Anda di halaman 1dari 33

Secara umum, persyaratan mengikuti pemilihan Duta Bahasa 2013 ini masih sama ketika saya mengikuti

perhelatan ini pada September 2011 silam. Syarat-syarat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
1. Pemuda-pemudi usia 18-25 tahun
2. Memiliki KTP wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3. Belum menikah
4. Berkepribadian dan berpenampilan menarik
5. Mahir berbahasa Indonesia, bahasa daerah Bangka, dan minimal satu bahasa asing.
6. Mengirimkan karangan argumentasi dengan topik Bahasa Nasional di Bumi
Indonesia minimal 2000 karakter, font 12, spasi 2, rangkap 3.
7. Melampirkan fotokopi KTP dan satu buah pasfoto warna 4 x 6.
8. Mengirimkan tulisan dan biodata melalui pos, email, atau datang langsung ke Kantor
Bahasa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung paling lambat 2 September 2013.
9. Tahap penyeleksian akan dilaksanakan pada 3- 13 September 2013. Peserta yang
karangannya terseleksi akan dihubungi via telepon. Akan dipilih sepuluh pasang
nominasi peserta laki-laki dan perempuan.
10.Babak final akan diselenggarakan pada 14 September 2013. Para peserta akan
mengikuti tes UKBI, presentasi karangan di depan juri, dan seleksi wawancara.

Pembeda utama penyelenggaraan Duta Bahasa 2013 dengan 2011 adalah adanya materi baru yakni tes
UKBI dan tes wawancara. Tes UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia) adalah uji kemahiran
(proficiency test) untuk mengukur kemahiran berbahasa seseorang dalam berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia , baik penutur Indonesia maupun penutur asing. Berdasarkan wikipedia,
UKBI meliputi lima seksi, yaitu Seksi I (Mendengarkan), Seksi II (Merespons Kaidah), Seksi III
(Membaca), Seksi IV (Menulis), dan Seksi V (Berbicara). Nah, kalau mau melihat seperti apa contoh tes
UKBI itu, bisa dilihat melalui mesin pencari atau saya bisa berikan contoh seperti yang ada pada laman
berikut ini.
Ketika mengikuti pemilihan Duta Bahasa 2011, saya mengirimkan karangan sebanyak empat halaman yang
secara keseluruhan menampung ide dan gagasan mengenai pengertian, fungsi, tujuan penggunaan bahasa
ibu, bahasa gaul/slang, bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing. Esai saya yang berjudul
Nasionalisme dalam Sepotong Bahasa lebih banyak merekam gejala penggunaan bahasa lokal dan asing
yang telah mengintervensi kesadaran berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Ketika mengirimkan naskah
esai, saya masih berada di Jogja. Setelah ada konfirmasi lolos untuk mengikuti final, akhinya saya
memutuskan terbang ke Pangkalpinang. Tepat 4 September 2011, final pemilihan Duta Bahasa Bangka
Belitung diselenggarakan di Hotel Bumi Asih, Pangkalpinang.
Dimulai dari proses registrasi para peserta, seleksi diteruskan dengan mendengarkan presentasi dari tujuh
pasang peserta mengenai esai yang telah dibuat. Saya mendapat nomor urut akhir kalau tidak salah ingat.
Peserta lain mempresentasikan karangannya dengan sangat baik. Setelah semua peserta selesai
berpresentasi, juri yang terdiri dari Drs. Umar Solikhan, M.Hum. (pimpinan Kantor Bahasa Provinsi
Bangka Belitung) , Ichsan Mokoginta Dasin (redaktur Bangka Pos), dan Budi Rahmad (redaktur Babel Pos)

memusyawarahkan mengenai siapa duta bahasa terpilih yang akan mewakili Provinsi Bangka Belitung
dalam ajang pemilihan Duta Bahasa tingkat nasional yang diselenggarakan di Jakarta.

1. KESADARAN BERBAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI, Oleh: Rofi


Inayaturrohmah
Negara Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan terdiri dari banyak pulau.
Oleh karena itu dibutuhkan alat komunikasi yang dapat digunakan dan dimengerti
oleh seluruh warga di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yaitu
bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan Negara
Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 bertepatan dengan Kongres Sumpah
Pemuda. Pada ikrar ke-3 Sumpah Pemuda tersebut berbunyi kami putra putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Kutipan ikrar ke-3
Sumpah Pemuda tersebut menunjukan bahwa bahasa Indonesia memiliki kedudukan
sebagai bahasa nasional yang melambangkan identitas nasional dan alat
penghubung antar daerah dan budaya di Indonesia.
Selain itu, dalam UUD 1945 pasal 36 tertulis bahasa Negara adalah
bahasa
Indonesia . Hal tersebut secara langsung menyatakan bahwa bahasa Indonesia juga
berkedudukan sebagai bahasa Negara. Sebuah bahasa yang digunakan sebagai
bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, dan alat
penghubung pada tingkat nasional dalam kepentingan pembangunan Negara.
Semua hal dan ketentuan tersebut membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah
bahasa utama serta bahasa yang terpenting yang digunakan oleh warga di wilayah
NKRI. Dengan mengetahui pentingnya penggunaan bahasa Indonesia, seharusnya
kesadaran dalam menggunakannya juga semakin meningkat, tetapi fakta
mengatakan tidak. Penggunaan bahasa Indonesia semakin surut kualitas
penggunaannya di kalangan masyarakat Indonesia. Sebaliknya berkembang pesat
dikalangan bukan wilayah NKRI. Berbagai universitas mulai menekankan pengajaran
bahasa Indonesia. Berbagai kursus juga memberikan pelatihan bahasa Indonesia,
seperti: Indonesia Australia Language Foundation dan Lembaga Indonesia Amerika.
Bagaimana dengan kita, pernahkah kita mengambil kursus bahasa Indonesia? Pasti
kalian akan menjawab Tidak Pernah. Mengapa? Karena mereka menganggap sudah
menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia mudah. Melainkan kebanyakan
dari mereka mengambil kursus bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Walaupun
bahasa Inggris berkedudukan sebagai bahasa internasional yang memang harus kita
pelajari, tapi kita pun mesti mempertanyakan pada diri kita, apakah sudah
menggunakan bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya berbahasa. Hal terkecil
misalnya bagaimana kita menulis pesan singkat.
Apalagi di zaman globalisasi saat ini yang ditandai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), menuntut bahasa Indonesia menerima kosakata
baru melalui proses penyerapan bahasa asing (bahasa Inggris). Ketentuan tersebut

dinyatakan didalam Kebijakan Bahasa Nasional yang merupakan hasil dari Seminar
Politik Bahasa tahun 1999 tentang Bahasa Asing (Bahasa Inggris) yang berbunyi
Bahasa Asing dapat diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Akibatnya, banyak kosakata baru bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa Asing.
Keadaan ini diperburuk dengan proses penyerapan yang tidak sempurna yang
dilakukan oleh orang awam yang menyebabkan kosakata asing tersebut digunakan
secara utuh karena tidak melalui proses penyerapan yang benar.
Tidak hanya itu, penggunaan bahasa daerah yang sangat melekat di daerah wilayah
NKRI juga menyebababkan timbulnya kesulitan saat menggunakan bahasa Indonesia
terutama dalam pengucapan. Contohnya saja, penggunaan bahasa daerah di wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangatlah melekat, sehingga anak sekolahan pun
sulit berbahasa Indonesia yang baik dan benar secara lancar. Bagaimana tidak, saat
mencoba menggunakan bahasa Indonesia di lingkungan sekitar , mereka yang
mendengarkan pasti akan mengatakan begaya ge nya ya yang artinya dia itu
sombong sekali. Mereka beranggapan masyarakat biasa yang berbahasa Indonesia
adalah sebuah kesombongan. Hal itu seharusnya diwaspadai, karena bisa
menyebabkan masyarakat tidak memiliki kepercayaan diri dalam menggunakan
bahasa Indonesia walaupun di wilayah NKRI itu sendiri. Sehingga mereka lebih sering
mengguakan bahasa daerah di lingkungan formal maupun informal.
Bahasa daerah memang harus dilestarikan, tapi bukanlah sebuah kesalahan jika kita
mengimbanginya dengan bahasa Indonesia. Melainkan sebuah kewajiban, seorang
warga Indonesia harus melestarikan bahasa daerah dan membudayakan berbahasa
Indonesia. Kita hanya perlu mengetahui tempat penggunaan yang tepat dari kedua
bahasa tersebut. Bahasa daerah dapat digunakan saat berkomunikasi dengan
keluarga dan masyarakat sedaerah, sedangkan bahasa Indonesia dapat digunakan
untuk berkomunikasi dengan orang didaerah lain di wilayah NKRI dan dalam situasi
formal.
Selain penggunaan bahasa daerah, penggunaan bahasa slank atau bahasa gaul juga
ikut andil dalam masalah ini. Bagaimana tidak, bahasa slank sangat mendarah
daging untuk berkomunikasi sehari-hari oleh kalangan luas pemuda pemudi
Indonesia, seperti penggunaan bahasa slank di dalam komunitas-komunitas dimana
mereka bergabung. Contohnya, mereka lebih suka menggunakan kata lo-gue
daripada anda-saya. Banyak pemuda yang beranggapan bahwa penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar terkesan kaku dan sulit diterapkan dalam
komunikasi sehari-hari. Sebaliknya, mereka menganggap bahasa gaul lebih nyaman
digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Beranggapan, tidak menggunakan bahasa
gaul itu kuno atau ketinggalan zaman. Tanpa disadari, mereka menyebabkan
bahasa Indonesia lambat laun akan tertinggal dan bahkan menghilang.
Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menangani kemerosotan penggunaan
bahasa Indonesia haruslah diwujudkan bukan hanya deretan rencana belaka agar
bahasa Indonesia mampu bertahan dan tidak menghilang. Salah satu cara utamanya
dapat dimulai dari individu masing masing dalam berkomunikasi dengan keluarga
dan masyarakat sekitar. Agar permulaan kecil bisa menjadi sebuah kebiasaan yang
berkembang.

Selain itu, bahasa Indonesia yang digunakan oleh media massa juga sangat
mempengaruhi kebiasaan berbahasa para generasi bangsa. Karena di era globalisasi
ini, minat mereka sangat besar dalam mengakses berbagai informasi melalui
berbagai bentuk dari media massa, seperti televisi, majalah, internet, dll. Jadi
penggunaan
bahasa Indonesia di berbagai bentuk media massa memang
seharusnya diwujudkan. Seperti ketentuan yang tercantum di dalam rumusan
Seminar Politik Bahasa tahun 1999, yang menyatakan bahawa bahasa Indonesia
berfungsi sebagai bahasa media massa, pendukung sastra Indonesia serta
pemerkaya bahasa dan sastra daerah. Dengan cara memberi pembelajaran dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada seluruh orang yang
berkaitan dengan penerbitan media massa tersebut. Sehingga bahasa Indonesia
yang digunakan dalam terbitan media massa baik dan benar.
Selain itu, lingkungan pendidikan juga berperan penting dalam upaya pengguanaan
bahasa Indonesia. Pada jenjang itulah usaha untuk menanamkan dan
menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan diri generasi bangsa terhadap
bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa dilakukan. Menciptakan kompetisikompetisi bahasa Indonesia untuk menarik minat berbahasa Indonesia para generasi
bangsa yang menganggap sulit bahasa Indonesia dan adanya kemauan murid
mengasah bahasa Indonesia secara terus menerus.
Tidak hanya itu, upaya membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia juga dapat
dilakukan melalui pemimpin dan pemuka masyarakat. Seringkali masyarakat
mencontoh apa yang dikatakan dan diperbuat oleh pemimpin dan pemuka
masyarakat. Jika mereka bertutur kata yang baik dan sopan, masyarakat akan
meneladani sikap tersebut. Seorang pemimpin serta pemuka masyarakat diharapkan
mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Agar menjadi teladan yang baik.
Dalam pengupayaan memasyarakatkan bahasa Indonesia, salah satu tindakan yang
baik dan nyata yang telah dilakukan oleh pemerintah dengan diadakannya
peperlombaan duta bahasa. Dalam hal ini, pemerintah berusaha menarik perhatian
generasi bangsa yang kebanyakan dari mereka sudah terjun menggunakan bahasa
slank atau bahasa gaul terdorong untuk mengenal identitas bangsanya. Dengan
demikian, generasi bangsa berlomba lomba untuk mempelajari bahasa Indonesia
lebih dalam dan berusaha untuk menjadikan penggunaannya sebagai bahasa
kebiasaan. Peran seorang duta bahasa yang terpilihpun sangatlah penting dalam
meningkatkan kesadaran berbahasa Indonesia di lingkungan masyarakat, terutama di
daerahnya. Menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan
Bahasa), Prof. Dr. Mahsun, M.S. Peran Duta Bahasa itu harus dimaksimalkan sampai
bisa menjadi pendorong bagi daerahnya untuk meraih penghargaan Adibahasa
(penghargaan untuk provinsi yang terbaik dan tertib dalam menggunakan bahasa).
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
(Badan Bahasa)
Di kepulauan Bangka Belitung duta-duta terpilih akan dijadikan mitra kerja Kantor
Bahasa Provinsi Bangka Belitung dalam memasyarakatkan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dan mewakili Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dalam Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional Tahun 2015 di Jakarta. Dalam hal ini
menunjukan bahwa Duta Bahasa itu bukan sekadar gelar, tetapi kerja. Oleh karena

itu, para finalis Duta Bahasa bukan hanya untuk memperebutkan gelar, tetapi juga
harus menunjukkan hasil kerjanya yang nyata didaerahnya. duta bahasa juga harus
bisa berdiplomasi. Mereka harus bisa meyakinkan pemerintah daerahnya untuk
meningkatkan peran bahasa Indonesia dalam rangka memperkokoh persatuan dan
pertahanan Indonesia.
Seorang duta bahasa, tentunya akan dianggap bahwa dirinya berpengetahuan luas
dan baik dalam penggunaan bahasa Indonesia. Duta bahasa yang selalu berbahasa
Indonesia dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan lawan bicara dan situasi
saat berbicara di kehidupan sehari-harinya, perlahan lahan membangkitkan
kesadaran berbahasa Indonesia di masyarakat sekitar. Dan masyarakat akan
meneladani sikap dan caranya bertutur kata.
Dan akan bersama- sama
mempertahankan penggunaan bahasa Indonesia, dengan cara menggunakannya
dalam kodisi yang tepat dan dipelajari sungguh-sungguh. Memperbaiki kekeliruan
kekeliruan yang selama ini dilakukan dalam berbahasa Indonesia, serta
menggunakannya dengan kepercayaan diri yang besar. Tak perlu malu dengan apa
yang seharusnya harus kita banggakan.
BANGGA TERHADAP BAHASA INDONESIA
Bahasa yang berdiri ditengah sebagai penyambung lidah seluruh warga
dalam wilayah NKRI dari berbagai daerah

2. Bahasa Remaja Zaman Sekarang Tidak Ada Yang Bisa DiPahami !

Galau, Modus, WTF , UrWell, Lawar, Woles Or Poles,


Itu Semua Sejenis Makanan Apa ?
Kok Selalu DiBicara'kan Dan Di Ucap'kan ?
Buka Kamus Bahasa Indonesia, Dan Kamus Menu Makanan
Juga G'k Ketemu ? Bingung Ath Ey ! Hough ! Mungkin ?

...:: Yang Merasa Dari Yang Terasa Aja ::...

Galau Itu Sejenis Setan


Yang Hanya Pake Kolor, "Gundurowo",
Arti Sebenar'Nyha Gelisah, Resah, Risau, Bingung, Kacau,
Lagi Banyak Pikiran, Lagi Banyak Masalah,
Itu Kata Mereka -Dari Anak Alay, Whuahekekekeke !
Sebenar'Nyha Sebelum Mereka Tahu Arti Galau,

Saya Udah Tahu Duluan Sejak Tahun 2007,


Cuma G'k Saya Pake Aja Kata Kata Ini,
Alasan'Nyha Kurang Enak Di Ucap'kan,
Lebih Baik Menggunakan Bahasa Indonesia Aja Yha,
Biar'pun Masih Kurang Begitu Baik,
Setidak'Nyha Atau Sedikit Banyak'Nyha Kita Melestari'kan Bahasa
Negara Kita Sendiri Yaitu Bahasa Indonesia

Modus Adalah Siluman, Yang Berubah Menjadi Roh,


Dan Berubah Menjadi Manusia, Seperti Film Kartun
Yang Berjudul Dragon Ball, Bisa Berubah, Whuahekekeke !!!

Arti Sebenar'Nyha Adalah Modal Dusta,


Itu Kata Mereka -Dari Anak Alay 2013Saya Juga Bingung Sama Mereka,
Dusta Pake DiMainin Pake Modal, Loe Kira Mainan Monopoli Apa ?

WTF Adalah Makhluk Halus Sejenis Zombie,


Seperti Film Resident Evil, Whuahekekeke !

Arti Sebenar'Nyha - What The Fuck Sepengetahuan Saya, Kata Fuck Adalah Kata Yang DiLarang Atau Kata
Yang Tidak Sopan Untuk DiUcap'kan
Kata Fuck Adalah Kata Di Urutan Nomor 3 DiDunia
Semua Kata Fuck Mengandung Sara, Pembahasan Negative Atau Menghina Seseorang.
Maka'Nyha Jangan Sering Ngucap Yang Bukan Bukan,
Salah Arti'kan Atau Salah Salah Mengucap'kan Kata Bisa Bisa Kena Tuntut !

Whuahekekekeke !

UrWell Adalah ???


Aduh Kata Apa Nih ?
Saya G'k Ngerti Bahasa Kitab Gaul Remaza Zaman Sekarang ?
Tapi Sepengetahuan Saya Dalam Bahasa English
G'k Ada Kata UrWell, Yang Ada You Are Welcome
Penjelasan Singkat Aja, Bagi Yang Sok Menggunakan Bahasa English!
Check This !

Is It "You're Welcome" or "Your Welcome"?


You Are Saying "You Are Welcome"
Which Is Shortened Into "You're"
Probably "You're Welcome" = You Are Welcome!
I Believe The Proper One Is You're Welcome
As In You Are Welcome?
Most People Just Use The Term Your Welcome Even
Though It Is Incorrect Grammar.
You're Is The Correct Usage. You Are Welcome Is The
Response To Thank You, The Other, Your Welcome Is
Correctly Used As In The Question,
"Is This Your Welcome Mat?"
Anyone Who Studied Language In School Should Know This.
Say You're Welcome, Not Your Welcome, Whuahekekeke !
Cmiiw "Correct Me If I'm Wrong"

Lawar Adalah ???


Sebenar'Nyha Ini Adalah Kata Daerah Dari Pulau Kalimantan Barat.
Yang Artinya !
Opss ! Tanya Yang Lebih Tahu Aja, Takut Juga Kalau Salah Arti'kan ?
Whuahekekekeke !

Woles Or Poles Adalah

Aduh Ini Lagi, Kata Apa'an Nih ?


Singkat Aja, Woles Adalah Kata Yang DiAmbil Dari Tukang Cuci Motor
Yaitu Poles , Whuahekekekeke !

# UdahGituAja ! Whuahekekekeke !

Apakah Anda Menyadari, Bahwa Anda Adalah Seseorang Yang Bisa Merusak
Tata Cara Berbicara Atau Kosakata Bahasa Budaya Indonesia,
Mengapa Saya Berkata Demikian ? Kebanyakan Remaja Sekarang Menggunakan
Bahasa Gaul Dari Pada Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar.
Ini Suatu Dorongan Dimana Akan Ada Kepunahan Pada Bahasa Indonesia,
Lihat Disekitar Anda, Seseorang Lebih Paham Dan Mengerti Bahasa Kitab Gaul
Daripada Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar,
Hal Ini Perlu DiPerhatikan, Kita Adalah Negara Indonesia, Bahasa Satu,
Berbahasa Indonesia ? Sebenar'Nyha Masih Banyak Lagi Yang Tidak Kita Ketahui,
Hal Ini Perlu DiPerhatikan, Jika Remaja Zaman Sekarang / Khusus'Nyha Yang Masih Labil
Masih Menggunakan Bahasa Tersebut, Maka Dimasa Mendatang Generasi Penerus Akan
Terpengaruh Menggunakan Bahasa Kitab Gaul, Saya Pribadi Tidak Menyukai Kosa Kata
Bahasa Kitab Gaul Ini, Ini Sungguh Menyebal'kan,
Mengetahui Kosa Kata / Unsur Unsur Tersebut, Bukan Ber'arti Ng'tren,
Saya Saran'kan Anda Yang Sering Menggunakan Bahasa Ini,
Mulai Sekarang Tinggal'kan, Bakar Aja Tuh Kitab Gaul,
Saya Lelah Tiap Hari Melihat Update Status Seseorang Di Facebook Maupun DiTwitter
Update Status Abal Abalan, Bingung Ath Ey?
!@#$%^&*( ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUWXZ0123456789
Lalu Bagaimana Agar Bahasa Daerah / Indonesia Bisa Tetap Lestari

Dan Digunakan Di Negeri Ini? Peran Seorang Dengan Kepribadian


Yang Sangat Jelas Dalam Ketrampilan Berbahasa.
Jangan Mencari Contoh Jauh jauh, Saya Sendiri Bisa Dan Mengerti Bahasa DiDaerah
Saya Sendiri Karena Mama Saya Sering Mengajak Bercakapan Berbicara
Dalam Bahasa Daerah Sejak Kecil. Dan Itu Hanya Dilakukan Dalam Lingkup Rumah Saja.
Jika Bertemu Dengan Orang Dari Etnis Lain, Kita Selalu Mengguna'kan Bahasa
Nasional Yakin Bahasa Indonesia Sebagai Jembatan Komunikasi.
Setelah Besar Kemampuan Berbahasa, Dan Ini Adalah Hasil Proses Panjang
Yang Dilakukan Oleh Seseorang. Cara Ini Bisa Dicontoh Siapapun,
Dengan Satu atau Dua Etnis Atau Lebih Dalam Pandangan Masyarakat.
Kenapa Kita G'k Mulai Dari Sekarang? Jika Bahasa Indonesia Kita Yang Beragam Punah,
Yang Rugi Tentu Kita Sendiri. Bangsa Yang Besar Dari Keberagaman Suku,
Budaya dan Bahasa Ini Akan Hilang Keunikan'Nyha Jika
Bahasa Daerah / Bahasa Indonesia Menghilang Dari Bumi,
Setuju Bahasa Indonesia diguna'kan Sebagai Bahasa Persatuan !!!,
Tapi Jangan Pernah Lupakan Akar Budaya Kita Masing masing ^_^.
Bangga'lah Dengan Bahasa Daerah Kita Masing masing,
Karena Dengan Itu Ke'Indonesiaan Kita Makin Tampak Baik ^_^

Apabila Ada Salah Kata Atau Kalimat Mohon Dimaaf'kan "SALAH SEMUA" Eh ! X_X ?
Pesan From @ForsakensCrew
Akan Lebih Baik Jika Tidak Menggunakan Kamus Bahasa Kitab Gaul Atau Idiot Gaul,
Yaitu Murni Skill Atas Dasar Pembelajaran Waktu Sekolah Telah DiAjar'kan
Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Atau
Kemampuan Kita Menggunakan Bahasa Indonesia Sebagai Manusia
Yang Tidak Membingungkan Orang Tua Dan Orang Lain,
Harus Melestarikan Bahasa Indonesia Dan Bahasa Budaya Kita Masing Masing "^_^ !
Jika Anda Tidak Ingin DiBuat Bingung, Jangan Sekali kali Anda Membuat Bingung
Orang Lain, Jika Anda Ingin DiHargai, Hargailah Terlebih Dahulu Orang Lain

Inssyha Allah Anda Akan Diberi Balasan Yang Setimpal Dari Hati Kesabaran Anda.
Sekian Dan Terima Kasih Telah Bekunjung Dan Membaca Artikel ( @ForsakensCrew )
Yang Benar Dari Allah SWT, Yang Salah Dari Pribadi Saya
Yang Baik Tolong Di Manfaat'kan, Yang Salah Mohon Dimaaf'kan.
# UdahGituAja ! Created @Rama_Forsakens
( Kualitas Tulisan Mencermin'kan Kualitas Penulis'Nyha :)
3. Penggunaan Bahasa di Kalangan Remaja Indonesia
Bahasa merupakan alat komunikasi yang mempuyai fungsi untuk menyampaikan
informasi. Ada berbagai macam bahasa ada di dunia ini seperti bahasa Inggris,
bahasa Jerman, Bahasa Jepang, Bahasa Indonesia, dan lain-lain. Disetiap negara
pasti mempunyai bahasa ibu atau bahasa nasionalnya masing-masing, salah satunya
dinegara kita sendiri yaitu Indonesia yang mempunyai bahasa nasional yaitu bahasa
Indonesia. Di Indonesia sendiripun masih memiliki banyak bahasa, yaitu bahasa
daerah, tetapi saat ini kita akan membahasa tentang bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia yang akan kita bahas kali ini adalah tentang penggunaan
bahasa Indonesia yang sering digunakan oleh para remaja yang ada di Indonesia,
khususnya yang berada di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung misalya.
Sering kali kita dengar bahasa yang digunakan oleh remaja saat ini tidak
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, atau biasa kita sebut
dengan bahasa baku. Banyak remaja sekarang yang menggunakan bahasa yang
tidak baku atau yang sering mereka sebut adalah "bahasa gaul".
Biasanya penggunaan bahasa gaul ini digunakan para remaja untuk
berkomunikasi dengan remaja yang umurnya sama, agar tidak terdengar kaku saat
berkomunikasi. Memang kalau menggunakan bahasa Indonesia yang baku untuk
berkomunikasi untuk remaja Indonesia sekarang akan terlihat lebih kaku dan akan
membuat jarak.
Sedangkan bahasa Indonesia yang baku biasanya akan digunakan para
remaja untuk berkomunikasi dengan guru, dosen, orang tua, dan orang-orang yang
dianggap umurnya lebih tua dari si remaja tersebut. Biasanya juga penggunaan
bahasa Indonesia yang benar akan digunakan saat menghadiri acara-acara yang
formal.
Penggunaan bahasa itu sendiri biasanya bisa untuk menggukur derajat
seseorang, karena biasanya seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi akan
menggunakan bahasa Indonesia yang benar agar lebih terlihat intelek. Sedangkan
orang yang berpendidikan kurang akan sukar untuk menggunakan bahasa Indonesia
yang baik, karena telah terbiasa menggunakan bahasa sehari-hari yang kurang baku.
Pada remaja Indonesia saat ini sangat jarang sekali menggunakan bahasa
Indonesia yang baku untuk digunakan sehari-hari, biasanya mereka menggunakan
bahasa yang menurut mereka lebih modern dan tidak jadul. Memang penggunaan

bahasa gaul itu sendiri lebih kreatif tetapi akan terdengar tidak sopan jika digunakan
berkomunikasi untuk orang yang lebih tua atau untuk menghadiri acara-acara yang
formal.
Menurut saya penggunaan bahasa yang kurang baku atau yang disebut
bahasa gaul itu boleh-boleh saja digunakan oleh remaja, asalkan penggunaan
bahasa itu bisa ditempat yang semestinya dan juga tidak melupakan bahasa baku
atau bahasa Indonesia yang benar sebagai bahasa nasional di negara kita Indonesia
ini.
Salah satu cara agar Bahasa Indonesia yang baik bisa tetap digunakan dan
tidak hilang adalah dengan mengajarkan Bahasa Indonesia sejak kecil, karena pada
usia balita akan mudah sekali untuk menyerap dan mengingat bahasa Indonesia.
Dan tetap diajarkan bahasa Indonesia di sekolah.

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah seminar bahasa
Dosen pengampu : Hj. Kadaryati, M.Hum

Disusun oleh: panji pradana(092110144)


VII D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.

Judul
Dampak Penggunaan Bahasa Alay pada Remaja Indonesia
Latar belakang
Di era globalisasi ini bahasa indonesia yang baik dan benar

semakin jarang dipakai terutama

dikalangan remaja, seiring perkembangan jaman munculah modifikasi gaya bahasa menjadi bahasa gaul.
Hal ini dipengaruhi juga oleh semakin berkembangnya teknologi, terutama berkembangnya situs jejaring
sosial, seperti facebook dan twitter. Pada tahun 2008, muncul suatu bahasa baru dikalangan remaja, yang
disebut dengan bahasa Alay. Kemunculannya dapat dikatakan fenomenal, karena cukup menyita
perhatian. Bahasa baru ini seolah menggeser penggunaan bahasa Indonesia dikalangan segelintir remaja.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat
modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang
merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai tergusur oleh munculnya bahasa alay, hal
ini tampak jelas pada bahasa lisan dan tulis yang sering digunakan oleh masyarakat kita, khususnya
dikalangan remaja. Remaja Indonesia kesulitan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Kesulitan tersebut terjadi karena adanya penggunaan bahasa baru yang mereka anggap
sebagai sebuah kreativitas. Bahasa yang mengandung sandi-sandi tertentu dan sekarang dirasa wajar
muncul dari beberapa kalangan yang menggunakan bahasa prokem. Bahasa prokem adalah bahasa yang
digunakan oleh sekelompok orang dan hanya dimengerti oleh mereka. Bahasa prokem yang sekarang ini
sedang menjadi tren di Indonesia terutama pada kalangan remaja adalah bahasa alay, jika tidak
menggunakannya, mereka takut dikatakan ketinggalan zaman atau tidak gaul.
Remaja pada umumnya telah melupakan bahkan tidak mengetahui kaidah EYD dalam membuat
sebuah karangan, kalimat, atau bahkan menuliskan sebuah kata. Mereka tidak mengerti bagaimana menulis
lambang bilangan, penggunaan kata yang tidak baku, ataupun menggunakan akronim yang benar. Ironis,
seharusnya mereka mampu menggunakan kaidah yang benar dalam menulis karena bahasa Indonesia
adalah bahasa bangsa kita. Pelajaran bahasa Indonesia sendiri pun telah diajarkan sejak TK. Apakah
fenomena yang sedang terjadi pada penggunaan bahasa Indonesia pada remaja saat ini?
C.
a.

Perumusan masalah
Bagaimana ciri-ciri bahsa alay?

b.
c.

Bagaimana cara meminimalisir bahasa alay?


Bagaimana dampak bahasa alay terhadap penggunaan bahasa Indonesia?

D. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui dampak penggunaan bahasa alay pada remaja di Indonesia terutama pengaruh pada
penggunaan bahasa anak remaja.
a.
Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan bahasa Indonesia terutama dalam
dampak bahasa alay pada anak remaja.
b.
Praktis
Hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala kailmuan bahasa Indonesia terhadap bahasa Indonesia
yang baik dan benar
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian ketrampilan berbahasa di Indonesia dan dapat
dijadikan sebagai acuan bagi peneliti bahasa selanjutnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjaun pustaka
Menurut Apriyana1[1][1] dalam karya ilmiahnya

yang berjudul Pengaruh Bahasa Gaul Remaja

Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia menyatakan :


Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai
bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi
bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan
penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar.
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah
ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para
bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.
Sedangkan menurut Ariz VJ2[2][2]:
Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa Alay menunjukkan semakin akrabnya genersai
muda Indonesia dengan dunia teknologi terutama internet. Munculnya bahasa Alay juga menunjukkan
adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat
penggunanya agar tetap eksis.
Akan tetapi, munculnya bahasa Alay juga merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap
bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang.
Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam bahasa baku dan tidak baku. Bahasa baku
biasnya digunakan dalm acara-acara yang kurang formal. Akan tetapi bahasa Alay merupakan bahasa gaul
yang tidak mengindah.
B.

Kerangka teori
Dalam makalah ini pembahasa yang dilakukan dengan cara berurutan dari latar permasalahan,
pembahasan dan kesimpulan sesuai dengan isi yang ingin disajikan dalam makalah ini. Dalam teori ini
mengambil teori struktural.

C.

Metodolgi

Kualitatif

1
2

Analisis ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitin yang menghasilkan data
deskriptif barupa kata-kata tertulis atau lisan tentang prilaku orang yang diamati (Hasan, 1990;25).
Rancangan kualitatif digunakan dalam analisis karena analisis ini berupaya mendeskripsikan informasi,
gejala atau kondisi sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan pun berupa kata atau kalimat. Instrumun
yang digunakan dalam teknik analisis ini adalah dokumentasi, hal ini sesuai dengan ketepatan data dan
tujuan analisis.
Analisis ini mengkaji masalah dampak bahasa alay kepada para remaja. Pendekatan yang digunakan untuk
mengetahui dampak bahasa alay pada remaja di lingkungan masyarakat. Analisis konten digunakan untuk
mengungkap, memahami, dan menangkap data pada remaja. Analisis konten didasarkan pada asumsi bahwa
bahasa alay adalah bahasa yang tidak baku yang bisa merusak kemampuan berbahasa pada remaja, apabila
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang penting adalah pesan-pesan yang terangkum dalam fakta
yang terjadi pada remaja. Aspek terpenting dalam analisis teks adalah bagaimana hasil analisis ini dapat
diiplikasikan kepada siapa saja. Tujuan analisis adalah membuat inferensi. Inferensi diperoleh melalui
identifikasi dan penafsiran (Endraswara, 2008:161).
D.

Pembahasan
Bahasa adalah kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan
sintaksis untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa merupakan alat yang sangat tidak memadai
untuk berpikir dengan tertib dan untuk melahirkan pendapat (C.P.F.Lecoutere, L. Grootaers). Munculnya
bahasa alay merupakan ancaman yang cukup serius pada penggunaan bahasa lisan dan tulis. Terkadang
penggunaan bahasa lisan tidak terlalu disorot, karena merupakan bahasa percakapan sehari-hari, meski
demikian pada situasi formal penggunaan bahasa lisan yang kurang baik akan menimbulkan kesan kurang
baik pada penggunanya. Seseorang terbiasa menggunakan qu,u akan cenderung sulit menggunakan kata
saya, anda. Banyak Remaja yang lancar dalam penggunaan bahasa alay, tetapi kesulitan dalam berbahasa
Indonesia. Contohnya, mereka lebih nyaman memakai kata Binund (bingung) yang berarti ayah dan ibu,
kemudian ada lagi penggunaan kata dimana menjadi dimandose.
Bahasa Alay menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik Universitas Padjajaran, merupakan
bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Tentu saja itu tidak mungkin digunakan ke
pihak di luar komunitas mereka misalnya guru dan orangtua. Penggunaan bahasa sandi itu menjadi masalah
bila digunakan dalam komunikasi massa karena lambang yang mereka pakai tidak dapat dipahami oleh
segenap khayalak media massa atau dipakai dalam komunikasi formal secara tertulis.
Sedangkan menurut Irni Ristika3[3][3] :
Bahasa alay itu adalah variasi bahasa yang muncul karena adanya komunitas anak-anak
remaja/muda. Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang
3

menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah Anak layangan.
Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren secara gaya busananya.
Menurut Koentjaraningrat, Alay adalah gejala yang dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang
ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya
berpakaian mereka.
Istilah alay hadir setelah di facebook semakin marak penggunaan bahasa tulis yang tak sesuai
kaidah bahasa Indonesia oleh remaja. Hingga kini belum ada definisi yang pasti tentang istilah ini, namun
bahasa ini kerap dipakai untuk menunjuk bahasa tulis. Dalam bahasa alay bukan bunyi yang dipentingkan
tapi variasi tulisan.
Menurut Koentjaraningrat, alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia yang ingin
diakui statusnya. Gejala ini akan mengubah gaya penulisan serta komunikasi secara lisan. Sedangkan
bahasa alay menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik. Universitas Padjajaran, merupakan bahasa
sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Penggunaan bahasa sandi tersebut menjadi masalah
jika digunakan dalam komunikasi massa atau dipakai dalam komunikasi secara tertulis. Dalam ilmu bahasa,
bahasa alay termasuk sejenis bahasa diakronik. Yaitu bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok dalam
kurun waktu tertentu. Ia akan berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa diakronik ini,
tidak hanya penting dipelajari oleh para ahli bahasa, tetapi juga ahli sosial atau mungkin juga politik.
Sebab, bahasa merupakan sebuah fenomena sosial. Ia hidup dan berkemban karena fenomena sosial
tertentu.
Munculnya SMS (Short Message Service) dirasa menjadi cikal munculnya bahasa tulis yang
menyimpang. Bermula dari kata-kata yang disingkat, akhirnya menimbulkan singkatan kata yang
menyimpang dari kata yang dimaksud. Munculnya jejaring sosialseperti friendster, facebook, dan twitter,
mendorong kian maraknya penggunaan bahasa alay di Indonesia, karena dari jejaring sosial tersebut juga
muncul kosakata baru.
Ini adalah gambaran tentang bahasa tulis yang sedang menjadi tren pada remaja Indonesia :
1.

Menggunakan angka untuk menggantikan huruf. Contoh: 4ku ciNT4 5 K4moe (Aku cinta kamu).

2.

Kapitalisasi yang sangat berantakan. Contoh: IH kAmOE JaHAddd (ih kamu jahat).

3.

Menambahkan x atau z pada akhiran kata atau mengganti beberapa huruf seperti s dengan dua
huruf tersebut dan menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD atau setidaknya bahasa
yang masih bisa dibaca. Mengganti huruf s dengan c sehingga seperti balita berbicara. Contoh:, xory
ya, becok aQ gx bica ikut.

4.

menggunakan singkatan-singkata kata : semangka (semangat kaka), stw (santai wae), otw ( on the way)

5.
6.

mengubah huruf vokal atau konsonan menjadi kata yang bernada lebih rendah : semangat cemungud.
Menganti huruf dengan angka maupun tanda-tanda dalam bacaan. Contoh huruf
i diganti !/1 (pap!),
Penggunaan bahasa alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar. Padahal, di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Dengan dibiasakannya seseorang menggunakan bahasa alay, maka dapat
menyulitkan diri sendiri, misalnya dalam membuat tulisan ilmiah seseorang akan kesulitan menulis karena
telah terbiasa menggunakan bahasa alay, dan yang lebih memprihatinkan lagi sampai saat ini belum ada
yang pernah mencapai nilai sempurna dalam UN (Ujian Nasional) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.

Dampak positif dengan digunakannya bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas
dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau
inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan
yang tepat juga.
Dampak negatif lainnya, dapat mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata
yang termaksud di dalamnya, karena tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut.
Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
memahaminya.
Penggunaan bahasa alay dalam kehidupan sehari hari ini mempunyai pengaruh negatif bagi
kelangsungan bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut antara lain sebagai berikut ini :
1.

Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku.

2.

Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

3.

Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena
merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

4.

Dulu anak anak kecil bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi sekarang anak kecil
lebih menggunakan bahasa alay. Misalnya dulu kita memanggil orang tua dengan sebutan ayah atau ibu,
tapi sekarang anak kecil memanggil ayah atau ibu dengan sebutan bokap atau nyokap.

5.

Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada penulisan bahasa indonesia yang baik
dan, hanya huruf awal saja yang diberi huruf kapital, dan tidak ada penggantian huruf menjadi angka dalam
sebuah kata ataupun kalimat.
Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia
dikalangan remaja bahkan dikalangan anak-anak. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa remi negara
kita dan juga sebagai identitas bangsa.
Melihat dampak yang cukup mencengangkan ini apa yang sebaiknya dilakukan untuk
meminimalisir dampak negatif penggunaan bahasa alay ini?

Yang pertama, sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di sekolah lebih menekankan lagi bagaimana cara
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD.
Yang kedua, pada saat berkomunikasi kita harus bisa membedakan dengan siapa kita berbicara, pada situasi
formal atau nonformal. Dengan ini kita bisa menyeimbangkan penggunaan bahasa dengan baik agar bahasa
alay tidak mendominasi kosakata yang kita miliki.
Yang ketiga, mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat dengan tulisan yang aneh. Seperti singkatan
kata yang menjadi ygdan bukan yank, disamping mudah membacanya akan lebih efisien waktu dan
tidak membuat si penerima pesan merasa kebingungan membaca tulisan kita.
Yang keempat, banyak membaca tulisan yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya
di dalam buku tersebut terdapat tulisan yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya
wacana, berita, ataupun informasi dalam surat kabar.
Yang kelima, sebaiknya kita rajin membaca KBBI, karena banyak kosakata bahasa Indonesia yang sudah
banyak dilupakan. Ini adalah salah satu wujud bangga terhadap bahasa kita.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Bahasa menunjukkan bangsa, pemakaian bahasa yang baik dan benar akan mencerminkan bangsa kita.
Walaupun bahasa alay tidak menjadi bahasa yang menggantikan bahasa Indonesia, tetapi lebih baik
penggunaan bahasa ini dikurangi, karena dilihat dari kenyataan saat ini, bahasa alay membuat masyarakat.
Indonesia kian kehilangan ciri kebahasa-Indonesiaanya. Siapa lagi yang bangga dengan bahasa Indonesia
jika bukan kita?
Bahasa alay mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak negatif lebih cenderung menguasai dan
mengakibatkan permasalahan bagi orang yang menggunakanya. Seperti sulit berbicara, menulis, membaca
bahkan menyimak dalam bahasa yang sesuai EYD. Maka dari itu sebaiknya kita mencegah dengan cara
meminimalisir bahasa alay yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila kegemaran menggunakan bahasa alay ini berlangsung lama dan makin dicintai, resmilah
kita mengubur semangat sumpah pemuda berbahasa satu, bahasa Indonesia.

Maraknya penggunaan bahasa indonesia yang tidak baku di kalangan anak muda
Posted on October 12, 2013 by lepaskancut
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikasi
mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan
berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena
yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan
kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis
terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi
tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi
prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku.
Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan
oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan
bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini
mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan
oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang
peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional,
bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Munculnya Bahasa Gaul Di Kalangan Masyarakat (Remaja)
Salah satu dampak dari pembangunan dan perkembangan jaman adalah
modernisasi, di mana segala hal yang ada di lingkungan kita harus selalu ter up-to
date. Dampak dari modernisasi yang paling terlihat adalah gaya hidup, seperti cara
berpakaian, cara belajar, aplikasi teknologi yang makin maju maupun cara bertutur
kata (pemakaian bahasa). Dilihat dari cara bertutur kata atau dalam pemakaian
bahasa, dewasa ini munculnya Bahasa Gaul sangat fenomenal terutama terlihat
pada kalangan masyarakat (remaja) khususnya yang ingin diakui sebagai remaja
jaman sekarang yang gaul, funky, dan keren. Kemunculan bahasa gaul ini dapat
menggeser penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dalam sebuah milis (2006) disebutkan bahwa bahasa gaul memiliki sejarah sebelum
penggunaannya populer seperti sekarang ini. Berikut ini merupakan sejarah bahasa
gaul tersebut, antara lain yaitu :
1. Nih Yee
Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya November 1985. pertama kali yang
mengucapkan kata tersebut adalah seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya
dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah dan popular hingga saat ini.
2. Memble dan Kece
Dalam milis tersebut dinyatakan bahwa kata memble dan kece merupakan kata-kata
ciptaan khas Jaja Mihardja. Pada tahun 1986, muncul sebuah film berjudul Memble
tapi Kece yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama.
3. Boo
Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata Booadalah
grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian katakata dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi popular di lingkungan pergaulan

kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis
yang benar-benar mempopulerkan kata ini.
4. Nek
Setelah kata Boo populer, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek yang
dipopulerkan anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek pertama kali di
ucapkan oleh Budi Hartadi seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal
bersama neneknya. Oleh karena itu, lelaki yang latah tersebut sering mengucapkan
kata Nek5. Jaim
Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat
di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk
menjaga tingkah laku atau menjaga image.
6. GituLoh(GL)
Kata GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di kawasan
Kebayoran. Gina mempunyai seorang kakak bernama Ronny Baskara seorang pekerja
event organizer. Sedangkan Ronny punya teman kantor bernama Siska Utami. Suatu
hari Siska bertandang ke rumah Ronny. Ketika dia bertemu Gina, Siska bertanya
dimana kakaknya, lantas Gina ngejawab di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di
kantor ikut-ikutan latah dia ngucapin kata Gitu Lohdi tiap akhir pembicaraan.
Bahasa Gaul Di Kalangan Remaja
Bahasa gaul adalah dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh
komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan (KBBI, 2008: 116).
Bahasa gaul identik dengan bahasa percakapan (lisan). Bahasa gaul muncul dan
berkembang seiring dengan pesatnya penggunaan teknologi komunikasi dan situssitus jejaring sosial.
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja
sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa
tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh
kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok
usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang
dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan,
pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka.
Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan
bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Menurut Owen (dalam Papalia: 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang
memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metafora, ironi, dan bermain
dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat, bahkan perasaan mereka.
Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku.
Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah Bahasa Gaul
atau Bahasa Alay.
Indra Sarathan, dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Padjadjaran berpendapat, munculnya fenomena bahasa alay di kalangan
generasi muda adalah sebuah bentuk pemberontakan. Pemberontakan hanya akan
terjadi jika ada sesuatu yang salah. Lalu apa yang salah ? Bukan karena bahasa
Indonesia yang kaku, melainkan metode pembelajaran di kelas yang mungkin kaku.
Padahal tata bahasa Indonesia termasuk yang fleksibel dan mudah dipelajari,
ujarnya.

Sobana Hardjasaputra dalam sebuah tulisannya yang berjudul Bahasa Nasional yang
Belum Menasional menyebutkan sejumlah hal yang menyebabkan bahasa Indonesia
bisa semakin tidak menasional, di antaranya pengaruh bahasa media massa dan
bahasa gaul bagi kalangan remaja. Oleh karena terbiasa menggunakan Bahasa
Gaul, dalam pembicaraan formal pun para remaja lupa untuk berbicara dalam
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Inilah yang gawat. Selain itu, pengaruh
budaya Barat yang sulit dibendung, akibat perkembangan teknologi juga akan
berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang semakin tidak merakyat.
Solusi
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan
oleh sebagian masyarakat Indonesia modern, perlu adanya tindakan nyata dari
semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan
bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia nyata dan fiksi yang
menyebabkan interferesi ke dalam bahasa Indonesia dan pergeseran bahasa
Indonesia tersebut di atas, ada hal-hal yang perlu dilakukan.
Pertama, menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus
bangsa ini bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus kita utamakan
penggunaannya. Dengan demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan
bahasa Indonesia secara baik dan benar daripada bahasa gaul. Penyadaran ini dapat
dilakukan oleh para orang tua di rumah kepada anak-anak mereka. Dapat pula
dilakukan oleh para guru kepada para siswa mereka. Selain itu, pihak pemerintah
dapat bertindak secara bijak dalam menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan
penggunaan bahasa Indonesia di negara kita. Sebagai contoh, pemerintah
menerbitkan Undang-Undang Kebahasaan.
Kedua, menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa
dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh bangsa Indonesia dengan
penggunaan bahasa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan yang dapat kita gunakan untuk merekatkan persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia. Dengan menanamkan semangat tersebut,
masyarakat Indonesia akan lebih mengutamakan bahasa Indonesia daripada
menggunakan bahasa gaul. Cara menanamkannya dapat dilakukan di rumah,
sekolah, dan di masyarakat.
Ketiga, pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan bahasa Indonesia
dalam film-film produksi Indonesia. Dengan penggunaan bahasa Indonesia secara
benar oleh para pelaku dalam film nasional yang diperankan aktor dan aktris idola
masyarakat, masyarakat luas juga akan mengunakan bahasa Indonesia seperti para
idola mereka tersebut.

Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja


Dahulu Bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar sesuai kaidah berbahasa yang tepat. Namun
kini, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengaruh budaya luar, Bahasa Indonesia rusak justru di
tangan para pemudanya sendiri. Penggunaan Bahasa Indonesia oleh remaja masa kini, terutama di kota-kota
besar, sangat tidak sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Remaja mencampur-adukkan
Bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa daerah dan asing kemudian
menyebutnya sebagai bahasa gaul. Kosa
kata baru banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam
Bahasa Indonesia. Misalnya
gue
yang berasal dari Bahasa Betawi, digunakan untuk mengganti kata
saya;
loe
untuk mengganti kata kamu;
nyokapbokap
untuk mengganti kata ayah
ibu dan muncul
k
osa kata yang tidak jelas artinya seperti
jijay, lebay, kamseupay
dan muncul partikel-partikel seperti

-sih
dan
dong
.
Ironisnya, penggunaan bahasa gaul ini tidak hanya di lingkungan pergaulan, namun telah mendarah
daging dan tak jarang digunakan remaja di sekolah, bahkan ketika tes atau pelajaran Bahasa Indonesia
sekalipun. Di sekolah, remaja spontan berbicara atau menulis dengan bahasa gaul dengan teman dan
guru karena telah terbiasa menggunakannya dalam percakapan sehari-hari dan menulis
sms
. Dampak buruk yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya nilai kesopanan remaja ketika berbicara
dengan orang yang lebih tua. Sedangkan dampak tidak langsungnya adalah merusak bahasa nasional itu
sendiri. Mungkin, beberapa tahun kedepan masih bisa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
namun bagaimana dengan lima puluh tahun yang akan datang? Apakah Bahasa
Indonesia masih bisa bertahan? Atau akan hilang ditelan bahasa gaul?
Hal ini menjadi tugas kita sebagai remaja sekaligus pelajar yang masih peduli dengan Bahasa
Indonesia. Kita tidak dapat memungkiri bahwa bahasa gaul telah mengikis dan merusak Bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, marilah kita menjaga dan melestarikan Bahasa
Indonesia. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan membiasakan diri menggunakan Bahasa Indonesia
sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik mulai dari diri kita sendiri, karena hal besar berawal dari hal
kecil. Setelah itu marilah kita mengajak teman-teman dan orang-orang di sekitar kita untuk menggunakan
Bahasa Indonesia dengan benar. Hal yang tak kalah penting adalah dengan tetap memberikan pelajaran
Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran yang menarik kepada siswa di sekolah agar siswa sadar
akan pentingnya Bahasa Indonesia dan mampu untuk turut melestarikan bahasa nasional ini. Dengan
demikian, niscaya Bahasa Indonesia akan tetap terjaga keberadaannya sampai kapanpun.

solusi agar bahasa indonesia yang baik dan benar dapat dikembalikan lagi terutama
pada remaja

Maraknya Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Tidak Baku Dikalangan


Remaja
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat komunikasi
mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh
terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi
formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Kendala yang
harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya bahasa
gaul. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Dewasa ini
pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai
bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa
gaul.
Seiring dengan perkembangan zaman ke zaman khususnya di Negara Indonesia
semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia
dalam penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas
menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas
bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Dewasa ini, masyarakat sudah
banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak
terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai
bahasa gaul daripada pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa
gaul yang sangat luas di masyrakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri
generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Seiring dengan
munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang
ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas
bangsa diantaranya sebagai berikut:
1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul
Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi
negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin
bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa
nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan
pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu.
Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang
mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas
di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi
dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan,
generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di
masyarakat.
2. Menurunnya Derajat Bahasa Indonesia
Karena bahasa gaul yang begitu mudah untuk digunakan berkomunikasi dan hanya
orang tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul, maka remaja lebih memilih untuk
menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga bahasa Indonesia semakin
pudar bahkan dianggap kuno di mata remaja dan juga menyebabkan turunnya derajat
bahasa indonesia.

3.

Menyebabkan punahnya Bahasa Indonesia

Penggunaan bahasa gaul yang semakin marak di kalangan remaja merupakan sinyal
ancaman yang sangat serius terhadap bahasa indonesia dan pertanda semakin buruknya
kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Sehingga tidak dapat dipungkiri
suatu saat bahasa Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa gaul di masa yang akan
datang.
4.

Dampak Positif dan Negatif dari Penggunaan Bahasa Gaul

Segala sesuatu pasti mempunyai dampak positif dan negatif. Begitu pula dengan
bahasa gaul yang juga mempunyai dampak positif dan negatif terhadap penggunanya dan
orang lain.
a.

Dampak Positif

Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif.
Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita menikmati
tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat,
media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
b.

Dampak Negatif

Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa


Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan
untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan
rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa gaul. Karena,
bahasa gaul tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan
yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan bahasa gaul. Jadi, ketika situasi kita dalam
situasi yang formal jangan menggunakan bahasa gaul sebagai komunikasi.
Bahasa gaul dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata
yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari katakata gaul tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan
waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya dalam berkomunikasi dengan orang
lain dalam acara yang formal. Misalnya ketika sedang presentasi di depan kelas.
Bahasa gaul dapat menyulitkan orang lain yang mendengar kata-kata yang termaksud
gaul untuk mengerti maksud dari apa yang dibicarakannya.
Bagi masyarakat lain yang merasa terganggu dengan bahasa Gaul, menganggap
bahasa Gaul sangat sulit dipahami demikian juga penulisan dengan huruf Gaul sangat
menyulitkan bagi beberapa orang untuk membacanya.
Bahasa Gaul dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata
yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari katakata Gaul tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan
waktu lebih banyak untuk memahaminya.
Upaya Mempertahankan Bahasa Indonesia agar tidak Tergeser oleh Bahasa Gaul
Agar Bahasa Indonesia tidak tergeser oleh bahasa gaul, maka kita sebagai warga
Indonesia yang baik hendaknya melakukan langkah-langkah pencegahan
dan
penanggulangan sebelum Bahasa Indonesia benar-benar punah. Langkah-langkah yang
digunakan adalah sebagai berikut :

Langkah-langkah pencegahan :
a) Menjadikan Lembaga Pendidikan Sebagai Basis Pembinaan Bahasa
Bahasa baku sebagai simbol masyarakat akademis dapat dijadikan sarana pembinaan
bahasa yang dilakukan oleh para pendidik. Para pakar kebahasaan, misalnya Keraf, Badudu,
Kridalaksana, Sugono, Sabariyanto, Finoza, serta Arifin dan Amran memberikan batasan
bahwa bahasa Indonesia baku merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam dunia
pendidikan berupa buku pelajaran, buku-buku ilmiah, dalam pertemuan resmi, administrasi
negara, perundang-undangan, dan wacana teknis yang harus digunakan sesuai dengan
kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologis, morfologis, sintaktis, kewacanaan, dan
semantis.
b)

Perlunya Pemahaman Terhadap Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia yang baik

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung
kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa
Indonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah,
seminar, dan pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan
formal yang selalu memperhatikan norma bahasa.
o Bahasa Indonesia yang benar
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan
aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan,
kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan
kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah
pembentukan kata ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya
jika kaidah-kaidah bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar
atau tidak baku.
c) Diperlukan Adanya Undang-Undang Kebahasaan
Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia
mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa gaul di negeri sendiri. Sebagai
contoh nyata, banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat
mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai
adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal
dan gaul.
d) Peran Variasi Bahasa dan Penggunaannya
Variasi bahasa terjadi akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat
luas. Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu
antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi.
o Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan,
bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi
bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.
o Variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di
warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa
ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan
formal.

e) Menjunjung Tinggi Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri


Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama
di negara Republik Indonesia. Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas
sebagai penunjang bahasa nasional, sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan
bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu
untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasabahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua.
Langkah-langkah penanggulangan :
a)
Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat pada masa
depan, perlu adanya usaha pada saat ini menanamkan dan menumbuhkembangkan
pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Nasional. Para orangtua, guru dan pemrintah sangat dituntut kinerja mereka dalam
menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak Indonesia
terhadap Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian Bahasa Indonesia secara baik dan
benar pada saat ini dan pada masa depan dapat meningkat.
b)
Perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa
Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan dan bahasa pengantar dalam
dunia pendidikan.
c)
Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa ini,
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaannya. Dengan
demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan
benar daripada bahasa gaul. Penyadaran ini dapat dilakukan oleh para orang tua di rumah
kepada anak-anak mereka. Dapat pula dilakukan oleh para guru kepada para siswa mereka.
Selain itu, pihak pemerintah dapat bertindak secara bijak dalam menyadarkan masyarakat
untuk mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia di negara kita.
d)
Menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga
masyarakat luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan Bahasa
Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang
dapat kita gunakan untuk merekatkan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Dengan
menanamkan semangat, masyarakat Indonesia akan lebih mengutamakan Bahasa Indonesia
daripada menggunakan bahasa gaul. Cara menanamkannya dapat dilakukan di rumah,
sekolah dan di masyarakat.
e)
Pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan Bahasa Indonesia dalam filmfilm produksi Indonesia. Baik film layar lebar maupun sinetron. Dengan penggunaan Bahasa
Indonesia secara benar oleh para pelaku dalam film nasional yang diperankan aktor dan
aktris idola masyarakat, masyarakat luas juga akan mengunakan Bahasa Indonesia seperti
para idola mereka.
f)
Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para
siswa dan mahasiswa dapat diberikan tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk
dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, dalam bentuk diskusi kelompok,

penulisan artikel dan makalah dan juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerita pendek
dan puisi. Dengan praktik-praktik berbahasa Indonesia, dapat mengembangkan kreativitas
berbahasa Indonesia mereka dan juga dapat membiasakan mereka berbahasa Indonesia
secar baik dan benar.
g)
Upaya untuk membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia dilakukan dengan jalur
media masssa dan jalur kepemimpinan. Pembinaan bahasa Indonesia dilakukan melalui jalur
media massa karena jangkauannya sangat luas. Kemudian, jalur kepemimpinan dapat pula
dilakukan sebagai salah satu alternatif membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia
karena pemimpin merupakan panutan masyarakat.
Dapat kita simpulkan banyaknya kalangan remaja menggunakan bahasa gaul adakah
akibat dari perkembangan zamanyang kian mengalami kamjuan baik dari dunia pendidikan
sampai teknologi.
Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa
Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk
mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa
Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat terutama dikalangan remaja.
Apalagi dengan maraknya dunia kalangan artis menggunakan bahasa gaul di media
massa dan elektronik, membuat remaja semakin sering menirukannya di kehidupan seharihari hal ini sudah menjadi wajar karena remaja suka meniru hal-hal yang baru.

Solusi

: Dibutuh kan peran para orang tua, guru, dan lingkungan sekitar. Semestinya
mengawasi penggunaan bahasa pada anak. Jangan sampai mereka terbawa pengaruh yang
buruk, yang membuat mereka menggunakan bahasa Indonesia yang buruk pula.
Sumber : http://sitihalimahfight.blogspot.com

Pelindungan Bahasa Daerah dalam Kerangka Kebijakan Nasional


Kebahasaan
Sugiyono

Pendahuluan

Indonesia sangat kaya dengan bahasa daerah dan apalagi sastra daerah. Kekayaan itu di satu sisi merupakan
kebanggaan, di sisi lain menjadi tugas yang tidak ringan, terutama apabila memikirkan bagaimana cara
melindungi, menggali manfaat, dan mempertahankan keberagamannya. Dalam Ethnoloque (2012)
disebutkan bahwa terdapat 726 bahasa di Indonesia. Sebagian masih akan berkembang, tetapi tidak dapat
diingkari bahwa sebagian besar bahasa itu akan punah. Menurut UNESCO, seperti yang tertuang dalam
Atlas of the Worlds Language in Danger of Disappearing, di Indonesia terdapat lebih dari 640 bahasa
daerah (2001:40) yang di dalamnya terdapat kurang lebih 154 bahasa yang harus diperhatikan, yaitu sekitar
139 bahasa terancam punah dan 15 bahasa yang benar-benar telah mati. Bahasa yang terancam punah
terdapat di Kalimantan (1 bahasa), Maluku (22 bahasa), Papua Barat dan Kepulauan Halmahera (67
bahasa), Sulawesi (36 bahasa), Sumatra (2 bahasa), serta Timor-Flores dan Bima-Sumbawa (11 bahasa).
Sementara itu, bahasa yang telah punah berada di Maluku (11 bahasa), Papua Barat dan Kepulauan
Halmahera, Sulawesi, serta Sumatera (masing-masing 1 bahasa).
Dalam keadaan itu, dapat dipastikan bahwa bahasa Indonesia dapat hidup dan berkembang secara lebih
baik. Tuntutan komunikasi di daerah urban serta komunikasi di bidang politik, sosial, ekonomi, dan iptek di
Indonesia memberi peluang hidup yang lebih baik bagi bahasa Indonesia walaupun bahasa Indonesia ini
sebagai bahasa nasional dan bahasa negara hanya menempati peringkat kedua dilihat dari nilai
ekonominya. Dapat diduga, posisi paling tinggi ditempati oleh bahasa asing, kedua bahasa Indonesia, dan
terakhir adalah bahasa daerah. Artinya, dengan bahasa Indonesia, kesempatan orang Indonesia untuk
meraih peluang ekonomi lebih besar daripada mereka yang hanya menguasai bahasa daerah, meskipun
masih lebih rendah dari peluang mereka yang menguasai bahasa asing.
Hilangnya daya hidup bahasa daerah pada umumnya disebabkan oleh pindahnya orang desa ke kota untuk
mencari penghidupan yang dianggap lebih layak dan perkawinan antaretnis yang banyak terjadi di
Indonesia. Masyarakat perkotaan, yang pada umumnya merupakan masyarakat multietnis atau multilingual,
memaksa seseorang harus meninggalkan bahasa etnisnya dan menuju bahasa nasional. Cara itu dianggap
lebih baik daripada harus bersikap divergensi atau konvergensi dengan bahasa etnis yang lain. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa kompromistis dalam sebuah perkawinan antaretnis. Pada umumnya, bahasa
etnis setiap orang tua akan ditinggalkan dan bahasa Indonesia kemudian digunakan dalam keluarga itu
karena bahasa itu dianggap sebagai bahasa yang dapat menghubungkan mereka secara adil.
Urbanisasi dan perkawinan antaretnis tidak dapat dicegah, bahkan angka urbanisasi dan perkawinan
antaretnis cenderung meningkat. Dalam kondisi itu, akankah kita diam saja menghadapi tersingkirnya
bahasa daerah? Apa kebijakan pemerintah untuk melindungi bahasa dan sastra daerah di Indonesia? Tulisan
ini akan membahas kebijakan pemerintah dalam melindungi bahasa dan sastra daerah, termasuk apa yang
sudah dilakukan dan apa yang telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan.
Bahasa Daerah dan Peraturan Perundang-Undangan
Pengaturan tentang bahasa daerah dalam peraturan perundang-undangan bukanlah hal utama, kecuali dalam
beberapa perda. Pengaturan penggunaan bahasa daerah menjadi pelengkap pengaturan tentang bahasa
Indonesia atau bahasa negara. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional termasuk Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954 dan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 yang menjadi cikal bakal Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
penggunaan bahasa daerah diatur sebagai pelengkap penggunaan bahasa Indonesia yang diwajibkan dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional di Indonesia. Bahasa daerah boleh digunakan pada tahap awal
pendidikan untuk menyampaikan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Senada dengan itu, bahasa asing
dapat pula digunakan sebagai bahasa pengantar untuk mendukung pemerolehan kemahiran berbahasa asing

peserta didik. Baik bahasa daerah maupun bahasa asing mempunyi fungsi pendukung bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar utama dalam sistem pendidikan nasional.
Penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di kelas mejadi bukti bahwa sesungguhnya Indonesia
sudah sejak tahun 1950 telah menerapkan prinsip EFA (education for all) yang dicetuskan oleh Unesco baru
pada tahun 1990-an. Penggunaan bahasa daerah sebagai pengantar dunia pendidikan merupakan upaya
menjangkau peserta didik yang belum mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan dalam bahasa
Indonesia. Hal itu sekaligus juga menjadi bukti bahwa Indonesia juga telah menerapkan program MLE
(multilingual education) yaitu program pendidikan yang memanfaatkan bahasa pertama sebagai bahasa
pengantar di peringkat awal untuk kemudian suatu saat umumnya pada kelas III atau IV beralih ke
bahasa nasional. Program MLE itu baru dikenalkan oleh Unesco pada tahun 2000-an.
Pelindungan terhadap bahasa daerah didasarkan pada amanat Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945, yang menyatakan
bahwa negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Dengan ayat
itu, negara memberi kesempatan dan keleluasaan kepada masyarakat untuk melestarikan dan
mengembangkan bahasanya sebagai bagian dari kebudayaannya masing-masing. Selain itu, negara
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Kebebasan yang diberikan UUD
1945 bukan berarti kebebasan yang tanpa pembatasan karena hingga pada batas tertentu pengembangan dan
penggunaan bahasa daerah pasti akan berbenturan dengan ketentuan lain. Untuk keperluan bernegara,
kebebasan penggunaan bahasa daerah yang diamanatkan itu akan terbentur dengan batas penggunaan
bahasa negara. Untuk keperluan hidup dan pergaulan sosial, keleluasaan penggunaan satu bahasa daerah
harus juga menghormati penggunaan bahasa daerah lain. Dengan kata lain, keleluasaan penggunaan dan
pengembangan bahasa daerah dalam banyak hal juga tidak boleh melanggar norma sosial dan norma
perundang-undangan yang ada.
Untuk menjamin hubungan harmonis masyarakat Indonesia atas penggunaan bahasanya, Pasal 36C UUD
1945 mengamanatkan bahwa perihal bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan harus
diatur dalam sebuah undang-undang. Amanat pasal itulah yang melahirkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Khusus tentang
bahasa negara, pengaturannya dituangkan dalam Bab III, mulai Pasal 25 sampai dengan Pasal 45 dalam
undang-undang teresebut. Ibarat sisi mata uang, pengaturan tentang bahasa negara, tentu berkaitan dengan
pengaturan bahasa yang bukan bahasa negara, yang dalam hal itu berupa bahasa daerah dan bahasa asing.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 yang disahkan berlakunya pada tanggal 9 Juli 2009 mengatur
empat subtansi pokok, yaitu bendera negara, bahasa negara, lambang negara, dan lagu kebangsaan. Dalam
undang-undang itu, bahasa Indonesia dibatasi sebagai bahasa yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara
dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang
diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan
sesuai dengan dinamika peradaban bangsa.
Bahasa daerah diberi batasan sebagai bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara
Indonesia di daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu, bahasa asing diberi
batasan sebagai bahasa di Indonesia selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Dalam Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2009, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, memegang fungsi pendukung bagi bahasa
Indonesia. Sebagai pendukung, bahasa daerah dan bahasa asing dapat digunakan apabila fungsi bahasa
Indonesia tidak dapat dijalan secara efektif.

Dalam hal penggunaan, ditetapkan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundangundangan; dokumen resmi negara; pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain
yang disampaikan di dalam atau di luar negeri; pengantar dalam pendidikan nasional; pelayanan
administrasi publik; nota kesepahaman atau perjanjian; forum resmi yang bersifat nasional atau forum
resmi yang bersifat internasional di Indonesia; komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan
swasta; laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan; penulisan karya ilmiah
dan publikasi karya ilmiah di Indonesia; nama geografi di Indonesia; nama bangunan atau gedung, jalan,
apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, merek jasa, lembaga
usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan
hukum Indonesia; informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri yang
beredar di Indonesia; rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang
merupakan pelayanan umum; dan informasi melalui media massa. Dalam kelima belas ranah penggunaan
itu, bahasa daerah (dan/atau bahasa asing) dapat digunakan juga untuk mendukung fungsi bahasa Indonesia
hingga batas tertentu. Dalam hal layanan publik, misalnya, bahasa daerah dan bahasa asing dapat menyertai
penggunaan bahasa Indonesia dengan tetap mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia. Pengutamaan itu
dapat diwujudkan dalam bentuk pola urutan, ukuran tulisan, atau kemenonjolan tulisan itu.
Berkaitan dengan upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2009 memberikan kewenangan dan kewajiban penanganan bahasa dan sastra Indonesia kepada
pemerintah pusat dan memberikan kewenangan dan kewajiban penangan bahasa dan sastra daerah kepada
pemerintah daerah. Akan tetapi, dalam hal itu semua pemerintah pusat diberi juga kewenangan
merumuskan kebijakan nasional kebahasaan yang di dalamnya juga memuat kebijakan tentang apa dan
bagaimana pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa daerah itu harus dilakukan. Pemerintah
daerah juga diberi kewajiban mendukung pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa Indonesia.
Sebaliknya, pemerintah pusat juga harus memberikan dukungan, baik dukungan pendanaan maupun
kepakaran, kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pengembangan, pembinaan, dan
pelindungan bahasa daerah.
Kebijakan Penanganan Bahasa Daerah
Sejak tahun 1970-an penanganan bahasa di Indonesia didasarkan pada Politik Bahasa Nasional dan
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia. Sejak tahun 2004, Politik Bahasa Nasional dan keputusan kongres
itu lebih menjadi draf RUU Kebahasaan yang akhirnya lahir dalam bentuk Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2009 pada tanggal 9 Juli 2009. Selanjutnya, sejak tahun 2009 itu, penanganan bahasa di Indonesia,
baik bahasa negara, bahasa daerah, maupun bahasa asing, didasarkan pada undang-undang itu.
Berdasarkan Pasal 41 dan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, penanganan bahasa dan sastra
daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan dalam pelaksanaan tanggung jawab itu, pemerintah
daerah harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat sebagai pembuat kebijakan nasional kebahasaan.
Selain berupa pembagian tugas yang lebih terperinci, koordinasi itu dapat juga berupa fasilitasi kepakaran
dan dukungan sumber daya.
Penanganan terhadap bahasa dan sastra daerah diklasifikasikan ke dalam tiga hal, yaitu pengembangan,
pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra daerah. Dalam pengembangan bahasa dilakukan upaya
memodernkan bahasa melalui pemerkayaan kosakata, pemantapan dan pembakuan sistem bahasa, dan
pengembangan laras bahasa. Dalam pembinaan bahasa dilakukan upaya meningkatkan mutu penggunaan
bahasa melalui pembelajaran bahasa serta pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan masyarakat. Selain
itu, pembinaan bahasa juga dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan, keteladanan, dan sikap positif

masyarakat terhadap bahasa itu. Sementara itu, upaya pelindungan dilakukan dengan menjaga dan
memelihara kelestarian bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan pengajarannya.
Upaya pengembangan, pembinaan, dan pelestarian bahasa dilakukan terhadap objek bahasa dan sastra
berdasarkan kondisi atau vitalitasnya. Pada tahun 2002 dan 2003, UNESCO dengan bantuan kelompok
linguis internasional menetapkan kerangka untuk menentukan vitalitas bahasa untuk membantu pemerintah
membuat kebijakan penanganan bahasa di negaranya. Kelompok itu menetapkan sembilan kriteria untuk
mengukur vitalitas bahasa. Kesembilan faktor yang dijadikan kriteria vitalitas suatu bahasa adalah jumlah
penutur, proporsi penutur dalam populasi total, ketersediaan bahan ajar, respons bahasa terhadap media
baru, tipe dan kualitas dokumentasi, sikap bahasa dan kebijakan pemerintah dan institusi, peralihan ranah
penggunaan bahasa, sikap anggota komunitas terhadap bahasanya, serta transmisi bahasa antargenerasi.
Berdasarkan kriteria itu, vitalitas bahasa digolongkan menjadi enam kelompok (baca Salminen, 1999), yaitu
1. bahasa yang punah (extinct languages), bahasa tanpa penutur lagi;
2. bahasa hampir punah (nearly extinct languages), bahasa dengan sebanyak-banyaknya
sepuluh penutur yang semuanya generasi tua;
3. bahasa yang sangat terancam (seriously endangered languages), bahasa dengan
jumlah penutur yang masih banyak, tetapi anak-anak mereka sudah tidak
menggunakan bahasa itu;
4. bahasa terancam (endangered languages), bahasa dengan penutur anak-anak, tetapi
cenderung menurun;
5. bahasa yang potensial terancam (potentially endangered languages) bahasa dengan
banyak penutur anak-anak, tetapi bahasa itu tidak memiliki status resmi atau yang
prestisius;
6. bahasa yang tidak terancam (not endangered languages), bahasa yang memiliki
transmisi ke generasi baru yang sangat bagus.

Bahasa di Indonesia mempunyai jumlah penutur yang sangat beragam. Vitalitas bahasa daerah di Indonesia
menyebar dari status yang paling aman hingga yang benar-benar punah. Di antara bahasa di Indonesia,
terdapat tiga bahasa yang penuturnya lebih dari 10 juta jiwa, yaitu bahasa Jawa (penuturnya 84,3 juta jiwa),
bahasa Sunda (penuturnya 34 juta jiwa), dan bahasa Madura (penuturnya 13,6 juta jiwa).
Penanganan bahasa daerah diklasifikan berdasarkan pengelompokkan vitalitas bahasa tersebut.
Pengembangan dan pembinaan dilakukan terhadap bahasa masih dalam status tidak terancam (aman), yaitu
bahasa yang digunakan oleh penutur dari generasi muda sampai dengan generasi tua hampir terdapat dalam
semua ranah, dan terhadap bahasa yang mempunyai potensi terancam, yaitu bahasa yang penutur anakanaknya masih banyak, tetapi bahasa itu tidak memiliki status resmi atau status yang prestisius. Bahasa
dalam vitalitas kedua itu masih dapat direvitaslisasi. Dengan pengembangan bahasa itu, kita akan
mempunyai korpus yang memadai untuk membahasakan apa saja, mempunyai akselerasi yang bagus
terhadap dunia pendidikan dan perkembangan iptek, serta dapat mengantisipasi munculnya media baru.
Pembinaan dilakukan agar bahasa itu mempunyai transmisi antargenerasi yang baik, baik transmisi melalui
dunia pendidikan maupun transmisi melalu interaksi dalam ranah keluarga. Termasuk dalam upaya
pengembangan dan pelindungan adalah memantapkan status bahasa, mengoptimalkan dokumentasi, serta
menumbuhkan sikap positif penuturnya.

Pelindungan terhadap bahasa dilakukan sekurang-kurangnya dua tingkat, yaitu tingkat dokumentasi dan
tingkat revitalisasi. Pelindungan bahasa di tingkat dokumentasi akan dilakukan pada bahasa yang sudah
tidak ada harapan untuk digunakan kembali oleh masyarakatnya. Bahasa yang dalam keadaan hampir punah
dan bahasa yang sangat teracam hanya dapat dilindungi dengan mendukokumentasikan bahasa itu sebelum
bahasa itu punah yang sebenarnya. Dokumentasi itu penting untuk menyiapkan bahan kajian jika suatu saat
diperlukan.
Pelindungan terhadap bahasa yang masih digunakan oleh penutur dari sebagian generasi muda dalam
hampir semua ranah atau oleh semua generasi muda dalam ranah keluarga dan agama serta kegiatan adat
dilakukan revitalisasi untuk pelestarian. Untuk revitalisasi itu, diperlukan tahap pendahuluan yang meliputi
pedokumentasian, pengkajian, dan penyusunan bahan revitalisasi, seperti kamus, tata bahasa, dan bahan
ajar. Untuk bahasa yang akan direvitalisasi, harus disiapkan sistem ortografi yang memungkinkan bahasa
itu diterima dalam media baru.
Dalam hal sastra, pengembangan akan dilakukan terhadap sastra yang bermutu dan bernilai luhur. Sastra
yang seperti itu juga akan didukung upaya pembinaan agar tradisi bersastra di kalangan sastrawan pemula
dan penikmat sastra tumbuh secara baik. Pelindungan sastra lisan dilakukan untuk merevitalisasi sastra
yang hanya tinggal berfungsi sebagai sarana adat, ibadah, atau hiburan. Pelindungan sastra tulis, baik dalam
bentuk fisik maupun nilai yang terkandung di dalamnya, dilakukan terhadap karya sastra yang bernilai
luhur untuk aktualisasi. Aktualisasi yang dimaksud adalah penuangan dalam bentuk aktual atau
mengadaptasi karya itu melalui alih aksara, alih bahasa, dan alih wahana menjadi karya, seperti seperti film,
komik, atau buku audio.
Penutup
Khazanah bahasa dan sastra di Indonesia sangat beragam, tetapi sebagian besar dari keberagaman itu
berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Beberapa bahasa memang masih tergolong dalam posisi aman,
tetapi tidak sedikit bahasa yang dalam posisi terancam, hampir punah, atau bahkan telah punah.
Dasar hukum yang melandasi kebijakan penanganan bahasa dan sastra daerah telah telah ditetapkan, baik
dalam UUD 1945 maupun Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009. Keduanya mencerminkan kemauan
politik pemerintah yang nyata, tetapi realisasi upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa
dan sastra daerah belum optimal. Dalam rangka optimalisasi, beberapa provinsi telah melahirkan perda,
demikian juga beberapa kementerian. Akan tetapi, optimalisasi upaya pengembangan, pembinaan, dan
pelindungan bahasa daerah belum dilakukan dalam batas-batas yang seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai