara
Balai TN
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengelolaan Taman Nasional maupun Kabupaten Wakatobi. Berikut
adalah kegunaan penelitian ini:
1. Dapat memberikan gambaran potensi sumber daya (Resources/R),
organisasi (Organizations/O) dan norma (Norms/N) Taman Nasional
Wakatobi dan Kabupaten Wakatobi dalam mendukung kolaborasi
perencanaan pengelolaan sumber daya alam hayati di wilayah
tersebut;
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati Secara Lestari
Pengelolaan sumber daya alam hayati pada hakikatnya merupakan
upaya untuk mempertahankan pilihan-pilihan masa depan melalui
pencadangan atau perlindungan komponen hayati dan mengoptimalkan
pemanfaatan lestari komponen hayati yang telah diketahui nilainya dari
pengalaman dan pengkajian terus-menerus manusia selama mengarungi
kehidupan (Putro dkk., 2012). Di Indonesia upaya pengelolaan sumber
daya alam hayati secara lestari dilakukan melalui
konservasi sumber
11
secara
lestari
sumber
daya
alam
hayati
dan
ekosistemnya.
McNeely (1988) mengemukakan bahwa agar dapat berkompetisi
dalam
menarik
perhatian
pembuat
keputusan,
kebijakan-kebijakan
ekonomi
dapat
disusun
oleh
mereka
yang
hendak
12
untuk
menjaga
kelestarian
sumberdaya
alam
hayati
dan
13
The natural resources of the earth including the air, water, land, flora
and fauna and especially representative samples of natural ecosystems
must be safeguarded for the benefit of present and future generations
through careful planning or management, as appropriate.
(Sumber daya alam yang ada di bumi termasuk udara, air, tanah, flora
dan fauna serta khususnya sampel-sampel perwakilan ekosistem, harus
diselamatkan untuk kepentingan generasi kini dan mendatang melalui
perencanaan atau pengelolaan yang secermat mungkin).
Selanjutnya
Bethan
(2008)
menyatakan
bahwa
pembangunan
daftar
rencana
tindakan
penting
dunia.
Dalam
paragaf
14
2. Kawasan Konservasi
Berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, kawasan konservasi di Indonesia terdiri
atas Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).
KSA adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di
perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Sedangkan KPA
yaitu kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan
yang
mempunyai
fungsi
sebagai
perlindungan
sistem
penyangga
Kawasan Konservasi
Kawasan Suaka
Alam/KSA
Cagar Alam
(CA)
Suaka
Margasatwa
(SM)
Kawasan Pelestarian
Alam/KPA
Taman
Hutan Raya
(THR)
Taman
Nasional
(TN)
Taman
Wisata Alam
(TWA)
15
2)
3)
4)
5)
6)
16
kawasan lindungnya secara lebih aplikatif, maka hal itu dapat dibenarkan.
Berikut adalah berbagai kategori kawasan konservasi.
Tabel 1. Berbagai Kategori Kawasan Konservasi
Sumber
Menurut UU
No. 5 tahun 1990
tentang KSDAHE
Menurut IUCN
Kategori
-
Menurut UU
No. 41 tahun 1999
tentang Kehutanan
17
(clearly defined
geographical space)
Diakui (recognized)
Didedikasikan
(dedicated)
Dikelola (managed)
Penjelasan
Untuk Mencapai
(To Achieve)
18
Lanjutan Tabel 2
Penjelasan
Hal
Jangka-Panjang
(long-term)
Konservasi
(Conservation)
Alam (Nature)
Dalam
konteks
ini,
alam
selalu
mengacu
pada
keanekaragaman hayati, baik pada tingkat genetik, spesies,
dan ekosistem, dan sering juga mengacu pada geodiversity,
bentuk lahan dan nilai-nilai alami yang lebih luas
Jasa
Lingkungan
Terkait
(Associated
ecosystem
services)
Nilai-nilai budaya
(cultural values)
merupakan
upaya
masif
untuk
mempertahankan
19
cenderung
terus
meningkat
dan
mengancam
menjadi
prasyarat
penting
bagi
pengelolaan
kawasan
konservasi.
Menurut Setyowati dkk. (2008) pengelolaan Kawasan Konservasi,
pada hakikatnya merupakan salah satu aspek pembangunan yang
berkelanjutan serta berwawasan lingkungan, sehingga berdampak nyata
terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sekaligus
akan mendapatkan pula pendapatan negara dan penerimaan devisa
negara, yang dapat memajukan kualitas hidup dan kehidupan bangsa.
Oleh karena itu perlu perubahan paradigma pengelolaan kawasan
konservasi, tidak hanya didasarkan pada prinsip konservasi untuk
konservasi itu sendiri (hanya perlindungan saja), tetapi konservasi untuk
20
Perubahan dari
Perubahan menjadi
Arti
dan
Fungsi
Kawasan Konservasi
Semata-mata
sebagai
kawasan
perlindungan
keanekaragaman hayati
Beban pembiayaan
Kawasan
perlindungan
keanekaragaman hayati yang
memiliki fungsi sosial, ekonomi,
budaya jangka panjang guna
mendukung pembangunan yang
berkesinambungan
Beban bersama pemerintah dan
penerima manfaat (beneficiary
pays principle)
Bottom-up(participatory)
Pengambilan keputusan
(kebijakan)
Pengelolaan
Pelayanan
Tata pemerintah
Peran pemerintah
Pengelolaan
berbasis
pemerintah (state basedmanagement)
Pelayanan
pemerintah
dari birokratis-normatif
Tata pemerintah dari
sentralistis
Peran pemerintah dari
provider
21
zonasi
yang
dimanfaatkan
untuk
tujuan
penelitian,
ilmu
22
pelaksanaannya.
Selanjutnya
berbagai
upaya
penunjukkan
dan
50
taman nasional dengan luas 16,38 juta hektar atau sekitar 65 % dari
keseluruhan luas kawasan konservasi di Indonesia.
Selanjutnya
Departemen
Kehutanan
juga
berencana
23
Kawasan
Suaka
Alam
(KSA)
dan
Kawasan
24
kehidupan
manusia.
b) Pengawetan
keanekaragaman
tumbuhan
dan
satwa
beserta
Pemanfaatan
secara
lestari
sumber
daya
alam
hayati
dan
Ketiga point diatas merupakan peran dari Balai Taman Nasional dalam
pengelolaan sumber daya alam hayati. Berikut adalah penjabaran dari
ketiga peran diatas menurut PP No. 28 Tahun 2011.
a) Kegiatan perlindungan termasuk perlindungan terhadap kawasan
ekosistem esensial, dapat dilakukan melalui:
b) Pengawetan
memelihara
(preservasi)
adalah
upaya
untuk
dan
menjaga
satwa
dan
beserta
25
ekosistemnya
baik
di
dalam
maupun
di
luar
habitatnya
agar
satwa;
pemantauan;
pembinaan
habitat
dan
populasi;
dan
keanekaragaman
jenis
tumbuhan
dan
satwa
liar.
keadaan
iklim,
fenomena
alam,
kekhasan
jenis
dan
26
sistem
penyangga
kehidupan,
pengawetan
27
c)
kegiatan
pariwisata
dan
rekreasi,
pemerintah
dapat
2.
3.
Penetapan
dan
Pelaksanaan
pengendalian
kemerosotan
28
4.
Pemantauan
dan
pengawasan
pelaksanaan
konservasi
6.
7.
Pengembangan
kapasitas
masyarakat
dalam
pengelolaan
keanekaragaman hayati.
Selanjutnya
Putro
dkk.
(2012)
menyatakan
bahwa
dalam
sumber
daya
alam
hayati
secara
lestari
sangat
29
pendapatan
infrastruktur:
dari
Pemerintah
taman
Daerah
nasional;
3)
diharapkan
Sarana-prasarana
dapat
melaksanakan
bahwa
ada
hubungan
antara
pemerintah
pusat
dan
30
pemerintah
daerah
dalam
hal
kewenangan,
tanggung
jawab,
penginapan,
yang
dapat
menggerakan
ekonomi
31
lindung apakah melalui donasi pada LSM, atau melalui pajak kepada
pemerintah, hal ini tentunya dengan harapan bahwa agar kawasan
tersebut dikelola dengan baik. Dengan demikian pemerintah daerah
sangat diharapkan kontribusinya dalam pengelolaan sumber daya alam
hayati secara lestari guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
pasal
13
menyatakan
bahwa
Pengendalian
suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
32
yang
(scientific-based
mengaplikasikan
knowledge
pengetahuan
planning)
dan
berbasis
ilmiah
perencanaan
yang
masyarakat
agar
dapat
mentransformasikan
dirinya
33
diturunkan
dari
kebijakan
dan
perencanaan
yang
34
b. Perencanaan Adaptif
Perencanaan ini merupakan suatu pendekatan yang didasarkan atas
proses pengendalian adaptif yang berfokus pada proses pengambilan
keputusan berdasarkan pengalaman. Dalam perencanaan adaptif,
jika
yang
sedang
berjalan,
kemudian
akan
dirumuskan
terletak
pada
ketersediaan
informasi.
Tanpa
informasi
atau
35
langkah-langkah untuk
36
37
Kolaborasi sebagai
proses
Kolaborasi sebagai
pendekatan
Penanda
Keadaan pada tatanan lokal, daerah ataupun
nasional dimana dua pihak atau lebih berinteraksi dan
berkontribusi bersama secara sinergis bagi efektifnya
pencapaian tujuan bersama tatanan tersebut
Proses perubahan dari satu tahap ke tahap
berikutnya menuju pencapaian tujuan bersama pada
tatanan lokal, daerah ataupun nasional yang
didalamnya berinteraksi dan berkontribusi dua pihak
atau lebih
Metode atau cara untuk mendorong interaksi dan
kontribusi dua pihak atau lebih dari satu tahap ke
tahap berikutnya dalam pencapaian tujuan bersama
sebuah tatanan lokal, daerah ataupun nasional
38
Menurut
Salman
(2012b),
perubahan
tindak-perilaku
menuju
39
kolaborasi
yang
ditetapkan
berdasarkan
kesepakatan
para
pihak
40
untuk
mencapai
sasaran-sasaran
dan
cita-cita
pembangunan.
2. Organizations (O), yakni organisasi-organisasi yang melaksanakan
peran,
pelaku
atau
aktor
pembangunan.
Dengan
cara
41
unsur pembangunan
adalah
saling
keterkaitan antara unsur yang dikelola (R), unsur yang mengelola (O) dan
unsur
yang
mengatur
pengelolaan
(N).
Terdapat
rangkaian
42
kompleks
tersebut
tidak
cukup
dengan
mengandalkan
kontribusi
antar
pihak
diperlukan
agar
kapasitas dan
secara
bersinergi/komplementer
secara
bertahap
dan
43
R-O-N
(1)
R-O-N
R-O-N
(2)
R-O-N
R-O-N
(3)
R-O-N
R-O-N
(4)
R-O-N
menjadi
kolaborasi
multipihak.
Dengan
kolaborasi
44
pengelolaan
sumber
daya
alam
hayati
antara
dalam
pengelolaan
sumber
daya
alam
secara
berkelanjutan.
2. Terjadinya tarik menarik kewenangan pengelolaan sumber daya alam.
3. Adanya kepentingan yang melekat pada berbagai pihak.
4. Tidak ada visi yang sama di Pemerintah Pusat dalam konservasi
sumber daya alam.
45
pelaksananya. Seringkali
peraturan perundang-
antar
instansi
pemerintah
sering
kali
saling
46
Kerusakan yang
Penelitian Terdahulu
Purwanti (2008) melakukan kajian mengenai konsep co-management
47
juga
kurang
mendukung
kegiatan
perlindungan
dan
48
e) Membentuk
forum
stakeholders
untuk
mengorganisir
dan
49
tidak
dapat
dibagi,
Departemen
Kehutanan
dapat
diterapkan
meskipun
keberhasilan
penerapan
manajemen
kepentingan
dan
membangun
konsensus
bersama
50
kelembagaan
kolaborasi
yang
kuat
termasuk
nota
Sedangkan
51
sinergi
kebijakan,
sumber
daya,
organisasi
(pelaku
maka model
52
Pemerintah Kabupaten
Wakatobi
Kebijakan
Pembangunan Daerah
Balai TN Wakatobi
Permasalahan
Resources,
Organizations dan
Norms
Kebijakan
KSDAH&E
53
BAB III
METODE PENELITIAN
Wakatobi
dalam
mendukung
kolaborasi
perencanaan
kolaborasi,
kelembagaan
ini
akan
disusun
dengan
menjadi
pengumpulan
data
dari
latar
alami
dengan
54
waktu
pelaksanaannya
adalah
bulan
November
sampai
Desember 2013.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di
lokasi penelitian baik melalui wawancara maupun catatan lapangan. Data
primer yang dikumpulkan berupa beberapa data tentang potensi R-O-N
(Resources-Organization-Norms) TN Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten
Wakatobi yang mendukung kolaborasi perencanaan pengelolaan sumber
daya alam hayati serta model kolaborasi yang diinginkan oleh masing-masing
pihak. Sumber data primer adalah para informan yang terlibat langsung dalam
pengelolaan kawasan Wakatobi baik dari Balai TN Waktobi maupun
Pemerintah Kebupaten Wakatobi. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh melalui studi dokumen maupun publikasi lainnya yang
55
diterbitkan oleh instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data yang
dikumpulkan berupa data mengenai beberapa potensi (R-O-N), kegiatan
pengelolaan taman nasional serta data kebijakan dan rencana pembangunan
daerah Wakatobi.
Pemilihan informan dilakukan dengan metode purposive sampling
yang
didasarkan
pada
beberapa
pertimbangan,
antara
lain:
perencanaan,
staf
pengawetan
dan
perlindungan,
staf
bidang
Tata
Ruang
Dinas
Tata
Ruang,
Kebersihan,
56
Tabel 5. Matriks Penelitian Model Kolaborasi Perencanaan antara Balai TN Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten
Wakatobi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati Secara Lestari
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
potensi R-ON TN
Wakatobi dan
Kabupaten
Wakatobi
dalam
mendukung
kolaborasi
perencanaan
pengelolaan
sumber daya
alam hayati di
wilayah
tersebut?
Tujuan &
Konsep
Tujuan:
Menganalisis
potensi R-O-N
TN Wakatobi
dan Kabupaten
Wakatobi
dalam
mendukung
kolaborasi
perencanaan
pengelolaan
sumber daya
alam hayati
Konsep:
Potensi (R-ON) pada TN
dan kabupaten
mendukung
kolaborasi
perencanaan
jika masingmasing pihak
mendukung
untuk
dikolaborasikan
Variabel
Sumber
daya Sumber daya alam hayati
(Resources)
yang dapat dikolaborasikan
Potensi
perencanaan
Biofisik/data
pengelolaannya
lapangan
Sarana pendukung
Potensi Finansial Pembiayaan pengelolaan
Potensi SDM
sumber daya alam hayati,
Kondisi SDM pengelola
sumber daya alam hayati
Permasalahan sumber
daya
Organisasi
Organisasi TN dan
Pengelola
Pemerintah Kabupaten
sumber daya
Wakatobi (SKPD terkait)
alam hayati
Permasalahan Organisasi
secara lestari
Norma/Aturan
Mekanisme kerja
Kebijakan
organisasi/Aturan dalam
pengelolaan
kegiatan perlindungan,
sumber
daya
pengawetan dan
alam
hayati
pemanfaatan sumber daya
secara
lestari
alam hayati secara lestari
yang
dapat Permasalahan dalam
dikolaborasikan
mekanisme/aturan
Sumber Data
Teknik
Pengumpulan
data
Analisis data
Analisis
Deskriptif
Kualitatif
terhadap R-O-N
dengan
Berpedoman
pada UU No. 5
Tahun 1990
(terkait kegiatan
konservasi
sumber daya
alam hayati
yang dapat
dilakukan)
57
Lanjutan Tabel 5
Rumusan
Masalah
2. Bagaimana
kontribusi dan
arah
perencanaan
Balai TN
Wakatobi dan
Pemerintah
Kabupaten
Wakatobi
dalam
mendukung
kolaborasi
perencanaan
pengelolaan
sumber daya
alam hayati?
Tujuan &
Konsep
Menganalisis
kontribusi dan
arah
perencanaan
Balai TN
Wakatobi
dalam
mendukung
kolaborasi
perencanaan
pengelolaan
sumber daya
alam hayati
Konsep:
Kontribusi dan
arah
perencanaan
mendukung
kolaborasi, jika
memberi ruang
untuk
berkolaborasi
Variabel
Sumber Data
Teknik
Pengumpulan
data
Dokumen Perencanaan Studi literatur/
dan pengelolaan (RPTN,
dokumen
Renstra TN Wakatobi,
Wawancara
laporan kegiatan
pengelolaan)
Informan:
Balai TN Wakatobi
Kebijakan Balai TN
Wakatobi
Kebijakan Pemerintah
Kabupaten Wakatobi
Analisis data
Analisis
deskriptif
kualitatif
58
Lanjutan Tabel 5
Rumusan
Masalah
3. Bagaimana
model
kolaborasi
perencanaan
yang perlu
dirumuskan
antara Balai
TN Wakatobi
dengan
Pemerintah
Kabupaten
Wakatobi
dalam
pengelolaan
sumber daya
alam hayati
secara lestari?
Tujuan &
Konsep
Merumuskan
model antara
Balai TN
Wakatobi
dengan
Pemerintah
Kabupaten
Wakatobi
dalam
pengelolaan
sumber daya
alam hayati
secara lestari
Variabel
Model Kolaborasi
Sumber Data
Teknik
Pengumpulan
data
Wawancara
Studi dokumen
Focus Group
Discussion
(FGD)
Konsep:
Model
kolaborasi yang
akan
dirumuskan
adalah yang
dapat
disepakati
kedua pihak
Ket: UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya:
Permenhut No. 19 tahun 2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Analisis data
Analisis
Deskriptif
Kualitatif untuk
merumuskan
model
kolaborasi
perencanaan
merumuskan
kelembagaan
kolaborasi
menurut
Permenhut
No.19 tahun
2004 yaitu
meliputi
wadah/organisasi, sarana,
pembiayaan
dan
mekanisme
kerja
kolaborasi
59
Wakatobi
dalam
mendukung
kolaborasi
perencanaan
model
kolaborasi
perencanaan
dan
kelembagaan
60
antara
lain
dokumen
perencanaan,
laporan
kegiatan,
laporan/buku statistik, dan arsip atau jenis dokumen lainnya yang berisi
tentang pengelolaan sumber daya alam hayati baik dari Balai TN
Wakatobi maupun Pemerintah Kabupaten Wakatobi.
61
dapat
62
R-O-N,
akan
dianalisis
apa
yang
menjadi
63
(organisasi)
yang
perlu
dibentuk
bersama
dalam
sarana
pendukung
yang
diperlukan
dalam
pembiayaan
kegiatan
kolaborasi
perencanaan
64
Tabel 6. Analisis
Data Penelitian yang Ada Pada Balai
TN
Wakatobi Dalam
Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati
Secara Lestari
Unsur
Pembangunan
Resources
(Sumber daya)
Potensi
Masalah
Kontribusi
Balai TNW
Arah
Perencanaan
Model
Kolaborasi
Sumber daya
yang dapat
dikolaborasikan
Lembaga/
wadah yang
perlu dibentuk
Mekanisme
kolaborasi yang
diharapkan
Organisasi
Norms
(Kebijakan/Aturan/
Mekanisme)
Potensi
Masalah
Kontribusi
Pemkab.
Wakatobi
Arah
Perencanaan
Model
Kolaborasi
Sumberdaya
yang dapat
dikolaborasikan
Lembaga/Wadah
Yang Perlu
dibentuk
Mekanisme
kolaborasi yang
diharapkan
Resources
(Sumber daya)
Organisasi
Norms
(Kebijakan/Aturan/
mekanisme )
65
G. Definisi Operasional
1. Taman Nasional adalah adalah kawasan pelesatarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
2. Zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam
taman nasional menjadi zona-zona yang mencakup kegiatan tahapan
persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft
rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan
penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspekaspek ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.
3. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah upaya
perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan,
pengawetan
diantara
mereka
berbagi
secara
adil
fungsi-fungsi
66
permasalahan
yang
terjadi
di Wakatobi.
Model
Didalam
kolaborasi
perencanaan
perlu
ada
67
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Coral Tri-angle
T
S
Wakatobi
68
Kabupaten Wakatobi diapit oleh perairan laut yaitu perairan Buton, Laut
Banda, dan Flores.
69
Kecamatan
Pesisir
Tepi Pantai
Bukan
Pesisir
Jumlah
Binongko
Togo Binongko
Tomia
10
10
Tomia Timur
Kaledupa
15
16
Kaledupa Selatan
10
10
Wangi-Wangi
13
20
Wangi-Wangi Selatan
19
21
Wakatobi
90
10
100
70
2. Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson, iklim di Kepulauan Wakatobi
termasuk tipe C, dengan dua musim yaitu musim kemarau (musim timur:
AprilAgustus) dan musim hujan (musim barat: SeptemberApril). Musim
angin barat berlangsung dari bulan Desember sampai dengan Maret yang
ditandai dengan sering terjadi hujan.
71
Kabupaten Wakatobi cukup lancar. Akses dari ibukota kabupaten (WangiWangi) ke Pulau Kaledupa dan Binongko tersedia setiap hari dengan
armada kapal cepat (speed boat). Satu-satunya wilayah pulau kecil yang
relatif sulit dijangkau namun telah berpenghuni ialah Pulau Runduma yang
termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tomia (Pemerintah
Kabupaten Wakatobi, 2013b).
72
5. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi hingga pertengahan Juni
2012 adalah 94.953 jiwa (tabel 9.). Sebagian besar (sekitar 51,61%)
penduduk berada di Pulau Wangi-Wangi.
Juni 2012
Kecamatan
Penduduk
(jiwa)
1
2
3
4
5
6
7
8
Binongko
Togo Binongko
Tomia
Tomia Timur
Kaledupa
Kaledupa Selatan
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi Selatan
Jumlah
Persebaran
(%)
9.130
5.139
7.520
9.188
10.870
7.258
25.589
26.790
94.846
Penduduk
(jiwa)
9,00
5,06
7,41
9,05
10,71
7,15
25,21
26,40
100,00
8.550
4.828
7.035
8.588
10.181
6.772
23.935
25.064
94.953
Persebaran
(%)
9,00
5,08
7,41
9,04
10,72
7,13
25,21
26,40
100,00
Hayati
yang
dapat
dikolaborasikan
7) SPAGs (Tempat
73
pemijahan Ikan) dan 8) Ikan ekonomis penting. Target ini sering disebut
sebagai 8 sumber daya penting. Untuk mengelola 8 sumber daya penting
ini, baik dari aspek perlindungan, pengawetan (monitoring) maupun
pemanfaatannya secara lestari, maka diperlukan berbagai sumber daya
mulai dari SDM, finansial, maupun sarana pendukung. Oleh karena itulah
perlu adanya suatu kolaborasi dalam pengelolaan SDAH tersebut. Untuk
mengetahui apakah pengelolaan ke-8 sumber daya penting tersebut dapat
dikolaborasikan atau tidak, maka pendapat kedua pihak yaitu Balai TN
Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi perlu diketahui. Pendapat
pemangku kepentingan disajikan pada Tabel 10, sedangkan fungsi dan
potensi sumber daya disajikan pada Tabel 11.
Tabel 10. Pendapat Pemangku Kepentingan pada Balai TN Wakatobi dan
Pemerintah Kabupaten Wakatobi terhadap Kolaborasi
Pengelolaan 8 Sumber Daya Penting
Informan
A1
B1
Pendapat
Alasan
Dapat
Sinergitas berbagai sumber daya pengelolaan
dikolaborasikan yang ada (finansial, SDM dan sarana lain),
sehingga dapat terjadi pembelajaran bersama,
saling memahami aturan yang berlaku pada
masing-masing pihak.
Perlu
Kita punya domain yang sama, sehingga
dikolaborasikan bagaimana pendekatan konservasi dapat menjadi
sumber
pendapatan
dan
pengembangan
ekonomi. Oleh karena itu mutlak dibutuhkan
kolaborasi, karena kalau kontraproduktif serta
jalan sendiri-sendiri maka hasilnya tentu tidak
akan berdampak luas dan baik.
Pemerintah
kabupaten
fokus
untuk
mensejahterakan rakyat, dimana pemanfaatan
sumber daya alam oleh masyarakat diatur dan
diawasi oleh peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu konservasi sebagai sumber
ekonomi dan juga kesejahteraan.
74
Sumber
Daya Alam
Terumbu
Karang
Fungsi
Potensi
Lamun
Mangrove
Burung
Pantai/Laut
Cetacean/
mamalia laut
Penyu
SPAGs/
Tempat
pemijahan
ikan
Ikan
Ekonomis
Penting
- Di Wakatobi
ditemukan 590 jenis ikan (Rapid
Ecological Assessment /REA tahun 2003)
75
a. Terumbu karang
Salah satu sumber daya penting /target konservasi di Wakatobi
adalah terumbu karang. Dahuri dkk. (1996) menyatakan bahwa ekosistem
terumbu karang memiliki produktivitas organik yang sangat tinggi jika
dibandingkan
dengan
ekosistem
lainnya,
demikian
juga
dengan
Luas
1.
2.
3.
4.
Pulau Tomia
76
b. Lamun
Beberapa lamun diketahui mengeluarkan oksigen melalui akarnya.
Pengeluaran oksigen tersebut fungsinya sama dengan yang dilakukan
oleh tumbuhan darat. Padang lamun juga berfungsi sebagai penyedia zat
hara bagi makhluk hidup laut lainnya. Daun lamun yang sudah tua
diuraikan oleh sekelompok hewan dan jasad renik yang hidup di dasar
perairan, seperti teripang, kerang, kepiting, dan bakteri. Hasil penguraian
tersebut menjadi nutrien yang tercampur dengan air dan bermanfaat tidak
hanya bagi tumbuhan lamun sendiri, namun juga untuk pertumbuhan
fitoplankton dan selanjutnya zooplankton dan juvenile ikan/udang.
Sebagian hewan memanfaatkan lamun sebagai tempat berlindung,
mencari makan, tumbuh besar, dan memijah. Dedaunan lamun juga
berguna sebagi pelindung dari sengatan matahari bagi penghuni
ekosistem ini (BTNW, 2010b).
Selanjutnya
BTNW
(2010b)
juga
menyatakan
bahwa
lamun
77
78
(1)
pengambilan
kayu
bakar,
(2)
yang digunakan
pembukaan
lahan
79
burung
pantai
tersebut
mempunyai
peran
sebagai
80
Ambeua adalah Trinil pantai dan kepinis Laut. Kepadatan burung tertinggi
di P. Hoga adalah Madu sriganti, selain itu ditemukan juga jenis endemik
yaitu Cabai Panggul Kelabu. Sedangkan kepadatan burung tertinggi di P.
Moromaho adalah jenis Sula sula yang banyak ditemukan di pagi hari
(BTNW, 2013a).
e. Cetacean
Salah satu target konservasi adalah cetacean, yaitu paus dan
lumba lumba. BTNW (2013a) menyatakan bahwa kawasan TNW sangat
kaya biota laut dan keanekaragaman hayati.
sering dijumpai dan kawasan ini merupakan salah satu jalur migrasi yang
terbentang dari Philipina sampai ke Australia. Sampai saat ini tercatat ada
6 jenis paus yang terlihat di kawasan TNW yaitu Beaked whale, Blue
whale, Brydes whale, melonhead whale, Pilot whale dan Sperm whale.
Adapun jenis dolphin yang ditemukan ada 5 jenis, yaitu Bottlenose
81
Penyu
Penyu merupakan salah satu jenis satwa yang dilindungi, berdasarkan
82
Ada beberapa gangguan terhadap keberadaan penyu yaitu pulaupulau habitat peneluruan penyu di Wakatobi diklaim sebagai lahan milik
masyarakat lokal, adanya perkebunan kelapa masyarakat di lokasi
peneluran penyu serta sebagai lokasi peristirahatan nelayan. Hal ini
mengakibatkan adanya pemanfaatan/penangkapan penyu oleh nelayan
lokal dan luar Wakatobi
12
belas
spesies
(11
kerapu/serranidae
dan
83
84
Nama Site
Hoga Channel
Deskripsi Lokasi
85
Wakatobi
Balai
86
mengherankan
begitu banyak jenis ikan karang, karena memang terumbu karang yang
terdapat di kawasan tersebut masih relatif
87
Jenis Sumber
Daya Alam
Hayati
Terumbu Karang
Lamun
Mangrove
Burung
Pantai/Laut
Cetacean
(Mamalia
Laut/LumbaLumba , Paus)
Penyu
7
8
SPAGs (Tempat
Pemijahan Ikan)
Ikan Ekonomis
penting
Pengelolaan oleh
Pemerintah Kabupaten
Wakatobi
Monitoring, Patroli
Pengamanan Kawasan,
Penyuluhan/Sosialisasi,
Wisata
Patroli Pengamanan
Kawasan,
Penyuluhan/Sosialisasi
Patroli Pengamanan
Kawasan,Penyuluhan/
Sosialisasi, wisata
Patroli Pengamanan
Kawasan
Patroli Pengamanan
Kawasan
Patroli Pengamanan
Kawasan, Penyuluhan/
Sosialisasi
Patroli Pengamanan
Kawasan
Patroli Pengamanan
Kawasan, Perijinan
Perikanan tangkap
88
informan
B7
menyatakan
beberapa
kegiatan
89
sejak tahun 2012 sudah tidak ada monitoring oleh Coremap. Kalau di
DKP, saya lihat masih ada juga, dan seharusnya memang ada.
Untuk pemanfaatan lestari baik kegiatan penelitian maupun wisata
oleh pengunjung dari luar Wakatobi, belum ada acuan yang pas baik
di bandara maupun di pelabuhan, begitu juga di patuno resort dan di
Wakatobi Dive Resort, sehingga pengunjung belum terkontrol. Oleh
karena itu harus ada pintu masuk, baik di bandara maupun di
pelabuhan untuk melayani pengunjung. Daya tarik wisata dan
fasilitas pelayanan harus terjamin juga, kalau memang Wakatobi
mau eksklusif, maka pengunjung pun harus dieksklusifkan
BTNW (2008) menyatakan bahwa disamping
8 sumber daya
biodiversitas
laut
masih
menjadi
salah
satu
sasaran
90
dan
laut
untuk
menjamin
terus
pendukung
merupakan
kebutuhan
dasar
dalam
91
Ketersediaan
Balai TN Wakatobi
SBTU/SPTN
Jumlah (Unit)
Ket.
Jml (Unit)
Ket.
SPTN W II
SPTN W III
1
1
2
Rusak
Baik
Baik
DKP
BLH
Disbudpar
3
1
1
1 Rusak
Baik
Baik
2. Katinting
SBTU/SPTN
BLH
Baik
3. Bodybatang
SPTNW III
Baik
SKPD
2. Telepon
SPTNW I
SPTN W II
SPTN W III
SBTU
1
2
1
Rusak
SKPD
Baik
Baik
SKPD
Baik
3. Handy Talk
(HT)
SPTNW I
SPTN W III
5
6
Baik
5 Rusak
Dinas PKP2
10
Baik
4. SKRT
SBTU
SPTN W III
1
2
Baik
Rusak
3
8
9
Baik
Baik
Baik
1
1
-
Rusak
Baik
Baik
SKPD
Baik
Disbudpar
Sarana Transportasi
1. Speedboat SPTNW I
SKPD
Sarana Komunikasi
1. SSB
SKPD
DKP
DKP
Dinas PKP2
11
15
SPTNW I
SPTN W II
SPTN W III
Sarana Penjagaan
1. Pos
penjagaan
SDA
2. Pesawat
Trike Aquilla
SPTN W I
SPTN W II
SPTN W III
SPTN W I
Baik
Baik
1. Pusat
Pengunjung
SPTNW II
92
baik
pengelolaan
sarana
komunikasi,
pengunjung,
sarana
merupakan
diving,
sarana
maupun
sarana
pendukung
dalam
pengelolaan SDAH.
3. Sumber Daya Manusia pada Balai TN Wakatobi dan Pemerintah
Kabupaten Wakatobi.
SDM merupakan salah satu unsur pembangunan yang sangat
menentukan keberhasilan dari suatu pengelolaan. Dalam pengelolaan
sumber daya alam hayati secara lestari tentunya membutuhkan SDM
yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Namun demikian
keterbatasan
SDM
pada
suatu
instansi
pemerintah
merupakan
permasalahan yang selalu ada dan perlu terus dicarikan solusinya baik
melalui peningkatan kapasitas, rekruitmen pegawai baru dan bahkan
berkolaborasi dengan pihak lain untuk mencapai tujuan pengelolaan.
Jumlah pegawai Balai TN Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten
Wakatobi khususnya SKPD yang terkait dengan pengelolan SDAH secara
lestari disajikan pada Tabel 16.
93
Balai TN Wakatobi
SBTU/SPTN
1
2
3
4
5
6
SBTU
SPTNW I
SPTNW II
SPTNW III
BKO di Balai Besar
KSDA Sulsel
-
Jumlah (Orang)
31
16
14
15
10
TN
Wakatobi
dan
Pemerintah
Jumlah (Orang)
DKP
BLH
Disparbud
Dinas PKP2
Dinas TRKP3K
Bappeda
Total
86
Total
Keterangan: data lengkap disajikan pada lampiran 8
35
18
26
42
20
20
151
94
sehingga
perlu
berkolaborasi dengan
Pemerintah
Daerah (SKPD
pengelola SDAH).
Informan B2 menyatakan kondisi pengawas SDA di DKP sebagai
berikut:
Pengawas yang berstatus PNS hanya ada 4 orang sedangkan yang
lainnya adalah pegawai kontrak dengan jumlah 30 orang. Tenaga
penunjang ini belum memadai dan belum dapat dimaksimalkan
dalam menjaga kawasan yang begitu luas (Wawancara tanggal 7
Desember 2013)
Dinas Kelautan dan Perikanan memiliki 30 orang pegawai kontrak
sebagai penjaga pantai yang memiliki peran sangat penting dalam
mengamankan SDA. Jika terlihat adanya kegiatan illegal fishing maupun
destructive fishing,
berwenang.
upaya
konservasi
kasus,
patroli
yang
meliputi
pengamanan,
aspek
perlindungan
maupun
penyuluhan),
95
Jenis Kegiatan
Anggaran
Tahun 2012
Jumlah
66.000.000
62.635.000
405.965.000
570.053.000
397.189.000
454.200.000
231.785.000
8.760.000
2.196.587.000
Realisasi Anggaran
(Rupiah)
297.377.000
878.337.500
270.775.000
149.473.000
540.600.000
74.250.000
96
Lanjutan Tabel 18
Aspek
Konservasi
Pengawetan
Pemanfaatan
Secara lestari
Realisasi Anggaran
(Rupiah)
135.000.000
515.452.317
1.069.514.000
96.769.400
772.346.997
47.275.000
60.000.000
48.834.364
40.000.000
258.561.750
31.470.000
35.000.000
39.459.400
89.430.000
282.150.000
42.975.000
69.850.000
1.546.996.400
562.976.509
Jumlah
7.954.873.637
Sumber : DKP (2013) , LAKIP (BLH, 2013a), Bappeda (2013a), Pemerintah Kabupaten Wakatobi (2013c)
dalam
pengelolaan
SDAH
secara
lestari
mencapai
97
Tabel 19.
Aspek
Konservasi
Perlindungan
Pengawetan
Pemanfaatan
secara lestari
Balai TN Wakatobi
Jumlah
534.600.000
570.053.000
1.091.934.000
%
24,34
25,95
49,71
Pemerintah Kabupaten
Wakatobi
Jumlah
%
2.210.812.500
27,79
135.000.000
1,70
5.609.061.137
70,51
98
99
100
(pemboman
dan
bius),
penambangan
pasir
merupakan
khususnya
diharapkan
dapat
dalam
perencanaan
diimplementasikan
pengelolaan
baik
dalam
SDAH,
bentuk
pengelolaan
khususnya
yang
mendukung
kegiatan
pengamanan
101
102
Pihak
Pemerintah
Kabupaten
Wakatobi,
informan
B4
103
secara lebih optimal. Oleh karena itu kolaborasi antara kedua pihak tentu
dapat menjadi salah satu alternatif solusi terhadap keterbatasan yang ada.
6. Kondisi Organisasi Balai TN Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten
Wakatobi
a. Balai Taman Nasional Wakatobi
Balai Taman Nasional Wakatobi merupakan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
(PHKA) Kementerian Kehutanan. Diawal pembentukannya, sebelum
ditetapkan sebagai Balai TNW terlebih dahulu ditetapkan sebagai Unit
Taman Nasional Kepulauan Wakatobi (TNKW), yaitu setingkat eselon IV.a
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kehutanan
No.
185/Kpts-II/1997.
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 6186/KptsII/2002, ditingkatkan statusnya menjadi Balai TNKW setingkat Eselon III.a,
dipimpin
oleh
Kepala
Balai
yang
keberadaannya
dibawah
dan
konservasi
sumber
daya
alam
hayati
dan
ekosistemnya
104
Gambar 7.
Organisasi
Balai
Taman
Nasional
Wakatobi
Berdasarkan Permenhut No. P.03/Menhut-II/2007 (BTNW,
2013a)
105
di Provinsi
Modal,
Bappeda
Kabupaten
Wakatobi.
Sebagai
unsur
perencana
106
penyusunan
perencanaan
pembangunan,
untuk
107
pembinaaan
terhadap
usaha-usaha
kecil
menengah
membantu
Dinas
Kelautan
dan
Perikanan
dalam
108
tugas
lain
yang
diberikan
oleh
Bupati
(Dinas
109
dan
pengkoordinasian
kegiatan
pengawasan,
110
Pertanian,
Kehutanan,
Perkebunan
dan
Peternakan
mempunyai fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pertanian, Kehutanan,
Perkebunan dan Peternakan;
2. Pelaksanaan urusan pemerintahan Daerah dan pelayanan umum
dibidang Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan;
3. Pembinaan UPTD dan kelompok jabatan fungsional;
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya.
(6) Dinas Tata Ruang, Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan
Pemadam kebakaran (TRKP3K)
Dinas ini berperan dalam menyusun tata ruang wilayah di Wakatobi.
Zonasi Taman Nasional merupakan penataan ruang yang dilakukan oleh
Balai TN Wakatobi. Secara teknis dinas inilah yang memiliki kemampuan
menyusun tata ruang, termasuk mengakomodir zonasi TN Wakatobi
kedalam RTRW Kabupaten Wakatobi. Dengan demikian, dinas ini
111
mempunyai
peran
bagaimana
mengendalikan
pemanfaatan
ruang
pelayanan
perizinan
dan
pelayanan
umum
112
Undang-Undang No. 5
tahun
1990
tentang
Konservasi Sumber Daya
Alam
Hayati
dan
Ekosistemnya
(Kewenangan ada di
Balai TN Wakatobi)
perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan;
pengawetan
113
zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan
raya, dan taman wisata alam.
(2)
114
Undang-Undang
tersebut
merupakan
larangan
butir
(18)
Undang-Undang
ini
menyatakan
bahwa
115
116
Pelibatan
117
yang
membutuhkan
penanganan
dengan
segera.
Pola
118
melakukan
proses
penyidikan,
penyidik
PPNS
selalu
Modus Operandi
Tindakan Pertama
1.
Pelaku
sedang
melakukan
salah satu kegiatan berikut(di
dalam
zona
inti
Taman
Nasional):
(1) menangkap ikan dengan
alat tangkap apapun,
(2) mengambil/
mendongkel
terumbu karang,
(3) memancangkan
jangkar
pada terumbu karang,
119
Lanjutan Tabel 21
No.
2.
3.
Modus Operandi
(4) melakukan pencemaran
(5) mendirikan bangunan,
(6) menginjak-injak
terumbu
karang
Pelaku
sedang
melakukan
salah satu kegiatan berupa (di
dalam
kawasan
Taman
Nasional (laut) di luar zona inti):
menangkap ikan dengan alat
tangkap racun / bahan
peledak / listrik,
mengambil / mendongkel
terumbu karang,
memancangkan jangkar pada
terumbu karang,
melakukan pencemaran,
mendirikan bangunan,
menginjak-injak
terumbu
karang.
Pelaku
sedang
melakukan
kegiatan berupa merusak atau
menghilangkan rambu- rambu,
papan peringatan, papan nama,
tanda batas kawasan, di dalam
kawasan konservasi
Tindakan Pertama
5)
6)
langsung.
4)
5)
6)
3)
4.
Pelaku
sedang
melakukan
penangkapan/
penampungan/memperniagakan biota laut dilindungi di
dalam kawasan konservasi
taman nasional
1)
Pelaku
sedang
melakukan
penangkapan/penampungan
ikan tanpa dilengkapi dengan
dokumen yang sah (SIUP, SIPI,
SIKPI) di dalam kawasan
konservasi taman nasional
1)
2)
3)
2)
3)
4)
120
121
Tabel 22.
Tujuan Monitoring
Waktu Pelaksanaan
Mengumpulkan
data Dilakukan satu kali dalam 1
tentang:
sampai 2 tahun Karena ukuran
Tutupan bentos (life
dan kelimpahan ikan dapat
forms), yang meliputi
bervariasi setiap musim, maka
lebih
baik
jika
sampling
karang keras, karang
lunak,
substrat
dilakukan dalam bulan atau
menetap, substrat
musim yang sama setiap kali
bergerak, makroalga,
dilakukan
pengulangan
karang memutih, dan
sampling.
Monitoring
kategori
bentos
kesehatan karang di Taman
lainnya.
Nasional Wakatobi yang telah
Kelimpahan
dilakukan sejak tahun 2009(densitas)
dan
2012 adalah pada bulan Aprilbiomassa
ikan
Mei
karang herbivora dan
karnivora
Sumber: Balai TN Wakatobi (2013c)
Tim Pelaksana
Pelaksana:
6 (enam) orang dalam 1 tim,
yaitu 2 orang pencatat data
karang di kedalaman 3 dan
10 m, 2 orang pencatat ikan
kecil dan ikan besar, 2 orang
roll master masing-masing di
kedalaman 3 dan 10 m. Tim
monitoring tersebut terdiri
dari unsur Polisi Kehutanan,
Pengendali Ekosistem Hutan,
Penyuluh Kehutanan atau
petugas yang ditunjuk
lamun
bertujuan
untuk
mengetahui
persentase
Waktu Pelaksanaan
Tim Pelaksana
Mengumpulkan
data
tentang:
mengetahui
persentase
penutupan
lamun,
persentase komposisi
spesies
lamun,
persentase
penutupan alga,
Pelaksana:
5 (lima) orang dalam 1 tim
yaitu 1 orang sebagai
penentu
arah
transek
menggunakan kompas dan
pengambilan data koordinat
GPS
serta
pengambil
gambar, 1 orang memasang
roll meter dan
122
Lanjutan Tabel 23
Tujuan Monitoring
komposisi
sedimen,
kehadiran makrofauna,
tinggi kanopi
Waktu Pelaksanaan
kegiatan monitoring minimal
dilaksanakan sekali dalam
setahun dengan memilih waktu
salah
satu
dari
yang
disebutkan diatas
Tim Pelaksana
sekaligus memasang patok yang
telah
dipetakan
oleh
tim
kompas/GPS, 1 orang sebagai
pencatat
data
tally
sheet
sekaligus mengestimasi tutupan
persentase lamun dan alga, 1
orang sebagai pengidentifikasi
jenis lamun, dan 1 orang
mengukur tinggi kanopi
Waktu Pelaksanaan
Tim Pelaksana
Mengumpulkan
data
tentang:
Kondisi
habitat
ekosistem
mangrove
(tipe
substrat, salinitas,
biota laut, jenis
gangguan)
Pelaksana:
minimal 6 (enam) orang
dengan pembagian tugas:
- 1 orang bertugas membuat
jalur transek dan memasang
roll meter
- 1 orang bertugas membuat
transek kuadrat
- 1 orang bertugas identifikasi
jenis dan mencatat data
- 2 orang ertugas mengukur
tinggi dan diameter tegakan
pohon dan mengestimasi
123
Lanjutan Tabel 24
Tujuan Monitoring
Waktu Pelaksanaan
Tim Pelaksana
tutupan kanopi
1 orang bertugas membawa
logistik dan mengambil titik
koordinat dan dokumentasi
(4) Monitoring
Lokasi
Aggregation Site)
Pemijahan
Ikan
SPAGs
(Spawning
permintaan
pasar.
Kegiatan
monitoring
SPAGs
dapat
124
Waktu Pelaksanaan
Tim Pelaksana
Mengumpulkan
data
tentang:
Mengetahui sebaran
lokasi pemijahan ikan
(SPAGS).
Mengetahui jumlah
ikan per spesies yang
ditemukan
pada
masing-masing lokasi
pemijahan ikan.
Mengetahui jumlah
ikan
berdasarkan
kelas
ukuran
di
masing-masing
lokasi pemijahan.
Pelaksanaan
monitoring
SPAGS idealnya dilaksanakan
setiap bulan, yaitu pada saat
bulan purnama tepatnya antara
2 hari sebelum purnama, pada
saat purnama, dan 2 hari
sesudah
purnama.
Jika
terdapat keterbatasan sumber
daya (tenaga, dana, waktu)
atau
cuaca
yang
tidak
mendukung, waktu monitoring
dipilih terutama pada saat
musim
pemijahan
(peak
season), yaitu pada bulan April,
Mei,
September,
Oktober,
November, Desember
Pelaksana:
minimal 5 (lima) orang terdiri
dari 1 orang pencatat jumlah
ikan, 1 orang pencatat
estimasi panjang dan tingkah
laku ikan, 1 orang pengambil
gambar/video,
2
orang
pencatat data titik koordinat
diatas kapal dan membantu
tim penyelam pada saat akan
dan
selesai
melakukan
penyelaman. Tim monitoring
terdiri dari personil Balai
Taman Nasional Wakatobi
yang mempunyai kualifikasi
selam
minimal
tingkat
Advanced
dan
telah
mengikuti
pelatihan
monitoring SPAGS
125
Waktu Pelaksanaan
Tim Pelaksana
Pelaksana:
minimal 3 (tiga) orang
personil dalam 1 tim,
yaitu 1 orang sebagai
pengamat, 1 orang
sebagai pencatat, 1
orang pengukur.
Personil
tersebut
terdiri
dari
unsur
Pengendali Ekosistem
Hutan,
Polisi
Kehutanan, Penyuluh
Kehutanan
atau
petugas yang ditunjuk.
126
Tabel 27.
Tujuan, Waktu
Pantai/Laut
Tujuan Monitoring
Waktu Pelaksanaan
Tim Pelaksana
1. Mengetahui
keragaman
dan
kelimpahan
jenis
burung pantai/laut
2. Mengetahui sebaran
habitat
burung
pantai/laut
3. Mengetahui
trend
keragaman
dan
kelimpahan
jenis
burung pantai/laut
4. Memprediksi populasi
burung
pantai/laut
(jika luasan habitat
burung diketahui)
Pelaksana:
5 (lima) orang dalam 1 tim,
yaitu
1
orang
sebagai
pengamat, 1 orang sebagai
pencatat, 1 orang pemegang
buku identifikasi, dan 2 orang
pengukur
jarak
lintasan
transek.
Tim monitoring tersebut terdiri
dari
unsur
Pengendali
Ekosistem
Hutan,
Polisi
Kehutanan,
Penyuluh
Kehutanan atau petugas yang
ditunjuk oleh Kepala Balai
TN
Wakatobi
(2013c)
menyatakan
bahwa
perhatian
masyarakat dunia saat ini sudah tertuju pada penyebaran, pola migrasi
dan kelestarian cetacean karena makin menurunnya populasi cetacean
akibat dari pengaruh aktifitas manusia, resiko dari adanya pencemaran
dan kerusakan lingkungan. Hal ini yang mendorong beberapa organisasi
baik internasional (IUCN, CITES) maupun nasional menetapkan cetacean
sebagai biota laut dilindungi (PP No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa). Monitoring merupakan salah satu cara untuk
mengumpulkan informasi yang berguna bagi upaya pengelolaan biota ini.
Tujuan, waktu dan tim pelaksana monitoring cetacean disajikan pada
Tabel 28.
127
Waktu Pelaksanaan
1. Mengetahui
keragaman jenis
cetacean
(berdasarkan
kelompok maupun per
spesies)
2. Mengetahui jumlah
perjumpaan cetacean
(per pengamatan, per
bulan, per tahun)
3. Mengetahui sebaran
habitat cetacean
(menurut jenis;
berdasarkan tahun)
Tim Pelaksana
128
untuk
WNI
yang
akan
melakukan
kegiatan-kegiatan
(2) Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 1998 tentang Jenis tarif PNBP
yang berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan
Peraturan ini mengatur tentang besaran tarif Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku di Kementerian Kehutanan, sedangkan
untuk penerapannya pada taman nasional didasarkan pada
Peraturan
129
II
III
IV
Jenis PNBP
Pengunjung
Wisatawan Mancanegara
Wisatawan Nusantara
Peneliti
Mancanegara
a) 1-15 hari / bulan
b) 16-30 hari/ 1 bulan
c) 1-6 bulan/ tahun
d) -1 tahun
e) di atas 1 tahun
Nusantara
a) 1-15 hari/ bulan
b) 16-30 hari/ 1 bulan
c) 1-6 bulan/ tahun
d) -1 tahun
e) di atas 1 tahun
Kendaraan Air
a) Kapal Motor s/d 40 PK
b) Kapal Motor 41-80 PK
c) Kapal Motor diatas 80 PK
Pengambilan/Snapshoot
1) Wisatawan Mancanegara
Film komersial
Video Komersial
Handycam
Foto
2) Wisatawan Nusantara
Film komersial
Video Komersial
Handycam
Foto
Satuan
Orang
Orang
20.000
2.500
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
100.000
200.000
400.000
600.000
800.000
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
45.000
75.000
125.000
200.000
250.000
Buah
Buah
Buah
50.000
75.000
100.000
Sekali masuk
Dokumen cerita
Non komersial
Non komersial
3.000.000
2.500.000
150.000
50.000
Sekali masuk
Dokumen cerita
Non komersial
Non komersial
2.000.000
1.500.000
15.000
5.000
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
75.000
60.000
30.000
40.000
130
Lanjutan Tabel 29
No.
Jenis PNBP
Selancar
Wisatawan Nusantara
Menyelam
Snorkeling
Berkemah
Kano
Selancar
Satuan
1 jam
60.000
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
50.000
40.000
20.000
25.000
40.000
131
48/2010).
Pemberian ijin pengusahaan pariwisata alam dalam bentuk
IUPJWA (Ijin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam) dan IUPSWA (Ijin
Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam). Permohonan IUPJWA di taman
nasional diajukan oleh pemohon kepada Kepala UPT, dengan tembusan
kepada Kepala SKPD yang membidangi urusan kepariwisataan setempat
(Pasal 11 Permenhut 48/2010) sedangkan untuk permohonan IUPSWA
diajukan kepada Menteri Kehutanan.
Sementara aturan mengenai pemanfaatan lestari oleh Pemerintah
Kabupaten Wakatobi adalah sebagai berikut:
(1) Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi No. 18 tahun 2013 tentang
Retribusi Ijin Usaha Perikanan
Perda ini mengatur tentang retribusi izin usaha perikanan, pasal 6
Perda ini menyatakan bahwa setiap orang atau badan yang melakukan
kegiatan usaha perikanan di daerah wajib memiliki Surat Izin Usaha
Perikanan (SIUP) yang diberikan Bupati. Namun terdapat pengecualian
atas ketentuan tersebut, yaitu orang dan atau instansi pemerintah yang
melaksanakan kegiatan penelitian dan bagi masayarakat lokal yang
termasuk kategori nelayan kecil dan pembudidaya ikan skala kecil yang
melakukan
penangkapan,
pembudidayaan,
pengangkutan,
dan
132
Izin Penelitian
Peneliti Indonesia
Program D3
Program S1
Program S2
Program S3
Peneliti Asing
1 s/d 30 hari
1.
31 s/d 60 hari
2.
61 hari s/d 121 hari
3.
4.
122 hari s/d 366 hari
Sumber: Perda Kabupaten Wakatobi No. 19 tahun 2006
5.000
10.000
25.000
50.000
250.000
450.000
750.000
1.000.000
133
Tabel 31.
Objek
Rekreasi/Aktivitas
1. Wisata Bawah
Laut
Jenis Pelayanan/
Golongan tariff
Satuan
Tarif
Menyelam
1. Wisatawan
Mancanegara
orang/tahun
orang/minggu
250.000
150.000
2. Wisatawan
Nusantara
1. Snorkling
Mancanegara
Nusantara
orang/tahun
orang/minggu
150.000
75.000
perkali/orang
perkali/orang
10.000
5.000
perunit/perkali
masuk
500.000
2. Kendaraan
Cruise/Kapal
Motor
Jetsky
3. Memancing
20.000
perunit/perkali
masuk
50.000
Perorang/sekali
masuk
3. Pengambilan
gambar/
Snapshot
1.
Wisatawan
Mancanegara:
a. Film Komersial
b. Video
Komersial
c. Foto Komersial
2. Wisatawan
Nusantara
a. Film Komersial
b. Video
Komersial
c. Foto Komersial
2.000.000
1.500.000
500.000
1.000.000
500.000
100.000
134
beberapa
permasalahan
diantaranya
yaitu
adanya
135
136
137
C.
Aspek
Konservasi
Perlindungan
Jenis Kegiatan
Volume
32 Kali
21 kali
7 kali
26 kali
3 kali
3 kali
35 kali
35 Kali
138
Lanjutan Tabel 32
No
Aspek
Konservasi
i.
j.
k.
Pengawetan/
Preservasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pemanfaatan
Secara Lestari
a.
b.
c.
d.
Jenis Kegiatan
Volume
28 unit
3 angkatan
1 Kasus
Masing-Masing 1 kali
1 Kali
Masing-Masing 1 kali
1 kali
1 Unit
7 lokasi
1 kali
1 kali
4 Edisi
1000 eksemplar
200 eksemplar
100 eksemplar
800 eksemplar
1 kegiatan
1 dokumen
1 kali
Rp. 80.765.000
5 MDK
30 Orang
3 kali/SPTN
139
patroli
penyelesaian
gabungan,
kasus
hukum,
penguatan
kapasitas
sosialisasi/penyuluhan.
140
141
kegiatan
ini diharapkan
stakeholder
di
tingkat
kecamatan
142
143
tindak
pidana
penggunaan
bahan
peledak
(bom)
dalam
144
monitoring,
mengetahui
jumlah
kelimpahan
individu
kima,
mengetahui kisaran ukuran panjang kima antara zona larang ambil dan
zona pemanfaatan, mengetahui komparasi ukuran panjang kima antar
masing-masing lokasi pengamatan.
(4) Monitoring dan evaluasi pilot project rehabilitasi terumbu karang di
SPTN Wilayah I.
Diperoleh data mengenai kondisi pertumbuhan karang yang relatif
baik namun dibeberapa sampel/lokasi mengalami gangguan karena terlalu
dangkal sehingga terbawa arus ketika air laut surut.
(5) Pengelolaan demplot penetasan telur penyu semi alami di SPTN
Wilayah III.
145
di
lokasi
hutan
mangrove
yang
mengalami
kerusakan/gangguan.
c) Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati Secara Lestari
Kegiatan
pemanfaatan
SDAH
secara
lestari,
merupakan
146
(2) Pameran
obyek
wisata
alam
dan
budaya
di
Batam
yang
147
dan
pendidikan
konservasi
bagi
pelajar
tingkat
pelatihan
oleh
beberapa
instansi
Kementerian
Kehutanan
148
Jumlah peserta
(orang)
Jenis Pelatihan
SDM Tahun
Penyelenggara
1
2
3
5 orang
1 orang
20 orang
BTN Wakatobi
BDK Makassar
BTN Wakatobi
4
5
6
5 orang
1 orang
1 orang
BTN Wakatobi
Biro Umum
Dit. KKH
7
8
9
10
11
12
13
14
2 orang
1 orang
15 orang
8 orang
1 orang
6 orang
15 orang
8 orang
BPDAS Sampara
Biro Keuangan
BTN Wakatobi
BTN Wakatobi
Biro Perencanaan
BTN Wakatobi
BTN Wakatobi
BTN Wakatobi
pameran,
pemberdayaan
masyarakat
melalui
Model
Desa
149
harus
memiliki
pengalaman
sebelumnya
dalam
merupakan
kajian
terhadap
kontribusi
Pemerintah
Kabupaten
Wakatobi.
(b) Kontribusi Pemerintah Kabupaten Wakatobi Dalam Pengelolaan
SDAH Secara Lestari
Pemerintah Kabupaten Wakatobi memiliki SKPD teknis dalam
pengelolaan SDAH. Terdapat 6 SKPD yang memiliki peran/kontribusi
terhadap pengelolaan SDAH secara lestari sebagaimana disajikan pada
Tabel 34.
150
3
4
5
6
SKPD
Peran/Kontribusi
Badan Perencanaan Pembangunan, Pengesahan Zonasi TN dan
Penanaman Modal, Penelitian dan memberikan pertimbangan teknis
Pengembangan Daerah (Bappeda)
Rencana Pengelolaan Taman
Nasional
Dinas
Tata
Ruang,
Kebersihan Merancang RTRW dimana zonasi
Pertamanan,
Pemakaman,
dan TN
Wakatobi
diakomodir
Pemadam Kebakaran (TRKP3K)
didalamnya
Dinas Kelautan dan Perikanan
Monitoring SDA, Pengamanan
Kawasan
Dinas Kebudayaan dan pariwisata
Promosi Wisata
Badan Lingkungan Hidup
Monitoring SDA, Pengamanan
Kawasan
Dinas
Pertanian,
kehutanan, Pengamanan
Kawasan
Perkebunan dan Peternakan (PKP2) khususnya mangrove
khususnya Bidang Kehutanan
151
152
Kebijakan penataan