Lapsus Sarah Obygn 2 Print
Lapsus Sarah Obygn 2 Print
PENDAHULUAN
Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil
yang sebelumnya tidak mengalami hipertensi dan dapat menjadi komplikasi pada kehamilan.
Biasanya sindroma ini muncul pada akhir trimester kedua sampai ketiga kehamilan (Retno dan
Atika, 2012). Angka kejadian preeklamsi di dunia sebesar 3- 10%, di Indonesia sebesar 9,825,5% (Devi dan Fiki, 2015). Ibu yang mengalami hipertensi akibat kehamilan berkisar 10%, 34% diantaranya mengalami preeklampsia, 5% mengalami hipertensi dan 1-2% mengalami
hipertensi kronik (Robson dan Jason, 2012). Menurut Preeclampsia Foundation di negara
berkembang, seorang wanita adalah tujuh kali lebih mungkin untuk mengembangkan
preeklamsia dibandingkan wanita di negara maju. Dari 10-25% dari kasus-kasus ini akan
mengakibatkan kematian maternal (Preeklampsia Foundation).
Komplikasi utama yang menyumbang 80% dari seluruh kematian ibu adalah perdarahan
hebat (kebanyakan perdarahan setelah melahirkan, infeksi (biasanya setelah melahirkan),
tekanan darah tinggi selama kehamilan (preeklampsia dan eklampsia) dan unsafe abortion
(WHO, 2014). Menurut WHO pada tahun 2010 angka kematian ibu di dunia 287.000,
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 angka kematian ibu di
Indonesia tercatat mengalami kenaikan yang signifikan sekitar 359/ 100.000 kelahiran hidup
(Sutrimah et all).
Preeklampsia dapat bermula pada masa antenatal, intrapartum, atau postnatal
(Preeklampsia Foundation). Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor-faktor tersebut antara lain, gizi buruk,
kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor risiko terjadinya preeklampsia,
umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan
pada wanita di atas 35 tahun. Faktor risiko lainnya adalah riwayat preeklampsia sebelumnya,
riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu
orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus, atau rematoid arthritis (Robson, 2012).
Gejalanya berkurang atau menghilang setelah melahirkan sehingga terapi definitifnya
mengakhiri kehamilan. Preeklampsia dapat berakibat buruk baik pada ibu maupun janin yang
1
dikandungnya. Komplikasi pada ibu berupa sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme,
low platelet), edema paru, gangguan ginjal, perdarahan, solusio plasenta bahkan kematian ibu.
Komplikasi pada bayi dapat berupa kelahiran premature, gawat janin, berat badan lahir rendah
atau intra uterine fetal death (IUFD) (Sarwono, 2010).
Dampak preeklamsia-eklamsia pada janin dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah
akibat spasmus arteriol spinalis deciduas menurunkan aliran darah ke plasenta, yang
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Kerusakan plasenta ringan dapat menyebabkan
hipoksia janin, keterbatasan pertumbuhan intrauterine (IUGR), dan jika kerusakan makin parah
maka dapat berakibat prematuritas, dismaturitas dan IUFD atau kematian janin dalam
kandungan. Dampak preeklamsia-eklampsi pada ibu yaitu solusio plasenta, abruption plasenta,
hipofibrinogemia, hemolisis, perdarahan otak, kerusakan pembulu kapiler mata hingga kebutaan,
edema paru, nekrosis hati, kerusakan jantung, sindroma HELLP, kelainan ginjal. Komplikasi
terberat terjadinya preeklamsiaeklamsia adalah kematian ibu (Devi dan Fiki, 2015).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Preeklampsia adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia merupakan salah satu jenis penyakit yang perlu
diwaspadai. Keadaan ini biasa membahayakan Ibu hamil, karena pada beberapa kasus
preeklampsia dengan komplikasi merupakan penyebab utama kematian pada Ibu hamil
(Yowanty, 2014)
II.2 KLASIFIKASI
Pre eklampsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu
1. Pre eklampsia ringan, bila disertai keadaan berikut :
a.Tekanan darah sistole 140 mmHg s/d < 160 mmHg, tekanan diastole 90 mmHg s/d <
110 mmHg. Atau kenaikan tekanan darah sistole> 30 mmHg, kenaikan tekanan darah
diastole hamil). > 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum hamil)
b. Proteinuria kwantitatif 300 mg/24 jam atau lebih per liter atau nilai kwalitatif 1+
atau 2+.
c. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
perminggu.
Primipara
Riwayat trombofilia
Kehamilan multifetus
Fertilisasi in vitro
Obesitas
Usia kehamilan ibu tua (lebih dari 40 tahun) (Kapita Selekta, 2014)
II.4 ETIOLOGI
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapatkan aliran darah dari cabangcabang arteri uterina dan arteri ovarika yang menembus miometrium dan menjadi arteri
arkuata yang akan bercabang arteri spiralis.
Pada hamil normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang
menimbulkan degenarasi lapisan otot tersebut sehingga distensi dan vasodilatasi arteri
spiralis yang akan memberikan dampak penurunan tekanan darah, penurunann resistensi
4
vaskular dan peningkatan aliran darah pada uteroplasenta. Akibatnya aliran darah ke
janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga menjamin
pertumbuhan janin dengan baik.
Pada preeklampsi terjadi kegagalan remodelling menyebabkan arteri sprialis menjdi kaku
dan keras sehingga arteri spiralis tidak mengalami distensi dan vasodilatasi. Sehingga
aliran darah utero plasenta menurun dan terjadilah hipoksia dn iskemia jaringan.
II.5 PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada
biopsi ginjal ditemukan spasme berat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola
sedemikian sempitnya (mengalami vasokonstriksi) sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah
akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan odema yang disebabkan oleh penimbunan air
6
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi
air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerulus. Perubahan pada organ-organ yaitu
1. Otak
Pada pre eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal.
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah
otak. Odema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan
visus bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
3. Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun. Sebagai akibatnya terjadilah
retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga
pada keadaan lanjut dapat terjadi oligouria dan anuria.
4. Paru-paru
Kematian ibu pada pre eklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru
yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi
pneumonia, atau abses paru.
5. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal
tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre eklampsia berat. Pada eklampsia dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra okuler dan merupakan salah satu
7
indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan
tanda pre eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma,
diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina.
Sakit kepala
Sesak nafas
II.7 DAMPAK
1. Dampak Preeklampsia Pada Ibu
-
Plasenta
Ginjal
8
Hati
Otak
Retina
Paru
Jantung
II.8 DIAGNOSIS
1. Anamnesis:
- Umur > 40 tahun
- Nulipara
- Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
- Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru
- Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih
- Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
- Kehamilan multiple
- IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
- Hipertensi kronik
- Penyakit Ginjal
- Sindrom antifosfolipid (APS)
- Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio
- Obesitas sebelum hamil
2. Pemeriksaan Fisik
- Indeks masa tubuh > 35
9
3. Pemeriksaan Penunjang
- Hitung darah perifer lengkap (DPL)
- Golongan darah ABO, Rh, dan uji pencocokan silang
- Fungsi hati (LDH, SGOT, SGPT)
- Fungsi ginjal (ureum, kreatinin serum)
- Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
- USG
(terutama
jika
ada
indikasi
gawat
janin/pertumbuhan
janin terhambat)
(www.edukia.org)
Isitrahat
Antihipertensi
Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik >110 mmHg. Pilihan
antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10 mg. Setelah 1 jam, jika
tekanan darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 10 mg dengan
interval satu jam, dua jam atau tiga jam sesuai kebutuhan. Penurunan tekanan
darah pada PEB tidak boleh terlalu agresif yaitu tekanan darah diastole tidak
kurang dari 90 mmHg atau maksimal.
II.10 KOMPLIKASI
1. Penyulit ibu
-
Eklampsia
11
Kardiopulmoner: edema paru kardiogenik dan non kardiogenik, depresi atau arrest,
cardiac arrest, iskemia miokardium
2. Penyulit janin
Penyulit yang terjadi pada janin adalah intrauterine fetal growth restriction, solusio
plasenta, prematuritas, sindrom distress nafas, kematian janin intaruterine, kematian
neonatal pendarahan intravaskular, sepsis dan cerebral palsy (Sarwono, 2009).
II.11 PENCEGAHAN
1. Istirahat
Istirahat di rumah 4 jam/hari bermakna dapat menurunkan risiko preeklampsia
dibandingkan tanpa pembatasan aktivitas. Atau istirahat dirumah 15 menit 2x/hari
ditambah suplementasi nutrisi juga menurunkan risiko preeklampsia. (POGI, 2016)
2. Asupan Garam
Asupan garam harian disarankan untuk tidak di restriksi selama kehamilan untuk
pencegahan preeklampsia.
3. Pemberian Aspirin
Pemberian aspirin 60-80 mg/hari dimulai pada akhir trimester pertama disarankan pada
perempuan dengan riwayat eklampsia dan kelahiran preterm kurang dari 34 0/7 minggu
atau preeklampsia pada lebih dari satu kehamilan sebelumnya.
12
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ibu A
No. RM
: 34xxxx
TTL
Umur
: 43 Tahun 1 Bulan
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir
Tanggal Masuk
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
:-
G3P2A0 dengan keluhan perut mules, hamil cukup bulan dengan tekanan darah tinggi
dan bekas operasi melahirkan 2 kali. Tidak terdapat keluar air dan darah yang
berlendir.
13
Riwayat Menstruasi
-Menarche
: 11 tahun
-Lama Haid
: 4 hari
-Siklus Haid
: 28 - 30 hari
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 x dengan suami sekarang, 10 tahun yang lalu
Riwayat Obstetri
- I. , cukup bulan, 2800, di dokter, sectio caesaria, sehat
- II. , cukup bulan, 2800, di dokter, sectio caesaria, sehat
- III. Sekarang
Riwayat Ginekologi
- Keluarga Berencana (KB)
- Keputihan
:-
Riwayat operasi
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya
: Compos mentis
Vital Sign
: TD = 170/100 mmHg,
N = 81x/menit,
R = 20x/menit,
S = 37oC
14
Tinggi Badan
: 150 cm
Berat Badan
: 62 kg
Kepala
: Normosefal
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Abdomen
Anggota Gerak
B. Status Obstetri
TFU
: 28 cm
Bagian Terbawah
: Kepala
DJJ
: 135 x/m
HIS
:-
Pemeriksaan Dalam
Pembukaan cervix: Kuncup
Ketuban
: Utuh
Posisi
: Kepala
Hodge
:I
Slym/Darah
:-
Promontorium
: Tidak teraba
Conj. Diagonalis
: 13,5
Conj. Vera
: 11,5
Os Sacrum
: Cembung
Spina Isch
: Tidak menonjol
Archus pubis
:Cembung
: 11,5
Leukosit
: 10.600
Trombosit
: 318.000
Gol darah
:B
W. Pembekuan
: 4
W. Pendarahan
: 1 30
SGOT
: 18
SGPT
: 22
Ureum
: 21
Kreatinin
: 0,6
BSS
: 114
V. DIAGNOSIS
G3P2A0 hamil aterm dengan PEB + bekas SC 2 kali inpartu JTH preskep
16
VII.TERAPI
Injeksi ceftriakson 1 gr
Pasang kateter
Nifedipin tab 3 x 10 mg
Evaluasi pendarahan
Operasi selesai
IX. FOLLOW UP
Pemantauan Perkembangan Pasien
Tanggal
31/8/2016
Keluhan :
- Pasien datang
T : 150/100 mmHg
dari OK jam
P3A0 post SC
- Observasi tanda
dengan bekas
SC 2 kali
N: 90x/menit
18.40 dalam
keadaan sadar
Status obstetrikus:
dengan PEB
vital
- Observasi
pendarahan
- Hubungi dr.
17
penuh
- Habis operasi
Penyakit dalam
- IVFD RL + 2
melahirkan
ampul sintolycin
dengan darah
gtt XXV
tinggi
- Kateter
menetap 24 jam
- Injeksi
ceftriaxon (IV)
- Injeksi
metronidazol
(IV)
- Injeksi
transamin
- Pronalges
supp 3x1 relatif
- Nifedipin
3x10 mg jika
TD > 140/90
- Konsul dr.
Penyakit dalam
- Injeksi
MgSO4 40%
boka boki tiap 6
jam sampai
dengan 24 jam
post operasi
- Diet TKTP
- Cek HB post
operasi cito
18
Tanggal
1/9/2016
(12.00)
S
- Nyeri ulu hati
- Tidak bisa
P
- IVFD RL :
Futrolit
TD : 130/90 mmHg
tidur
- Injeksi
N : 88x/menit
ranitidin 1
ampul (iv)
pelan
- Injeksi
ceftriaxon 2 x
1 gr (iv)
- Injeksi
metronidazol
3 x 500 mg
- Injeksi
transamin 3 x
500 mg
- Pronalges
supp 3 x 1
- Diet TKTP
- Konsul dr.
Penyakit
dalam
Tanggal
1/9/2016
S
Nyeri daerah
operasi
O
TD : 140/100 mmHg
R : 24x/menit
A
Post SC
P
- Observasi
tekanan darah
- Observasi
19
S : 36,5oC
Tanggal
2/9/2016
S
Nyeri daerah
operasi
pendarahan
O
TD : 140/100 mmHg
R : 24x/menit
berkurang
- Mobilisasi
S : 36,5 C
Tanggal
2/9/2016
13.00
S
Keluhan tidak
nyeri
indikasi
O
TD: 120/80
- Kolaborasi
bekas SC
dengan dokter
Post SC
- Aff infus
- Obat oral
1. Cefadroxil 2 x
500 mg
2. Asam
mefenamat 3
x 500 mg
3. Metronidazol
3 x 500 mg
4. Folamil 1 x 1
5. Valsarta 1 x
80 mg
- Ganti perban
- Aff kateter
-
-Pulang besok
pagi
20
Tanggal
3/9/2016
S
Tidak ada
O
TD: 160/100
A
Post SC
- Mobilisasi
P
Boleh pulang
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Ny. A 43 tahun datang dengan PEB pada G3P2A0 Hamil 35 minggu belum
inpartu JTH preskep. Dari anamnesis ditemukan bahwa pasien mengaku bahwa pada bulan
ketujuh kehamilan tekanan darah meningkat lebih dari 150/100 mmHg serta keluhan keluhan
yang dirasakan selama hamil berupa pandangan kabur, mual muntah serta sakit kepala. Dari
pemeriksaan fisik status generalisata ditemukan TD 170/100 , status belum terdapat pembukaan,
posisi kepala, hodge I, Karena terdapat kontraindikasi terhadap persalinan pervaginam berupa
hipertensi dan terdapat riwayat sectio caesaria 2 kali. Lahir bayi perempuan 2800 gram.
Selanjutnya akan dibahas:
1. Ketepatan Diagnosis
Pasien didiagnosis dengan G3P2A0 35 minggu, tunggal, hidup persentasi kepala
dengan preeklampsia berat. Pasien didiagnosa hamil karena memenuhi beberapa kriteria
kehamilan, diantaranya tanda tanda tidak pasti kehamilan: amenorrhea, perut membesar,
stria gravidarum pada kulit abdomen. Dan tanda pasti kehamilan: adanya gerak janin,
pemeriksaan leopold I-IV yang dapat meraba bagian besar dan kecil janin, terdapat detak
jantung janin. Usia kehamilan pasien ini dapat ditentukan dengan HPHT yaitu 35
minggu. Pemeriksaan tinggi fundus uteri 28 cm dengan tafsiran berat badan janin adalah
2,325 kg, kehamilan ini sudah cukup bulan tetapi tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan
usia kehamilan. Pada usia kehamilan 35 minggu seharusnya tinggi fundus uteri diukur
dari simfisis adalah 31-32 cm. Janin tunggal hidup dinilai dari pemeriksaan leopold yang
memberi kesan adanya satu janin dengan letak membujur dimana teraba bokong di
bagian fundus, punggung di sebelah kiri, dan ekstremitas disebelah kanan serta kepala
berada di bagian bawah dan belum masuk pintu atas panggul serta pada pemeriksaan
detak jantung bayi didapat hasil 135 x/menit.
Diagnosa preeklampsia berat ditegakkan karena pasien mengeluh nyeri kepala
dan muntah, didukung dengan pemeriksaan fisik didapatkan 170/100 sehingga didiagnosa
preeklampsia berat.
22
23
BAB V
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Wulandari, R & Firnawati, F.A. 2012. Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia Berat Pada
Ibu Hamil di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Kesehatan 1 (5) 2012, pp. 29-35.
2. Kurniasari, D & Arifandini, R. 2015. Hubungan Usia, Paritas dan Diabetes Mellitus Pada
Kehamilan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Holistik 3 (9), pp.
142-150.
3. Robson, Elizabeth S dan Jason Waugh. 2012. Patologi pada kehamilan. Jakarta: EGC.
4. Preeklampsia Foundation Preeclampsia dan International Maternal Mortality: The Global
Burden
of
The
Disease
(Sumber
Online_.
Tersedia
dari:
URL
http://www.preeclampsia.org/component/;fytenbloggie/2013/05/01/188.
5. WHO.
Maternal
Mortality.
(Sumber
Online).
Tersedia
dari:
URL:
http://who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en.
6. Sutrimah, Mifbakhuddin, Wahyuni, D. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian Preeeklampsia Pada Ibu Hamil di RS Roemani Muhammadiyah Semarang.
7. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Bina Nusantara; 2010.
8. Hadjiko, Y. 2014. Hubungan Karateristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Preeklampsia.
Artikel. Prodi Keperawatan.
9. Tanto, C; Liwang, F; Hanifati, S & Pradipta, E.A. eds. 2014. Kapita Selekta Kedokteran
Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius.
10. Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. EGC: Jakarta.
11. http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-8-hipertensi-dalam-kehamilan-preeklampsia-daneklampsia/
25