Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencemaran Tanah
1. Pengertian
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi. (Amzani, 2012)
Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung benda organik dan
anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Sebagai faktor
produksi pertanian tanah mengandung hara dan air, yang perlu di tambah untuk
pengganti yang habis dipakai. Pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal
berikut. Pertama, pencemaran secara langsung. Misalnya karena menggunakan
pupuk secara berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida, dan pembuangan
limbah yang tidak dapat di uraikan seperti plastik. Pencemaran juga dapat melalui
air. Air yang mengandung bahan pencemar atau polutan akan mengubah susunan
kimia tanah sehingga menggangu jasad yang hidup di dalam atau di permukaan
tanah (Budihardjo, 2003).
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang
Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi bio massa: Tanah adalah salah satu
komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral
dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai

II - 1

kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.


Pencemaran tanah adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lain ke dalam
suatu areal tanah yang dapat mengubah atau mempengaruhi keseimbangan
ekologis di areal tersebut.
Menurut keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup No.02/MENKLH/I/1988 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran
tanah adalah masuk dan dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam tanah dan atau berubahnya tatanan (komposisi) oleh
kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas kualitas tanah menurun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan tanah menjadi kurang atau tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
2. Sumber Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah dapat disebabkan oleh faktor internal, yaitu pencemaran
yang disebabkan oleh peristiwa alam, seperti letusan gunung berapi yang
memuntahkan debu, pasir, batu dan bahan vulkanik lainya yang menutupi dan
merusakan daratan sehingga daratan menjadi tercemar. Faktor eksternal, yaitu
pencemaran tanah karena ulah manusia. Pencemaran tanah karena faktor eksternal
merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar
tanah tetap dapat memberikan daya dukung alamnya bagi manusia (Wardhana
dkk, 2009).
Pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah ini, yaitu :
a.

Pencemaran tanah secara langsung

II - 2

Misalnya karena penggunaan pupuk secara berlebihan, pemberian


pestisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat diuraikan seperti plastik,
kaleng, botol, dan lain-lainnya.
b.
Pencemaran tanah melalui air
Air yang mengandung bahan pencemar ( polutan ) akan mengubah
susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam atau di
permukaan tanah.
c.
Pencemaran tanah melalui udara
Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan
pencemar yang mengakibatkan tanah tercemar juga (Pohan, 2004).
3. Dampak Pencemaran Tanah
Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah, diantaranya:
a.

Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.

Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,
bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lamakelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
B. Penanganan Pencemaran Tanah

II - 3

Salah satu cara dalam menangani pencemaran tanah adalah dengan cara
fitoremediasi

dimana

fitoremediasi

adalah

pemanfaatan

tumbuhan,

mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi bahan pencemar,


karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam-logam berat dan
mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator (Udiharto, 1992
dalam Marliana, 2012).
Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa konsep dasar yakni
fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan interaksi dengan
mikroorganisme pendegradasi polutan (Kelly, 1997).
a. Fitoekstraksi
Fitoekstraksi merupakan penyerapan polutan oleh tanaman dari air
atau tanah dan kemudian diakumulasi / disimpan didalam tanaman (daun
atau batang), tanaman seperti itu disebut dengan hiperakumulator. Setelah
polutan terakumulasi, tanaman bisa dipanen dan tanaman tersebut tidak
boleh dikonsumsi tetapi harus dimusnahkan dengan insinerator kemudian
dilandfiling.
b. Fitovolatilisasi
Fitovolatilisasi merupakan proses penyerapan polutan oleh
tanaman dan polutan tersebut dirubah menjadi bersifat volatil dan
kemudian ditranspirasikan oleh tanaman. Polutan yang dilepaskan oleh
tanaman ke udara bisa sama seperti bentuk senyawa awal polutan, bisa
juga menjadi senyawa yang berbeda dari senyawa awal. Fitovolatilisasi
terjadi ketika tumbuhan menyerap kontaminan dan melepaskan ke
atmosfir lewat daun.
c. Fitodegradasi

II - 4

Fitodegradasi adalah metabolisme bahan pencemar di dalam


jaringan tumbuhan. Fitodegradasi adalah proses penyerapan pollutan oleh
tanaman dan kemudian polutas tersebut mengalami metabolisme di dalam
tanaman. Metabolisme polutan di dalam tanaman melibatkan enzim
anatara lain nitrodictase, laccase, dehalogenase dan nitrilase.
d. Fitostabilisasi
Fitostabilisasi merupakan proses yang dilakukan leh tanaman
untuk mentransformasi polutan di dalam tanah menjadi senyawa yang non
toksik tanpa menyerap terlebih dahulu polutan tersebut kedalam tanaman.
Hasil transformasi dari polutan tersebut tetap berada di dalam tanah.
Fitostabilisasi adalah suatu fenomena diproduksinya senyawa kimia
tertentu untuk mengimobilisasi kontaminan di daerah daerah rizosfer atau
akar untuk stabilisasi tanah yang tercemar.

e. Rizofiltrasi

II - 5

Rhizofiltrasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman tetapi


biasanya konsep dasar ini berlaku apabila medium yang tercemarnya
adalah badan perairan. Pemanfaatan kemampuan akar tumbuhan untuk
menyerap, mengendapkan dan mengakumulasi logam dari aliran limbah
ini umumnya dilakukan untuk membersihkan lingkungan akuatik yang
tercemar.

Sumber : Kelly (1997)


Gambar 2.1 Jalur penyerapan polutan tanaman pada proses fitoremediasi
Kelebihan dan kekurangan fitoremediasi
Fitoremediasi merupakan suatu teknik yang menjanjikan dapat mengatasi
pencemaran dengan murah, efektif, dan dapat digunakan secara langsung di
tempat yang tercemar dengan menggunakan pepohonan, tanaman pangan dan
tanaman berbunga. Teknologi ini potensial untuk diaplikasikan, aman digunakan

II - 6

dengan dampak negatif kecil, memberikan efek positif yang mutiguna terhadap
kebijakan pemerintah, komunitas masyarakat dan lingkungan, biaya relatif rendah,
mampu mereduksi volume kontaminan, dan memberikan keuntungan langsung
bagi kesehatan masyarakat. Keuntungan paling besar dalam penggunaan
fitoremediasi adalah biaya operasi yang lebih murah. (Fahruddin, 2010).
Kelemahan fitoremediasi adalah dari segi waktu yang dibutuhkan lebih
lama dan juga terdapat kemungkinan masuknya kontaminan kedalam rantai
makanan melalui konsumsi hewan dari tanaman tersebut (Pratomo dkk, 2004
dalam Fahruddin, 2010).

C. Logam Pencemar
Logam Kadmium (Cd)
Logam kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang banyak
digunakan dalam berbagai kegiatan industri kimia di Indonesia, seperti : industri
pelapisan logam, industri baterai nikel-kadmium, industri cat, industri PVC atau
plastik dan industri lainnya. Kadmium dimanfaatkan dalam berbagai bidang
industri kimia tersebut karena sifat kadmium yang lunak dan tahan korosi
(Darmono, 2001).
Sumber kadmium adalah pelapukan bahan mineral tanah, abu vulkanik,
pembakaran batu bara, pembakaran sampah, pupuk mineral seperti fosfat, batu
kapur dan limbah. Kadmium bersifat racun dan umumnya terikat pada protein dan
senyawa organik lain (EPA, 2000 dalam Institut Pertanian Bogor, 2006).

II - 7

Pencemaran logam kadmium di lingkungan terutama tanah pertanian


seperti sawah biasanya berasal dari hasil buangan industri yang menggunakan
logam kadmium dalam proses produksinya seperti industri elektroplating yang
telah mencemari air irigasi. Air irigasi kemudian di gunakan untuk mengairi
sawah. Logam Cd tersebut kemudian terendapkan ke dalam tanah. Pada saat pH
tanah turun maka penyerapan Cd ke dalam jaringan tanaman akan tinggi. Selain
dari air irigasi, pencemaran tanah pertanian oleh Cd bisa terjadi akibat pemakaian
pupuk pospat yang berlebihan juga penggunaan pestisida (Darmono, 2006).
Penambahan Kadmium (Cd) pada tanah terjadi melalui penggunaan pupuk
fosfat, pupuk kandang, dari buangan industri yang menggunakan bahan bakar
Batubara dan minyak, buangan incinerator (tanur) dan sewage sludge
(Napitupulu, 2008 dalam Aditya dkk, 2010). Kandungan kadmium dalam kerak
bumi jumlahnya relatif kecil (sekitar 0,15-0,2 g/g), mencerminkan kondisi kadar
kadmium dalam tanah di suatu lokasi (WEAST, 1981). Di sisi lain, kandungan
kadmium dalam tanah dapat meningkat karena suatu proses alamiah seperti
peristiwa bencana alam (gunung meletus) dan oleh ulah manusia yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan maupun proses pemupukan yang
berlebihan (William dan David, 1977). Kadmium banyak digunakan untuk
pelapisan logam, yang mutunya lebih baik daripada pelapis seng, walaupun
harganya lebih mahal. Proses tersebut biasanya dilakukan dangan cara elektrolisis,
pencelupan atau penyemprotan. Dari proses tersebut kemungkinan akan terbuang
kadmium ke dalam alam lingkungan dan terbawa melalui air, serta udara,
sehingga menyebar luas ke daerah pertanian dan permukiman, sehingga

II - 8

berpengaruh terhadap kehidupan tanaman, hewan maupun manusia melalui rantai


pakan.
Kasus pencemaran yang menjadikan kadmium (Cd) populer sebagai logam
berat yang berbahaya adalah pencemaran di wilayah Kumamoto Jepang yang
menyebabkan keracunan pada manusia. Pencemaran kadmium pada air minum di
Jepang menyebabkan penyakit itai-itai. Gejalanya ditandai dengan ketidaknormalan tulang dan beberapa organ tubuh menjadi mati (Ernawati, 2010).
D. Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides)
Tanaman akar wangi (Vetiver zizanioides) disebut merupakan tanaman
hiperakumulator logam yang memiliki sifat daya penyerapan atau akumulasi
yang tinggi terhadap logam berat di jaringan tumbuhan (MacGrath et al., 1993:
Komar et al., 1995).

Sumber : Buku Panduan Teknis Penerapan Sistem Vetiver

Gambar 2.2 Tanaman Akar Wangi


Tanaman akar wangi (Vetiver zizanioides) mencegah dan mengolah tanah
yang terkontaminasi dengan cara sebagai berikut :
1) Pengendalian pencemaran diluar area.
2) Fitoremediasi tanah terkontaminasi.

II - 9

3) Memerangkap bahan yang terkikis dan sampah di limpasan air.


4) Menyerap logam berat dan polutan lainnya.
5) Mengolah nutrisi dan polutan lainnya dalam air limbah dan lindian
(sampah cair hasil uraian dari sampah di dalam pembuangan)
Tanaman akar wangi tahan terhadap logam berat, salinitas dan dapat tumbuh
pada pH antara 311.5 sehingga dapat digunakan untuk merehabilitasi kondisi
fisik dan kimia tanah yang rusak. Perakarannya yang rimbun dapat digunakan
sebagai penahan erosi. Akarnya menghasilkan minyak esensial fiksatif yang
digunakan sebagai bahan untuk sabun, kosmetik dan

parfum. Akar juga

digunakan untuk keranjang, tikar, kipas angin, layar, tenda, kantong sachet, dan
kerajinan anyaman lainnya. Rumput vetiveira ditanam sebagai tanaman pagar,
digunakan untuk penanaman kontur, seperti pengendalian erosi di perbatasan dan
jalan-jalan, untuk reklamasi tanah, pengendalian banjir dan produksi biomassa.
Temperatur yang dapat menyebabkan tanaman ini mati berkisar antara -15 C
hingga -20C. Akar siap untuk dipanen setelah 12-24 bulan.
Mekanisme penyerapan dan akumulai logam berat oleh tumbuhan dapat
dibagi menjadi tiga proses yang sinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar,
translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada
bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan
tersebut (Connel & Miller,1995). Pembentukan reduktase spesifik logam di dalam
tumbuhan membentuk suatu molekul reduktase di membran akarnya. Reduktase
ini berfungsi mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melalui kanal khusus di
dalam membran akar. Setelah logam dibawa masuk ke dalam sel akar, selanjutnya
logam harus diangkut melalui jaringan pengangkut, yaitu xilem dan floem, ke

II - 10

bagian tumbuhan lain. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat


oleh molekul khelat.

II - 11

Anda mungkin juga menyukai