SURGERY
Awad A. R. Alqahtani
Departement of Cardiology and Cardiothoracic Surgery, Hamad Medical
Corporation, Doha, Qatar
ABSTRAK
Post operative atrial fibrillation (POAF) merupakan aritmia yang paling sering
terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah operasi jantung. Hal ini berpengaruh
terhadap peningkatan komplikasi pasca operasi, lama tinggal di rumah sakit, dan
peningkatan biaya rawat inap. Mencegah dan/atau meminimalkan atrial fibrilasi
dengan farmakologis dan nonfarmakologi merupakan modalitas yang tepat untuk
diterapkan. POAF juga telah dikaitkan dengan delirium pasca operasi dan
penurunan neurokognitif. Patofisiologi POAF tidak diketahui, namun sebagian
besar bukti menunjukkan patofisiologi POAF merupakan multifaktorial. Faktor
resiko yang berbeda telah dilaporkan, dan banyak penelitian telah mengevaluasi
efek profilaksis dengan intervensi yang berbeda. Jurnal review ini menyoroti
insiden, faktor risiko, patogenesis, pencegahan, dan strategi pengobatan POAF.
Heart Views 2010; 11 (2) 57-63. Gulf Heart Association 2010.
Kata kunci: Atrial fibrilasi, cardiac surgery, anti aritmia
PENDAHULUAN
Post operative atrial fibrillation (POAF) merupakan aritmia yang paling sering
sering terjadi dari sebelumnya karena meningkatannya jumlah operasi jantung.
Hal ini selanjutnya berkaitan dengan peningkatan insiden komplikasi pasca
operasi, lama rawat inap di rumah sakit, dan peningkatan dalam biaya rawat inap.
Oleh karena itu, mencegah dan/atau meminimalkan atrial fibrilasi oleh
farmakologis dan non farmakologis adalah tujuan yang masuk akal. [1,2]
POAF juga telah dikaitkan dengan delirium pasca operasi dan penurunan
neurokognitif.
[3,4]
multifaktorial. Faktor risiko yang berbeda telah dilaporkan, dan banyak penelitian
telah mengevaluasi efek profilaksis dengan intervensi yang berbeda. Jurnal review
ini menyoroti kejadian, faktor risiko, patogenesis, pencegahan, dan strategi
pengobatan POAF.
PERLUASAAN MASALAH
Insiden POAF setelah operasi jantung yang sebenarnya masih belum jelas. Insiden
yang dilaporkan sekitar 10-65%. Kisaran ini terlalu luas, karena penelitian yang
meneliti atrial fibrilasi (AF) yang diikuti dengan coronary artery bypass graft
(CABG), memiliki perbedaan dalam karakteristik pasien, jenis operasi, metode
deteksi, dan definisi dari AF.
[5]
POAF adalah sekitar 30% setelah operasi CABG murni, 40% setelah penggantian
atau perbaikan katup jantung, dan meningkat menjadi sekitar 50% setelah
dikombinasikan dengan CABG dan penggantian atau perbaikan katup jantung.
Insiden POAF diduga akan meningkat di masa depan, seiring dengan penduduk
yang melakukan operasi jantung semakin tua karena insiden AF pada umumnya
yang merupakan age-dependent. POAF cenderung terjadi dalam waktu dua
sampai empat hari setelah prosedur, dengan kejadian puncak biasanya terjadi pada
hari kedua pasca operasi. Dari pasien yang mengalami aritmia, 70% terjadi
sebelum akhir hari keempat pasca operasi dan 94% sebelum akhir hari keenam
pasca operasi.
[6]
tinggal di rumah sakit hampir 4-9 hari, dan menyebabkan biaya POAF di rumah
sakit menjadi signifikan. [6]
FAKTOR RESIKO POAF
Sejumlah penelitian telah mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang terkait
dengan pengembangan terjadinya atrial fibrilasi setelah operasi jantung.
[7]
Faktor
risiko seperti usia tua, riwayat AF, jenis kelamin laki-laki, penurunan fraksi ejeksi
ventrikel kiri, operasi katup jantung, pembesaran atrium kiri, penyakit paru
obstruktif kronik, gagal ginjal kronis, diabetes mellitus, dan penyakit jantung
rematik berhubungan dengan berkembangnya atrial fibrilasi [Gambar 1]. [1,3,7-9]
MEKANISME POAF
Atrial fibrilasi disebabkan karena peningkatkan automatisasi di satu atau beberapa
focus rapid depolarisasi dan re-entry yang melibatkan satu atau lebih sirkuit.
Perkembangannya
teridentifikasi
kemungkinan
sepenuhnya.
merupakan
Mekanisme
multifaktorial
seperti
peradangan
dan
[10]
belum
pericardial,
[4]
Peningkatan aktivasi
[11,12]
[22-24]
[11]
Trauma bedah untuk atrium dikaitkan dengan peningkatan insiden POAF, yang
menjelaskan mengapa pasien yang menjalani operasi katup jantung memiliki
risiko tertinggi terjadinya POAF.
[1,8]
[26,27]
bersama-sama
[28,29]
[30-32]
dan
[33]
[34,35]
Namun, efek
samping dari sotalol, seperti hipotensi dan bradikardi, dan khususnya efek
proaritmianya, telah membatasi penggunaannya dalam manajemen perioperatif.
Tabel 1. Indikasi Intervensi AF pada Post Cardiac Surgery Berdasarkan
Guidelines ACC/AHA/ESC
Indikasi Kelas I
Level
blocker
evidence: A
oral
untuk
mencegah
POAF
of
Level
of
evidence: B
Level
of
evidence: A
Level
of
evidence: B
Level
of
evidence: B
Level
of
evidence: B
Level
evidence: B
of
Amiodarone
Amiodarone adalah obat antiaritmia kelas III yang juga memiliki beta dan alpha
adrenergic blocker. Hal ini memiliki peran dalam mengendalikan overstimulasi
simpatik yang didapatkan pada pasien yang menjalani operasi jantung.
Amiodarone oral yang dikombinasikan ke beta blocker telah terbukti menjadi
pendekatan yang sangat menjanjikan dari manajemen POAF. Terapi kombinasi ini
dikaitkan dengan 50% inisiden yang lebih rendah dari pasca operasi atrial
takiaritmia pada pasien yang menjalani penggantian atau perbaikan katup jantung
dan/atau CABG. Dalam uji coba prospektif besar, Prophylactic Oral Amiodarone
for the Prevention of Arrhythmias that Begin Early After Revascularization Valve
Replacement or Repair (PAPABEAR), jumlah yang memerlukan pengobatan
hanya 7,5 untuk mencegah satu pasien dari berkembangnya menjadi POAF.
[36]
Hasil trial PAPABEAR, konsisten dengan hasil yang telah dikumpulkan dari 19
percobaan meta-analisis yang membandingkan amiodaron dengan plasebo.
[37]
profilaksis amiodarone harus diberikan sebagai terapi rutin untuk pasien berisiko
tinggi menjalani operasi jantung. [37]
Atrial Pacing
Terdapat tiga mekanisme atrial pacing dalam menurunkan dan/atau mencegah AF:
Mencegah pencetus AF dengan mensupresi denyut atrial prematur.
Mengurangi bradikardi yang mempengaruhi dispersi depolarisasi atrium yang
berkontribusi dalam elektrofisiologi untuk AF.
Menggunakan atrial pacing ganda, seperti mekanisme meminimalkan dan/atau
mencegah perkembangan intra atrial entry, dan menyebabkan AF. Meta-analisis,
[38-40]
mengurangi risiko onset baru POAF. Namun, jumlah pasien yang berpartisipasi
dalam studi ini sedikit, dan protokol yang digunakan untuk pacing sangat
bervariasi luas pada studi ini.
OBAT LAINNYA
Kalsium channel blocker
Sejumlah
penelitian
telah
mengevaluasi
kalsium
channel
blocker
penyakit
arteri
sebelumnya
telah
menunjukkan bahwa pasien dengan terapi statin memiliki insiden lebih rendah
terhadap POAF setelah CABG.
[41]
[43,44]
Selanjutnya, dalam studi 12 tahun follow-up pada populasi umum. konsumsi ikan
yang menginduksi konsentrasi plasma tinggi dari PUFA telah dikaitkan dengan
insiden AF yang lebih rendah. [45]
Randomized trial oleh Calo et al,
[46]
[47]
Magnesium
[48]
[51]
Penggunaan NAC dengan terapi reperfusi pada pasien dengan infark miokard akut
juga telah dikaitkan dengan stres oksidatif yang sedikit dan pemeliharaan yang
lebih baik dari fungsi ventrikel kiri.
[52]
menguntungkan pada penyakit paru kronis, [49] yang dianggap faktor risiko lainnya
untuk POAF. Sebuah studi yang diterbitkan dalam European Heart Journal dua
tahun lalu.
[50]
infus yang terus menerus selama 48 jam pasca operasi untuk mengurangi kejadian
POAF.
PENGOBATAN POAF
Meskipun POAF adalah sementara dan self-limiting, pengobatan diindikasikan
untuk pasien dengan hemodinamik tidak stabil, dan yang dapat berkembang
menjadi iskemia jantung atau gagal jantung. Pengobatan saat ini meliputi
pengendalian tingkat ventrikel, dan memulihkan/mempertahankan ritme sinus,
serta pencegahan tromboemboli.
Rhythm control
Sebagian besar bukti terbaru menunjukkan bahwa rhythm control lebih baik dari
rate control. Alasannya adalah bahwa rhythm control mempertahankan pasien
dalam irama sinus, dengan penurunan lama tinggal di rumah sakit.
[53]
Agen yang
termasuk amiodaron,
sebuah penelitian,
[56]
[54]
procainamide,
[55]
ibutilide,
[56]
dan sotalol.
[57]
Dalam
Dosis Dewasa
Keuntungan
Efek Samping
2.5-5 mg/kg IV dalam Dapat digunakan Disfungsi tiroid dan
20 menit lalu 15 mg/kg
pointes, pulmonary
jam
fibrosis,photosensitivity,
bradikardi
Procainamide
tercapai
Ibutilide
Torsades de pointes
procainamide
Electrical kardioversi
Jika
POAF
menghasilkan
gagal
jantung
akut,
iskemia
miokard
atau
10
Rate control
Masa pemulihan pasca operasi ditandai dengan peningkatan aktivitas sistem saraf
otonom dan stres adrenergik, dan ini yang membuat sulit untuk mengontrol laju
ventrikel pada pasien dengan POAF. Beta blockers adalah terapi pilihan, terutama
pada pasien dengan penyakit jantung iskemik. Namun, beta blockers relatif
kontraindikasi atau buruk ditoleransi pada pasien diketahui memiliki asma atau
bronchospasme,
gagal
jantung
dekompensasi
akut,
atau
high-grade
[60]
Tidak ada uji coba terkontrol secara khusus mengevaluasi efikasi dan keamanan
terapi antikoagulasi untuk POAF onset baru, yang sering hilang secara spontan
setelah empat sampai enam minggu. Umumnya, antikoagulan dimulai untuk
prolong (> 48 jam) dan/atau episode POAF yang sering. American College of
Chest Physicians merekomendasikan penggunaan terapi antikoagulasi, terutama
untuk pasien yang berisiko tinggi, seperti mereka yang memiliki riwayat stroke
atau serangan iskemik transien, di antaranya AF berkembang setelah operasi. Pada
pasien juga dianjurkan untuk melanjutkan terapi antikoagulasi untuk 30 hari lebih
lanjut setelah kembali ke irama sinus normal. [60]
Tabel 3. Obat yang Digunakan Untuk Rate Control pada AF
Obat
Digoxin
Dosis Dewasa
0.25-1.0 mg IV lalu 0/125-
Keuntungan
Efek Samping
Dapat digunakan Nausea, AV block
0.5mg/day IV atau PO
pada POAF
Beta-blocker
Esmolol
comgestive
heart
failure,
menyebabkan
11
bronchospasme,
hipotensi, AV blok
Atenolol
control (IV)
lalu 50-100 mg PO
Metoprolol
lalu 50-100 mg PO
control (IV)
2.5-10 mg IV selama 2
Calciumchannel blocker
Verapamil
Diltiazem
Memperburuk
congestive
heart
PO
failure, AV blok
KESIMPULAN
POAF adalah aritmia yang paling umum terjadi setelah operasi jantung. Frekuensi
aritmia ini meningkat, kemungkinan besar karena meningkatnya jumlah pasien
usia lanjut yang menjalani operasi jantung.
Saat ini, terdapat variasi yang signifikan dalam strategi pencegahan untuk POAF,
dengan variasi bukti yang mendukung. Bukti terbaru menunjukkan bahwa betablocker yang efektif, aman, dan dapat digunakan pada kebanyakan pasien. Oleh
karena itu, kecuali kontraindikasi, beta-blocker harus dilanjutkan perioperatif atau
dimulai pada semua pasien. Selain itu, amiodaron, statin, N-3 PUFA, atau NAC,
dapat digunakan dengan beta-blocker sebagai terapi tambahan. Terapi kombinasi
tersebut telah terbukti bermanfaat dalam mengurangi POAF.
DAFTAR PUSTAKA
1.
12
Mathew JP, Fontes ML, Tudor IC, Ramsay J, Duke P, Mazer CD, et al. A
multicenter risk index for atrial fibrillation after cardiac surgery. JAMA
2004;291:1720-9.
4.
Allessie MA, Boyden PA, Camm AJ, Klber AG, Lab MJ, Legato MJ, et al.
Pathophysiology and prevention of atrial fibrillation. Circulation
2001;103:769-77.
5.
Maisel WH, Rawn J, Stevenson WG. Atrial fibrillation after cardiac surgery.
Ann Intern Med 2001;135:1061-73.
6.
Aranki SF, Shaw DP, Adams DH, Rizzo RJ, Couper GS, VanderVliet M, et
al. Predictors of atrial fibrillation after coronary artery surgery. Current trends
and impact on hospital resources. Circulation 1996;94:390-7.
7.
8.
Mathew JP, Parks R, Savino JS, Friedman AS, Koch C, Mangano DT, et al.
Atrial fibrillation following coronary artery bypass graft surgery: Predictors,
outcomes, and resource utilization. MultiCenter Study of Perioperative
Ischemia Research Group. JAMA 1996;276:300-6.
9.
10. Fuster V, Rydn LE, Asinger RW, Cannom DS, Crijns HJ, Frye RL, et al.
ACC/AHA/ESC Guidelines for the Management of patients with atrial
fibrillation: Executive summary. A Report of the American College of
Cardiology/ American Heart Association Task Force on Practice Guidelines
and the European Society of Cardiology Committee for Practice Guidelines
and Policy Conferences (Committee to Develop Guidelines for the
Management of Patients With Atrial Fibrillation): Developed in collaboration
with the North American Society of Pacing and Electrophysiology. J Am Coll
Cardiol 2001;38:1231-66.
11. Levy MN. Sympathetic-parasympathetic interactions in the heart. Circ Res
1971;29:437-45.
12. Ishii Y, Schuessler RB, Gaynor SL, Yamada K, Fu AS, Boineau JP, et al.
Inflammation of atrium after cardiac surgery is associated with
inhomogeneity of atrial conduction and atrial fibrillation. Circulation
2005;111:2881-8.
13. Tselentakis EV, Woodford E, Chandy J, Gaudette GR, Saltman AE.
Inflammation effects on the electrical properties of atrial tissue and
13
14
15
16
17
18