Anda di halaman 1dari 54

BAB II

II.1

Faktor Risiko

A. Definisi
Kesehatan seseorang ditentukan oleh beberapa faktor,
termasuk faktor yang terbentuk sejak lahir, bertumbuh dewasa,
kehidupan sehari-hari, lingkungan kerja, dan usia. Faktor lain
yang ikut menentukan adalah lingkungan sosial dan status sosioekonomi, prilaku individu, dan penyakit dan kesehatan individu. 1
WHO

sebagai

asosiasi

yang

bergerak

pada

departemen

kesehatan menjelaskan Faktor Risiko sebagai Segala hal yang


berkaitan dengan karakteristik atau ciri yang terilhat dari
seseorang

yang

dapat

meningkatkan

kemungkinan

perkembangan suatu penyakit atau cidera.1,2


Faktor Risiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait
dengan peningkatan suatu risiko penyakit tertentu. Faktor risiko
di sebut juga faktor penentu, yaitu menentukan berapa besar
kemungkinan seorang yang sehat menjadi sakit. Faktor penentu
kadang-kadang juga terkait dengan peningkatan dan penurunan
risiko terserang sutu penyakit. Faktor risiko merupakan bagian
dari

ilmu

Epidemiologi.

Epidemiologi

adalah

ilmu

yang

mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta faktor yang


terkait di tingkat populasi. Epidemiologi pada penyakit menular

di sebut

etiologi sedangkan pada penyakit tidak menular di

sebut faktor risiko.3


Faktor risiko dilihat sebagai karakteristik, kebiasaan, tanda
atau gejala yang tampak pada seseorang atau populasi sebelum
terserang suatu penyakit. Namun secara keilmuan, faktor risiko
memiliki definisi tersendiri, yaitu karakteristik, tanda atau
kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu yang mana
secara statistik

berhubungan dengan peningkatan kejadian

kasus baru berikutnya beberapa individu lain pada suatu


kelompok masyarakat.

B. Identifikasi dan Deskripsi Faktor Risiko


Menurut WHO faktor konsumsi tembakau, alkohol, asupan
tidak seimbang dan OH yang buruk adalah faktor risiko untuk
penyakit mulut. Faktor-faktor inilah yang berhubungan dengan
kanker,

penyakit

kardiovaskular,

diabetes

dan

penyakit

pernapasan yang merupakan 4 penyakit kronik tidak menular


utama. Setiap tahunnya, penyakit tidak menular merupakan 2/3
penyebab utama kematian dan penyebab utama dari kecacatan.
Penyakit kronik ini adalah penyakit yang bertahan lama tidak
dapat disembuhkan namun bias dikontrol.

Gambar 2.1 Empat penyakit kronik tidak menular terparah

Secara umum, faktor risiko terbagi menjadi :


- Kondisi

Sosio-ekonomi

umum,

sosio-kultural,

lingkungan
o Edukasi
o Lingkungan pekerjaan
o Lingkungan pertanian dan produksi makanan
o Pengangguran
o Air dan sanitasi
o Pelayanan kesehatan
o Perumahan
- Hubungan sosial dan komunitas
- Faktor gaya hidup individual
o Umur
o Jenis Kelamin
o Herediter atau genetik

kondisi

Gambar 2.2 - Model Dahlgren dan Whitehea. Keadaan Sosial sebagai


penenetu dari kesehatan

Kesehatan diperoleh melalui gabungan dari beberapa


faktor. Seperti yang terlihat pada gambar 2.2 Dahlgren dan
Whiteead mengelompokan individu melalui

faktor risiko yang

tidak dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, dan faktor


keturunan. Dahlgren dan Whitehead menggambarkan model ini
sebagai Model Pelangi. Individu-individu dalam kelompok
tersebut tidak hanya berhubungan satu sama lain, namun juga
menjadi penentu faktor lain. Kebiasaan baik maupun buruk tiap
individu

dapat mempengaruhi individu lain disekitarnya yang

kemudian berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Perbedaan


kondisi sosial pada suatu lngkungan dapat merefleksikan kondisi
kesehatan

orang-orang

pendapatan,
diantara

dan

mereka.

tingkat

didalamnya.
edukasi

Kebiasaan

pada

Seperti

menunjukkan
suatu

pekerjaan,
hubungan

lingkungan

akan

menciptakan suatu tren pada masyarakat yang nantinya dapat


menjadi faktor risiko sebuah penyakit tertentu.

1,4

C. Faktor Risiko Gigi dan Mulut


Kesehatan gigi dan mulut memiliki keterkaitan penting
dengan

kesehatan

umum

kebebasan apabila kita

dan

kualitas

kehidupan.

Suatu

terlepas dari sakit gigi dan nyeri pada

wajah, kanker tenggorokan, infeksi gigi dan mulut, gigi busuk,

kehilangan gigi serta penyakit dan kelianan lainnya yang


membatasi kemampuan individu untuk menggigit, mengunyah,
tersenyum, berbicara, dan kemampuan bersosialisasi lainnya. 2
Prevalensi dari penyakit gigi dan mulut bervariasi menurut letak
geografisnya, keberadaan dan akses kesehatan. Prevalensi
penyakit gigi dan mulut tinggi pada negara berpenghasilan
rendah dan menengah.
Berikut adalah kondisi penyakit gigi dan mulut

yang paling

sering terjadi2 :
1. Kavitas gigi atau Gigi berlubang
Menurut WHO 60-90% anak usia sekolah diseluruh
dunia memiliki karies, dan hamper 100% orang dewasa
memiliki karies, dan sering kali disertai rasa sakit dan
tidak nyaman
2. Penyakit Periodontal
Pada keadaan yang parah dapat menyebabkan
kehilangan gigi, ditemukan 15-20% pada usia lanjut
diseluruh dunia
3. Kehilangan gigi akibat kerusakan
Karies dan penyakit Periodontal adalah penyebab
dari kehilangan gigi. Keadaan ini sering dialamai usia
lanjut, sekitar 30% usia lanjut tidak memiliki gigi asli
4. Kanker Rongga Mulut
Insidensi kanker mulut diketahui sekitar 10 kasus
per 100.000 orang tiap negara. Lebih sering terjadi pada
laki-laki, orang tua, dan orang-orang dengan pendidikan

rendah dan pemasukan rendah. Konsumsi rokok dan


alcohol adalah penyebab utama.
5. Infeksi jamu, bakteri dari infeksi virus HIV
Sekitar 50% penderita HIV memiliki jamur, infeksi
bakteri atau virus pada rongga mulutnya.
6. Trauma oro-dental
Biasanya terjadi pada anak usia 6 sampai dengan
12 tahun, dikarenakan permainan yang tidak aman,
lingkungan sekolah yang tidak aman, kecelakaan jalan
raya, atau tindak kekerasan
7. Noma
Noma adalah lesi busuk yang mempengaruhi
kehidupan anak-anak yang tinggal dalam kemiskinan.
Sering muncul di Afrika dan Asia. Lesi terbentuk dari
infeksi gingiva disertai nekrosis bibir atau lidah. Banyak
anak yang terkena Noma disebabkan dari infeksi lain
seperti

Measles

dan

HIV.

Tanpa

perawatan

90%

penderitanya akan meninggal


8. Celah Bibir dan Celah Palatal
Kejadian ini adalah kelaianan bawaan yang terjadi
satu per 500-700 kelahiran.
Terdapat argumen kuat tentang pendekatan faktor risiko
terkini sebagai pencegahan penyakit. Sebagai contoh banyak

kanker rongga mulut yang berhubungan dengan konsumsi


tembakau

dan

alcohol,

dan

kanker

bibir

seringkali

berhubungan dengan paparan sinar matahari. Kesehatan


rongga mulut itu sendiri ditentukan oleh beberapa faktor
termasuk,

pola

makan

konsumsi

alkohol,

atau

stress,

diet,
dan

kebersihan,
trauma.

merokok,

Faktor-faktor

berhubungan dengan penyakit kronik seperti jantung, kanker,


dan stroke. Karena itu, kesehatan gigi dan mulut dan
kesehatan umum berbagi penyebab dan prilaku yang berisiko.
Lebih

dari

itu

buruknya

kesehatan

rongga

mulut

dan

kesehatan umum seperti saling bermunculan dan memiliki


dampak satu sama lain. Sebagai contoh, defisiensi nutrisi dan
buruknya sistim imun telah berkaitan dengan kesehatan
rongga mulut sama seperti kesehatan umum. Hal ini juga
telah diketahui dalam literature tentang penyakit sistemik
seperti stress, diabetes, HIV, dan Leukimia meningkatkan
risiko dari penyakit periodontal. Sebagai tambahan, konsumsi
rokok, alcohol telah diketahui bersama akan menyebabkan
penyakit periodontal dan kehilangan gigi geligi, dan kanker
rongga mulut. Risiko kanker mulut dan pharing meningkat
lebih dari 35x pada seseorang yang mengkonsumsi dua atau
lebih bungkus rokok dan yang mengkonsumsi lebih dari empat
gelas alcohol per hari..

7,8

Berikut beberapa Faktor Risiko untuk kesehatan gigi dan mulut


dan penyakit sistemik :
1. Konsumsi Tembakau
Tidak merokok adalah salah satu hal terpenting
yang bias dilakukan untuk kesehatan mulut dan tubuh.
Menurut CDC, seorang perokok 3x lebih berisiko terkena
penyakit gusi dari seseorang yang tidak merokok.
Nikotin dalam rokok menyebabkan konstriksi pembuluh
darah, hal ini melemahkan kemampuan gusi untuk
melawan

infeksi.

Tidak

hanya

itu,

merokok

akan

menyulitkan proses operasi. Operasi gusi akan lebih


kompleks dan proses penyembuhan akan lebih sulit.
Segala

penggunaan

tembakau

berisiko

pada

kesehatan gigi dan mulut, sama seperti kesehatan


umum.

Penggunaan

tembakau

adalah

pencegahan

utama penyebab penyakit, distabilitas, dan kematian.


Dan faktor utama dari faktor risiko pada penyakit tidak
menular, statistic dari WHO mengatakan penggunaan
tembakau akan membunuh 1 milyar orang pada abad
ke-21. Berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut,
tembakau mengakibatkan stain, penurunan kemampuan
pengecap rasa, penyakit periodontal, kanker mulut,
lamanya penyembuhan luka, dan penurunan imun

tubuh, penurunan aliran saliva yang menyebabkan


karies.

Penggunaan

rokok

yang

dibarengi

dengan

alkohol akan menyebabkan dampak yang lebih besar,


lebih

mudah

terkena

kanker

daripada

yang

menggunakan salah satu.1


2. Konsumsi Alkohol
Sama halnya dengan tembakau, alkohol juga
merupakan suatu factor untuk penyakit tidak menular.
The Centers of Diseases Control (CDC) mengatakan
untuk katagori pria 15 gelas atau lebih per minggu
adalah peminum berat, untuk wanita 8 gelas atau lebih.
Peminum alkohol memiliki tingkat penyakit periodontal
lebih tinggi, gigi yang rusak dan lesi pre-kanker. Alkohol
juga

memperlama

proses

penyembuhan

dan

mengentalkan darah. Rusaknya gigi disbebakan dengan


kandungan gula yang tinggi dan asam dalam alkohol.
The Oral Cancer Foundation mengatakan efek dehidrasi
alkohol pada sel dinding memperkuat daya karsinogen
dari tembakau untuk menembus jaringan mulut. Dalam
tambahan defisiensi nutrisi yang berhubungan dengan
asupan alkohol, dapat menurunkan kemampuan tubuh
untuk menggunakan antioksidan sebagai pencegah
bertumbuhnya kanker. The Oral Cancer Foundation
mengatakan sirosis hati menyebabkan perubahan pada
tekstur

tenggorokan

dan

esophagus

yang

akan

menyebabkan

bertambahnya

kemungkinan

terkena

kanker mulut.1
3. Diet atau Pola Makan yang Tidak Sehat
Diet yang tidak baik yaitu mengkonsumsi lemak
gula dan sodium dalam jumlah besar dan sedikit
mengkonsumsi buah dan sayuran. Konsumsi berlebihan
atau nutrisi yang berlebihan dikatakan sebagai bentuk
dari malnutrisi. Nutrisi yang berlebihan menyebabkan
obesitas dan berkontribusi pada penyakit tidak menular
seperti kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes, dan
penyakit dental karies. Membatasi asupan makanan
seperti olahan padi, lemak jenuh dan sodium serta gula
adalah pilihan paling baik.
4. Lemak
Asupan lemak diperlukan dalam tubuh kita. Lemak
mengisolasi tubuh kita, memproteksi organ-organ vital,
berperan sebagai pengantar, membantu protein dan
memulai reaksi kimia untuk mengontrol pertumbuhan,
fungsi imunitas, reproduksi, dan hal-hal lainnya dalam
metabolisme. Masalah akan muncul ketika asupan
lemak jenuh berlebihan. Lemak mengandung 9 kalori
per gram, dibandingkan dengan protein dan karbohidrat
yang hanya 4 kalori per gram. Artinya, lebih sedikit
lemak yang dibutuhkan. Tubuh membutuhkan jenis
lemak yang tepat. Terutama lemak tidak jenuh, asam

lemak, dan sedikit saja lemak jenuh. Daging unggas,


minyak zaitun dan minyak kanola, serta tanaman
seperti

kacang

dan

alpukat

adalah

contoh

yang

mengandung lemak jenuh. Salmon, makarel, sama


seperti jagung dan kedelai adalah lemak poli unsaturasi.
Lemak jenuh ditemukan pada produk daging dan produk
seperti keju, mentega, dan susu harus dibatasi. Jika
terlalu banyak akan meningkatkan resiko kolestrol,
kardiovaskular, sama seperti kanker. American Health
Association menganjurkan kurang dari 30% kalori per
hari berasal dari lemak dan hanya 10% dari 30% itu dari
lemak jenuh.1
5. Gula
Gula

adalah

karbohidrat.

Tubuh

memerlukan

karbohidrat untuk membuat glukosa sebagai bahan


bakar sel. Glukosa adalah gula yang terbentuk dari
glikogen yang tersimpan dalam hati dan otot. Saat
dilepas ke aliran darah ia mampu menghasilkan energy
untuk sel. Insulin yang dihasilkan oleh pancreas akan
mengatur jumlah glukosa dalam tubuh. Ada berbagai
bentuk karbohidrat dalam produk makanan. Indeks
glikemik

digunakan

untuk

mengukur

kandungan

karbohidrat pada di dalam gula darah. Bila indeks


glikemik

rendah

maka

rendah

pula

proses

digastrikusnya. Menghasilkan pelepasan gradual dari


glukosa ke aliran darah.
Makanan dengan indeks glikemik yang tinggi akan
menyababkan

dilepasnya

hormone

insulin

untuk

mengurangi jumlah glukosa dalam darah, Kurang dari


100 mg/dL saat puasa, dan 140 mg/dL 2 jam setelah
makan adalah angka normal dari jumlah gula dalam
darah. Semakin banyak jum;ah glukosa dalam tubuh,
semakin banyak insulin yang akan dilepas ke aliran
darah. Meningkatnya jumlah glukosa secara terusmenerus akan menyababkan diabetes tipe 2 yang akan
resisten terhadap insulin dan penyakit kardiovaskular.
Dari beberapa penelitan kepada manusia, penelitan
epidemiologi, penelitan pada binatang, dan percobaan
lainnya ditemukan bahwa tidak ada manfaat nutrisi dari
makanan

dengan

American

Hearth

tambahan
Association

gula

di

dalamnya.

(AHA)

menganjurkan

asupan gula tidak lebih dari 100 kalori per hari atau
setara dengan 6 sendok teh bagi wanita dan tidak lebih
dari 150 kalori atau setara dengan 9 sendok teh untuk
laki-laki. Kebiasan manusia mengkonsumsi minuman
bersoda juga sama berbahanyanya. Hal ini dikarenakan
pada satu kaleng 12 ons soda terdapat kandungan 9

sendok teh gula.

Meminum satu kaleng per hari akan

melebihi takaran gula yang direkomendasikan. 1


6. Sodium
Asupan sodium yang berlebih akan meningkatkan
risko

hipertensi

dan

menjadi

pencetus

penyakit

kardiovaskular. United States Departement Agriculture


(USDA) menganjurkan asupan sodium sebatas 2400 mg
perhari, namun untuk orang dengan riwayat hipertensi,
penyakit ginjal kronik dianjurkan sebatas 1500 mg
perhari.

Gambar 2.3 Faktor risiko gigi dan mulut dan penyakit kronik 5

II.2 Hubungan Kesehatan Rongga Mulut dan Penyakit


Umum sebagai Komponen Kesehatan Umum1,7,8
Laporan

WHO

(2003)

secara

jelas

megatakan

bahwa

keterkaitan antara kesehatan gigi dan mulut dan kesehatan

umum telah terbukti lewat beberapa hal. Setelahnya, bukti-bukti


pun bermunculan untuk memperkuat hal tersebut. Kesehatan
gigi dan mulut berketerkaitan lewat 4 hal utama7 :
1. Kesehatan rongga mulut yang buruk, berhubungan dengan
penyakit kronik
2. Buruknya
kesehatan

rongga

mulut

menimbulkan

keterbatasan fisik atau kecacatan


3. Faktor risiko kesehatan rongga mulut dan kesehatan umum
saling berkterkaitan
4. Buruknya kesehatan umum dapat menimbulkan penyakit
gigi dan mulut atau memeperparah kondisi penyakit
Mulut merupakan jalan masuk ke dalam tubuh. Untuk
memahami

bagaimana

mempengaruhi

kondisi

keadaan
tubuh,

rongga
kita

harus

mulut

dapat

mengetahui

permasalahannya terlebih dahulu. Bakteri yang berkemebang


pada gigi akan menyebabkan gusi sakit lalu infeksi. Sistim
imun bekerja untuk melawan infeksi kemudian inflamasi pada
gusi pun mereda. Inflamasi akan berjalan terus kecuali infeksi
ini terkontrol. Seiring berjalannya waktu, inflamasi dan ikatan
kimia yang dilepaskan akan menghancurkan gusi dan tulang
yang

menyanggah

gigi.

Hal

ini

menghasilkan

penyakit

periodontal berat, yaitu periodontitis. Inflamasi juga dapat


menyebabkan masalah bagi tubuh.

WHO sebagai asosiasi yang bergerak pada bidang


kesehatan, terbentuk untuk membantu berbagai negara
dalam mengadakan program kesehatan masyarakat yang
berdasarkan bukti dan sesuai dengan kebutuhan dari populasi
setempat.1,2,5

Program

WHO

tersebut

memperhatikan

hubungan kesehatan rongga mulut dan kesehatan umum


serta WHO menghubungkan peningkatan kesehatan rongga
mulut secara terus-menerus dan kontrol penyakit mulut
dengan upaya mengontrol faktor risiko penyakit tidak menular
kronik. WHO telah membuktikan pertumbuhan dari penyakit
kronik. Sistim pengawasan penyakit tidak menular kronik
memegang

peranan

penting

dalam

perkembangan

dari

program-program kesehatan gigi dan mulut masyarakat dan


membantu untuk memahami efektifitas dari pendekatan
terhadap faktor risiko, serta hubungan antara faktor risiko,
penyakit kronik, dan penyakit gigi dan mulut.

Cara pandang yang membedakan kesehatan gigi dan


mulut dengan kesehatan umum harus dihentikan oleh karena
kesehatan gigi dan mulut memepengaruhi kesehatan umum
melalui rasa sakit yang ditimbulkan dan mempengaruhi
proses makan, berbicara, dan kualitas kehidupan seseorang
secara luas. Kesehatan gigi dan mulut juga mempengaruhi
beberapa penyakit kronik. Oleh karena kegagalan mengontrol
faktor penentu sosial dan material dan ketidak berhasilan

untuk menggabungkan kesehatan gigi dan mulut dengan


kesehatan umum, jutaan orang mengalami sakit gigi dan
mengakibatkan rendahnya

kualitas kehidupan dan pada

akhirnya banyak yang berakhir dengan kehilangan banyak


gigi.6
Peraturan

kesehatan

harus

dikaji

kembali

untuk

menggabungkan kesehatan gigi dan mulut menggunakan


pendekatan

sosiodental

mengetahui

pendekatan

untuk

menilai

faktor

kebutuhan

risiko

untuk

dan

promosi

kesehatan. Penyakit gigi dan mulut adalah penyakit kronik


terkini dan masalah bagi kesehatan masyarakat karena
prevalensinya, pengaruhnya pada individu dan kelompok
masyarakat,

dan

perawatannya

yang

mahal.

Penyebab

penyakit gigi dan mulut telah diketahui mereka adalah


faktor risiko dari penyakit kronik : diet atau pola makan yang
buruk dan ketidak bersihan (oral hygiene), merokok, alcohol,
kebisaan buruk yang berbahaya, dan stress dan tersedia
metode yang efektif untuk pencegahannya.6
Penyakit gigi dan mulut mempengaruhi seseorang
secara fisik serta secara psikologis dan mempengaruhi
tumbuh

kembang

seseorang,

kebahagiaan,

penampilan,

bicara, pengunyahan, rasa makanan dan sosialisasi, sama


seperti perasaan mereka sebagai mahluk sosial. Karies yang

parah akan mengurangi kualitas hidup anak : mereka akan


merasa sakit, tidak nyaman, memperburuk penampilan,
mengalami infeksi akut dan kronik, gangguan makan dan
tidur, risiko untuk dirawat di rumah sakit, mahalnya biaya
perawatan, terbuangnya waktu sekolah yang mengurangi
kesempatan untuk belajar. Karies akan mempengaruhi nutrisi,
pertumbuhan, dan berat badan. Anak bawah tiga tahun
dengan karies karena susu botol berat badannya akan lebih
ringan 1 kg dari anak yang terkontrol oleh karena rasa sakit
gigi dan infeksi akan mempengaruhi kebiasaan makan dan
tidur, asupan makanan, dan proses metabolisme. Jam tidur
yang terganggu akan mempengaruhi produksi glukosteroid.
Sebagai tambahan akan terjadi penekanan jumlah hemoglobin
karena penurunan jumlah eritrosit.6
Penyakit kronik seperti obesitas, diabetes, dan karies
meningkat pada negara berkembang, dengan berpandangan
bahwa kesehatan gigi dan mulut berhubungan dengan
kesehatan umum mungkin saja menjadi semakin parah. Hal
ini disebabkan karena penyakit-penyakit tersebut memiliki
penyebab
ditujukan

yang
pada

sama,

dan

pendekatan

perhatian
faktor

lebih

risikonya.

seharusnya
Kunci

dari

tercapainya kesehatan gigi dan mulut dimasa yang akan


datang adalah melalui pendekatan ini, manfaat utama yang
menjadi fokus dari upaya ini adalah kesehatan umum

masyarakat luas pada kelompok yang berisiko tinggi terkena


penyakit, serta mengurangi tidak meratanya kesehatan di
masyarakat. Dengan memasukan kesehatan gigi dan mulut ke
dalam strategi promosi kesehatan dan dengan memenuhi
kebutuhan kesehatan gigi dan mulut dalam gaya hidup sehat,
masyarakat

dapat

meningkatkan

kesehatan

umum

dan

kesehatan gigi dan mulut secara signifikan.6


A. Buruknya kesehatan gigi dan mulut berhubungan
dengan penyakit kronik
Berdasarkan

penelitian

pada

populasi

tentang

keterkaitan kuat antara kesehatan rongga mulut dengan


penyakit kronik yang serius
Kanker
National Cancer Institute mengatakan Kanker disebabkan
oleh karena membelah nya sel abnormal secara tidak
terkontrol dan mampu menginvasi ke jaringan lain. Terdapat
lebih dari 100 jenis kanker, diramalkan sekitar 13,1 Milyar
kematian oleh karena kanker akan terjadi pada tahun 2030.
30%

kanker disebabkan oleh prilaku yang tidak baik. Sel

disebabkan oleh mutasi sel menjadi abnormal. Ada gen yang


memproduksi protein, protein ini akan mengirim pesan
kepada

sel

untuk

bermultikasi

dan

untuk

berhenti

bermultikasi. Sel kanker akan mengirimkan pesan yang salah

untuk

memproduksi

banyak

protein

yang

merupakan

proliferasi sel yang abnormal.


OH yang buruk telah diketahui sebagai faktor risiko
untuk kanker faring atau kanker rongga mulut. Sebuah
penelitian

menerangkan

bahwa

infeksi

kronis

seperti

Periodontitis dapat menyebabkan sel normal untuk bermutasi.


Proses inflamasi mengirim sinyal ke sel untuk berproliferasi.
Semakin

banyak

kemungkinan

sel

proliferasi
untuk

sel

maka

bermutasi.

semakin

Namun

besar

proses

ini

berlangsung lama, eliminasi faktor risiko akan menghentikan


proses mutasi tersebut. Hubungan antara kanker rongga
mulut dan OH telah dipublis di Cancer Reaserch Prevention.
Penelitian menunjukkan bahwa OH yang buruk berhubungan
dengan infeksi Papillomavirus.
Penelitian memperilhatkan bahwa penyakit periodontal
dan penggunaan dari obat kumur mulut yang mengandung
alkohol dapat menajadi penyebab dari kanker pada kepala,
leher, dan oesophagus. Penjelasan untuk itu adalah orang
dengan penyakit periodontal, mengunyah dan menggosok gigi
dapat melepaskan bakteri ke aliran darah hal ini mampu
membuat masalah lain pada tubuh. Sebagai contoh, beberapa
jenis bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal juga
ditemukan pada pasien dengan arteri yang kaku pada jantung

dan bagian lain, dan pada cairan yang memnyelubungi bayi


yang belum lahir (cairan ketuban).8
Penyakit Kardiovaskular
Walau alasan jelasnya tidak sepenuhnya diketahui, jelas
terbukti bahwa penyakit gusi dan penyakit jantung saling
berhubungan.

91%

pasien

jantung

juga

mengalami

periodontitis, berbanding 66% dengan pasien yang tidak


memiliki penyakit jantung. Dua kondisi ini memiliki faktor
risiko yang sama seperti merokok, diet atau asupan yang
tidak

sehat,

mencurigai

dan
bahwa

berat

badan

berlebih.

periodontitis

memiliki

Beberapa
peran

ahli

dalam

memperburuk penyakit jantung. Teorinya adalah inflamasi


pada rongga mulut menyebabkan inflamasi pada pembuluh
darah, hal in meningkatkan risiko serangan jantung pada
beberapa kesempatan. Pembuluh darah yang terinflamasi
membuat berkurangnya aliran darah dari jantung ke tubuh,
kondisi ini menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Ada
risiko lebih besar lagi oleh karena timbunan lemak akan
menembus pembuluh darah dan menuju jantung atau otak
dan menyebabkan serangan jantung atau stroke.7,8
Ketika OH dalam keadaan buruk, bakteri plak akan
memproduksi racun yang mampu menstimulasi inflamasi akut
seperti gingivitis. Reaksi inflamasi

akut gingivitis akan

menjadi kronik atau Periodontitis apabila tidak dihilangkan


segera. Tidak hanya keadaan rongga mulut yang akan rusak,
namun

penyakit

kardiovaskular

mungkin

saja

dapat

dipengaruhi karena respon inflamasi ini.


Inflamasi adalah mekanisme pertahanan yang kompleks
dengan

memproduksi

berbagai

respon

sel

dan

kemis.

Masuknya bakteri dari rongga mulut dapat menyebar melalui


aliran darah melalui jaringan epitel. Semakin besar inflamasi
yang muncul, maka semakin mudah epitel dapat ditembus.
Beberapa bakteri spesifik seperti Porphorymonas

gingivalis

ditemukan di dalam artheromatous plak pada arteri di


jantung. Atheromatous plak adalah lapisa kuning pada lapisan
terdalam dari arteri yang diproduksi oleh deposit lipid. Deposit
inilah yang menyebabkan arteri menyempit, menurunkan
aliran darah dan pada akhirnya menyebabkan serangan
jantung atau stroke.
Stroke
Stroke adalah penyebab kematian nomer 3 pada negara
berkembang. Cerebovaskular ischaemic stroke adalah kondisi
yang paling sering terjadi saat

ini dan timbul sebagai hasil

dari suatu sumbatan, biasanya dari clot, dimana pembuluh


darah tidak mampu mengalirkan darah ke otak. Kondisi
tersebut

menyebabkan

arteri

menjadi

kaku.

Penelitian

menemukan

bila

kesehatan

gigi

dan

mulut

buruk

berhubungan dengan stroke. Beck dan kawan-kawan (1996)


tidak

memisahkan

hemoragik

(perdarahan)

storke

dari

ischaemic storke tetapi telah diteliti bahwa hubungan yang


kuat dari penyakit periodontal dengan insidensi stroke pada
eks-tentara America. Para eks-tentara Amerika ini mengetahui
bila mereka memiliki risiko yang tinggi akan store, tetapi
kondisi ini justru membuat efek sebenarnya dari periodontitis
disepelekan. Morrison et al. (1999) telah mengobservasi risiko
dari stroke pada pasien dengan penyakit periodontal. Wu dan
kawan-kawan

(2000)

telah

menguji

hubungan

antara

kesehatan jaringan periodontal dan fatal dan non-fatal stroke.


Mereka menemukan peningkatan risiko sebesar 17% untuk
stroke dengan penyakit periodontal disbanding dengan yang
sehat. Joshipura et al (2003) juga melaporkan adanya
hubungan

yang

signifikan

antara

stroke

dan

penyakit

periodontal dan antara stroke dengan jumlah sisa gigi di


dalam mulut. Janke (2003) mengatakan bahwa hubungan
antara

penyakit

periodontal

dan

storke

lebih

kuat

dibandingkan hubungan antara penyakit periodontal dan


penyakit kardiovaskular. Dokter gigi biasanya memberikan
antibiotik

untuk

pasien

dengan

kelainan jantung

untuk

mencegah masuknya bakteri kedalam darah ketika perawatan


gigi dan pencegahan terhadap katup jantung atau disebut

Subakut bacterial endocarditis. Bagaimanapun juga, buruknya


oral hygiene dan penyakit periodontal dapat menyebabkan
masuknya bakteri ke dalam aliran darah. Efek langsungnya
adalah pada mudahnya terjadi inflamasi dan infeksi rongga
mulut.
Penyakit Ginjal
Perubahan pada

mulut seperti timbulnya penyakit

periodontal dan tanda oral hygiene buruk lainnya sering


ditemukan pada pasien dengan pneyakit ginjal dan mungkin
saja memperparah kondisi tersebut lewat inflamasi, infeksi,
terbuangnya protein energy, dan komplikasi lain seperti arteri
yang menjadi kaku. Buruk nya kesehatan rongga mulut akan
semakin parah pada penderita penyakit ginjal oleh karena
faktor usia, penyakit yang telah ada seperti diabetes,
pengobatan yang sedang dijalani, dan menurunnya fungsi
imun yang dapat meningkatkan risiko dari periodontitis dan
kondisi gigi geligi lainnya. Hal ini seharusnya menjadi alarm
dari fase awal dari penyakit. Bagimana pun juga manajemen
dari kesehatan gigi dan mulut akan mengurangi risiko dari
komplikasi pasien dengan penyakit ginjal.8
Gangguan Pernapasan
Penelitan mengungkapkan bahwa penyakit periodontal
adalah

faktor

risiko

dari

gangguan

pernapasan

seperti

pneumonia dan obstruksi pulmonary kronik. Infeksi ini dapat


melemahkan

kondisi

tubuh

dan

salah

satu

penyebab

kematian. Pneumonia berhubungan dengan mikroorganisme


yang ditemukan pada rongga mulut. Obstruksi Pulmonary
kronik mempengaruhi pernapasan. Orang yang memiliki
penyakit ini akan sulit untuk mengeliminasi oral pathogen
yang terhirup yang nantinya dapat menyebabkan proliferasi
bakteri dan menyebabkan infeksi paru atau memperparah
infeksi yang ada.7,8
Penyakit Peripheral Vaskular
Mengerasnya dinding pembuluh darah arteri, misalnya
pada kaki disebut penyakit peripheral vascular. Hal ini
mengakibatkan menurunnya aliran darah. Meurman et al
(2004) mengatakan bahwa periodontitis akan memperparah
penyakit peripheral vascular, namun pendapat ini harus dikaji
lebih jauh lagi.8
Demensia
Kehilangan gigi oleh karena berbagai sebab dilaporkan
berkaitan dengan Alzheimer dan demensia. Penelitian di
Jepang

yang

melibatkan

lebih

dari

4.000

partisipan

menyimpulkan bawha dibandingkan dengan partisipan yang


masih memiliki banyak gigi geligi asli, partisipan dengan
banyak kehilangan gigi geligi lebih banyak yang mengalami

lupa ingatan atau memiliki tanda awal dari Alzheimer.


Gangguan hambatan ingatan dan kemampuan kalkulasi telah
menunjukkan hubungan dengan penyakit periodontal melalui
test darah.8
Pneumonia
Telah

diperlihatkan

keterkaitan

antara

buruknya

kesehatan ringga mulut dan pneumonia (menghirup bakteri


yang menyebabkan infeksi paru-paru) pada usia lanjut. Faktor
risiko seperti masalah pengunyahan, bantuan untuk memberi
makan, dan infeksi oleh karena oral hygiene yang buruk dan
kebusukan gigi.8
Ulcer Pada Perut
Orang dengan oral hygiene yang buruk diketahui
memiliki

lebih

banyak

H.

Pylori

yaitu

bakteri

yang

menyebabkan ulcer, pada plak di gigi atau pada perut. Mulut


menjadi tempat akumulasi dari H. Pylori dan menjadi sumber
penyebaran dan reinfeksi.8
Diabetes
Keterkaitan antara diabetes dan periodontitis dapat
dikatakan paling kuat antara hubungan mulut-tubuh lainnya.
Inflamasi

dimulai

dari

mulut

seperti

membangunkan

kemampuan tubuh untuk mengontrol gula darah. Seperti

diketahui orang dengan dibates memiliki masalah untuk


memprises gula karena kurangnya insulin menjadi energy.
Penyakit

periodontal

memperparah

komplikasi

diabetes

karena lewat inflamasi yang semakin buruk. (Pamela McCalin,


DDS, Presiden dari American Academy of

Periodontology).

Tingginya gula darah adalah kondisi ideal suatu infeksi untuk


berkembang, termasuk infeksi gusi. Mengontrol inflamasi atau
mengontrol diabetes mampu untuk memperbaiki keadaan.7,8
Diabetes Meilitus adalah kelainan metabolis dimana
tubuh

tidak

mampu

memproduksi

atau

tidak

cukup

memproduksi insulin. Dibates mempengaruhi dan dipengaruhi


oleh

keadaan

dan

penyakit

rongga

mulut.

Xerostomia

misalnya, sering menjadi gejala dari dibetes yang tidak


terdeteksi sebelumnya. Burning Mouth Syndrom , kelaianan
fungsi pengecap, infeksi seperti candidiasis, dan gigi busuk
berhubungan

dengan

xerostomia.

Diabetes

juga

rentan

terhadap infeksi dan menyebakan infeksi yang ada semakin


buruk.
Merujuk
Prevention

pada

(CDC)

Center
penyakit

for

Diseases

periodontal

Control
mudah

and
sekali

ditemukan pada orang dengan diabetes. Beberapa penelitian


mengatakan bahwa bakteri pada rongga mulut dan inflamasi
yang berkaitan dengan periodontitis memegang peranpada

tinggi rendahnya tingkat gula darah dalam tubuh. Sebaliknya,


control glikemik yang buruk meningkatkan tingkat penyebar
inflamasi. Penurunan

dari

inflamasi rongga

mulut

akan

memberi efek positif pada kondisi diabetes. Solusinya adalah


sikat gigi dan menggunakan benang gigi setiap hari, rutin
mengunjungi dokter gigi, dan pendalaman edukasi.7,8
Hubungan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kehamilan
Kelahiran bayi yang terlalu dini atau bayi dengan berat
badan

dibawah

rata-rata

seringkali

memiliki

gangguan

kesehatan, termasuk gangguan lambung, kondisi jantung, dan


gangguan proses belajar. Ketika beberapa faktor dapat
mempengaruhi bayi premature atau bayi dengan berat badan
rendah, peneliti mencari kemungkinan peran dari penyakit
gusi.

Infeksi

dan

inflamasi

pada

umumnya

terlihat

mengganggu perkembangan fetus dalam kandungan. Walau


pada kenyataannya laki-laki lebih banyak yang mengalami
periodontitis dibandingkan dengan wanita, perubahan hormon
saat masa kehamilan dapat meningkatkan risiko pada wanita.
Untuk masa kehamilan yang terbaik, McClain menyarankan
pemeriksaan jaringan periodontal bila anda dalam masa
kehamilan atau sebelum anda hamil ketahuilah apakah anda
berisiko atau tidak.8
Hubungan Rongga Mulut dengan Osteoporosis

Osteoporosis dan periodontitis memiliki hal penting


yang berketrkaitan, yaitu kerusakan tulang. Hubungan antar
keduanya masih kontroversial. Dikatakan bahwa Osteoporosis
mempengaruhi tulang yang panjang pada lengan dan kaki,
dimana periodontitis dapat mempengaruhi tulang rahang. Hal
penting lainnya adalah osteoporosis mempengaruhi wanita
pada umumnya, diamana periodontitis lebih sering pada lakilaki.

Meskipun

hubungan

keduanya

tidak

betul-betul

ditemukan, beberapa penelitian menemukan bahwa wanita


dengan osteoporosis memiliki penyakit gusi lebih banyak
disbanding yang tidak osteoporosis. Peneliti melakukan tes
pada teori inflamasi dipicu oleh karena periodontitis dapat
melemahkan tulang pada bagian tubuh lainnya.8
Kesehatan Gigi dan Mulut dan Kondisi lainnya
Dampak dari kesehatan gigi dan mulut adalah hal yang
baru dipelajari. Beberapa hubungan yang sedang diinvestigasi
adalah :
1. Rheumatoid Arthritis, mengobati penyakit periodontal
telah menunjukan penurunan rasa sakit oleh karena
Rheumatoid Athritis
2. Kondisi Paru-Paru, Penyakit periodontal mungkin saja
memperparah

kondisi

pneumonia

dan

gangguan

pulmonary

kronik,

dimungkinkan

oleh

karena

meningkatnya jumlah bakteri di dalam paru.


II.3

Promosi Kesehatan

A. Definisi
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah
merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang
sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,
Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi).

Promosi

kesehatan/pendidikan

kesehatan

merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak


bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya
terdapat

usaha

untuk

memfasilitasi

perubahan perilaku masyarakat.


Segala

bentuk

kombinasi

dalam

rangka

pendidikan

kesehatan

dan

intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan


organisasi,

yangdirancang

perubahanperilaku

dan

untuk

memudahkan

lingkungan

yang

kondusif

bagikesehatan. (Lawrence Green, 1984) 10


Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah
program-program

kesehatan

yang

dirancang

untuk

membawa

perubahan

masyarakat

sendiri,

(perbaikan),

maupun

dalam

baik

di

organisasi

dalam
dan

lingkungannya. Promosi kesehatan adalah segala bentuk


kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang
dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan. Perilaku ditentukan oleh tiga
faktor utama, yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang
meliputi pengetahuan dan sikap seseorang.
2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi
sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung
terjadinya perubahan perilaku.
3. Faktor penguat (reinforcing factors)

merupakan

faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah


perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang,
peraturanperaturan, surat keputusan.
Promosi

kesehatan

adalah

program-program

kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan


(perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun
dalam organisasi dan lingkungannya (Maulana, 2009).
Promosi

kesehatan

gigi

dan

mulut

adalah

usaha

meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut masyarakat

melalui pendekatan sosial, dan lingkungan yang sering


berada diluar kontrol masyarakat (Notoatmodjo, 2005).
B. Tujuan dan Manfaat
WHO merumuskan
proses

untuk

dalam

memelihara

Selain

itu,

promosi

meningkatkan

untuk

dan

kesehatan

kemampuan

meningkatkan

mencapai

derajat

sebagai

masyarakat

kesehatannya.

kesehatan

yang

sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus


mampu

mengenal,

mewujudkan

aspirasinya,

kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi


lingkungannya. 2,10
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah
untuk mencapai 3 hal, yaitu :
1. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
2. Peningkatan perilaku masyarakat
3. Peningkatan status kesehatan masyarakat
Tingkatan tujuan promosi kesehatan :
1. Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan
dicapai

dalam

periode

waktu

tertentu

yang

berhubungan dengan status kesehatan


2. Tujuan Pendidikan
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai
dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada
3. Tujuan Perilaku
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang
harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab

itu,

tujuan

perilaku

berhubungan

dengan

pengetahuan dan sikap.

Visi dan Misi Promosi Kesehatan


Kata kunci visi dan misi promosi kesehatan10,11
1. Willingnes (kemauan)
2. Ability (kemampuan)
3. Memelihara Kesehatan : mau dan mampu mencegah
penyakit, melindungi diri dari kesehatan & mencari
pertolongan pengobatan yang profesional bila sakit
4. Meningkatkan Kesehatan : mau dan mampu
mencegah penyakit, kesehatan perlu ditingkatkan hal
ini bersifat dinamis
Menurut WHO :

2,10

1. Advokasi (advocacy )
Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan
yang menguntungkan kesehatan
2. Dukungan Sosial (social support )
Agar kegiatan promosi kesehatan

mendapat

dukungan daritokoh masyarakat


3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment )
Agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan kesehatannya
Strategi Promosi Kesehatan (Piagam Ottawa, 1986)
1.
2.
3.
4.
5.

Kebijakan berwawasan kesehatan


Lingkungan yang mendukung
Reorientasi pelayanan kesehatan
Keterampilan individu
Gerakan Masyarakat

Sasaran Promosi Kesehatan1,10

1. Sasaran Primer
Sesuai misi

pemberdayaan,

misalnya

kepala

keluarga, ibu hamil/menyusui, anak sekolah


2. Sasaran Sekunder
Sesuai
misi
dukungan
sosial.
Misal:

Tokoh

masyarakat, tokohadat, tokoh agama


3. Sasaran Tersier
Sesuai misi advokasi. Misal : Pembuat kebijakan
mulai daripusat sampai ke daerah
C. Metode Promosi Kesehatan
Metode Promosi Kesehatan

dapat

digolongkan

berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan


Indera penerima dari sasaran promosi.
Berdasarkan Teknik Komunikasi
A. Metode penyuluhan langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan
atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk di sini
antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi,
pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
B. Metode tidak langsung
Dalam hal ini para

penyuluh

tidak

langsung

berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi


ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media)
atau

menciptakan

aturan-aturan

kesehatan.

Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,


melalui pertunjukan film dan sebagainya.
Berdasarkan jumlah sasaran yang ingin dicapai
A. Pendekatan Perorangan

Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara


langsung maupun tidak langsung dengan sasaran
secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah,
hubungan telepon, dan lain-lain
B. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan
dengan

sekolompok

sasaran.

Beberapa

metode

penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain :


Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan,
dan lain-lain
C. Pendekatan masal
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya
secara

sekaligus

kepada

sasaran

yang

jumlahnya

banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan


ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian,
Penyebaran

tulisan/poster/media

cetak

lainnya,

Pemutaran film, dan lain-lain

Berdasarkan Indera Penerima


A. Metode melihat
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera
penglihatan,

seperti

poster,

pemasangan

Gambar/Photo, pemasangan koran dinding, pemutaran


film
B. Metode pendengaran

Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui


indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat
radio, Pidato, Ceramah, dan lain-lain
C. Metode kombinasi
Kombinasi dari kedua hal diatas contohnya seperti
demonstrasi cara (meliat, mendengar, mencoba)
D. Media Promosi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
program promosi kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah
alat bantu dan media media promosi kesehatan. Media promosi
kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator,
baik itu melalui media cetak, elektronik (TV, radio, komputer, dll)
dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya

yang

akhirnya

diharapkan

dapat

berubah

perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya (DepKes RI).14


Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan
oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau
pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena
berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam
proses pendidikan pengajaran. Media pendidikan kesehatan pada
hakekatnya

adalah

alat

bantu

pendidikan.

Disebut

media

pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran


untuk

menyampaikan

kesehatan

karena

alat-alat

tersebut

digunakan

untuk

mempermudah

penerimaan

pesan-pesan

kesehatan bagi masyarakat.


Media dan alat peraga memegang peranan penting dalam
kegiatan promosi kesehatan dan juga kesehatan gigi dan mulut.
Alat peraga dan media yang tepat akan membantu dalam
melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat
disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima
pesan orang tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula.
Dengan alat peraga, orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan
yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa
bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
Tujuan media promosi kesehatan diantaranya (Notoatmodjo,
2005):12,14
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Mempermudah penyampaian informasi.


Menghindari kesalahan persepsi.
Memperjelas informasi
Media dapat mempermudah pengertian.
Mengurangi komunikasi yang verbalistik
Mampu menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap

dengan mata.
G. Memperlancar komunikasi.
Jenis Media Promosi Kesehatan
Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)
1. Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet,
majalah, buletin, dan sebagainya.

2. Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, plipchart,


tranparan, slide, film, dan seterusnya.
Berdasarkan

cara

produksinya,

media

promosi

kesehatan

dikelompokkan menjadi:
A. Media cetak
Suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan
visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Fungsi
utama media cetak ini adalah memberi informasi dan
menghibur.

Adapun

macam-macamnya

adalah

poster,

leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker,


dan pamphlet.
Kelebihan media cetak diantaranya:
- Tahan lama.
- Mencakup banyak orang.
- Biaya tidak tinggi.
- Tidak perlu listrik.
- Dapat dibawa ke mana-mana.
- Dapat mengungkit rasa keindahan.
- Meningkatkan gairah belajar.
Kelemahan media cetak yaitu:
- Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek
gerak
- Mudah terlipat (Notoatmodjo, 2005)
2. Media elektronika
Suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu

elektronika. Adapun macam-macam media tersebut adalah TV,


radio, film, video film, kaset, CD, VCD.
Kelebihan media elektronika diantaranya:
-

Sudah dikenal masyarakat.


Mengikutsertakan semua panca indra.
Lebih mudah dipahami.
Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
Penyajian dapat dikendalikan.
Jangkauan relatif lebih besar.
Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang

Kelemahan media elektronika diantaranya:


-

Biaya lebih tinggi


Sedikit rumit.
Perlu listrik.
Perlu alat canggih untuk produksinya
Perlu persiapan matang
Peralatan selalu berkembang dan berubah.
Perlu keterampilan penyimpanan
Perlu terampil dalam pengoperasian (Notoatmodjo, 2005).

3. Media luar ruang


Merupakan amedia yang menyampaikan pesannya di luar
ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara
statis, misalnya: Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar
yang dapat dilihat secara umum di perjalanan, spanduk yaitu
suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang
dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan
dan dipasang di suatu tempat yang strategi agar dapat dilihat

oleh semua orang, pameran, banner dan TV layar lebar (DepKes


RI,2006).
Kelebihan media luar ruang diantaranya:
-

Sebagai informasi umum dan hiburan


Mengikutsertakan semua panca indra
Lebih mudah dipahami
Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
Bertatap muka
Penyajian dapat dikendalikan.
Jangkauan relatif lebih besar
Dapat menjadi tempat bertanya lebih detail.

Kelemahan media luar ruang diantaranya:


E.

Biaya lebih tinggi


Sedikit rumit
Ada yang memerlukan listrik
Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya
Perlu persiapan matang
Peralatan selalu berkembang dan berubah
Perlu keterampilan penyimpanan
Perlu keterampil dalam pengoperasian (DEPKES RI, 2006)
Evaluasi Perilaku
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau

besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan


sebelumnya. Evaluasi menyediakan informasi terhadap hasil atau
output dan dampak

kegiatan untuk

membuat

perubahan-

perubahan yang diperlukan dengan demikian misi dari evaluasi

itu adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang


atas suatu program.
Evaluasi suatu program harus menilai apakah program
yang dilaksanakan sesuai dengan rancangan dan karakteristik
dari sasaran yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan yang
dicapai. Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur dan
sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang
direncanakan

sebelumnya,

dimana

hasil

evaluasi

tersebut

dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang


akan dilakukan di depan. Hal ini dapat dilihat dari perubahan
pengetahuan, sikap, dan perilaku yang menetap dari sasaran
potensial,

provider,

dan

kelompok-kelompok

berpengaruh

lainnya.
Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan:
1. Menetukan standar evaluasi
Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang
diharapkan diadakannya suatu kegiatan tersebut. Kedua
standar ini selalu dirumuskan ketika kegiatan ataupun
tindakan keperawatan belum diberikan.
2. Pengkajian kegiatan
Dalam tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian
lagi yang lebih dipusatkan pada pengkajian objektif dan
subjektif atau objek kegiatan setelah dilakukan tindakan
promosi kesehatan.

Ada dua pendekatan pokok dalam evaluasi program yaitu:

14

1. Evaluasi Formatif
Evaluasi

formatif

ini

membantu

pengembangan

program pada saat program tersebut masih dalam tahap


pengembangan,

untuk

dipergunakan

sebagai

dasar

mengembangkan program. Evaluasi formatif mencakup


penjajakan

target

pengetahuan,

sasaran

dan

keterampilan,

penjajakan

sikap,

mengenai

kepercayaan

dan

perilaku. Evaluasi formatif dinilai dari keberhasilan suatu


proses guna memperoleh umpan balik dari suatu promosi
kesehatan.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi

sumatif

digunakan

untuk

menilai

berjalannya suatu program promosi kesehatan. Menilai


keberhasilan melalui apa yang terjadi pada masyarakat
setelah promosi kesehatan.
Fungsi Evaluasi
Evaluasi dalam proses pengembangan atau penilaian suatu
program berfungsi untuk :
1. Perbaikan program

Evaluasi lebih bersifat konstruktif, karena hasil


penilaian dijadikan input bagi perbaikan-perbaikan yang
diperlukan. Evaluasi dipandang sebagai faktor yang
memungkinkan tercapainya hasil pengembangan yang
optimal dari program yang bersangkutan.
2. Pertanggungjawaban

kepada

pemerintah

dan

masyarakat
Dalam petanggungjawaban kepada pemerintah
dan masyarakat tentang hasil yang dicapai, pihak
pengembang

atau

pelaksana

program

perlu

mengemukakan kekuatan dan kelemahan dari program


yang sedang dikembangkan serta usaha lebih lanjut
yang

diperlukan

untuk

mengatasi

kelemahan-

kelemahan tersebut.

3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan


Tindak lanjut hasil pengembangan program ini untuk
menentukan apakah program perlu perbaikan atau tidak.
Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak
atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Program
kesehatan masyarakat harus melakukan evaluasi sehingga

umpan balik dapat digunakan untuk lebih meningkatkan


hasil.

II.4

Pendekatan

Faktor

Risiko

pada

Upaya

Promosi

Kesehatan Gigi dan Mulut


Promosi kesehatan gigi dan mulut konvensional seringkali
hanya mengulang-ulang,

dan tidak selaras dengan program

kesehatan umum yang diberikan atau diinstrusikan oleh para

tenaga professional. Keragu-raguan masyarakat meningkat dan


terkesan

bosan

pada

pesan-pesan

kesehatan

yang

ada.

Pertanyaan tentang efektifitas promosi kesehatan gigi dan mulut


secara konvensional pun bermunculan.
Strategi promosi didasarkan pada konsep prilaku yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut.

Hal lainnya

pendekatan kesehatan gigi dan mulut yang digunakan, teori


tentang kesehatan dan penyakit, dan faktor sosio-politik yang
menentukan

kesehatan.

Promosi

kesehatan

konvensional

tidaklah mementingkan peningkatan efektifitas peraturan sosial


bagi kesehatan sebagai fokus dari kesehatan individu yang
berhubungan dengan prilaku. Perhatian yang hanya terpaku pada
gaya hidup individu yang seringkali menghalangi pentingnya
faktor kesehatan lain yang lebih luas.
Kunci

dari

pendekatan

faktor

risiko

adalah

promosi

kesehatan dengan mengontrol faktor risiko dalam jumlah kecil


yang mungkin memiliki dampak besar pada ruang lingkup yang
luas dengan biaya yang rendah, jauh lebih efisien dan efektif dari
pendekatan spesifik penyakit tertentu. Salah satu prinsip dari
promosi

kesehatan

dibanding pada

adalah

untuk

berfokus

pada

faktor risiko penyakit tertentu.

populasi
Kesehatan

masyarakat yang baru tidak lagi berorientasi pada satu penyakit.

banyak

program

pendekatan
horizontal,

kesehatan

vertikal
dengan

ke

telah

program

demikian

berpaling

dari

pendekatan

program

program

yang

tersebut

lebih

mampu

melebarkan efeknya untuk mengatasi penyakit kronik tidak


menular.

Pada

tercapainya

dasarnya

pemerataan

terdapat

dua

berdasarkan

pendekatan

peraturan

untuk

kesehatan.

Berfokus pada penyakit tertentu atau pada faktor risiko tertentu


dan peraturan publik yang ada mengarah pada peningkatan
kondisi kesehatan umum dan dari risiko penyakit-penyakit
tertentu.
Pendekatan faktor risiko atau kesehatan tertentu berbeda
antara mengurangi faktor risiko dan promosi faktor kesehatan.
Strateginya termasuk upaya untuk meningkatkan kesehatan
dengan mengurangi risiko, mempromosikan kesehatan dan
memperkuat
dengan

kemungkinan

untuk

mengatasi

permasalahan

faktor risiko yang ada, menciptakan lingkungan yang

mendukung, mengurangi efek negatif dari faktor risiko tertentu


dan

memfasilitasi

perubahan

prilaku.

Manfaat

besar

dari

pendekatan faktor risiko ini adalah focus dalam meningkatkan


kondisi kesehatan umum bagi seluruh populasi dan kelompok
dengan

risiko

tinggi.

kesenjagan sosial.

Dengan demikian

dapat

mengurangi

Konsep

dari

pendekatan

faktor

risiko

harus

menjelaskan

kesehatan masyarakat pada lingkungan kerja dan edukasi.


Beberapa penyakit kronik seperti penyakit jantung, kanker,
stroke, dan penyakit gigi dan mulut memiliki faktor risiko yang
sama dan banyak faktor risiko yang berhubungan lebih dari satu
penyakit

kronik.

kardiovaskular

Seperti

halnya

mempengaruhi

faktor

beberapa

risiko

penyakit

penyakit

lainnya

mengindikasikan mereka memiliki efek yang lebih luas pada


kesehatan. Tindakan preventif berdasarkan pendekatan faktor
risiko akan menghasilkan dampak yang baik tidak hanya pada
satu penyakit tetapi secara simultan pada beberapa kondisi.
Tiga pendekatan yang digunakan berdasarkan dari epidemiologi
dari penyakit kronik terkini. Umumnya penyakit kronik memiliki
beberapa penyebab. Tindakan terkait dapat dilakukan untuk
menanggulangi beberapa faktor risiko terkait pada satu atau
beberapa penyakit. Kedua, pendekatan satu faktor risiko mampu
berdapamak pada beberapa penyakit. Pendekatan ketiga saling
melengkapi

dengan

pendekatan

pertama.

Berikut

adalah

beberapa kelompok faktor risiko dalam sekelompok orang,


mengubah satu faktor risiko dapat mempengaruhi lainnya.
Sebagai contoh kebiasaan merokok, meminum alcohol, dan pola
makan buruk seringkali ditemukan pada orang yang sama.
Mengubah
lainnya.

kebiasaan

merokok

dapat

mengubah

kebiasaan

Dasar Epidemiologi bagi pendekatan faktor risiko


Faktor risiko utama bagi penyakit adalah merokok, asupan
lemak jebuh dan gula yang tinggi serta konsumsi rendah serat,
buat, dan sayut, stress, konsumsi alkohol, kebersihan lingkungan,
luka, dan gaya hidup yang tak berubah.

Gambar 2,4 Pendekatan faktor risiko terkini

Diet (Pola makan)


Yang dikatakan sebagai diet yang buruk adalah konsumsi
lemak jenuh yang tinggi, gula yang tinggi , rendah serat, rendah
vitamin A, C, dan E hal ini berhubungan dengan penyakit jantung
coroner, stroke, kanker, obesitas, dan karies gigi.

Merokok
Merokok berhubungan dengan banyak sekali penyakit
seperti penyakit paru, mulut, tenggorokan, pancreas, ginjal dan
saluran kemih, jantung coroner dan stroke, pernapasan, diaeres,
dan ulser. Merokok adalah penyebab 30% kaknker dan kematian,
90% penyebab kanker paru. Perokok lebih sering terkena
penyakit periodontal dan penyakit rongga mulut.
Stress
Stress menyebabkan penyakitIt kardio vascular, diabetes
meilitus, dan beberapa penyakit kronik lain yang berhubungan
dengan faktor sosio-psikologis. Ada bukti yang menunjukkan
hubunga penyakit periodontal dengan kelainan TMJ.
prilaku

berhubungan

dengan

penyakit

periodontal

Beberapa
dengan

mempengaruhi proses psikologis dan prilaku berisiko seperti


meroka dan OH yang meningkatkan kemungkinan penyakit
periodontal

kemudian

penyakit

periodontal

menyebabkan

penyakit kardiovaskular.
Alkohol
Konsumsi alkohol meningkatkan kondisi kesehatan yang
bervariasi seperti meingkatnya tekanan darah, sirosis hato,
penyakit

kardiovaskular,

dan

kanker

mulut,

faring

dan

esophagus. Dalam jangka waktu panjang akan menyebabkan

gangguan

mental,

gangguan

neurologis

dan

kanker

liver.

Masalah sosial seperti kekerasan dalam rumah, tindakan criminal


berhubungan erat dengan konsumsi alkohol.
Kebersihan
Kotor akan menyababkan inflamasi pada kulit dan mukosa.
Plak sebab utama sakit pada inflamasi gingiva dan jaringan
periodontal. Bakteri pada plak di gigi sama halnya dengan
bakteri di kulit, apabila tidak dibersihkan akan menyebabkan
kondisi serius.

Cidera
Cidera
kemarian.

atau

kecelakaan

adalah

sebab

dari

banyak

Prevalensi trauma gigi pada anak dan remaja

jumlahnya cukup besar


Aktifitas Fisik (Olahraga)
Kurangnya aktifitas fisik adalah faktor risiko dari penyakit
kronik seperti penyakit jantung. Hal ini juga berhbungan dengan
obesitas, yang akan meningkatkan kemungkinan diabetes yang
mempengaruhi insulin, gula darah, dan tekanan darah. Sindrom
ini dikenali sebagai multiple metabolic syndrome.
Pengelompokan dari faktor risiko

Clustering of risk factors


Mengelompokan faktor risiko

didasarkan dari beberapa

tanda dari individu. Keseluruhan faktor risiko pada populasi


termasuk kebiasaan dan karakteristik demografi. Faktor risiko
utama dari penyakit kronik biasanya dilihat dan dikelompokkan
pada individu yang sama. Kebiasaan meminum alkohol dan
merokok biasanya dikelompokkan bersa. Orang yang merokok
biasanya konsumi banyak lemak dan gula, serta renda serat dan
vitamin, jarang olahraga. Hal ini dipastikan lebih berisiko untuk
kanker. Perokok pasif lebih sering berolahraga, lari dan berenang.
Mengelompokan faktor risiko pada individu dan grup,
terutama pada tingkat sosial yang rendah dikatakan sebagai
pendekatan prefentif dan lebih baik diarahkan pada kelompok
dari faktor risiko terkini bagi beberapa penyakit dan struktur
sosial yang mempengaruhi keseharan seseorang.
Contoh Pendekatan Faktor Risiko
Table 2.1.

Kerangka strategi promosi kesehatan

1. Fokus pada penentu utama dari kesehatan menghindari pendekatan


dengan menyalahkan penderita
2. Ikut serta dari komunitas dibandingkan dominasi tenaga professional
3. Menekankan pada ketidakrataan kesehatan untuk mencapai
peningkatan gigi dan mulut yang berkelanjutan
4. Bekerja sama lintas sektor
5. Mengadopsi peraturan kesehatan disbanding berfokus pada individu

Kebijakan Makanan

Besarnya pendetita karies pra-sekolah masih menjadi


masalah di seluruh dunia. Perawatan dan tindakan preventif
konvensional

memiliki

hasil

yang

terbatas.

Pendekatan

alternative pun harus dilakukan untuk peningkatan program


nutrisi untuk meningkatkan status kesehatan anak. Bila berhasil,
tidak hanya mengurangi konsumsi tidak sehat tetapi juga
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut serta kualitas asupan
dari

anak.

Edukasi

kesehatan

hanyalah

satu

bagian

dari

keseluruhan program dan dapat dilakukan dikalangan terdekat


dan tenaga professional.
Promosi Kesehatan Sekolah
Keadaan darurat dari kesehatan gigi dan mulut pada
beberapa negara adalah adanya trauma gigi dan rahang dimana
kondisi

tersebut

termasuk

mahal

biaya

penanganannya.

Penyebab dari trauma gigi pada anak biasanya berhubungan


dengan

perkelahian,

olok-olokan,

dan

ketika

olahraga.

Pendekatan individu dilakukan untuk mencegah trauma gigi


depan dilakukan dengan cara penggunaan pelindung gusi. Hal ini
menimbulkan

efek

ringan.

Program

WHO

menawarkan

pendekatan alternatif yang berfokus pada pengaruh sosial dan


fisik pada lingkungan terhadap kesehatan.

Semua hal ini

bergantung dari kolaborasi dan kerja sama dari staf, murid,

orang tua, pengawas pendidikan, pemerintah, dan tenaga


kesehatan professional.

Kesimpulan
Gaya hidup adalah suatu konsep yang luas

tidak hanya

mencakup kebiasan dan sikap, tetapi juga keseluruhan cara


seseorang hidup. Kebiasaan seseoran secara umum terlebih lagi
yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama disebut

sebagai gaya hidup. Kebiasaan yang sehat, yang menunjukkan


aksi yang berdampak langsung atau tidak langsung kepada
kesehatan seseorang adalah bagian dari gaya hidup. Konsumsi
rokok, alcohol, kurangnya olahraga, dan pola makan yang buruk
adalah komponen dari gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup
yang tidak sehat ini dikatak sebagai faktor risiko bagi kesehatan
umum dan kesehatan gigi dan mulut. Telah terbukti bahwa hal ini
meningkatkan risiko bagi penyakit kardiovaskular, hambatan
pulmonary kronik, dan kanker. Bagi para peneliti hal-hal ini dapat
menjadi alas an untuk membentuk konsep

model pendekatan

faktor risiko untuk promosi kesehatan gigi dan mulut. Dalam


konsep ini pola makan, konsumsi rokok, dan alcohol dikatakan
sebagai hal yang harus

dihindari dan faktor risiko yang

berhubungan dengan gaya hidup. Disamping itu pada konsep ini


gaya hidup menjadi penghubung dengan faktor risiko sosiokultural dan hasil dari kesehatan ggi dan mulut.
Peningkatan

pada

kesehatan

gigi

dan

mulut

dan

menurunnya ketidak rataan kesehatan gigi dan mulut akan


dicapai lewat promosi kesehatan berdasarkan faktor risiko
terkini. Penelitian pada masa depan harus mengevaluasi efek
jangka panjang pada pendekatan ini pada kesehatan gigi dan
mulut. Agar efektif tenaga kesehatan professional perlu untuk
mengembangkan relasi dan kemampuan komunikasi untuk
memungkinkan mereka bekerja sama dengan lainnya.

15

Anda mungkin juga menyukai