A. Latar Belakang
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme
periodik(kontraksi spasme pada saluran nafas).(iman somantri, 2008).
Bronkiektasis merupakan dilatasi kronik bronkus dan bronkiolus permanen.
Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal,muncul karena berbagai
penyebab dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai diding
bronkial, baik secara langsung maupun tidak yang dapat mengganggu sistem
pertahanan.
Oleh karena itulah, kami akan membahas masalah mengenai asma bronkhiale dan
menjelaskan konsep teori serta asuhan keperawatannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan kami kemukakan adalah :
1. Konsep teori Asma bronkhiale
2. Asuhan keperawatan Asma brinkhiale
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah adalah untuk melatih dan
menambah pengetahuan tentang asma bronkhiale. Disini diharapkan agar
mahasiswa/mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan Asma bronkhiale. Di
samping itu juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah sistem imun.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, digunakan metode penulisan yang berdasarkan
literatur atau metode pustaka.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. Definisi
Asma bronkhial adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan di
mana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang
telah disingkirkan. Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar o,5-1% dari
seluruh kehamilan.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme
periodik(kontraksi spasme pada saluran nafas).(iman somantri, 2008).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smeltzer,
suzanne c,2002).
B. Etiologi
Belum diketahui. Faktor pencetus adalah alergen, infeksi ( terutama saluran napas
bagian atas ), iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks, gastroesofagus, dan psikis.
1. Alergen
Yaitu protein, serbuk sari, spora jamur, bulu halus, bulu binatang, makanan, debu,
dll.
2. Infeksi saluran nafas
Berupa virus respiratori synchitial virus (RSV) dan virus influenza.
3. Iritasi
Bisa didapatkan dari hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat dan
polutan udara, air dingin dan udara dingin.
4. Perubahan cuaca yang ekstrim
5. Refleks gastroesopagus
Yaitu iritas trakeobrinkhiale oleh isi lambung.
6. Aktifitas yang berlebihan
7. Psikologis/emosional
8. Obat-obatan
9. Linkungan kerja
10. Polusi udara
11. Pengawet makanan.
C. Patofisiologi
Infeksi merusakan dinding bronkhials, sehingga akan menyebabkan struktur
penunjang dan meningkatnya produksi sputum kental yang akhirnya akan
menobstruksi bronkus. Dinding secara permanen menjadi distensi oleh batuk yang
berat. Infeksi meluas ke jaringan peripbronkial, pada kondisi ini timbulah saccular
bronchiectasis. Setiap kaliu dilatasi sputum kental akan berkumpul dan akan
menjadi abses paru, eksudat keluar secara bebas melalui bronkus. Bronkietasis
biasanya terlokalisasi dan mempengaruhi lobus atau segmen paru lobus bawah
merupakan area yang Paling sering terkena.
Retensi dari sekret dari sekret dan timbul obstruksi pada akhirnya akan
menyebabkan obstruksi dan colaps (atelektasis) alveoli distal. Jaringan parut
(fibrosis) terbentuk sebagai reaksi peradangan akan menggantikan fungsi dari
jaringan paru. Pad asaat ini kondisi klien berkembang ke arah insufiensi pernapasan
yang di tandai dengan menurunnnya kapasityas vital (vital capacity), penurunan
ventilasi, dan peningkatan rasio residual volume terthadap kapasitas total paru.
Terjadi kerusakan pertukaran gas dimana gas inspirasi saling bercampur dan juga
terjadi hipoksemia.
Pencetus serangan yaitu berupa alergen, emosi, stress, obat-obatan, infeksi,dll
dapat menimbulkan reaksi antigen dan antibodi kemudian dikeluarkannya substansi
vasoaktif/sel mast ( histamin, bradikinin, anafilatoksin, prostaglandin), setelah itu
terjadi kontraksi otot polos (bronkospasme), peningkatan permeabilitas kapiler
(adema, mukosa, hipersekresi), dan sekresi mukus meningkat kemudian obstruksi
saluran nafas yang menyebabkan batuk, dispnea, dan mengi.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Manifestasi Klinis
Dispnea parah dengan ekspirasi memanjang
Wheezing
Batuk produktif, kental dan sulit keluar
Penggunaan otot bantu napas
Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus
Hiperkapnia
7. Anoreaksia
8. Diaporesis
Karakteristik gejala dari bronkiektasi antara lain sebagai berikut.
1. Batuk kronik dan produksi sputum purulen kehitaman
2. Sejumlah besar dari klien mengalami hemoptisis ( 50-70% kasus dan dapat
disebabkan oleh perdarahan mukosa jalan napas yang rapuh atau adanya
inflamasi ).
3. Pneumonia berat
4. Clubbing finger, terjadi akibat insufisiensi pernapasan.
5. Asimptomatik, pada beberapa kasus.
Bronkietaksis tidak dapat secara cepat di diagnosis, karena gejala-gejalanya mukin
akan menyerupai brongkitis kronis. Tanda yang definitif dari bronkiektasis adalah
riwayat batuk produktif dalam waktu jangka lama, dengan sputum yang secara
tetap negatif terhadap basil turberkel. Diagnosis ditegakkan berasalkan hasil
bronkografi, brokoskopi, CT-Scan yang akan menunjukkan ada tidaknya dilantasi
bronkeal.
Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabbkan
timbulnya episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan,dan batuk.
Khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas s dapat menunjang diagnosis asma. Dalam sekutum dapat
di temukan kristal carcot-leyden dan spiral Curshman. Uji tiberkulin penting
bukansaja karana di indonesia mqasih banyak tuberkulosis,tetapi jika ada
tuberkulosis dan tidak di obti,asamanya mungkin akan sukr di kontrol.
Penatalaksanaan
Hindari factor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas elrgi udara dingin, dan
factor pesikis gunakan obat local seperti aminofilin atau kortikosteroid inhalasi atau
oral pada serangan asma ringan. Obat anti asma modern umumnya tidak
berpengaruh negative terhadap janin selama di gunakan sesuai dengan anjuran
dokter, kecuali adrenalin. Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin akibat
penyempitan pembuluh darah ke janin yang dapat mengganggu oksigenisasi pada
janin tersebut. Namun, harus diingat aminofilin dapat menyebabkan penurunan
kontraksi uterus.
Pada serangan asma akut, penangan sama dengan wanita hamil, yaitu berikan
cairan intravena, encerkan cairan sekresi di paru, berikan O2 (setelah pengukuran
PO2, PCO2) sehingga tercapai PO2>60 mmHg dengan kejenuhan 95% oksigen atau
normal, cek bayi, dan berikan obat kortikosteroid.
Pada status asmatikus dengan dengan gagal nafas, jika setelah pengobatan intensif
selama 30-60 menit tidak terjadi perubahan, secepatnya lakukan intubasi. Berikan
antibiotik bila terdapat dugaan terjadi infeksi.
Upayakan persalinan secara spontan. Namun, bila pada pasien berada dalam
serangan, lakukan ekstraksi vakum atau forceps. Seksio sesarea atas indikasi asma
jarang au tak pernah dilakukan. Teruskan pengobatan regular asma selama proses
kelahiran. Jangan diberikan analgesic yang mengandung histamine, tapi pilihlah
morfin atau analgesic epidural. Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan
prostaglandin E2 karena dapat menyebabkan bronkospasme.
Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu. Aminofilin dapat
F. Pemeriksaan penunjang
1 Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler), positif jika
peningkatan VEP/KVP > 20%.
2 Sputum : eosinofil meningkat
3 Eosinofil darah meningkat
4 Uji kulit
5 RO dada
Yaitu patologis paru/komplikasi asma
6 AGD
Terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PCO2
turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik).
Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar
pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.
Analisis gas darah: hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis metabolic, atau
respiratorik. Pemeriksaan deteksi cepat antigen RSV yang dapat dikerjakan secara
bedside.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
Bronkos pasme
Perubahan nutrisi
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasionalisasi
Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi mukus yang ditandai os
batuk dan dahak sulit keluar, sputum warna putih kental,os gelisah Setelah diberi
tindakan perawatan selama 3x 24 jam jalan nafas pasien efektif ,dengan KE:
-Bunyi jalan nafas bersih/jelas
-Pasien bisa batuk efektif dan mengeluarkan sekret
adanya bunyi mengi, ronkhi
-Instruksikan pasien menghindari iritan seperti asap , asap rokok, aerosol, cuaca
dingin
-Beri bronkodilator sesuai therapi
-Mengetahui
-Catat adanya dispnea, peningkatan kelelahan dan perubahan tanda vital selama
dan setelah aktivitas.
-Berikan kepada pasien aktivitas sesuai kemampuannya
Tindakan Keperawatan
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai
keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Setelah melaksanakan
tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan
yaitu:
1 Bersihan jalan nafas pasien efektif
2 Pasien mengalami perbaikan dalam pertukaran gas
3 Pola nafas pasien efektif
4 Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas
5 Rasa cemas pasien berkurang.
6 Pasien tidak mengalami perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
7 Kebutuhan istirahat dan tidur pasien terpenuhi
8 Pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah
9 Pasien tidak mengalami infeksi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan di mana asma
adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan. Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar o,5-1% dari seluruh
kehamilan.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme
periodik(kontraksi spasme pada saluran nafas).(iman somantri, 2008).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smeltzer,
suzanne c,2002).
Biasanya pada asma diagnosa yang pertama kali muncul adalah klien merasakan
sesak nafas yang berhubungan dengan proses penyakit. Sebab pada saat
pengkajian pada pasien asma ditemukan bahwa pasien merasa susah dalam
bernafas, berkeringat, anoreksia dan sulit dikeluarkan.
Adapun tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh anak yaitu dengan
memberikan kompres hangat, karena bila menggunakan kompres dingin dapat
mempercepat panas tubuh. Sementara, tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
kurang volume cairan dengan memenuhi kebutuhan cairan melalui pemberian infus
ringer laktat 5% (RL) atau dekstrosa 5%.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca khususnya mahasiswa/i STIKES Tri Mandiri Sakti
Bengkulu dapat memahami konsep teori asuhan keperawatan dari ASMA.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Edisi Pertama.
Jakarta : Salemba Medika.
Supriyadi Agus_Document/2012
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kesatu. Jakarta.
Media Aesculapius.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi Kedua. Jakarta : Buku Kedokteran.
Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid Kesatu. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Doongoes, E Marilynn.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta : Buku
Kedokteran