Anda di halaman 1dari 368

MJbmnM

moffifi

m$CI

!se&w

IilirAS.
lr[1un]6,5i

I L*-kli i PFmtm

Sarclangun

t:]
m

., 5 per 1[0.00i1 p*nd$,Jui]

i -i

cer 1|,fl

r3S0

per 100 000


^6

c*ndt;ttm

penruir

PROFIL
KESEHATAN PROVINSI JAMBI
2010

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI


JAMBI
2011

TIM PENYUSUN

Pengarah
Dr. Hj. Andi Pada, M.Kes
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi

Ketua
Yan Niaga, SKM, M.Kes
Kepala Seksi Pendataan dan Pengendalilan

Editor
Herwan, SKM
Heryantomi, Am.Kep

Anggota
Herwan, SKM; Ika Asrini M, S.Pd; Parida Harahap, S. Psi;
Hj. Evariani, S.Sos; Moerti Any, SE; Heryantomi, Am.Kep

Kontributor
BPS Provinsi Jambi, Sekretaris Dinas Kesehatan, Bidang Evaluasi dan
Pengendalian, Bidang Pelayanan Kesehatan, Bidang Penanggulangan
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dan Bidang Pemberdayaan
Kesehatan Masyarakat

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena dengan rahmat dan
karuniaNya Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 telah dapat diselesaikan. Profil
Kesehatan Provinsi Jambi merupakan sarana penyajian data dan informasi
kesehatan yang merupakan potret status kesehatan masyarakat dengan
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Profil kesehatan Provinsi Jambi selain
sebagai penyajian data dan informasi kesehatan juga dimanfaatkan sebagai
bahan evaluasi dari program-program pembangunan kesehatan di kabupaten/
kota. Data Profil Kesehatan Provinsi Jambi saat ini telah pula dimanfaatkan
dalam penyusunan RPJMD dan renstra Dinas Kesehatan.

Penyajian data dalam profil kesehatan diupayakan dalam bentuk data facility
based

dan data community based serta data yang disajikan diupayakan

lengkap dari segi jenis dan cakupan. Profil Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2010
ini penyusunannya berbeda dari profil kesehatan sebelumnya, profil kesehatan
yang sekarang penyajiannya menyesuaikan dengan Profil Kesehatan Indonesia,
lebih banyak penyajian datanya. Sumber data masih sama dengan profil
sebelumnya yaitu bersumber dari profil kesehatan kabupaten/ kota, data dari
program dan juga data dari lintas sector terkait.

Seksi Pendataan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Provinsi Jambi sebagai


koordinator Penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jambi bersama-sama dengan
program di Dinas Kesehatan menyusun Profil Kesehatan. Profil Kesehatan
Provinsi Jambi ditampilkan dalam bentuk yang lebih menarik agar para pembaca
lebih mudah menggunakannya. Profil Kesehatan ini menggambarkan tentang
kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan faktor
terkaitlainnya serta perbandingan dengan Nasional.

Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 dengan segala keterbatasannya tetatp


diupayakan agar dapat terbit lebih cepat dari tahun sebelummya. Profil

Kesehatan Provinsi Jambi 2010 dibuat dalam bentuk cetakan buku, bagi yang
membutuhkan dapat menghubungi Seksi Pendataan dan Pengendalian Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi. Kritik dan saran sangat kami butuhkan dalam
penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jambi ini.

Mudah-mudahan Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 ini bermanfaat dalam


mengisi kebutuhan data informasi di bidang kesehatan.
Billahit taufiq walhidayah, wassalamualaikum Wr.Wb.

Jambi,

Oktober 2011

Kepala Seksi Pendataan dan Pengendalian

Yan Niaga, SKM, M.Kes


NIP 19720429 200003 1002

ii

SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kahadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan bimbinganNya, Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi telah menerbitkan Profil Kesehatan Provinsi Jambi
2010 yang mencakup seluruh kabupaten/ kota. Meskipun berat dan banyak
tantangan didalam proses pengumpulan data dan informasi kesehatan ini,
akhirnya Seksi Pendataan dan Pengendalian berhasil menghimpun data tahun
2010 dan menyusunnya dalam bentuk Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010.

Tantangan dan kendala dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu
ternyata cukup banyak, sehingga data dan informasi dari kabupaten/ kota
maupun program masih belum dapat terisi secara lengkap. Dengan terbitnya
Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 ini, saya harapkan dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak baik institusi pemerintah, swasta, profesi, mahasiswa dan lainnya
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi.

Ucapan selamat dan penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada semua
pihak, terutama kepada Seksi Pendataan dan Pengendalian yang telah menjadi
coordinator

dalam

penyusunannya,

dan

kontribusi

program,

sehinga

memungkinkan tersusunnya Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 ini.

Billahit taufiq walhidayah, wassalamualaikum Wr.Wb.

Jambi,

Oktober 2011

Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi Jambi

Dr. Hj. Andi Pada, M.Kes


NIP 19620318 198901 2 002

iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI

iii

DAFTAR ISI

iv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB

PENDAHULUAN

BAB

II

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

A.
B.
C.
D.
E.

5
9
13
19
21

BAB III

BAB IV

BAB V

BAB VI

Letak Geografi, Tofografi dan Pemerintahan


Keadaan Penduduk
Keadaan Ekonomi
Keadaan Pendidikan
Keadaan Kesehatan Lingkungan

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

27

A. Mortalita
B. Morbiditas

27
35

SITUASI UPAYA KESEHATAN

57

A.
B.
C.
D.

58
88
94
103

Pelayanan Kesehatan Dasar


Pelayanan Kesehatan Rujukan
Perbaikan Gizi Masyarakat
Pelayana Kesehatan dalam Situasi Bencana

SUMBER DAYAKESEHATAN

105

A. Sarana Kesehatan
B. Tenaga Kesehatan
C. Pembiayaan Kesehatan

105
112
116

PERBANDINGAN PROVINSI JAMBI DENGAN NASIONAL 120


A. Kependudukan
B. Derajat Kesehatan
C. Upaya Kesehatan

120
125
127

LAMPIRAN
iv

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

No Tabel

Judul Tabel

Lampiran Tabel 1

Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah


Rumah Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur,


Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, Kabupaten/
Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok


Umur Di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 4

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang


Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten / Kota
di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 5

Persentase Penduduk Laki-laki Dan Perempuan Berusia 10


Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang
Ditamatkan Dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.

Lampiran Tabel 6

Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten /


Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 7

Jumlah Kematian Bayi Dan Balita Menurut Jenis Kelamin


Dan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 8

Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompk Umur


Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 9

Jumlah Kasus AFP (NON POLIO) Dan AFP Rate (NON


POLIO) Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.

Lampiran Tbel 10

Jumlah Kasus Baru TB Paru Dan kematian Akibat TB Paru


Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.

Dan

Lampiran Tabel 11 Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.

Lampiran Tabel 12 Jumlah KAsus Dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut


Jenis Kelamin Kabupaten Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 14 Jumlah Kasus Baru HIV,AIDS, Dan Infeksi Meular Lainnya
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
tahun 2010.
Lampiran Tabel 15 Persentse Donor Darah Diskrining Terhadap HIV, AIDS,
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 16 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 17 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin kabupaten
/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 18 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut
Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 19 Jumlah Kasus dan Prevalansi Penyakit Kusta Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 20 Persentase Penderita Kusta selesai Berobat Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 21 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dicegah Dengan Imunisasi
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi
tahun 2010.
Lampiran Tabel 22 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin kabupaten/ Kota
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 23 Jumlah Kasus DBD Menurut jenis Kelamin Kabupaten/ Kota
di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 24 Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 25 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi JambiTahun 2010.

Lampiran Tabel 26 Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 27 Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampira Tabel 30

Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet FE I Dan FE 3


Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 31 Jumlah Dan Persenatase Ibu Hamil Dan Neonatal Resiko
Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 32 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Balita, Ibu Nifas
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 33 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 34 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 35 Jumlah Peserta KB Baru Dan KB Aktif Menurut Kabupaten/
Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 36 Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 37 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Kelamin

Lampiran Tabel 38 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten / Kota di


Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 39 Cakupan Imunisasi DPT, HB Dan Campak Pada Bayi
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.

Lampiran Tabel 40 Cakupan Imunisasi BCG Dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis
Kelamin kabupaten? Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 41 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 42 Pemberian Makanan Pendamping ASI Usia Anak 6-23 Bulan
Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 43 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 44 Jumlah Balita Yang Ditimbang Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 45 Cakupan Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut
Jenis Kelamin Kabupate/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 46 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD & Setingkat
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 47 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 48 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 49 Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan
Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 50 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis
KLB Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 51 Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani < 24 Jam
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 52 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 53 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD Dan
Setingkat Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 54 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Kabupaten/ Kota di


Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 55 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 56 Cakupan Pelayanan Rawat JAlan Masyarakat Miskin
(Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 57 Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Hampir
Miskin) Menurut Strata Kesehatan, Jenis Kelamin di Provinsi
Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 58 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Inap, Dan Kunjungan
Gangguan Jiwa Disarana Kesehatan Kabupaten/ Kota di
Provinsi jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 59 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 60 Indikator Kenerja Pelayanan di Ruamh sakit Kabupaten/
Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 61 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 62 Persenatse Rumah Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 63 Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk
AEDES Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 64 Persentase Keluarga Menurut Sarana Air Bersih Yang
Digunakan Di Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 65 Persenatase Keluarga Menurut Sumber Air Bersih Yang
Digunakan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 66 Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi


Dasar Menurut kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 67 Persentase Tempat Umum Dan Pengelolaan Makanan
(TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 68 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 69 Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 70 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan
di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes
Dan Memiliki Sfesialis Dasar di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 72 Jumlah Posyandu Menurut Strata Dan Kabupaten/ Kota di
provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 73 Usaha Kesehatan Yang Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jmbi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 74 Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan di Provinsi
Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 75 Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan di
Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 76 Jumlah Tenaga Kefarmasian Dan Gizi di Sarana Kesehatan
di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 77 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarkat Dan Sanitasi Di
Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 78 Jumlah Tenaga Teknisi Medis Dan Fsioterafis di Sarana
Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 79 Anggaran Kesehatan Kabupten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.

Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan
masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator
umur harapan hidup (UHH), angka kematian, angka kesakitan, dan status
gizi masyarakat.

Sistem informasi kesehatan adalah salah satu upaya pemerintah untuk


menyediakan data dan informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan
yang ada saat ini masih belum dapat menyediakan data dan informasi
yang evidence based sehingga belum mampu menjadi alat manajemen
kesehatan yang efektif. Masih terfrakmentasinya sistem informasi.
kesehatan sehingga mengakibatkan redundant data, duplikasi kegiatan
dan tidak efisiennya penggunaan sumber daya, situasi ini mengakibatkan
pendistribusian informasi menjadi terlambat terutama dari sumber data di
unit pelayanan.

Profil Kesehatan Provinsi Jambi merupakan gambaran tentang situasi


pembangunan kesehatan di Provinsi Jambi yang selalu diterbitkan setiap
tahun. Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010, merupakan alat ukur
capaian

indikator

pembangunan

kesehatan

di

kabupaten/

kota

dibandingkan dengan target provinsi, nasional dan target Millenium


Development Goals (MDGs). Profil Kesehatan Provinsi Jambi menuat
berbagai data kesehatan dan pendukung lainnya yang berhubungan

dengan kesehatan.seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan dan


keluaga berencana.

Data dianalisis secara sederhana dengan bentuk tampilan tabel, grafik,


peta dan narasi, dengan melihat peringkat dari tiap indikator, sehingga
kabupaten/ kota dapat mengetahui dimana posisinya dalam setiap
indikator pembangunan kesehatan dibandingkan dengan kabupaten/ kota
lainnya. Data profil kesehatan Provinsi Jambi juga digunakan sebagai
bahan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan upaya kesehatan di
kabupaten/ kota.

Dalam penyajian data Profil Kesehatan Provinsi Jambi diusahakan untuk


menampilkan data dan informasi yang dapat menjawab visi dan misi
Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Dimana visi
Kementrian

Kesehatan

adalah

Masyarakat

Sehat

yang

Mandiri

sedangkan visi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi adalah Masyarakat


Jambi Sehat Adil dan Mandiri dengan misi adalah sebagai berikut :
1.

Mendorong kemandirian dan kesadaran masyarakat untuk hidup


sehat.

2.

Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan


terjangkau.

3.

Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan kualitas lingkungan.

4.

Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya manusia bidang


kesehatan.

5.

Meningkatkan kualitas manjemen, pembiayaan kesehatan dan


jaminan pemeliharaan kesehatan.

Meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat maka,


mengakibatkan kebutuhan informasi kesehatan dan akses terhadap
informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan informasi
kesehatan. Hal ini membawa dampak luas dalam pelayanan kesehatan

termasuk kesiapan informasi untuk mendisain dan menilai pelayanan


kesehatan yang tepat. Disentralisasi adalah kebijakan yang mendorong
untuk terjadinya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 diharapkan dapat bermamfaat


dalam mendukung menajemen kesehatan yang lebih baik terutama untuk
mendukung visi dan misi pembangunan kesehatan baik pusat dan daerah.

Adapun sistimatika Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 terdiri atas 6


(enam) BAB, yaitu :
Bab

I. Pendahuluan, bab ini menyajikan tentang latar belakang

diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 serta sistimatikanya.


Bab

II. Situasi Umum dan Perilaku Penduduk, bab ini menyajikan

tentang gambaran umum Provinsi Jambi yang meliputi, (1). Letak


geografis,

fotografi,

dan

pemerintahan.

(2).

Kependudukan

(3).

Perekonomian. (4). Pendidikan. (5). Lingkungan fisik dan, (6). Perilaku


penduduk yang terkait dengan kesehatan.
Bab

III. Situasi Derajat Kesehatan, bab ini berisikan tentang uraian hasil-

hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2010, yang


mencakup angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan, dan
status gizi masyarakat.
Bab

IV. Situasi Upaya Kesehatan, bab ini berisikan tentang upaya yang

telah dilaksakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2010, gambaran


upaya kesehatan yang dilakukan meliputi : pencapaian kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan rujukan, upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit, dan upaya perbaikan gizi masyarakat.

Bab

V. Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menyajikan tentang

sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai dengan tahun


2010. gambaran sumber daya mencakup keadaan tenaga, sarana
kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.

Bab

VI. Perbandingan Provinsi Jambi dengan Provinsi lain di Sumatera,

Bab ini menyajikan perbandingan beberapa indikator yang meliputi data


kependudukan, angka kelahiran, angka kematian, dan beberapa penyakit
tertentu.

***

A. Letak Geografi, Tofografi dan Pemerintahan


Provinsi Jambi adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang berada di
Pulau Sumatera, Provinsi Jambi secara resmi berdiri menjadi provinsi
tahun 1958 sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 61
tahun 1958 tanggal 25 Juni 1958. Provinsi Jambi terletak antara 0 45'
sampai 2 45' Lintang Selatan dan 101 0' - 104 55' Bujur Timur, terletak
ditengah pulau sumatera membujur sepanjang pantai timur sampai barat,
dengan luas wilayah keseluruhan 50.160,05.Km. Secara geografis
Provinsi Jambi terletak pada Pantai Timur Pulau Sumatera berhadapan
dengan laut Cina Selatan.

Gambar 2.1
Letak Geografis Provinsi Jambi

Batas-batas wilayah Provinsi Jambi adalah sebagai berikut ; sebelah utara


dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, sebelah selatan dengan
Provinsi Sumatera Selatan, sebelah barat dengan Provinsi Sumatera
Barat dan Bengkulu, sebelah timur dengan Laut Cina Selatan. Provinsi
Jambi termasuk dalam kawasan segi tiga pertumbuhan IndonesiaMalaysia-Singapore (IMS-GT) dan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT).
Jarak tempuh Jambi ke Singapura jalur laut melalui Batam dengan
menggunakan kapal cepat (jet-foil) ditempuh 5 jam.

Luas wilayah Provinsi Jambi 50.160,05 km2, dengan luas wilayah per
kabupaten/ kota adalah sebagai berikut :
- Kabupaten Kerinci

3.355,27 km2

( 6,69%)

- Kabupaten Merangin

7.679

km2

(15,31%)

- Kabupaten Sarolangun

6.184

km2

(12,33%)

- Kabupaten Batanghari

5.804

km2

(11,57%)

- Kabupaten Muaro Jambi

5.326

km2

(10,62%)

- Kabupaten Tanjung Jabung Timur

5.445

km2

(10,86%)

- Kabupaten Tanjung Jabung Barat

4.649,85 km2

( 9,27%)

- Kabupaten Tebo

6.461

km2

(12,88%)

- Kabupaten Bungo

4.659

km2

( 9,29%)

- Kota Jambi

205,43 km2

( 0,41%)

- Kota Sungai Penuh

391,5 km2

( 0,78%)

Persentase luas wilayah kabupaten/ kota dalam Provinsi Jambi dapat


dilihat pada gambar 2.2, dimana kabupaten yang paling luas wilahnya
adalah Kabupaten Merangin, sedangkan wilayah terkecil adalah Kota
Jambi.

Gambar 2.2
Persentase Luas Wilayah Kabupaten/ Kota
Provinsi Jambi 2010

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Otonomi daerah membuat adanya pemekaran wilayah sesuai dengan UU


No.

54

tahun

1999

tentang pembentukan

Kabupaten

Merangin,

Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung


Timur, maka ada 4 kabupaten yang dimekarkan. Wilayah Kabupaten
Sarolangun Bangko dimekarkan menjadi dua yaitu Kabupaten Sarolangun
dan

Kabupaten

Merangin,

Kabupaten

Sarolangun

beribukota

di

Sarolangun dan Kabupaten Merangin beribukota di Bangko. Kabupaten


Tanjung Jabung dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten
Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten
Kabupaten Tanjung Jabung Barat beribukota di Kuala Tungkal dan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur beribukota di Muara Sabak. Kabupaten
Bungo Tebo dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Bungo
dan Kabupaten Tebo, Kabupaten Kabupaten Bungo beribukota di Muara
Bungo dan Kabupaten Tebo beribukota di Muara Tebo.

Dengan ditetapkannya Kota Sungai Penuh sebagai daerah tingkat II yang


baru berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2008, maka Provinsi

Jambi mempunyai 2 Kota dalam wilayahnya. Kota Sungai Penuh ini


dimekarkan dari Kabupaten Kerinci sebagai induknya. Wilayah kecamatan
yang menjadi bagian Kota Sungai Penuh adalah Kecamatan Tanah
Kampung, Sungai Penuh, Hamparan Rawang, Pesisir Bukit dan Kumun
Debai.

Saat ini Provinsi Jambi terbagi menjadi 9 Kabupaten dan 2 Kota, yaitu
Kabupaten Kerinci ibukotanya Sungai Penuh, Kabupaten Sarolangun
ibukotanya

Sarolangun,

Kabupaten

Merangin

ibukotanya

Bangko,

Kabupaten Bungo ibukotanya Muara Bungo, Kabupaten Tebo ibukotanya


Muara Tebo, Kabupaten Batanghari ibukotanya Muara Bulian, Kabupaten
Muaro Jambi ibukotanya Sengeti, Kabupaten Tanjung Jabung Barat
ibukotanya Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Timur ibukotanya
Muara Sabak, dan Kota Jambi yang juga merupakan ibukota Provinsi
Jambi, dan yang terakhir adalah pembentukan Kota Sungai Penuh.
Sampai dengan bulan Desember 2010 kecamatan di Provinsi Jambi
berjumlah 128 sedangkan desa/ kelurahan berjumlah 1.367
Adanya pemekaran wilayah kabupaten/ kota kini jarak tempuh melalui
jalan darat dari pusat kota Provinsi Jambi ke 9 Kabupaten dan 2 Kota
terdiri dari :
1. Prov. Jambi ke Kabupaten Kerinci, (Ibukota Sungai Penuh) 419 Km.
2. Prov. Jambi ke Kabupaten Merangin, (Ibukota Bangko) 290 Km
3. Prov. Jambi ke Kabupaten Sarolangun, (Ibukota Sarolangun) 179 Km
4. Prov. Jambi ke Kabupaten Bungo, (Ibukota Muara Bungo) 252 Km.
5. Prov.Jambi ke Kabupaten Tebo, (Ibukota Muara Tebo) 206 Km
6. Prov.Jambi ke Kabupaten Batanghari, (Ibukota Muara Bulian) 60 Km
7. Prov.Jambi ke Kabupaten Muara Jambi, (Ibukota Sengeti) 27 Km
8. Prov.Jambi ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat, (Ibukota Kuala
Tungkal) 131 Km

9. Prov.Jambi ke Kabupaten Tanjung Jabung Timur, (Ibukota Muara


Sabak) 129 Km
10. Prov.Jambi ke Kota Jambi yang juga merupakan (Ibukota Propinsi
Jambi) 3 Km
11. Prov.Jambi ke Kota Sungai Penuh (Ibukota Sungai Penuh) 420 Km

B. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data agregat per kabupaten/ kota hasil Sensus Penduduk
2010, Jumlah penduduk Provinsi Jambi adalah 3.092.265 yang terdiri dari
1.581.110 penduduk laki-laki dan 1.511.155 penduduk perempuan.
Tabel 2.1
Distribusi Penduduk Provinsi Jambi Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2010
Kabupaten/Kota

Laki-laki

Perempuan

Total

(1)

(2)

(3)

(4)

01 Kerinci

114.566

114.929

229.495

02 Merangin

171.106

162.100

333.206

03 Sarolangun

125.796

120.449

246.245

04 Batanghari

123.515

117.819

241.334

05 Muaro Jambi

177.712

165.240

342.952

06 Tanjab Timur

105.359

99.913

205.272

07 Tanjab Barat

144.775

133.966

278.741

08 Tebo

153.892

143.843

297.735

09 Bungo

155.455

147.680

303.135

71 Kota Jambi

268.102

263.755

531.857

40.832

41.461

82.293

1.581.110

1.511.155

3.092.265

72 Kota Sungai Penuh


Provinsi Jambi
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Tingkat persebaran penduduk Provinsi Jambi masih terpusat di Kota


Jambi yaitu sebesar 17,20 persen. Sedangkan kabupaten/ kota lainnya
seperti Kabupaten Muaro Jambi ditempati oleh sekitar 11,09 persen
penduduk, Kabupaten Merangin ditempati oleh 10,78 persen penduduk
dan kabupaten/ kota lain ditempati oleh kurang dari 10 persen penduduk
Jambi. Tiga kabupaten/ kota lainnya dengan jumlah penduduk terendah di
Provinsi Jambi yaitu Kota Sungai penuh, Kabupaten Tanjung Jabung
Timur dan Kabupaten Kerinci. Provinsi Jambi dengan luas wilayah
sebesar 53.435,38 kilo meter persegi dan jumlah penduduk 3.092.265
jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jambi sebanyak
57,87 jiwa per kilometer persegi. Kabupaten yang paling tinggi tingkat
kepadatan penduduknya adalah Kota Jambi yaitu sebesar 2.589,62 jiwa
per kilometer persegi, sedangkan kabupaten dengan tingkat kepadatan
paling rendah adalah Kabupaten Sarolangun yaitu 31,49 jiwa per kilometer
persegi.
Distribusi penduduk Provinsi Jambi menurut jenis kelamin dan kelompok
umur dapat kita lihat pada piramida penduduk Provinsi Jambi tahun 2010
seperti pada gambar 2.3. Indikator tentang struktur umur penduduk
bermanfaat untuk mengetahui piramida penduduk yang memberikan
gambaran jumlah penduduk pada usia-usia belum produktif (0-14), usia
produktif (15-64) dan tidak produktif lagi (65+). Jika ternyata jumlah
penduduk usia produktif lebih sedikit dibandingkan penduduk usia belum
dan tidak produktif lagi, maka beban tanggungan penduduk produktif di
suatu wilayah akan besar.
Piramida penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 dapat digolongkan dalam
piramida penduduk muda (expansive) yang dicirikan dengan tingkat
kelahiran tinggi serta tingkat kematian yang cukup rendah sehingga angka
pertumbuhan penduduk relatif tinggi. Selain penduduk pada kelompok
umur kurang dari 15 tahun yang terlihat sangat menonjol, penduduk pada
kelompok umur 25-29 tahun juga terlihat lebih besar dibandingkan
10

kelompok umur lainnya. Penduduk pada kelompok umur ini adalah


mereka yang terlahir di tahun 1980an dan termasuk dalam generasi baby
boom, dimana pada saat periode sensus memasuki usia produktif.
Gambar 2.3
Piramida Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2010

75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4

200,000

150,000

100,000

50,000

Laki-Laki

50,000

100,000

150,000

200,000

Perempuan

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Dari komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa banyak


penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia
produktif.

Angka

ini

disebut

sebagai

angka

beban

tanggungan

(Dependency Ratio). Dependency Ratio tahun 2010 sebesar 51,69


mengandung arti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus
menanggung 52 orang penduduk tidak produktif yang terdiri dari 46 orang
penduduk berumur kurang dari 15 tahun dan 5 orang penduduk berumur
lebih dari 65 tahun.

11

Gambar 2.4
Laju Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk
Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Angka beban tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan


antara penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke
atas) dengan usia produktif (antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100. Di
Provinsi Jambi kabupaten/ kota dengan persentase beban tanggungan
tertinggi adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu sebesar 61, 35 %,
diikuti oleh Kota Sungai Penuh sebesar 59,24 % dan Kabupaten Batang
Hari sebesar 54,24 %. Sedangkan kabupaten dengan beban tanggungan
terendah adalah Kota Jambi yaitu sebesar 44,80 % dan Kabupaten Muaro
Jambi sebesar 49,62 %. Angka beban tanggungan Provinsi Jambi per
Kabupaten/ Kota tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 2.5 dan lampiran
tabel 2.

12

Gambar 2.5
Angka Beban Tanggungan Menurut Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
51.73

Provinsi Jambi

61.35

Tanjab Barat

59.24

Sungai Penuh
Batang hari

54.24

Kerinci

53.59

Sarolangun

53.1

Merangin

52.51

Tebo

52.35
51.59

Tanjab Timur
Bungo

50.78

Muaro Jambi

49.62

Kota Jambi

44.8

10

20

30

40

50

60

70

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

C. Keadaan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan
jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu.
Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan
oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total
dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu,
pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan PDB. Apabila
diibaratkan kue, PDB adalah besarnya kue tersebut. Pertumbuhan
ekonomi sama dengan membesarnya kue tersebut yang pengukurannya
merupakan persentase pertambahan PDB pada tahun tertentu terhadap
PDB tahun sebelumnya .

13

PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga
konstan; dan penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep
harga konstan (constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk
mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini BPS menggunakan tahun
dasar 2000.

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam


menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian di
Provinsi Jambi selama 2010 telah tumbuh dengan baik. Pertumbuhan
ekonomi Jambi tidak hanya bisa berada di atas target yang ditetapkan
sekitar 7 persen, bahkan tingkat pertumbuhannya berada di atas tingkat
pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2010 ini pertumbuhan
perekonomian nasional ditargetkan tumbuh 5 persen, namun setelah
melihat riak ekonomi semakin membaik lalu pemerintah menaikkan
targetnya menjadi 5.5 persen. Pertumbuhan ekonomi Jambi 2010 ternyata
masih jauh di atas target pertumbuhan nasional yang telah disesuaikan
tersebut.

Tabel 2.2
Indikator Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
No

Tahun

Jenis Indikator
Inflasi

PDRB (miliyar Rupiah)


Berlaku

Pertumbuhan
Ekonomi

Konstan

Perkapita

1. 2005

16,50 22.487,01 12.619,97

7.625,66

5,57

2. 2006

10,66 26.061,77 13.363,62

8.680,76

5,89

3. 2007

7,24 32.076,68 14.275,16

11.697,44

6,82

4. 2008

11,57 41.056,48 15.297,77

14.724,72

7,16

5. 2009

2,49 42.815,92 16.272,26

15.107,07

6,37

6. 2010

10,52 53.816,69 17.465,00

17.424,19

7,30

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

14

Tingkat capaian yang lebih tinggi dari target ini terutama didorong oleh
semakin membaiknya harga produk-produk sektor pertanian dalam arti
luas seperti produk perkebunan, peternakan, perikanan, dan pertanian
tanaman pangan.

Bagusnya kondisi perekonomian Provinsi Jambi juga ditopang oleh


indikator ekonomi lainnya seperti tingkat inflasi yang masih berada dalam
ambang batas normal. Inflasi adalah Kenaikan harga barang dan jasa
secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan
pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Inflasi
Provinsi Jambi pada tahun 2010 mencapai 10,52 %, sedangkan
pertumbuhan ekonominya adalah 7,3 %. Di samping itu, kebijakan otoritas
moneter yang menetapkan tingkat suku bunga rendah ikut pula
berpengaruh terhadap sektor riil. Salah satu faktor lain yang menjadi
determinan membaiknya perekonomian Provinsi Jambi adalah iklim politik
dan keamanan yang semakin kondusif.

Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi


pada tahun 2009 meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008.
Peningkatan

ini

didukung

oleh

semua

sektor

ekonomi

dengan

pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Keuangan, Persewaan, dan


Jasa Perusahaan sebesar 17,9 persen. Pertumbuhan terkecil terjadi pada
Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan laju sebesar 0,7 persen.
Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar
harga berlaku pada tahun 2010 mencapai Rp. 53.816,69 milyar,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2010
sebesar Rp. 17.465 milyar.

Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, di samping keadaan


angkatan

kerja

(economically

active

15

population)

dan

struktur

ketenagakerjaan

adalah

isu

pengangguran.

Dari

sisi

ekonomi,

pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja


dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan
kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang
senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan
masalah-masalah dibidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan
berbagai masalah dibidang sosial, seperti kemiskinan dan kerawanan
sosial.
Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok
yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat
kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dan dalam suatu/kurun waktu
tertentu. Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk
mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah tangga.
Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda pembangunan.
Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan
seiring dengan berlangsungnya proses demografi.

Tabel 2.3
Penduduk Bukan Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun ke Atas
di Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010 (Agustus)
Tahun

Bukan Angkatan Kerja


Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

2007

176.031

392.415

84.956 653.402

2008

171.621

400.766

94.169 666.556

2009

186.312

390.743

90.806 667.861

2010

212.777

484.057

107.225 804.059

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

16

Lainnya

Total

Salah satu alat ukur untuk melihat keberhasilan pemerintah dalam


menjalankan program-program pembangunan adalah dengan melihat
indikator ketenagakerjaan yang dihasilkan baik dari data Survei maupun
Sensus.

Akses ke pasar tenaga kerja yang lebih baik menyebabkan kesempatan


kerja dan kesempatan berusaha penduduk juga meningkat, sehingga hal
ini dapat menekan tingkat pengangguran di suatu wilayah. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan jumlah
antara penduduk yang tergolong dalam angkatan kerja dengan penduduk
usia kerja. Jika digambarkan menurut kelompok umurnya, pola TPAK
penduduk Provinsi Jambi menyerupai huruf U terbalik.

Pada kelompok usia muda, tingkat partisipasi angkatan kerjanya


cenderung kecil, karena sebagian besar dari mereka masih berada di
bangku sekolah. Angka TPAK tertinggi berada pada kelompok umur 25-59
tahun, untuk kemudian mulai mengalami penurunan pada usia di atas 60
tahun. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menggambakan banyaknya
penduduk yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha dan mereka
yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (discourage worker).
Pada umumnya pola TPT menurut kelompok umur di Provinsi Jambi
mengindikasikan angka yang relatif tinggi di kelompok umur muda untuk
kemudian mengalami penurunan pada kelompok umur setelahnya.

Indonesia memiliki ribuan suku bangsa yang beraneka ragam. Masingmasing suku bangsa saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kebudayaan daerah lain atau kebudayaan yang berasal dari luar. Salah
satu diantara suku bangsa tersebut adalah Suku Anak Dalam yang hidup
di daerah Jambi. Suku Anak Dalam disebut juga Suku Kubu atau Orang
Rimba. Suku Anak Dalam hidup secara nomaden atau tidak menetap dan
mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun diantara

17

mereka sudah banyak yang telah memiliki lahan karet ataupun pertanian
lainnya. Sebagian dari mereka masih berpaham animisme, meskipun
sudah ada yang mengenal agama Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi
hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu di wilayah utara Provinsi
Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan
wilayah selatan Provinsi Populasi Suku Anak Dalam hasil pendataan
Sensus Penduduk 2010 berjumlah 3.205 orang yang hidup di wilayah
administrasi Merangin, Sarolangun, Batang Hari, Tanjung Jabung Barat,
Tebo dan Bungo.
Tabel 2.4
Jumlah Suku Anak Dalam per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Jumlah Penduduk
Kabupaten/ Kota

Laki-laki

Peremuan

Total

Merangin

436

429

865

Sarolangun

534

559

1.093

Batang Hari

39

40

79

Tanjung Jabung Barat

31

26

57

Tebo

416

406

822

Bungo

147

142

289

1.603

1.602

3.205

Total
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan


termasuk kesehatan. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam
pemenuhan kebutuhan terhdap makanan yang sehat sehingga dapat
melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan
untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Pada tahun 2009 tingkat
kemiskinan di Provinsi Jambi relatif lebih rendah dibanding tingkat
kemiskinan nasional. Tingkat kemiskinan Provinsi Jambi 8,77 persen lebih
rendah dari nasional yang sebesar 14,15 persen. Untuk wilayah
18

Sumatera, Provinsi Jambi menempati urutan ketiga terendah setelah


Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Persentase jumlah penduduk
miskin di Provinsi Jambi pada tahun 2010 mencapai 8,4 %.

Gambar 2.6
Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jambi
Tahun 2005 s/d 2010
14

11.88

12

11.37
10.27

10

9.28

8.55

8.4

2009

2010

8
6
4
2
0
2005

2006

2007

2008

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

D. Keadaan Pendidikan
Indikator pendidikan dapat memberikan gambaran kualitas penduduk
secara akademis yang merupakan modal pemerintah

untuk evaluasi,

perencanaan, dan intervensi program pendidikan yang menyangkut


penduduk yang putus sekolah,

buta huruf, meningkatkan pendidikan

masyarakat, dll. Pendidikan merupakan salah satu tolok ukur untuk


melihat tingkat kemajuan sosial di suatu wilayah. Semakin tinggi
pendidikan yang ditamatkan, semakin tinggi pula kemampuan seseorang
untuk baca tulis dan berbahasa Indonesia sehingga dengan demikian
peran serta dalam kehidupan sosial serta peluang untuk mengakses
informasi dan berkomunikasi dengan pihak lain semakin terbuka lebar.

19

Secara umum penduduk di perkotaan mempunyai kemampuan baca tulis


yang lebih baik dibandingkan penduduk perdesaan. Angka melek huruf
tertinggi terdapat di Kota Jambi sebesar 97,93 Dibandingkan provinsi
lainnya, ternyata penduduk Provinsi Jambi bersekolah relatif lebih lama,
dimana indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah 7,7 tahun,
atau memutuskan berhenti ketika kelas 1 SMP.

Tabel 2.5
Indikator Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010
Uraian

2007

2008

2009

2010

Angaka Melek Huruf


Laki-laki

97,52

98,05

98,34

98,44

Perempuan

93,21

93,57

93,85

96,87

7,63

7,63

7,68

--

7 12

97,28

97,46

98,11

98,27

13 - 15

84,30

84,33

85,04

85,56

16 - 18

54,71

54,37

55,07

56,11

Rata-rata Lama Sekolah


Laki-laki/ Perempuan
Angka Partisipasi Sekolah

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Capaian di bidang pendidikan terkait erat dengan ketersediaan fasilitas


pendidikan. Jumlah guru yang tersedia pada suatu sekolah baik secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas pendidikan
di suatu sekolah. Semakin besar angka rasio ini, angka mutu pendidikan
diharapkan akan lebih baik, dibanding sekolah yang mempunyai guru
yang sedikit.

Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dipengaruhi oleh


perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan
capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dengan
20

melihat perkembangan angka IPM tiap tahun, tampaknya kemajuan yang


dicapai Provinsi Jambi dalam pembangunan manusia tidak terlalu
signifikan. Angka IPM Provinsi Jambi dalam 5 tahun terakhir hanya
mengalami sedikit peningkatan dari 70,95 pada tahun 2005 menjadi 72,45
pada tahun 2009.

Gambar 2.7
Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jambi
Tahun 2005 s/d 2009
72.45
72.5

71.99

72
71.29
71.5

71.46

70.95

71
70.5
70
2005

2006

2007

2008

2009

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

E. Keadaan Kesehatan Lingkungan


Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara
lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar.
Kesehatan lingkungan yang merupakan kegiatan lintas-sektor belum
dikelola

dalam

suatu

sistem

kesehatan

kewilayahan.

Lingkungan

merupakan salah satu variable yang kerap mendapat perhatian khusus


dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Untuk menilai keadaan
lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan
sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang
memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan
kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan

21

Makanan (TUPM) . Didalam memantau pelaksanaan program kesehatan


lingkungan dapat dilihat beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai
berikut :
1.

Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang
bermutu

baik

dan

biasa

dimanfaatkan

oleh

manusia

untuk

dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari


termasuk diantaranya adalah sanitasi. Syarat-syarat air minum
adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat
diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar
oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Hasil
capaian pelaksanaan program air bersih untuk akses terhadap air
bersih per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 dapat dilihat
pada gambar 2.8.
Gambar 2.8
Persentase Akses Terhadap Air Bersih per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi dari Tahun 2010
94.61
Sungai Penuh

90.51
88.31

Kerinci

82.77
74.38

Provinsi Jambi

67.04
60.19

Sarolangun

58.97
58.92

Tanjab Barat

58.38
53.42

Tanjab Timur

35.06
0

20

40

Sumber : Bidang P2PL, 2010

22

60

80

100

Berdasarkan gambar 2.8 dapat dilihat bahwa akses terhadap air


bersih di Provinsi Jambi pada tahun 2010 yaitu sebesar 67,04 %, jika
dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 71,82 % hal ini mengalami
penurunan sebesar 4.78 %, penyebab penurunan akses terhadap air
bersih adalah karena Kabupaten Tanjung Jabung Timur persentase
capaian rendah sekali sehingga dengan sendirinya persentase akses
air bersih mengalami penurunan. Untuk sementara akses terhadap
air bersih tertinggi di Kota Jambi sebesar 94,61 % dan terendah di
kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 35,06 %.

2.

Rumah Sehat
Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat
berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan
sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan
dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota
keluarga atau tetangga sekitarnya.
Gambar 2.9
Persentase Rumah Sehat di Provinsi Jambi Tahun 2010
Kota Jambi

92.54

Sungai Penuh

91.99
84.64

Sarolangun
Batang Hari

82.72

Muaro Jambi

76.24
73.98

Merangin
Provinsi Jambi

68.32

Kerinci

68.32
64.75

Tanjab Barat
Bungo

59.12

Tebo

42.41
39.49

Tanjab Timur
0

20

40

Sumber : Bidang P2PL, 2010

23

60

80

100

Kegiatan

penyehatan

lingkungan

pemukiman

yang

telah

dilaksanakan pada 2010 diperoleh data persentase rumah sehat


menurut kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.9
Provinsi

Jambi

tahun

2010

adalah

persentase rumah sehat di


sebesar

69,58

%,

jika

dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 73,80% mengalami


penurunan sebesar 4,22 %. Persentase kabupaten/ kota dengan
rumah sehat tertinggi adalah Kota Jambi yaitu sebesar 92,54 %
diikuti oleh Kota Sungai penuh sesar 91,99 %, sedangkan
kabupaten/ kota terendah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
yaitu sebesar 39,49 %.

3.

Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat


Sanitasi

tempat-tempat

umum

adalah

suatau

usaha

untuk

mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya


tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul dan
menularnya berbagai jenis penyakit. Sasasan khusus yang harus
diberikan dalam pengawasan tempat-tempat umum meliputi :
(1)

Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum


maupun personal hygiene) ;

(2)

Alat-alat kebersihan ;

(3)

Tempat kegiatan.

Pelaksanaan program tempat-tempat umum di Provinsi Jambi tahun


2010 memperoleh hasil sebagai berikut :

24

Tabel 2. 6
Persentase Tempat-Tempat Umum Sehat
Di Provinsi Jambi Tahun 2006 s/d 2010
No

Kabupaten / Kota

% Tempat-Tempat Umum Sehat


2006
62,37

2007
63,05

2008
75,85

2009
72,98

2010
57,2

Kerinci

Merangin

62,48

63,16

70,96

73,09

65,3

Sarolangun

48,26

48,94

56,74

58,87

---

Batanghari

55,38

56,06

63,86

65,99

68,63

Muaro Jambi

67,61

68,29

71,07

78,22

57,88

Tanjab Timur

36,38

37,06

44,86

46,99

36,01

Tanjab Barat

37,33

38,01

45,81

47,94

---

Tebo

47,68

48,36

56,16

58,29

74,27

Bungo

64,13

64,81

72,61

74,74

72,70

10

Kota Jambi

67,32

68,00

75,80

77,93

90,21

11

Kota Sungai Penuh

---

---

---

---

---

54,89

55,57

63,37

65,50

62,24

Jumlah
Sumber : Bidang P2PL, 2010

Dari tabel 2.6 dapat dilihat bahwa persentase tempat-tempat umum


yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2010 sebanyak 2.878
buah (62,24 %) dari semua TTU yang telah diperiksan (4.624 buah),
dan jika dibandingkan dengan tahun 2009 (65,50 %) mengalami
penurunan sebesar 3,26 %.

Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat


dan konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
makanandan mencegah masyarakat dari keracunan makanan.

25

Upaya tersebut meliputi orang yang menangani makanan, tempat


pengolahan

makanan

dan

proses

pengolahan

makanannya.

Sedangkan untuk pemeriksaan Tempat pengolahan makanan (TPM)


di Provinsi Jambi tahun 2010 hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.7
berikut ini.

Tabel 2.7
Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Di Provinsi Jambi Tahun 2010

No

Kabupaten/ Kota

% Tempat Pengolahan Makanan (TPM)


Jumlah Diperiksa
Jumlah
%
Memenuhi Memenuhi
Syarat
Syarat
1 Kerinci
527
450
232
51.56
2 Merangin
190
172
132
76.74
3 Sarolangun
--------4 Batanghari
375
53
37
69.81
5 Muaro Jambi
1.059
336
145
43.15
6 Tanjung Jabung Timur
717
278
170
61.15
7 Tanjung Jabung Barat
----------8 Tebo
2.522
994
747
75.15
9 Bungo
585
443
335
75.62
10 Kota Jambi
1.349
550
427
77.64
11 Kota Sungai Penuh
--------Provinsi
7.324
3.276
2.225
67.92
Sumber : Bidang P2PL, 2010

Dari tabel 2.7 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 tercatat Tempat
Pengolahan Makanan di Provinsi Jambi berjumlah sebanyak 7.324
buah dan baru diperiksa sebanyak 3.276 buah (44,73%). Dari jumlah
yang diperiksa yang baru memenuhi syarat berjumlah sebanyak 2.225
buah (67,92 %). Berdasarkan kabupaten/ Kota persentase tertinggi
yang memenuhi syarat adalah Kota Jambi yaitu sebanyak 427 buah
(77,64 %) dan yang terendah adalah Kabupaten Muaro Jambi
sebanyak 145 buah (43,15 %).

26

Derajat kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,


bukan hanya dilakukan oleh sektor kesehatan saja seperti pelayanan
kesehatan, sarana dan prasarana namun juga dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Faktor-faktor ini
juga mempengaruhi kajadian morbiditas, mortalitas dan status gizi
masyarakat.

Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat melalui angka


morbiditas dan status gizi. Derajat kesehatan yang optimal dapat
dipengaruhi oleh unsur kualitas hidup seta unsur mortalitas dan yang
mempengaruhinya. Situasi derajat kesehatan di Indonesia digambarkan
melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit, serta
Umur Harapan Hidup (UHH) dan status gizi masyarakat.

A. MORTALITAS
Mortalitas adalah angka kematian yang tejadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa
penyakit maupun sebab lainnya. Berikut ini adalah beberapa angka
kematian yaitu kematian bayi, balita, ibu, dan angka kematian kasar.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dapat
didefenisikan

sebagai

banyaknya

bayi

meninggal

sebelum

mencapai usia 1 tahun yang di nyatakan dalam 1.000 kelahiran

hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi merupakan


indikator

yang

biasa

digunakan

untuk

menentukan

derajat

kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi maupun nasional.


Banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam menurunkan angka
kematian bayi.

Gambar 3.1
Estimasi Angka Kematian Bayi
per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia
Tahun 1991 s/d 2007
80
70

JAMBI

74
68

60

68.3

NASIONA
L

60.2
57

50

46

40

39
34

35
32

30
20
10
0
1991

1994

1997

2003

2007

Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007

Secara nasional berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan


Indonesia (SDKI) terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991, pada tahun
1991 estimasi AKB nasional sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup,
sedangkan hasil SDKI 2007 estimasi AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran
hidup.

Angka

Kematian

Bayi

di

Provinsi

Jambi

menunjukkan

kecenderungan menurun juga dari tahun 1991 AKB di Provinsi Jambi


sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKB
Provinsi Jambi telah mencapai angka 39 per 1.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan angka nasional AKB Provinsi Jambi pada tahun
2007 masih berada di atas angka nasional.

28

Beberapa faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB seperti yang


ditampilkan,

diantaranya

pemerataan

pelayanan

kesehatan

dan

fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif terhadap perbaikan


pelayanan kesehatan. Perbaikan status ekonomi masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi terhadap penurunan kematian bayi.

Hasil laporan fasilitas kesehan pada tahun 2010 dapat dilihat jumlah bayi
yang meninggal di Provinsi Jambi. Jumlah bayi yang meninggal paling
banyak di laporkan terdapat di Kabupaten Merangin sedangkan paling
sedikit terdapat di Kabupaten Muaro Jambi gambaran jumlah kematian
yang di laporkan per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 dapat
di lihat pada Gambar 3.2 berikut dan lampiran tabel 7.

Gambar 3.2
Jumlah Kematian Bayi Per kabupaten/ kota
di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sungai Penuh

Kota Jambi

Bungo

Tebo

Tanjab Barat

Tanjab Timur
Muaro Jambi

Batang Hari

Sarolangun
Merangin

34

Kerinci

4
0

10

15

20

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota 2010

29

25

30

35

40

2. Angka Kematian Balita (AKABA).


Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal
sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka
per 1.000 kelahiran hidup. Pada periode tahun tertentu. AKABA
mempersentasekan peluang terjadinya kematian pada pase antara
kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Millenium Developmeant
Goals (MDGs) menetapkan nilai normative AKABA, yaitu sangat
tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang
dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai < 20. Secara nasional
hasil SDKI 2007 terjadi penurunan AKABA di Indonesia. Pada
tahun 1991 AKABA nasional adalah 97 per 1.000 kelahiran hidup
sedangkan pada tahun 2007 AKABA adalah 44 per 1.000 kelahiran
hidup.

AKABA Per 1.000 Kelahiran Hidup

Gambar 3.3
Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 Kelahiran Hidup
di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007
120
100

JAMBI
INDONESIA

102
97
87.5
81

80

62.4
58

60
40

51
46

47
44

20
0
1991

1994

1997

2002/2003

2007

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

AKABA di Provinsi Jambi pada tahun 1991 tercatat pada angka 102
per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 terjadi
penurunan yaitu pada angka 47 per 1.000 kelahiran hidup, angka
ini masih di atas angka nasional.

30

Berdasarkan laporan dari pelayanan kesehatan di ketahui jumlah


balita yang meninggal di Provisi Jambi tahun 2010 adalah 33 orang,
jumlah kematian balita paling banyak terjadi di Kabupaten Merangin
dengan jumlah 10 orang. Gambaran jumlah kematian balita per
kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat dilihat
pada gambar 3.4 dan lampiran tabel 7.

Gambar 3.4
Jumlah Kematian Balita per Kabupaten/ Kota
di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Sungai Penuh
Kota Jambi

Bungo

Tebo
Tanjab Barat
Tanjab Timur

Muaro Jambi

Batang Hari

Sarolangun
Merangin

10

Kerinci

7
0

10

12

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, 2010

3. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)
adalah jumlah kematian ibu akibat proses kelahiran persalinan dan
pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu.
atau angka pengukuran resiko kematian wanita yang berkaitan
dengan peristiwa kehamilan. Kematian ibu adalah kematian wanita
dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 hari (6
minggu) setelah berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia
kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apapun

31

yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau


pengelolaannya,

bukan

akibat

kecelakaan.

Kematian

ibu

dikelompokkan menjadi kematian sebagai akibat langsung kasus


kebidanan dan kematian sebagai akibat tidak langsung kasus
kebidanan yang disebabkan oleh penyakit yang timbul selama
kehamilan dan bukan akibat langsung kasus kebidanan, tetapi
diperberat oleh pengaruh fisiologi kehamilan. Kematian wanita
akibat kecelakaan misalnya kecelakaan mobil, tidak di golongkan
sebagai kematian ibu.

AKI dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan


kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan umum,
pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Sensitifitas

AKI

menjadikannya

terhadap
indikator

perbaikan
keberhasilan

pelayanan

kesehatan

pembangunan

sektor

kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait


dengan masa kehamilan, persalina dan nifas. Hasil SDKI 2007 AKI
secara nasional menunjukkan kecenderungan menurun pada tahun
1994 AKI nasional adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Gambar 3.5 menunjukkan kecenderungan penurunan AKI
secara nasional dari tahun 1994 s/d tahun 2007 per 100.000
kelahiran hidup.

32

Gambar 3.5
Angka kematian Ibu (per 100.0000 Kelahiran hidup)
di Indonesia Tahun 1994 -2007
450
400

390
334

AKI Per 100.000 KH

350

307

300
228

250
200
150
100
50
0
1994

1997

2002

2007

Sumber : BPS, 2008

Hasil laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan terdapat jumlah


kematian ibu (hamil, bersalin dan nifas) di Provinsi Jambi tahun
2010 adalah 78 kasus. Jumlah kematian ibu terbanyak terdeapat di
kabupaten Tanjung Jabung Barat sedangkan paling sedikit terdapat
di Kota Sungai Penuh. Gambaran jumlah kematin ibu per
kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat di lihat
pada gambar 3.6 dan lampiran tabel 8.

33

Gambar 3.6
Jumlah Kematian Ibu (Hamil,Bersalin dan Nifas)
per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
KERINCI

MERANGIN

1
5

SAROLANGUN

BATANGHARI

3
1

6
2
3

TEBO

10

KOTA JAMBI

1 0

TANJAB BARAT

BUNGO

MUARO JAMBI 0
TANJAB TIMUR

2
3

0
2

SUNGAI PENUH 0 1 0
0

10

12
HAMIL

14

BERSALIN

16
NIFAS

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, 2010.

4. Angka Kematian Kasar (AKK)


Angka Kematian Kasar adalah banyaknya kematian selama setahun
per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Angka kematian kasar di
Indonesia pada tahun 2007, berdasarkan estimasi SUPAS 2005
adalah sebesar 6.9 per 1.000 penduduk.

5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir


Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator menilai
derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat selain sebagai salah
satu indikator derajat kesehatan UHH juga digunakan sebagai indikator
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Keberhasilan pembangunan
sektor kesehatan akan mempengaruhi peningkatan Umur Harapan
Hidup. Di Indonesia Umur Harapan Hidup, berdasarkan data BPS dari
tahun 2006 sampai tahun 2008 terjadi peningkatan dari 68,5 tahun

34

menjadi 69 tahun. Sedangkan Umur Harapan Hidup di Provinsi Jambi


tahun 2007 sebesar 68,6 tahun, pada tahun 2009 mencapai 68,95
tahun. Umur Harapan Hidup tertinggi tahun 2009 pada kabupaten/kota
adalah Kota Sungai Penuh yaitu sebesar 70,90 tahun dan terendah
adalah Kabupaten Bungo 66,97 tahun.
Gambar 3.7
Umur Harapan Hidup Waktu Lahir
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2009
Sungai Penuh

70.9

Kota Jambi

69.82

Bungo

66.97

Tebo

68.98

Tanjab Barat

69.5

Tanjab Timur

70.06

Muaro Jambi

69.19

Batang Hari

68.95

Sorolangun

69.27

Merangin

68.17

Kerinci

70.7

Provinsi Jambi

68.95
65

66

67

68

69

70

71

72

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

B. MORBIDITAS
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insident maupun
prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian
penyakit pada kurun waktu tertentu.

35

1. Pola 10 penyakit terbanyak di Provinsi


Pola 10 penyakit terbanyak di Provinsi Jambi pada tahun 2010
menurut

daftar tabulasi

menunjukkan

bahwa

kasus terbanyak

merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas akut


lainnya dengan jumlah kasus sebanyak 556,581 kasus. Rincian
mengenai 10 penyakit terbanyak di Provinsi Jambi dapat di lihat pada
tabel berikut .

Tabel 3.1
Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi
Tahun 2008 s/d 2010
Persentase

No

Jenis Penyakit

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Infeksi akut lain saluran pernafasan atas


Penyakit sistem otot dan jaringan pengikat
Penyakit tekanan darah tinggi
Penyakit kulit alergi
Gastritis
Diare (termasuk tersangka kolera)
Penyakit infeksi kulit
Penyakit lain pada saluran pernafasan atas
Penyakit pulpa & jaringan/ rongga
Kecelakaan dan rudapaksa
Malaria klinis

2008
1 34,8
3 10,6
4
8,2
5
7,7
---6
7,7
7
7,4
2 13,0
8
3,8
10
3,2
9
3,6

2009
1 34,3
2 12,4
3 26,4
5
8,6
8
5,9
4
8,9
7
6,2
6
8,5
---9
3,2
10
3,1

2010
1
44.70
2
11.49
3
9.33
4
8.66
5
8.33
6
5.00
7
4.82
8
4.01
9
1.92
10
1.73
----

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan, 2010

Gambaran pola 10 penyakit terbanyak selama 3 (tiga) tahun terakhir


menunjukkan pola yang cenderung sama, yaitu penyakit infeksi akut lain
saluran pernafasan atas dan penyakit sistem otot dan jaringan pengikat
masih merupakan penyakit yang banyak ditemukan dimasyarakat. Dari 10
pola penyakit terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi pada tahun 2010
untuk penyakit malaria bukan merupakan 10 penyakit terbanyak lagi.

36

2. Penyakit Menular
a. Malaria
Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk di Indonesia
karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi
penyakit emerging dan re-emerging. Kondisi ini dapat terjadi karena
adanya kasus import, resistensi obat dan beberapa insektisida yang
digunakan dalam pengendalian vektor, serta adanya vektor potensial
yang dapat menularkan dan menyebarkan malaria. Malaria merupakan
salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam Millenium development Goals (MDGs). Malaria
disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria
pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan
yang tidak baik, sarana traspormasi dan komunikasi yang sulit, akses
pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat
terhadap kebiasan hidup sehat.

Kementrian Kesehatan telah menetapkan Sertifikasi endemisitas


malaria suatu wilayah di indonesia menjadi 4 strata yaitu :
1. Endemis Tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk.
2. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1.000
penduduk.
3. Endemis Rendah bila API 0 1 per 1.000 penduduk.
4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan
malaria (daerah pembebasan malaria) atau API = 0.

37

Tabel 3.2
Jumlah Penderita, Kematian, AMI dan SPR Malaria
Di Provinsi Jambi Tahun 2002 s/d 2010
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010

Malaria
Klinis
64.346
47.634
42.013
34.396
56.137
47.510
51.401
55.486
41.691

Meninggal

AMI (%)

0
0
0
15
7
3
60
53
41

24,81
22,10
16,77
23,55
21,24
17,02
18,09
18,67
13,99

Sediaan darah
Diperiksa
14.862
12.479
11.771
10.747
22.262
22.852
19.041
28.604
24.336

SPR
(%)
23,09
26,19
28,02
40,05
38,31
16,22
37,04
51,6
58,4

Ket : AMI = Annual Malaria Incidence (%)


SPR = Slide Positif Rate.
Sumber : Bidang P2PL, 2010

Kasus malaria klinis tahun 2010 di Provinsi Jambi dilaporkan sebanyak


41.691 kasus, sebesar 24.336 dari kasus tersebut diperiksa sedian
darahnya, dan dihasilkan 17.355 sedian darah yang positif. Relatif
tingginya cakupan pemeriksaan sedian darah laboratorium.
Gambar 3.8
Anual Malaria Incidence (%)
Di Provinsi Jambi Tahun 2002 s/d 2010

Per 1.000 penduduk

30
25

24.81

23.55
22.1

21.24

20

17.02

18.09

18.67
13.99

16.77

15
10
5
0
2002

2003

2004

2005

Sumber : Bidang P2PL, 2010

38

2006

2007

2008

2009

2010

Upaya pengendalian malaria di Provinsi Jambi menggunakan Annual


Malaria Incidence (AMI). Pada gambar 3.8 menunjukkan bahwa AMI di
Provinsi Jambi dari tahun 2002 samapi dengan 2010 cenderung menurun.
Pada tahun 2002 AMI di Provinsi Jambi berada pada angka 24,81 per
1.000 penduduk sampai dengan tahun 2010 menunjukkan angka 13,99
per 1.000 penduduk. Malaria klinis sebenarnya tidaklah akurat dijadikan
indikator permasalahan malaria yang sebenarnya karena ditetapkannya
sebagai malaria klinis hanya berdasar anamnese dokter dan pada awal
perjalanan penyakit gejala dan tandanya sulit dibedakan dengan gejala
penyakit infeksi lainnya (sering dijadikan diagnosa banding penyakit
infeksi lainnya).

b. TB Paru
Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru termasuk penyakit menular kronis.
Waktu pengobatan yang panjang dengan jenis obat lebih dari satu
menyebabkan penderita sering terancam putus berobat selama masa
penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah
sehat atau faktor ekonomi. Akibatnya pola pengobatan harus dimulai
dari awal dengan biaya yang bahkan menjadi lebih besar serta
mengabiskan waktu berobat yang lebih lama. Tuberkulosis paru
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui
doplet orang yang telah terinfeksi basil TB. TB Paru menjadi salah satu
penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmet global dalam MDGs.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB Paru


adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru
BTA positif ditmemukandan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA
positif yang yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Kementrian
Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun 2010 sebesar
73 %. Dalam gambar 3.9 berikut ini dapat dilihat angka penemuan

39

kasus BTA (+) pada tahun 2010, dan persentase penemuan setiap
kabupaten/ kota di Propinsi Jambi.

Gambar 3.9
Cakupan Case Detection Rate (CDR) TB Paru BTA (+)
di Provinsi Jambi Tahun 2010
Provinsi Jambi

65.87

Bungo

87.82

Sarolangun

78.66

Tanjab Barat

78.48

Tanjab Timur

68.7
65.68

Muaro Jambi
Kota Jambi

62.85

Kerinci

61.13
57.65

Merangin
Sungai Penuh

55.97

Tebo

52.21

Batang Hari

51.59
0

20

40

60

80

100

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Pencapaian CDR pada tahun 2010 sebesar 65,87 %, angka ini belum
memenuhi target minimal yang telah ditetapkan nasional yaitu sebesar
73%. Pada tingkat kabupaten/ kota, CDR tertinggi di Kabupaten Bungo
yaitu sebesar 87,82 % diikuti Kabupaten Sarolangun sebesar 78,66 %.
sedangkan kabupaten dengan CDR terendah terdapat di Kabupaten
Batang Hari yaitu sebesar 51,59 %.

Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB Paru digunakan angka


keberhasilan pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengindikasikan
persentase

pasien

baru

TB

paru

40

BTA

positif

menyelesaikan

pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan


lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif.

Tabel 3.3
Hasil Cakupan Pengobatan Penderita TBC
di Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010
No

Indikator

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perkiraan penderita TB Paru


Jumlah suspek yg diperiksa
Case Detect Rate (CDR) (%)
Penderita diobati
Konversi
(%)
Sukses Rate
(%)

2007
440
18.757
58,78
2.770
88,77
89,98

Tahun
2008
2009
4.542
4.679
23.076 28.347
49,05
58,56
2.954
3.288
89,14
93,52
92,35
94,17

2010
4.779
31.393
65,87
3.455
94,61
*)

Ket : *) Angka Sukses Rate baru dievaluasi Th. 2011


Sumber : Bidang P2PL, 2010

Berdasarkan Tabel 3.3 terlihat bahwa pencapaian Success Rate (SR)


pada tahun 2007 s/d 2009 telah melampaui target nasional 85 %. Dari
tahun 2007 samapi dengan tahun 2009 terjadi peningkatan success
rate, pada tahun 2007 berada pada angka 88,77 % sedangkan pada
tahun 2009 telah mencapai angka 94, 17 %.

c. HIV & AIDS


Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV)

dan

Acquired

Immuno

Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh infeksi virus Human


Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi
melalui proses hubungan heteroseksual, tranfusi darah yang tidak
aman, penggunaan jarum suntik bersama yang terkontaminasi secara
bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui
kandungan dan menyusui.

41

Di Provinsi Jambi HIV & AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap


tahun. Sampai dengan Desembar 2010 jumlah komulatif kasus HIV
dan AIDS mencapai 492 kasus, terdiri dari 243 kasus infeksi HIV dan
249 kasus AIDS. Sedangkan berdasarkan cara penularan AIDS secara
kumulatif tercatat melalui IDU (HIV 24,28 % dan AIDS 63,45 %).
Untuk heteroseks (HIV 69,96% dan AIDS 28,11 %) dan homoseks
(HIV 3,29% dan AIDS 5,22%) .
Gambar 3.10
Jumlah Kasus Baru HIV dan AIDS Per Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2010
HIV

Sungai Penuh

0
0

Sarolangun

1
0

Kerinci

2
1

Tanjab Timur

2
2

Tebo

2
4

Tanjab Barat

4
5

Merangin

6
2
8

Batang Hari

Bungo

Muaro Jambi

AIDS

11

17
196

Kota Jambi

215
249
243

Provinsi Jambi
0

50

100

150

200

250

300

Sumber : Bidang P2PL, 2010.

Proporsi kumulatif kasus HIV/ AIDS tertinggi yang tercatat adalah pada
kelompok umur >25 tahun (HIV sebanyak 149 penderita dan AIDS 207
kasus), disusul kelompok umur 20 - 24 tahun (HIV 68 kasus dan AIDS
37 kasus), kelompok umur 6 - 19 tahun (HIV 21 kasus dan AIDS 1
kasus) disamping itu untuk kelompok umur 0 - 5 tahun (HIV 5 kasus
dan AIDS 4 kasus). Jumlah kasus HIV/AIDS yang tercatat untuk tahun
2010 berjumlah 492 penderita dan meninggal sebanyak 101 penderita

42

(20,53 %). Kasus HIV/AIDS di Provinsi Jambi paling banyak terdapat di


Kota Jambi yaitu sebesar 411 penderita yang terdiri dari penderita HIV
sebesar 215 orang dan AIDS sebesar 196 orang. Sementara
kabupaten/ kota sampai saat ini yang belum terdapat penderita
HIV/AIDS adalah Kota Sungai Penuh.

d. Pneumonia
Pneumonia atau radang paru-paru adalah sebuah penyakit pada paruparu di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang menyerap oksigen dari
atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat
disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria,
virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga
disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada
paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker
paru-paru atau berlebihan minum alkohol. Pneumonia merupakan
infeksi akut yang mengenai jaringan paru (aveoli). Radang paru-paru
adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan
merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan
orang yang sakit menahun. Populasi yang rentan terserang pneumonia
adalah anak-anak usia usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari
65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi,
gangguan imunologi).

Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi, cakupan penemuan pneumonia


pada balita sebesar 16,1 % dengan jumlah kasus yang ditemukan
sebanyak 5,195 kasus. Berikut ini pada gambar 3.11 ditampilkan
angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut kabupaten/ kota
di Provinsi Jambi tahun 2010.

43

Gambar 3.11
Cakupan Penemuan Pneumonia Balita
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
1.6

Tanjab Timur

2.9
2.9

Kerinci

4.6
5.3

Muaro Jambi

6.1
7.2

Tebo

7.9
30.5

Kota Jambi

35.6
42.5

Provinsi Jambi

16.1

10

20

30

40

50

Sumber : Bidang P2PL, 2010.

Cakupan penemuan kasus Pneumonia Balita menurut kabupaten/ kota


dapat dilihat pada gambar 3.11, yang tertinggi berturut-turut adalah
Kabupaten Merangin, Kota Jambi dan Kabupaten Bungo, dan yang
terendah terdapat pada Kabupaten Tanjab Barat.

e. Kusta
Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh
kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit
dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan
masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya
dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi,
budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan
penyakit keturunan atau kutukan tuhan. Penatalaksanaan kasus yang

44

buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan


kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.

Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang


berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut
dalam

memberikan

pelayanan

yang

memadai

dalam

bidang

kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial ekonomi pada


masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat,
keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan . Hal ini disebabkan
masih kurangnya pengetahuan/ pengertian, kepercayaan yang keliru
terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya.

Kemajuan teknologi dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta


sudah bisa diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah
penyakit kusta, maka diperlukan program pengendalian secara terpadu
dan menyeluruh melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas
penyakit kusta, guna mencegah kecacatan.

Tabel 3.12
Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta Tipe PB dan MB
di Provinsi Jambi Tahun 2004 s/d 2010
160

160
140
120
100
80

80

76

91

80

75

69

60
40
20

31
12

16

17

10

0
2004

2005

2006

2007

Sumber : Bidang P2PL, 2010

45

2008

4
2009

2010
PB

MB

Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi dilaporkan terdapat kasus baru tipe
Pausi Basiler sebanyak 31 kasus dan tipe Multi Basiler sebanyak 91
kasus. Di Provinsi Jambi penyakit Kusta pada tahun 2010 termasuk
Provinsi yang low endemic dengan prevalensi

< 1 per 100.000

penduduk, tetapi secara spesifik daerah masih merupakan masalah


kesehatan masyarakat yang perlu menjadi perhatian, karena setiap
tahun masih ditemukan penderita baru dibeberapa kabupaten/ kota,
rata-rata 1 44 kasus tiap tahun atau NCDR antara 1 - 3 /100.000
penduduk. Pada tahun 2010 NCDR sebesar 3,95 per 100.000
penduduk.
Gambar 3.13
Kasus Baru Kusta Per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010
Sungai Penuh 0

Kota Jambi

Bungo

12

Tebo 1

10

Tanjab Barat 0

Tanjab Timur

Muaro Jambi

Batang Hari 1

8
4

Sarolangun 1

Merangin

36

Kerinci 01
0

10

20

30

40
PB

50
MB

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tingginya


proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat
penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0 14
tahun) diantara penderita baru. Kabupaten dengan kasus terbanyak

46

adalah kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan terendah adalah


Kabupaten Kerinci. Informasi menurut kabupaten/ kota terkait penyakit
kusta terdapat pada lampiran tabel 17.

3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


a. Tetanus Neonatorium
Penyakit tetanus neonatorum pada bayi baru lahir dengan tanda
klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan
menyusui secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul
kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka
mulut

dan

menetek,

disusul

dengan

kejangkejang.

Kejang yang sering di jumpai pada bayi baru lahir, yang bukan
karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh
infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai
akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak bersih.

Tetanus Neonatorium (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani,


yang

masuk

menginfeksikan

kedalam
bayi

tubuh

yang

baru

melalui
lahir

luka.
yang

Penyakit
salah

ini

satunya

disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak


steril. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan
manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora
yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu
tetanospasmin dan tetanolysin. Di Provinsi Jambi pada tahun 2010
dari 11 kabupaten/ kota dilaporkan tidak terdapat kasus Tetanus
Neonatorium.

b. Campak
Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang
ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput
ikat mata/ konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan

47

karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan


infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2 - 4 hari
sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah
campak terjadi setiap 2 - 3 tahun, terutama pada anak-anak usia
pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita
campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit
ini. Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan
oleh virus campak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang
telah terkontaminasi oleh sekret yang terinfeksi. Berikut dapat
ditampilkan Insidence Rate (IR) Campak menurut kabupaten/ kota
di Provinsi Jambi tahun 2010.
Gambar 3.14
Incidence Rate (IR) Campak Per 10.000 Penduduk Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010

Tanjab Timur

Tebo

Bungo

Sarolangun

Kerinci

0
0.49

Sungai Penuh
Batang Hari

0.54

Muaro Jambi

0.56

Merangin

0.57
0.83

Tanjab Barat

3.63

Kota Jambi

0.85

Provinsi Jambi
0

0.5

1.5

Sumber : Bidang P2PL, 2010

48

2.5

3.5

Pada tahun 2010 dilaporkan terdapat 270 kasus campak dengan


Incidence Rate sebesar 0,85 per 10.000 penduduk. Incidence Rate
tertinggi pada tahun 2010 terdapat di Kota Jambi sebesar 192
kasus

diikuti oleh Kabupaten Tanjab Barat sebesar 0,83 per

10.000 penduduk, dan Kabupaten Merangin serta Kabupatan


Muaro Jambi sebesar 0,57 per 10.000 penduduk. Sedangkan
Kabupaten Kerinci, Sarolangun, Tanjab Timur, Tebo, Bungo
memiliki IR sebesar 0 per 10.000 penduduk.

c. Polio dan AFP (Acute Paralisis Layu Akut)


Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk
kedalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem
syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang
pada umumnya menyerang anak berumur 0 - 3 tahun ini ditandai
dengan munculnya demam, lelah, mual, kaku di leher dan sakit di
tungkai dan tangan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal
ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa
penyebab yang jelas kemudian beakibat pada kelumpuhan.
Gambar 3.15
Non Polio AFP Rate per 100.000 Anak Usia < 15 Tahun
Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : Bidang P2PL, 2010

49

Provinsi Jambi dengan non polio AFP Rate tertinggi adalah Kota
Jambi sebesar 3,33 per 100.000 anak usia < 15 tahun, diikuti oleh
Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3 per 100.000 anak usia < 15
tahun, Kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun, Muaro Jambi dan
Tebo sebesar 2 per 100. 000 anak usia < 15 tahun. Sedangkan
kabupaten dengan non polio AFP Rate terendah adalah Kabupaten
Batang Hari dan Kota Sungai Penuh 0 per 100.000 anak usia < 15
tahun.

4. Penyakit Potensial KLB/ Wabah


Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB/Wabah yang sering
terjadi di Indonesia, diantaranya adalah Demam Berdarah (DBD),
Diare,dan Cikungunya. Seluruh penyaki potensial KLB ini banyak
mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.

a. Demam Berdarah Dengue


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <
15 tahun, namun juga bisa menyerang orang dewasa. Masalah
DBD tidak hanya berdampak pada masalah klinis individu yang
terkena DBD, namun juga berdampak pada kondisi sosial dan
ekonomi

masyarakat

sehingga

penanganannya

tidak

hanya

diselesaikan oleh sektor kesehatan saja namun memerlukan peran


aktif masyarakat, lintas sektor/ Pokjanal DBD, Pemerintah Daerah
dan DPRD, khususnya ditingkat kabupaten/ kota. Hal ini sejalan
dengan diterapkannya sistem otonomi daerah.

50

Sektor kesehatan sebagai instansi tekhnis dalam penanggulangan


demam berdarah dengue dalam upaya penemuan dan tatalaksana
penderita DBD masih dihadapkan pada beberapa permasalahan
antara lain bahwa penemuan kasus DBD secara dini bukanlah hal
yang mudah, karena pada awal perjalanan penyakit, gejala dan
tandanya sulit dibedakan dengan gejala penyakit infeksi lainnya.
Selain sulitnya penemuan dini kasus DBD secara surveilans
epidemiologis

permasalahannya

adalah

kasus-kasus

yang

dilaporkan sebagai DBD, tidak semuanya didukung dengan hasil


pemeriksaan laboratorium klinik, terutama adanya peningkatan
hematokrit dan penurunan trombosit sebagaimana kriteria yang
ditetapkan WHO. Hal ini menyebabkan pengelompokan penderita
dan pelaporan demam dengue (DD), DBD atau Sindrom Syok
Dengue (SSD) belum terlaksana seperti yang diharapkan.

Di Provinsi Jambi, kejadian Demam Berdarah Dengue telah


menyebar ke seluruh kabupaten / kota. Kota Jambi masih mencatat
kasus tertinggi sepanjang tahun 2006 hingga tahun 2010, sesuai
dengan pattern of disease dari penyakit DBD, yaitu Urban Disease.
Hal ini dapat dimengerti mengingat Kota Jambi telah mempunyai
fasilitas

pelayanan

kesehatan

dengan

laboratorium

yang

mendukung dan mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis


DBD merupakan faktor resiko tingginya kasus DBD di Kota Jambi.
Sementara dibeberapa kabupaten/ kota lain juga dilaporkan
terjadinya kasus sepanjang tahun yaitu : Kabupaten Batang Hari,
Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan
Kabupaten Bungo) dan bahkan 3 tahun terakhir secara sporadis di
Kabupaten Tebo, Sarolangun dan Merangin juga tercatat adanya
kasus DBD.

51

Jika dibandingkan capaian angka kesakitan (diukur dengan


incidence rate) dan angka kematian (diukur dengan case fatality
rate) periode 5 tahun terakhir angkanya terlihat relatif menurun (IR
tahun 2006 sebesar 10,1 per 100.000 penduduk; tahun 2007
sebesar 11,3 per 100.000 penduduk; tahun 2008 sebesar 8,6 per
100.000 penduduk, tahun 2009 sebesar 8,5 per 100.000 penduduk
dan tahun 2010 sebesar 6,0 per 100.000 penduduk) sementara
angka kematian masih berfluktuasi (CFR tahun 2006 sebesar 5,1%;
tahun 2007 sebesar 1,6%; tahun 2008 sebesar 3,7%; tahun 2009
sebesar 2,0% dan tahun 2010 sebesar 2,8%).

14
12
10
8
6
4
2
0

5.1

13.3
10.1

11.3

3.7
8.6

3.1

8.5
2

2.8
6

1.6

4
3
2

CFR (%)

IR Per 100.000 Penduduk

Gambar 3.16
Incidence Rate DBD Per 10.000 Penduduk dan
Case Fatality Rate DBD di Provinsi Tahun 2010

1
0

2005

2006

2007
IR

2008

2009

2010

CFR

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Incidence Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jambi pada periode 5


tahun terakhir relatif menurun. Hal ini dimungkinkan oleh dampak
intervensi adanya kejadian luar biasa demam chikungunya tahun 2009,
dimana upaya pembersihan sarang nyamuk oleh masyarakat masih
terus dilakukakan. Karena penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (Environment Based Disease) yang terkait erat dengan
perilaku hidup bersih dari masyarakat.

52

b. Diare
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami
rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau
feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Diare
merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang
dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau
bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang
berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

Penyakit Diare sering kita jumpai dimasyarakat bahkan timbul


dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga membuat panik
masyarakat dan petugas kesehatan. Hal ini dapat kita lihat dari
angka kesakitan penyakit diare dari tahun ketahun selalu
meningkat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya
penyakit diare adalah oleh kuman melalui kontaminasi makanan/
minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
penderita diare. Sasaran program penanggulangan penyakit diare
adalah semua kelompok umur dengan mengutamakan pelayanan
bagi golongan balita.

Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 kabupaten/ kota


Provinsi Jambi dengan jumlah penderita sebesar 78.301 orang.
Pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kasus Diare lebih tinggi dari
tahun sebelumnya,yaitu sebesar 55.700 orang pada tahun 2009.
Kasus panyakit diare di Provinsi Jambi dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010, kasus penyakit diare masih merupakan salah
satu masalah kesehatan dimasyarakat Propinsi Jambi dimana
jumlah kasus penyakit diarenya masih relative cukup tinggi.

53

Gambar 3.17
Jumlah Kasus Diare per Kabupaten/ Kota
di Provinsi Jambi Tahun 2010
Kota Jambi

13,980

Merangin

10,806

Tanjab Barat

8,990

Bungo

7,842

Batang Hari

7,691

Tebo

6,344

Muaro Jambi

5,942

Sarolangun

5,567

Kerinci

4,896

Tanjab Timur

3,896

Sungai Penuh

2,347

2,000

4,000

6,000

8,000 10,000 12,000 14,000 16,000

Sumber : Bidang P2PL, 2010

c. Cikungunya
Cikungunya adalah penyakit infeksi akut yang ditandai dengan
gejala utama demam, ruam/bercak-bercak kemerahan di kulit dan
nyeri persendian, penyakit disebabkan infeksi virus Chik yang
ditularkan oleh nyamuk aegypti dan aedes albopictus.

Penyakit ini kerap di jumpai tdi daerah teropis/subtropis dan sering


menimbulkan epidemi. Beberapa faoktor yang mempengaruhi
munculnya penyakit ini antara lain rendahnya status kekebalan
kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena
banyak tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada
musim penghujan.

54

Gambar 3.18
Kasus Cikungunya Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Selama tahun 2010, laporan demam chikungunya hanya tersebar di


3 Kabupaten, yaitu : Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 23 kasus,
Kabupaten Sarolangun sebanyak 19 kasus dan Kota Sungai Penuh
sebanyak 56 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 kasus
demam chikungunya menurun secara signifikan, dimana pada
tahun 2009 terjadi kejadian luar biasa di 6 Kabupaten dalam
Provinsi Jambi (Kabupaten Muaro Jambi, Batang Hari, Tebo,
Sarolangun, Bungo dan Merangin) dengan jumlah kasus sebanyak
13.041 penderita tanpa kematian.

d. Filariasis
Sesuai dengan kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu The
Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem by year 2020 yang merupakan realisasi dari resolusi
WHO pada tahun 1997, ditetapkan 2 pilar utama kegiatan eliminasi
filariasis, yaitu pengobatan massal untuk memutuskan transmisi
penyakit dan

penatalaksanaan kasus kronis untuk meringankan

beban penderita filariasis kronis.

55

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa


cacing filaria, yang terdiri dari Wuchereria bancroofti, Brugia malayi
dan timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (Getah Bening).
Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing
filariria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut
tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap dijaringan limfe
sehingga menyebabkan pembengkakan dilengan dan organ genital.

Dalam rangka melaksanakan komitmen Global Eliminasi Limfatik


Filariasis di Provinsi Jambi telah dilakukan kegiatan pengobatan
massal di 4 (empat) kabupaten endemis Filariasis, yaitu: Kabupaten
Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Batang Hari. Kabupaten
Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan
Pilot

Project

Pengobatan

Massal

filariasis

yang

awal

pelaksanaannya dengan kecamatan sebagai unit implementasi ( 2


kecamatan percontohan) yang diharapkan pada tahun ke 5
pengobatan

massal

sudah

mencakup

seluruh

desa

dalam

Kabupaten.
Gambar 3.19
Jumlah Kasus Filariasis Di Provinsi Jambi Tahun 2010
140

126

120
100
80
58

60

57

40
2

Bungo

22
11

Tebo

20

10
0

Sumber : Bidang P2PL, 2010

56

Sungai
Penuh

Kota
Jambi

Tanjab
Barat

Tanjab
Timur

Muaro
Jambi

Batang
Hari

Sarolangun

Merangin

Kerinci

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat, untuk itu dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan
masyarakat. Dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.

Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan, masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya
kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, dan atau masyarakat serta swata, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat.

Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan


pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta

memulihkan

kesehatan

perorangan.

Kesehatan

perorangan

mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit,


pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan
pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR


Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting

dalam

rangka

memberikan

pelayanan

kesehatan

pada

masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat


dan tepat diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat
dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut. ;

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Seorang ibu
berperan penting dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak.
Gangguan kesehatan yang di alami seorang ibu yang sedang hamil
dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya hingga
kelahiran dan masa pertumbuhan anaknya.

Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus
berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan
perawatan bayi baru lahir yang diberikan disemua jenis fasilitas
pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah
atau fasilitas pelayanan kesehatan swasta.

Dalam pencapaian MDGs dan tujuan pembangunan kesehatan,


peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan
menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 Kelahiran
Hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
diperlukan upaya-upaya terkait seperti ; peningkatan akses antenatal
(cakupan ibu hamil K1), pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
(K4), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

58

Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir


tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative

yang

mendapat perhatian besar dan dukungan dari berbagai pihak baik


dalam maupun luar negeri. Pada akhir tahun 1990-an secara
konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi
dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy
Safer (MPS) yang di canang oleh pemerintah pada tahun 2000.
Setelah melewati tahun 2010 dengan berbagai kegiatan yang memicu
pemikiran-pemikiran baru tentang kesehatan ibu dan anak maka pada
tahun 2011 ada kemungkinan akan terjadi berbagai perubahan besar.
Kemungkinan-kemungkinan perubahan tersebut antara lain:

Berubahnya pandangan yang selama ini tidak mementingkan


pendekatan klinik dan penanganan Rumah Sakit untuk mengurangi
angka kematian ibu dan anak. Pendekatan baru menyatakan
bahwa

pengurangan

kematian

sebaiknya

dilakukan

secara

integratif antara preventif dan kuratif, tidak bisa dilakukan secara


terpisah-pisah. Penanganan perlu dilakukan dengan pendekatan
natural history of disease.

Penanganan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam pelayaan KIA


akan berada di bawah satu unit yang berdampak pada integrasi
lebih baik PONED dan PONEK. Restrukturisasi sangat penting
untuk mengurangi fragmentasi pelayanan primer dengan sekunder
dan tertier.

Peran penyedia pelayanan swasta ditingkatkan secara optimal.

Kebijakan

mengenai

penyebaran

tenaga

kesehatan

yang

mencakup sistem kontrak dalam kelompok, dokter plus dalam


MDG4 dan MDG5, dan kepemimpinan teknis oleh klinisi.

Adanya kebijakan Jaminan Persalinan Nasional (Jampersal) dan


BOK Puskesmas.

59

a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)


Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang berkompeten yang
memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain
dokter spesial kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

Pelayanan kesehatan antenatal yang sesuai standar meliputi


timbang berat badan, pungukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai
status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi

fundus uteri

menentukan presetasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining


status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90
tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus),
tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling) termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta
KB pasca persalinan.

Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga


kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula
bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah 4 kali
selama masa kehamilan, dengan ketentuan pemberian pelayanan
yang dianjurkan yaitu : minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali
pada trwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar untuk
pelayanan kesehatan antenatal tersebut dianjukan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor resiko
dan penanganan komplikasi.

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat


dinila dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang di
hitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang melakukan

60

pemeriksaan antenatal yang pertama kali oleh tenaga kesehatan


(untuk menghitung indikator K1) atau ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk
menghitung indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang
ada di wilayah kerja dalam 1 tahun.

Gambar 4.1 memperlihat cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu


hamil selama enam tahun terakhir. Terlihat bahwa cakupan K1
selama

tahun

2005

sampai

tahun

2010

terus mengalami

peningkatan dari 91,27 % pada tahun 2005 menjadi 95,59 % pada


tahun 2010. Sedangkan cakupan K4 sama dengan K1 pada tahun
2005 sampai dengan tahun 2010 juga cenderung meningkat, pada
tahun 2005 dari 78,48 % menjadi 88,10 % pada tahun 2010.
Gambar 4.1
Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4
Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
100

91.27

80
78.48

91.97

83.32

91.78

92.18

82.42

83.61

95.59

94.58

88.1

88.03

60
40
20
K1

K4

0
2005

2006

2007

Sumber : Bidang Yankes, 2010

61

2008

2009

2010

Dari gambar 4.1 dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara


cakupan K1 dan K4. Pada tahun 2005 terjadi selisih antara
cakupan K1 dan K4 sebesar 12,79 % kemudian pada tahun 2010
kesenjangan atau selisih menjadi lebih kecil yaitu sebesar 7,49 %.
Kesenjangan cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1K4, dengan kata lain kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir
semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan
neonatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3,
sehingga kehamilannya dapat dipantau oleh petugas kesehatan.

Gambar 4.2
Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K1) Per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target K1 Provinsi

95
104.06

Kota Jambi
Kerinci

100.06

Tanjab Timur

97.28
96.8

Sungai Penuh
Bungo

96.61

Batang Hari

96.15

Muaro Jambi

95.98

Tebo

95.67

Provinsi Jambi

95.59

Merangin

90.17

Sarolangun

88.31

Tanjab Barat

87.94
75

80

85

90

95

100

105

110

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Gambar 4.2 menyajikan hasil pencapaian cakupan ibu hamil K1 per


kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010, yang menunjukkan

62

pencapaian sebesar 95,59 %, yang berarti telah mencapai target


K1 Provinsi Jambi tahun 2010 yaitu sebesar 95 %. Kota Jambi dan
Kabupaten Kerinci merupakan kabupaten/ kota dengan pencapaian
K1 lebih 100%. Sedangkan Kabupaten Merangin, Sarolangun dan
Tanjung Jabung Barat merupakan kabupaten dengan capaian K1
terendah yaitu dibawah target Provinsi Jambi.

Gambar 4.3
Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) Per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target K4 Provinsi

91

Tanjab Timur

94.89

Kota Jambi

94.61

Sungai Penuh

94.05

Bungo

92.46

Kerinci

91.7

Muaro Jambi

91.17

Provinsi Jambi

88.1

Tebo

85.87

Batang Hari

85.43

Tanjab Barat

81.7

Merangin

80.81

Sarolangun

78.92
0

20

40

60

80

100

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Pada tahun 2010, hasil pencapain indikator pelayanan K4 di


Provinsi Jambi sebesar 88,10 % yang berarti masih dibawahtarget
yang ditetapkan di Provinsi Jambi yaitu sebesar 91 %. Dari
kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi ada 6 kabupaten/ kota
telah mencapai target cakupan K4 yang ditetapkan Provinsi Jambi.
Kabupaten Tanjab Timur merupakan kabupaten dengan capaian

63

K4 tertinggi (94,89%), diikuti Kota Jambi (94,61 %) dan Kota Sungai


Penuh (94,05 %). Sedangkan Kabupaten Sarolangun dengan
capaian K4 terendah (78,92 %).

Sedangkan pencapaian cakupan pelayanan K4 ibu hamil menurut


kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 terlihat bahwa hanya
6 kabupaten/ kota dengan capaian cakupan K4 lebih dari 91 %, 5
kabupaten/ kota memiliki cakupan kurang dari 91%.

Gambar 4.4
Pencapaian Cakupan K4 Ibu Hamil Per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : Bidang Yankes, 2010

b. Pertolongan

Persalinan

oleh

Tenaga

Kesehtan

dengan

Kompetensi Kebidanan (Pn)


Periode

persalinan

berkontribussi

merupakan

terhadap

Angka

salah
Kematian

satu
Ibu

periode
di

yang

Indonesia.

Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60%


dari kematian ibu (Maternal Mortality: who, when, where and why;
lancet 2006). Sedangkan dalam target MDGs salah satu upaya

64

yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah


menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta meningkat pertolongan
persalinan oleh tenaga keseahatan menjadi 90 % pada tahun 2015
dari 40,7 % pada tahun 1992 (BPS). Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.

Gambar 4.5
Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
100
82.14

85.91
78.05

80

85.74

86.78

75.94

60
40
20
Pn

0
2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Gambar 4.5 menggambarkan cakupan persalinan yang ditolang


oleh tenaga kesehatan di Provinsi Jambi dari tahun 2005 sampai
2010 yang cenderung meningkat. Pada tahun 2010 cakupan
perertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di
Provinsi Jambi telah mencapai 86,78 %.

65

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) di Provinsi Jambi


tahun 2010 yang sebesar 86,78 % belum mencapai target Pn tahun
2010, yang sebesar 87,5 % tetapi telah melampaui target Nasional
yang ditetapkan untuk tahun 2010 sebesar 84 %. Dari indikator
capaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan per kabupaten/
kota di Provinsi Jambi tahun 2010, dapat dilihat seperti pada
gambar 4.6 bahwa kabupaten/ kota yang capaiannya telah melebihi
target Provinsi (87,5 %) adalah Kota Jambi merupakan kabupaten
dengan pencapaian tertinggi (100,94 %), diikuti oleh Kabupaten
Bungo (92,18 %) dan Kota Sungai Penuh (91,86 %), diikuti
Kabupaten Tanjung Jabung Timur (90,3 %) serta Kabupaten
Batang Hari (88,2 %).

Gambar 4.6
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target Pn Provinsi

87.5
100.94

Kota Jambi
Bungo

92.18

Sungai Penuh

91.86
90.3

Tanjab Timur
Batang Hari

88.2

Provinsi Jambi

86.78

Kerinci

86.48

Muaro Jambi

86.24

Tebo

82.94

Tanjab Barat

81.65

Merangin

75.71

Sarolangun

74.49
0

20

40

60

Sumber : Bidang Yankes, 2010

66

80

100

120

Pada tahun 2010 sebanyak 5 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi


telah mencapai target cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yaitu sebesar 87,5 %. Pada gambar 4.6 terliaht bahwa
sebanyak 4 kabupaten/ kota

di Provinsi Jambi yang memiliki

cakupan Pn diatas 90 %, kabupaten/ kota yang lainnya memiliki


pencapaian kurang dari 90 %. Sehingga dalam upaya peningkatan
cakupan persalinan perlu dilakukan melalui upaya pelaksanaan
program unggulan kesehatan ibu, diantaranya adalah kemitraan
bidan dukun, peningkatan persalinan difasilitas kesehatan melalui
jaminan program persalinan, model rumah tunggu di kabupaten/
kota dengan Puskesmas didaerah terpencil guna

pencegahan

terhadap komplikasi yang terjadi selama persalinan, revitalisasi


Bidan Koordinator melalui pelaksanaan supervisi fasilitatif untuk
peningkatan mutu dan kualitas tenaga penolong persalianan, serta
peningaktan

kualitas

suveilans

kesehatan

ibu

pelaksanaan

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak.

Dilapangan masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga


kesehatan dan dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009, di Provinsi Jambi masih
terdapat lebih dari 29 % persalinan ditolong bukan oleh tenaga
kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap diupayakan seluruh
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonami Nasional (Susenas) 2009,


sebesar 70 % kelahiran pada balita ditolong tenaga kesehatan.
Persentase penolong kelahiran pada balita yang tertinggi adalah
ditolong oleh bidan pada kelahiran pertama sebesar

55,36 %

sedangkan penolong kelahiran terakhir oleh bidan mencapai 61 %.

67

Gambar 4.7
Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir
Di Provinsi Jambi Tahun 2009
70

61

Pertama

55.36

60

Terakhir

50
36.43

40

29.5
30
20
10

7.71

8.86
0.5

0.65

0
Dokter

Bidan

Nakes Lain

Non Kesehatan

Sumber : BPS, Susenas 2009

c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)


Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas
minimal 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan nifas pertama
(KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan
nifas yang kedua (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah
persalinan; dan 3) kunjungan nifas yang ke-3 (KF3) dilakukan pada
minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini
dilakuakan pada saat dilaksanakannya kegiatan diposyandu dan
dilakukan secara bersamaan pada kunjungan bayi.

Pelayanan ibu nifas yang diberikan meliputi ; 1) pemeriksaan


tekanan darah nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan lokhia dan
pengeluaran per vaginam lainnya; 3) pemeriksaan payudara dan
anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 4) pemberian kapsul vitamin A

68

200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam; dan 5) pelayanan KB


pasca persalinan.

Gambar 4.8 berikut ini menyajikan persentase pelayanan ibu nifas


menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010.

Gambar 4.8
Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Nifas
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target KF Provinsi

87.5
95.28

Batang Hari
Muaro Jambi

93.31

Sungai Penuh

89.61
87.05

Tebo
Kerinci

78.1

Merangin

76.21

Provinsi Jambi

76.18

Tanjab Timur

73.45

Bungo

72.44

Tanjab Barat

67.4

Sarolangun

64.62

Kota Jambi

60.82
0

20

40

60

80

100

120

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Cakupan kunjungan ibu nifas rata-rata pada di Provinsi Jambi tahun


2010 adalah 76,18 %. Sementara taget kunjungan ibu nifas di
Provinsi Jambi pada tahun 2010 adalah 87,5 %. Hasil capaian
kunjungan ibu nifas tertinggi adalah Kabupaten Batang Hari dengan
capaian sebesar 95,28 % jauh melampaui target provinsi,
kemudian Kabupaten Muaro Jambi (93,31 %). Kabupaten/ kota
dengan cakupan terendah adalah Kota Jambi (60,82 %).

69

d. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal


Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di
desa dan Puskesmas, ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti)
dan

memerlukan

pelayanan

kesehatan,

karena

terbatasnya

kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut


perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang
memadai.

Risti/ komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang


secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi. Risti/ komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g%
tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg),
oedeme nyata, eklamsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah
dini, letak lintang pada usia kehamilan 32 minggu, letak sungsang
primigravida, infeksi berat/ sepsis, dan persalinan prematur.

Gambar 4.9 memperlihatkan cakupan komplikasi kebidanan


menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Seluruh
kabupaten/ kota belum mencapai cakupan penanganan komplikasi
kebidanan 58,6 %, kecuali Kabupaten Muaro Jambi yang mencapai
77,46 %. Bahkan sebagian besar kabupaten/ kota memiliki cakupan
kurang dari 58,6 %.

Neonatus risti/ komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorium,


sipsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram),
sindroma ganggguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus
risti/ komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/ komplikasi
yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih
yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan
rumah sakit.

70

Gambar 4.9
Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target PK Provinsi

58.6
77.46

Muaro Jambi
Tanjab Timur

57.6

Batang Hari

55.91
51.48

Tebo
Kerinci

43.54

Provinsi Jambi

35.24

Merangin

35.17

Tanjab Barat

23.28

Sarolangun

20.52

Sungai Penuh

16.54

Bungo

13.31

Kota Jambi

6.21
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Pada tahun 2010 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang


dlaporkan sebesar 24,70 %, dengan cakupan antar kabupaten/
kota. Sementara target yang ditetapkan di Provinsi Jambi untuk
indikator tersebut yang harus dicapai pada tahun 2010 yaitu
sebesar 60 %. Gambaran cakupan penanganan komplikasi
neonatal per kabupaten/ kota dapat dilihat pada Gambar 4.10
berikut ini. Pencapaian cakupan penanganan neonatal komplikasi
tertinggi adalah Tanjab Timur 74,13 %, sedangkan cakupan yang
terendah adalah Kota Jambi sebanyak 3.81 %.

71

Gambar 4.10
Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target PK Provinsi

60
74.13

Tanjab Timur
Tebo

37.41

Provinsi Jambi

24.7
23.6

Muaro Jambi
Sarolangun

20.97

Tanjab Barat

16.73

Kerinci

15.27

Sungai Penuh

14.64

Batang Hari

12.21

Merangin

10.5

Bungo

5.82

Kota Jambi

3.81
0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sumber : Bidang Yankes, 2010

e. Kunjungan Neonatal
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga
kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar
gedung

puskesmas,

termasuk

bidan

didesa,

polindes

dan

kunjungan kerumah. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan


kesehatan neonatal dasar (tindakan

resusitasi,

pencegahan

hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi


berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi);
pemberian vitamin K; manajemen Terpadu Balita, Muda (MTBM);
dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku
KIA. Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan

72

disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan


konseling perawatan bayi kepada ibu.

Bayi umur 0 - 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki


resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan
melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan pada neonatus (0 - 28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada
6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir; pada hari 3 sampai
dengan 7 hari, dan hari 8 sampai dengan 28 hari.

Gambar 4.11
Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal (KN1)
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target KN1 Provinsi

90

Batang Hari

100

Tebo

100

Kerinci

99.9

Sungai Penuh

99.7

Sarolangun

98.6

Tanjab Timur

98.5

Provinsi Jambi

94.5

Merangin

93.9

Muaro Jambi

93.1

Tanjab Barat

92

Bungo

90.5

Kota Jambi

87.7
80

85

90

Sumber : Bidang Yankes, 2010

73

95

100

105

Berdasarkan target capaian pelayanan kesehatan bayi menurut


laporan rutin tahun 2010 yaitu cakupan kunjungan neonatal
pertama (KN1) yang sebesar 90 %, untuk Provinsi Jambi sudah
mencapai target yang diharapkan yaitu 90 %. Gambar 4.11
memperlihatkan kunjungan neonatal pertama (KN1) per kabupaten/
kota di Provinsi Jambi tahun 2010.

Dari hasil laporan masing-masing kabupaten/ kota di Provinsi Jambi


hampir rata-rata kabupaten/ kota telah mencapai target. Untuk
cakupan KN1 tertinggi adalah Kabupaten Batang Hari dan Tebo
telah mencapai 100 %. Sedangkan untuk kabupaten/ kota yang
terendah adalah Kota Jambi yaitu sebesar 87,7 %. Dari kabupaten/
kota yang ada di Provinsi Jambi, untuk Kota Jambi masih belum
mencapai target yang ditetapkan Provinsi Jambi.

Pada tahun 2010 target cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN


Lengkap) adalah sebesar 85 %, sementara cakupan yang dicapai
oleh Provinsi Jambi yaitu sebesar 85, 7 %. Dari data kabupaten/
kota ternyata ada 6 kabupaten/ kota yang telah melampaui target
cakupan kunjungan neonatal lengkap. Kabupaten/ kota tertinggi
adalah Kabupaten Batang Hari dengan capaian sebesar 99,8 %,
diikuti oleh Kabupaten Tebo dengan capaian sebesar 96, 7 %.
Kabupaten/ kota yang target pencapaiannya paling rendah adalah
Kabupaten Sarolangun sebesar 67,2 %, diikuti diatasnya adalah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 72,1 %, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat sebesar 74,1 % dan Kota Jambi sebesar
76,7 %. Untuk lebih lengkap melihat capaian dari masing-masing
kabupaten/ kota tentang cakupan kunjungan neonatal lengkap
dapat dilihat pada gambar 4.11.

74

Gambar 4.11
Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target KN Provinsi

85
99.8

Batang Hari
Tebo

96.7

Bungo

94.7

Muaro Jambi

93

Sungai Penuh

92.2

Merangin

91.5

Kerinci

89.7

Provinsi Jambi

85.7

Kota Jambi

76.7

Tanjab Barat

74.1

Tanjab Timur

72.1

Sarolangun

67.2
0

20

40

60

80

100

120

Sumber : Bidang Yankes, 2010

f. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi


Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi berumur
29 hari sampai dengan 11 bulan disarana pelayanan kesehatan
(polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit)
maupun dirumah, posyandu, tempat penititipan anak, panti asuhan
dan sebagainya melalui kunjungan petugas kesehatan. Setiap bayi
memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali dalam setahun,
yaitu pada umur 29 hari sampai dengan 3 bulan, satu kali pada
umur 3 s/d 6 bulan, 1 kali pada umur 6 s/d 9 bulan, dan satu kali
pada umur 9 s/d 11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang di berikan meliputi pemberian imunisasi


dasar (BCG, DPT/ HB1 s/d 3, Polio 1 s/d 4, dan Campak), indikator

75

ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam


melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyedian
pelayanan kesehatan.
Gambar 4.12
Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
70

Target Provinsi
Muaro Jambi

111.5

Kota Jambi

110.1

Kerinci

100.8

Batang Hari

99.3
92.9

Tanjab Barat
Sungai Penuh

89.6

Provinsi Jambi

89.5
87

Tebo
Tanjab Timur

82.1
82

Merangin
Sarolangun

63.9

Bungo

55.4
0

20

40

60

80

100

120

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan bayi di Provinsi


Jambi yaitu sebesar 89,5 % sementara target yang ditetapkan
Provinsi Jambi yaitu sebesar 70 % sedangkan untuk Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota yang
harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 90 %. Sebanyak 9
kabupaten/ kota yang mencapai target provinsi yaitu ; paling tinggi
adalah Kabupaten Muaro Jambi dengan capaian 111, 5 diikuti oleh
Kota Jambi dengan capaian

sebesar 110,1 %. Sedangkan

kabupaten/ kota yang belum mencapai target provinsi adalah paling


rendah adalah Kabupaten Bungo dengan capaian sebesar 55,4 %
dan Kabupaten Sarolangun sebesar 63,9 %. Cakupan pelayanan
kesehatan pada bayi per kabupaten/ kota dapat dilihat pada
gambar 4.12.

76

g. Pelayanan Kesehatan Pada Balita


Balita merupakan anak usia 1 - 4 tahun,

pelayanan kesehatan

pada anak balita, meliputi ; pemeriksaan kesehatan anak balita


secara berkala; penyuluhan pada orang tua ( Kebersihan anak,
Perawatan gigi, Perbaikan gizi/ pola pemberian makan anak,
Kesehatan lingkungan, Pendidikan seksual dimulai sejak balita
atau sejak anak mengenali identitasnya sebagai laki-laki atau
perempuan,

Perawatan anak sakit, dan Jauhkan anak dari

bahaya); Cara menstimulasi perkembangan anak; Imunisasi dan


upaya pencegahan penyakit; Pemberian vitamin A, kapsul vit.A
berwarna merah diberikan 2 kali dalamsetahun; dan Identifikasi
tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan
cara menanggulanginya.

Gambar 4.13
Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Balita
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target Provinsi

75

Kota Jambi

68.3

Tanjab Timur

65.4

Bungo

61.9

Sungai Penuh

60.7

Muaro Jambi

59.8

Batang Hari

56.4

Provinsi Jambi

52.4

Kerinci

51.5

Tanjab Barat

45.4

Sarolangun

37.2

Merangin

36.8

Tebo

35
0

10

20

30

40

Sumber : Bidang Yankes, 2010

77

50

60

70

80

Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1 - 4


Tahun) sebesar 52,4 %, sementara target yang harus dicapai
adalah sebesar 75 %. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita
per kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar 4.13 dimana
kabupaten/ kota yang capaiannya tertinggi adalah Kota Jambi yaitu
sebesar 68,3 % diikuti Kabupaten Tanjung Jabung Tumur dengan
capaian sebesar 65,4 %, sedangkan kabupaten paling rendah
adalah Kabupaten Tebo yaitu sebesar 35 %.

h. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat


Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan
pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan
pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak
Sekolah Dasar/ Sederajat, serta pelayanan kesehatan pada anak
remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran
serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS,
dan dokter kecil.

Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia


sekolah semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar
biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci
tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang
sering dialami oleh anak usia sekolah adalah karies gigi,
kecacingan, kelainan refleksi/ ketajaman penglihatan dan masalah
gizi.

78

Gambar 4.14
Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD/ Setingkat
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Target Provinsi

70

Kota Jambi

100

Batang Hari

100

Merangin

97.2

Bungo

96.9

Tebo

93.2
88.7

Kerinci
Provinsi Jambi

83.9

Sungai Penuh

80

Sarolangun

71.9
65.9

Tanjab Timur
Tanjab Barat

63.3

Muaro Jambi

56.9
0

20

40

60

80

100

120

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Kabupaten/ kota dengan capaian cakupan penjaringan murid SD


dan setingkat tertinggi adalah Kota Jambi dan Kabupaten Batang
Hari dengan capaian sebesar 100 %, sedangkan kabupaten/ kota
dengan capaian terendah adalah paling rendah Kabupaten Muaro
Jambi dengan capaian sebesar 56, 9 %. Cakupan pelayanan
kesehatan siswa SD/ setingkat lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 4.14 dan lampiran tabel 46.

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


Menurut hasil penelitian, usia subur wanita biasanya antara 15 - 49
tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau
menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan ini lebih diprioritaskan
mengguanakan alat/ cara KB.

79

Tingkat pencapaian keluarga berencana dapat dilihat cakupan peserta


KB yang sedang/ pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat
pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Proporsi peserta KB Aktif dan KB Baru menurut jenis kontrasepsi yang
digunakan di Provinsi Jambi dapat di lihat pada gambar 4.15.

Gambar 4.15
Proporsi Peserta KB Aktif dan KB Baru
Menurut Jenis Kontrasepsi Di Provinsi Jambi Tahun 2010
6.1

IUD

3.3
0.2

MOP

0.1
0.8

MOW

0.3
12.8

Implan

7.7
40.4

Suntik

46.5
36.2

Pil

35.8
1.6

Kondom

3.2
1.8

Lainnya

3.3
0

10

15
20
Peserta KB Baru

25
30
Peserta KB Aktif

35

40

45

50

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Proporsi peserta KB Aktif dan KB Baru menurut jenis kontrasepsi yang


digunakan di Provinsi Jambi yang terbanyak adalah jenis kontrasepsi
Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yaitu Suntik
lebih dari 40 %, untuk peserta KB Aktif yang mengunkan Suntik yaitu
sebesar 40,4 % sedangkan peserta KB Baru sebesar 46,5 %. Jenis
kontrasepsi paling sedikit yang digunakan adalah Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) yaitu MOP, untuk peserta KB Aktif sebesar
0,2 %, sedangkan peserta KB Baru sebesar 0,1 %.

80

Proporsi peserta KB Aktif menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi


tahun 2010, rata-rata kabupaten/ kota proporsi peserta KB Aktif lebih
dari 100 % hanya 3 kabupaten/ kota yang peserta KB Aktifnya dibawah
100 %, kabupaten/ kota terendah yaitu Kabupaten Tanjung Jabung
Timur sebesar 87,6 %, diikuti diatasnya adalah Kota Jambi sebesar
88,8 %, dan Kabupaten Batang Hari 96, 7 %.

Gambar 4.16
Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
132.3

Sarolangun
Kerinci

123

Bungo

121.9

Tebo

119.1

Tanjab Barat

113.5

Sungai Penuh

112.9

Merangin

108.6

Provinsi Jambi

107.9
105

Muaro Jambi
Batang Hari

96.7
88.8

Kota Jambi
Tanjab Timur

87.6
0

20

40

60

80

100

120

140

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Kabupaten/ kota dengan persentase peserta KB aktif tertinggi adalah


Kabupaten Sarolangun sebesar 132,3 %, diikuti Kabupaten Kerinci
sebesar 123 % dan Kabupaten Bungo 121,9 %. Sedangkan
persentase peserta KB aktif terendah adalah Kabupaten Tanjung
Jabung Timur sebesar 87,6 %.

Persentase peserta KB Baru menurut kabupaten/ kota di Provinsi


Jambi tahun 2010 terlihat dalam gambar 4.17. Pada tahun 2010

81

Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan persentase tertinggi yaitu


sebesar 39,4 %, diikuti Kabupaten Tebo sebesar 37, 5 % dan
Kabupaten Sarolangun serta Bungo sebesar 36, 4 %. Sedangkan
Kabupaten/ kota paling rendah adalah Kabupaten Batang Hari sebesar
17,4 %

Gambar 4.17
Proporsi Peserta KB Baru Menurut Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
39.4

Tanjab Barat
Tebo

37.5

Sarolangun

36.4

Bungo

36.4
33.8

Tanjab Timur
Kerinci

30.7
29.2

Provinsi Jambi
Merangin

27.8
27

Muaro Jambi
Sungai Penuh

24.5
18.4

Kota Jambi
Batang Hari

17.4
0

10

15

20

25

30

35

40

45

Sumber : Bidang Yankes, 2010

3. Pelayanan Imunisasi
Bayi dan anak-anak memiliki resiko yang lebih tinggi terserang
penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, Typhus, Radang selaput otak, Radang paru-paru, dan
masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang
terbaik dan sangat vital agar kelompok beresiko ini terlindungi adalah
melalui imunisasi.

82

Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk kedalam tubuh, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan
antibodi. Pada umumnya reaksi pertama tubuh untuk membentuk
antibodi

tidak

terlalu

kuat,

karena

tubuh

belum

mempunyai

pengalaman. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya,


tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut
sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat
dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa
jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi
atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan
agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atru seandainya terkena
pun, tidak akan menimbulkan akibat yang vatal.

Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi
aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi
antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio atau Campak.
Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi,
sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru
lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari
ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya
antibodi terhadap Tetanus dan Campak.

a. Imunisasi Dasar Pada Bayi


Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisai Dasar
Lengkap) pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis
Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak.

83

Diantara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan


imunisasi, campak adalah penyebab utama kematian pada balita.
Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting
dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa tujuan
yang disepakati dalam pertemuan dunia mengenai anak, salah
satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi campak
sebesar 90 %.
Gambar 4.18
Persentase Pencapaian Imunisasi Campak
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Pada tahun 2010, Provinsi Jambi telah mencapai cakupan


imunisasi campak sebesar 95,7 %. Dengan demikian Provinsi
Jambi telah mampu mencapai target imunisasi campak yang telah
ditetapkan oleh WHO dan target Nasional.

Dari 11 kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi, 6 kabupaten/


kota telah mencapai target yang ditetapkan Nasional. Kabupaten/
kota yang capaiannya lebih dari 100 % adalah Kota Jambi,

84

Kabupaten Tebo dan Kota Sungai Penuh. Sedangka 5 kabupaten


di Provinsi Jambi masih belum mencapai target yang ditetapkan
Nasional sebesar 90 % yaitu Kabupaten Kerinci, Merangin,
Sarolangun, Tanjab Barat dan Tanjab Timur.

Desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa


atau Kelurahan UCI adalah desa/ kelurahan dimana 80% dari
jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi
dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu.
Gambar 4.19
Persentase Cakupan UCI di Tingkat Desa/ Kelurahan
Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
100

92.98

90
88.95

88.6
85.88

85.06

83.97

80

UCI

70
2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Cakupan desa UCI di Provinsi Jambi sampai dengan tahun 2010


berjumlah 1.214 desa dengan persentase cakupan sebesar 88,6 %,
jika

dibandingkan

dengan

tahun

2009

cakupan

desa

UCI

mengalami peningkatan sebanyak 98 desa dengan presentase


83,97 %. Dari 11 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi dapat dilihat
bahwa cakupan desa yang telah UCI untuk tahun 2010 tertinggi

85

adalah Kota Jambi, Sungai Penuh dan Kabupaten Muaro Jambi


yaitu sebesar 100%, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten
Sarolangun sebesar 72,3 %. Rendahnya cakupan desa UCI di
Kabupaten Sarolangun disebabkan karena adanya beberapa daerah
yang sulit dijangkau oleh petugas kesehatan. Untuk lebih jelas
tentang cakupan desa UCI menurut kabupaten/ kota di Provinsi
Jambi dapat dilihat pada lampiran tabel 38.

b. Imunisasi Pada Ibu Hamil


Tetanus disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui luka terbuka
dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem saraf
pusat. Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri
yang disebut Clostridium tetani. Penderita mengalami kejang otot
serta diikuti kesulitan menelan dan bahkan bernafas. Imunisasi
Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin
Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan.

Tetanus khususnya beresiko pada bayi-bayi yang dilahirkan


dengan bantuan dukun bayi dirumah dengan peralatan yang tidak
steril. Mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih
digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional
atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan.

Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan


program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur
termasuk ibu hamil. Upaya pencegahan tetanus neonatorum
dilakukan dengan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
pada ibu hamil.

86

Manfaat Imunisasi TT Ibu Hamil adalah melindungi bayi baru lahir


dari tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit
tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan)
yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat.
Dan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.
Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT untuk Ibu Hamil
diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc diinjeksikan intramuskuler/
subkutan dalam.

Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk


mendapatkan imunisasi TT lengkap. TT 1 dapat diberikan sejak
diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan
pertama ibu hamil ke sarana kesehatan Jarak pemberian (interval)
imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu.

Gambar 4.20
Cakupan TT2+ Pada Ibu Hamil Di Provinsi Jambi
Tahun 2010

Sumber : Bidang Yankes, 2010

87

Pada tahun 2010 kabupaten/ kota dengan cakupan ibu hamil yang
mendapat imunisasi TT2+ tertinggi adalah Kabupaten Muaro Jambi
dengan capaian sebesar 88,3 %, dan terendah adalah Kota Jambi
yaitu sebesar 51,5 %. Gambar 4.20 dan lampiran table 29
memperlihatkan dari 11 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi hanya 4
kabupaten/ kota yang berhasil mencapai cakupan imunisasi TT2+
pada ibu hamil > 80 % yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Batang Hari,
Bungo dan Tebo. Sedangkan kabupaten/ kota dengan capaian 60
79 % adalah Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Merangin,
Sarolangun, Tanjab Barat dan Tanjab Timur. Kota Jambi memiliki
capaian < 60 %.

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN


Beberapa

kegiatan

pokok

upaya

kesehatan

perorangan

adalah

peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi


penduduk miskin dikelas III di rumah sakit, cakupan pelayanan gawat
darurat , dan lain-lain.

1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit


Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya
dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan
tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain
pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/ BOR), rata-rata lama
hari perawatan (Length of Stay/ LOS), rata-rata tempat tidur dipakai
(Bed Turn Over/ BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur
(Turn of Interval/ TOI), persentase pasien keluar yang meninggal
(Gross Death Rate/ GDR), dan persentase pasien keluar yang
meninggal 48 jam perawatan (Net Death Rate/ NDR).

88

Tabel 4.1
Indikator Kinerja Pelayanan Rumah Sakit
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
NO

NAMA RUMAH SAKIT

JENIS RS

JLH
TT

BOR

LOS

TOI

GDR

NDR

RSU. RADEN MATTAHER JAMBI

UMUM

328

68.9

4.9

2.2

5.7

2.7

RSUD. H.A. MADJID BATOE

UMUM

112

44.0

3.2

4.1

2.5

1.0

RSUD. K.H. DAUD ARIF

UMUM

57

35.3

3.0

5.5

6.1

1.6

RSUD. H. HANAFIE

UMUM

188

51.8

3.3

3.1

4.7

1.3

RSUD. KOLONEL ABUNDJANI

UMUM

109

43.1

2.6

3.4

2.0

0.2

RSUD. MAYJEN H.A THALIB

UMUM

128

50.6

2.6

2.5

3.5

1.1

RSUD. NURDIN HAMZAH

UMUM

41

23.9

3.3

10.4

1.9

0.4

RSUD. ST.THAHA SAIFUDDIN

UMUM

49

20.2

4.5

17.9

2.0

1.0

RSUD. PROF. DR.H.M. CHATIB QUZWAIN

UMUM

73

28.3

2.4

6.0

2.8

1.3

10

RSUD. MUARO JAMBI

UMUM

94

19.4

3.5

14.6

1.2

0.6

11

RS. JIWA JAMBI

JIWA

200

71.8

27.6

10.8

0.1

0.1

12

RS. ST. THERESIA

UMUM

100

86.8

3.2

0.5

2.4

1.1

13

RS. BUDI GRAHA

UMUM

53

17.0

2.6

12.8

0.6

14

RS. ASIA MEDIKA

UMUM

109

40.0

3.7

5.6

2.3

0.7

15

RS. BHAYANGKARA

UMUM

40

30.0

3.1

7.2

0.7

16

RS Ibu dan Anak ANNISA

BERSALIN

30

64.8

2.8

1.5

17

RSUD.H.ABDUL MANAP KOTA JAMBI

UMUM

146

15.2

3.3

18.2

1.4

0.8

18

RS. DR. BRATANATA

UMUM

152

81.1

3.9

0.9

3.0

1.3

19

RS. BERSAUDARA

UMUM

23

0.0

0.0

0.0

20

RS. MAYANG MEDICAL CENTER

UMUM

50

34.0

2.9

5.5

3.9

1.3

21

RSUD. SUNGAI BAHAR

UMUM

50

2.8

0.8

27.9

0.2

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Berdasarkan data Bidang Pelayanan Kesehatan, tingkat pelayanan


tempat tidur (BOR) di rumah sakit umum di Provinsi Jambi tahun 2010
sebagian besar belum mencapai angka ideal yang diharapkan (yaitu
60-85%). Beberapa rumah sakit pemerintah yang mencapai BOR
diatas 60 % yaitu Rumah Sakit Jiwa sebesar 71,8 % dan Rumah Sakit
Umum Raden Mattaher Jambi yaitu sebesar 68,9 %. Sedangkan BOR
tertinggi adalah Rumah Sakit Swasta yaitu RS St. Theresia sebesar
86,8 % dan RS Bratanata sebesar 81,1 %.

89

BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode


(biasanya satu tahun), berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali. Pada tahun 2010 BTO rumah sakit belum
mencapai angka ideal, yaitu hanya sebesar 25 kali. Padahal selama
enam tahun sebelumnya BTO di rumah sakit selalu berada pada
kisaran 40-50 kali.

LOS adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang
lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Tabel
4.1 memperlihatkan rata-rata LOS di Provinsi Jambi masing-masing
rumah sakit umum selama tahun 2010 yang berkisar antara 0,8 27,6
hari dan belum mencapai angka ideal. Berdasarkan rumah sakit,
Rumah Sakit Jiwa Jambi memiliki LOS tertinggi (27,6 hari) dan RSUD
Sungai Bahar memiliki LOS terendah (0,8 hari).

Indikator pelayanan rumah sakit yang lain adalah TOI. TOI adalah ratarata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan
sampai saat digunakan kembali (rata-rata lama tempat tidur kosong
antar pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Pada tahun 2010 TOI di
rumah sakit berkisar antara 0,5 - 27,9 hari.

GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1.000 penderita


keluar dari rumah sakit. Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien
berada di rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Nilai ideal GDR
adalah < 45 per 1.000 pasien keluar. Pada tahun 2010 angka GDR di

90

rumah sakit Provinsi Jambi berkirar antara 0,1 6,1 kematian per
1.000 pasien keluar rumah sakit.
NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat 48 jam per
1.000 pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah
mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah
sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika
pasien meninggal kurang dari 48 jam masa perawatan, dianggap faktor
keterlambatan pasien datang kerumah sakit yang menjadi penyebab
utama pasien meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per 1.000
pasien keluar. NDR pada tahun 2010 berada pada kisaran 0,1 - 2,7 per
1.000 pasien keluar. Dengan demikian NDR telah mencapai angka
ideal yaitu < 25 per 1.000 pasien keluar.

2. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat


Tujuan

penyelenggaraan

Jaminan

Kesehatan

Masyarakat

(Jamkesmas) yaitu untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan


kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin
agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara
efektif

dan

efisien.

Melalui

Jaminan

Pemeliharaan

Kesehatan

Masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu,


menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka
kelahiran disamping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi
masyarakat miskin umumnya. Program ini telah berjalan lima tahun,
dan telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses
pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di
puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan rumah sakit.

Pemerintah pusat telah melaksanakan program Jamkesmas untuk


memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan terhadap masyarakat

91

miskin dan tidak mampu. Berdasarkan ketetapan Menteri Kesehatan


RI jumlah masyarakat miskin dan tidak mampu di Provinsi Jambi yang
menjadi kuota penjaminan melalui Jamkesmas tahun 2010 sebesar
784.842 jiwa sementara masyarakat miskin dan tidak mampu yang ada
sebesar 849.016 maka terdapat sisa 64.174 yang mesti harus dIjamin
melalui Jamkesmasda.

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


686/Menkes/SK/VI/2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas,
Bahwa Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu
diluar kuota Jamkesmas maka pembiayaan kesehatannya menjadi
tanggungjawab Pemda setempat (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan
mekaniskme pengelolaannya seyogyanya mengikuti Jamkesmas.

Provinsi Jambi bersama kabupaten/ kota telah mengembangkan


Jamkesmasda tahun 2010 yang mencakup kepesertaan lebih kurang
95.472 jiwa dan menjamin pelayanan sampai ke Rumah Sakit Rujukan
Pusat

pada

jenis

pelayanan

yang

mendekati

sama

dengan

Jamkesmas.
Kabupaten/ kota yang menjadi perhatian :

Kabupaten Tanjung Jabung Timur : baru dalam bentuk Bansos


ketika sudah dilayani (Klaim) maka, perlu dirubah menjadi pola
Jaminan.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat : sudah menganggarkan untuk


Jaminan tapi belum terlaksana maka perlu segera tahun 2011
dapat direalisasikan.

Kabupaten Bungo dan Merangin : sasaran maskin dan tidak


mampu baru dijamin sampai dipelayanan di Puskesmas dan
Jamkesmasda baru pada kelompok tertentu yakni kepala desa dan
tokoh masyarakat lainnya.

92

Kepersertaan jaminan kesehatan masyarakat miskin di Provinsi


Jambi pada tahun 2010, untuk kepesertaan Jamkesmas berjumlah
784.842 maskin dan 95.472 maskin menggunakan Jamkesda.
Sedangkan

Jumlah

masyarakat

miskin

di

Provinsi

Jambi

berdasrkan data tahun 2008 berjumlah 849.016 maskin. Gambaran


kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin menurut
kabupaten/ kota di Provinsi Jambi seperti pada gambar 4.21.

Gambar 4.21
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Menurut
Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
2,337

Sungai penuh

Maskin

22,211

Tanjab Timur

76,004
82,598

10,500

Tebo

62,436
71,117

5,000

Sarolangun

85,908
85,317

6,000

Bungo

63,886
63,886

3,330

Tanjab Barat

72,937
68,198

15,000

Batang Hari

69,032

4,000

Merangin

84,990
86,949
86,949

11,000

Kerinci

76,696
27,805

Kota Jambi
0

Jamkesda

75,881
75,409

10,500

Muaro Jambi

Jamkesmas

20,000

40,000

109,907
92,902

60,000

80,000

120,645

100,000 120,000 140,000

Sumber : Bidang PKM, 2010

Berdasarkan data tahun 2008 jumlah masyarakat miskin terbanyak


berada di Kota Jambi yaitu sebanyak 120.645 maskin, dan paling
sedikit adalah Kabupaten Bungo dengan jumlah 63.886 maskin. Untuk
Kota Sungai Penuh jumlah masih bergabung dengan Kabupaten
Kerinci, dengan jumlah maskin menjadi nomor 2 (dua) terbanyak di
Provinsi Jambi yaitu sebanyak 109.907 maskin.

93

C. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Program perbaikan gizi masyarakat secara umum ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan, kesadaran dan keinginan masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan yang optimal khususnya pada bidang gizi,
terutama bagi golongan rawan dan masyarakat yang berpenghasilan
rendah baik di desa maupun di kota.

Kegiatan pokok Kementerian Kesehatan dalam mengimplementasikan


Perbaikan Gizi Masyarakat meliputi, peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi,
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin A, dan
kekurangan

zat

gizi

lebih,

peningkatan

surveillance

gizi,

dan

pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi


(Perpres, 2007). Adapun sasaran pokok program Perbaikan Gizi
Masyarakat yakni menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita,
terlaksananya penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi
besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin

1.

Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe)


Untuk mengatasi masalah anemia kekurangan zat besi pada ibu
hamil pemerintah sejak tahun 1970 telah melaksanakan suatu
program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan
Posyandu dengan mendistribusikan tablet tambah darah, dimana 1
tablet berisi 200 mg fero sulfat dan 0,25 mg asam folat (setara
dengan 60 mg besi dan 0.25 mg asam folat). Setiap ibu hamil
dianjurkan minum tablet tambah darah dengan dosis satu tablet
setiap hari selama masa kehamilannya dan empat puluh hari setelah
melahirkan.

Anemia merupakan salah satu keadaan kurang gizi dengan keadaan


kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari keadaan

94

normal. Orang yang mempunyai Hb yang rendah, secara fisik belum


menunjukkan gejala anemia dan masih terlihat berada dalam
keadaan yang relative sehat. Namun makin rendah Hb, menunjukkan
makin berat keaadaan anemia yang diderita dan makin rendah pula
kemampuan kerja fisiknya.

Penangulangan masalah anemia gizi besi saat ini terfokus pada


pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil
mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya.
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) di
Provinsi Jambi selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar
4.22 berikut ini.
Gambar 4.22
Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Fe
Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
100
Fe1, 75.27

Fe1, 80

Fe1, 75.67

Fe1, 78.19

Fe1, 72.87

75
Fe1, 59.17

Fe3, 75.83

Fe3, 73.89

Fe3, 70.9

Fe3, 69.93
Fe3, 64.85

50

Fe3, 58.88

25
Fe1

Fe3

0
2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber : Bidang PKM, 2010

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe)


selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 terlihat ada
kecendrungan peningkatan baik cakupan Fe1 dan Fe3. Pada tahun
2005 cakupan Fe1 Provinsi Jambi yaitu sebesar 59.17 % sampai

95

dengan tahun 2010 meningkat menjadi 78,19 %. Sedangkan untuk


Fe3 di Provinsi Jambi tahun 2005 yaitu sebesar 58,88 % meningkat
menjadi 73,89 % pada tahun 2010.
Sebaran cakupan pemberian tablet tambah darah (Fe3) pada ibu
hamil menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010
dapat dilihat pada gambar 4.23 berikut ini.

Gambar 4.23
Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Tambah Darah (Fe3)
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
91.18

Muaro Jambi
Kota Jambi

88.77
85.27

Batang Hari
Tebo

82.81

Provinsi Jambi

73.89

Tanjab Timur

73.48

Sarolangun

73.12

Kerinci

73
72.8

Tanjab Barat
Sungai Penuh

64.35
54.4

Bungo
Merangin

48.05
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Sumber : Bidang PKM, 2010

Kabupaten/ kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten


Muaro Jambi yaitu sebesar 91,18 %, diikuti oleh Kota Jambi
sebesar 88,77 % dan Kabupaten Batang Hari sebesar 85,27 %.
Sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Merangin sebesar
48,05 %, diikuti diatasnya adalah Kabupaten Bungo sebesar 54,4
% dan Kota Sungai Penuh sebesar 64,35 %.

96

2.

Pemberian Kapsul Vitamin A


Pelaksanaan pemberian kapsul vitamin A pada bayi (6-11 bulan) dan
balita (12-59 bulan), dilakukan secara serentak dua kali setahun yaitu
pada bulan Februari dan Agustus di posyandu atau puskesmas.
Untuk bayi diberikan kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis
100.000 SI, sedangkan untuk balita kapsul berwarna merah dengan
dosis 200.000 SI. Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita
adalah untuk meningkatkan daya tahan balita terhadap penyakit
serta meningkatkan proses penglihatan. Dan juga bertujuan untuk
menurunkan angka kematian, dan menghindari masalah kekurangan
vitamin A. Kapsul vitamin A dalam dosis tinggi terbukti efektif dalam
mengatasi masalah diatas apabila cakupannya tinggi.

Ada berbagai bukti yang menunjukkan peran besar vitamin A dalam


menurunkan angka kematian anak. Jadi selain diberikan untuk
menghindari kebutaan, maka pemberian vitamin A saat ini juga
utamanya dikaitkan dengan masalah kelangsungan hidup anak,
berikut kesehatan dan pertumbuhan mereka.

Vitamin A berguna bagi kesehatan mata serta mencegah kebutaan,


dan juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Anak yang
mendapatkan cukup vitamin A, tidak akan terlalu parah kondisinya
saat ia terkena diare, campak, atau penyakit lain, sehingga penyakit
yang menyerang tersebut tidak akan sampai mengancam jiwanya.
Sementara itu pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas, diharapkan
dapat dilaksanakan secara terpadu bersama dengan pelayanan
kesehatan ibu nifas. Meski demikian, bila ibu nifas belum juga
memperoleh kapsul vitamin A, maka vitamin ini masih bisa diberikan
diluar pelayanan tersebut.

97

Gambar 4.24
Persentase Bayi, Balita dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Provinsi Jambi
Kerinci

Sarolangun

74.99

56.07

42.2

74.35

42.45
43

Batang Hari

95.29

54.9
58

Muaro Jambi

48.5

Tanjab Timur

Tebo

55.37

20

40

60

98.56

76.89

60

Sungai Penuh

87.49
84.47

66.02

48.8

Kota Jambi

69.06
72.5

45.9

Bungo

91.56

72.84
58.61

36.5

93.31

59.69

44.9

Tanjab Barat

Bufas
Balita
Bayi

85.28

61.88

51

Merangin

86.04

62.69

48.6

91.8
66.8

80

100

120

Sumber : Bidang PKM, 2010

Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi dengan jumlah 11 kabupaten/


kota terdapat 68.424 bayi laki-laki dan perempuan, namun hanya
sebanyak 33.244 bayi berumur 6 11 bulan yang mendapat vitamin
A sehingga persentasenya hanya 48,6% dari total bayi yang ada.
Jumlah anak balita laki-laki dan perempuan sebanyak 321.836
dengan anak yang mendapatkan vitamin A 2x sebanyak 201.774,
dan persentasenya mencapai 62,69 %. Ada sebanyak 73.132 ibu
nifas dan yang mendapat vitamin A adalah 62.924 orang hingga
persentasenya mencapai 86,04%.

98

3.

Cakupan Konsumsi Garam Beryodium


Gangguan

Akibat

Kekurangan

Yodium

(GAKY)

merupakan

sekumpulan gejala yang muncul akibat kurangnya unsur Iodium


secara terus menerus dalam jangka waktu lama pada tubuh
seseorang. Kekurangan Iodium saat ini tidak terbatas hanya pada
gondok dan kretinisme, melainkan juga berpengaruh pada kualitas
sumber daya manusia dalam arti luas. Mulai dari masalah tumbuh
kembang,

termasuk

perkembangan

terjadinya

penurunan potensi tingkat

otak

yang

menyebabkan

kecerdasan

(Intelligence

Quotient = IQ). Pemantauan GAKY dilakukan melalui Ekspresi


Yodium dalam Urine (EYU) sebagai cerminan mengenai asupan
yodium serta cajupan rumah tangga mengonsumsi garam beryodium.

Gambar 4.25
Persentase Rumah Tangga yang Mengkonsumsi Garam Beryodium
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2007
Merangin

100

Muaro Jambi

99.6

Sarolangun

98.1

Kerinci

97.9

Bungo

96.5

Batang Hari

95.4

Tanjab Timur

95.1

Kota Jambi

94.6

Provinsi Jambi

94
84.5

Tebo
73.9

Tanjab Barat
Sungai Penuh

20

40

60

Sumber : Bidang PKM, Riskesdas 2007

99

80

100

120

Pada gambar 4.25 dapat dilihat cakupan garam beryodium yang


Cukup untuk tingkat rumah tangga adalah Kabupaten Merangin
sebesar 100 % dan terendah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
sebesar 73.9 % untuk angka Provinsi sebesar 94.0%

Permasalahan mengenai masih rendahnya cakupan konsumsi garam


beryodium dimasyarakat disebabkan antara lain, belum optimalnya
pemberdayaan masyarakat juga kampanye untuk menkonsumsi
garam beryodium, dan ditambah dengan regulasi yang belum
memadai. Masalah lain yang juga muncul adalah belum teraturnya
pelaksanaan pemantauan garam beryodium dimasyarakat secara
terus menerus.

4.

Cakupan Pemberian ASI Eksklusif


Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang
manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang
dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI
eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan
berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan
radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu
menjarangkan kelahiran.

Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah
menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6
bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai
umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi
sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.

100

Gambar 4.26
Persentase Bayi yang Diberikan ASI Eksklufif
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Bungo

50.1
36.1

Kota Jambi
Batang Hari

35.7

Muaro Jambi

34.2

Kerinci

33.7

Sungai Penuh

33.7
33

Provinsi Jambi

30.5

Tanjab Barat

29.3

Merangin

27.5

Tanjab Timur

26.2

Tebo
Sarolangun

23.2
0

10

20

30

40

50

60

Sumber : Bidang PKM, 2010

Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Jambi Tahun 2010


sebesar 33 %. Cakupan ini masih jauh di bawah target pencapaian
pemberian ASI Eksklusif Nasional yaitu 80 %. Untuk pemberian ASI
Eksklusif tertinggi adalah Kabupaten Bungo sebesar 50,1 % dan
yang terendah adalah Kabupaten Sarolangun sebesar 23,2 %.

5.

Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)


Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan indikator
yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi
gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan
vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah
prevalensi gizi kurang.

101

Hasil Riskesdas 2007 memberi gambaran nasional cakupan


penimbangan balita (anak pernah ditimbang di Posyandu sekurangkurangnya satu kali selama sebulan terakhir) di posyandu sebesar
74,5%. Frekuensi kunjungan balita ke posyandu akan makin
berkurang dengan makin bertambahnya umur anak. Sebagai
ilustrasi, proporsi anak 6 11 bulan yang ditimbang di posyandu
91,3%, pada anak usia 12 23 bulan turun menjadi 83,6%, lalu pada
usia 24 35 bulan turun menjadi 73,3%.

Gambar 4.27
Persentase Kunjungan Balita yang Ditimbang di Posyandu
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
79.3

Bungo
Tanjab Timur

76.4

Muaro Jambi

71.7

Tanjab Barat

68.9

Tebo

65.4

Sungai Penuh

63.6

Provinsi Jambi

59

Batang Hari

53.2

Kota Jambi

51

Merangin

48.4

Kerinci

48

Sarolangun

30.8
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sumber : Bidang PKM, 2010

Berdasarkan laporan dari kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun


2010 cakupan penimbangan balita di posyandu sebesar 59,0 %.
Cakupan penimbangan balita di posyandu menurut kabupaten/ kota
tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 4.27.

102

Masalah yang berhubungan dengan kunjungan posyandu antara lain:


dana operasional serta sarana prasarana untuk menggerakkan
kegiatan posyandu; tingkat pengetahuan kader berikut kecakapan
petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling; tingkat
pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu; dan
pelaksanaan pembinaan kader.

D. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA


Bisa dikatakan bahwa ada dua kategori bencana di Indonesia yaitu
bencana lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup
terjadi akibat dari kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan industri, tumpahan
minyak dilaut; sementara bencana alam terjadi sebagai akibat dari
aktivitas lapisan/kerak bumi/ fenomena alam seperti gempa bumi,
gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang
kejadiannya sulit diprediksi.

Di Provinsi Jambi pada tahun 2010 telah terjadi bencana alam sebanyak 2
(dua) kali yaitu bencana banjir dan bencana kebakaran rumah. Bencana
banjir yang terjadi pada tahun 2010 meliputi 8 (delapan) kabupaten/ kota
yaitu : Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tebo, Kabupaten
Bungo, Kabupaten Merangin, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Batang Hari
dan Kabupaten Sarolangun. Bencana kebakaran terjadi di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.

Bencana banjir yang terjadi di 8 (delapan) kabupaten/ kota menyebabkan


37 kecamatan dan 143 desa terendam. Sedangkan jumlah yang terkena
dampak dari bencana banjir terdiri dari 413.750 orang, 4.766 KK dan
rumah sebanyak 16.913 rumah.

103

Akibat dari bencana banjir tersebut menyebabkan 1.724 orang menderita


sakit, mengungsi sebanyak 6.452 orang dan yang meninggal dunia
sebanyak 3 (tiga) orang. Disamping itu sarana umum yang terendam
terdiri dari 22 unit tempat ibadah, Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak
7 uni dan sarana lain sebanyak 340 unit.

Adapun bencana kebakaran rumah yang terjadi di Kabupaten Tanjung


Jabung Barat yang terkena dampak terdiri dari 1 (satu) Kecamatan dan 2
(dua) desa. Adapun jumlah yang terkena dampak terdiri dari 37 kepala
keluarga dan 27 unit rumah penduduk. Sedangkan korban dari bencana
kebakaran rumah tersebut menyebabkan 11 orang mengalami luka-luka.

Dalam

penanggulangan

bencana

ini

selain

memberikan

bantuan

pelayanan kesehatan kepada penduduk yang mengalami bencana juga


diberikan bantuan obat-obatan kepada penduduk yang tertimpa bencana,
bagi penduduk yang masih usia balita juga diberikan makanan
pendamping asi (MP-ASI).

***

104

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam


penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dengan harapan bisa
memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya
kesehatan diulas dengan memaparkan gambaran keadaan sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan yang disajikan meliputi: puskesmas, rumah sakit
(rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM), sarana produksi dan distribusi
kefarmasian dan alat kesehatan, serta institusi pendidikan tenaga
kesehatan.

1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa dikenal dengan
Puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/ kota. Puskesmas sebagai unit pelayanan
kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan
kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan
beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi,
kebutuhan,

tuntutan, kemampuan dan inovasi serta

kebijakan

pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1)


pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan
masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4)
pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.

Jumlah puskesmas di Provinsi Jambi sampai dengan tahun 2010


sebanyak 172 unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 69
unit, puskesmas non perawatan 103 unit.

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap


masyarakat diwilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana
pelayanan kesehatan berupa puskesmas keliling dan puskesmas
pembantu. Jumlah pusling dan pustu pada tahun 2010 di Provinsi
Jambi dilaporkan berjumlah 722 unit dengan rincian;

puskesmas

keliling 152 unit, dan puskesmas pembantu sebanyak 570 unit. Salah
satu indicator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan
penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000
penduduk. Pada kurun waktu 2005 s/d 2010 rasio puskemas per
100.000 penduduk di Provinsi Jambi adalah dari 5,12 menjadi 5,56 per
100.000 penduduk.

Gambar 5.1
Rasio Puskesmas Per 100.000 Penduduk
Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010

Per 100.000 Penduduk

10
8
6

5.12

5.22

5.67

5.4

5.75

5.56

4
2
Rasio Pusk
0
2005

2006

2007

2008
Tahun

Sumber : Bidang Evdal, 2010

106

2009

2010

Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut kabupaten/ kota


menunjukkan

bahwa

rasio

tertinggi pada

tahun 2010

adalah

Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu sebesar 8,28 per 100.000


penduduk, sedangkan rasio terkecil adalah Kota Jambi yaitu sebesar
3,76 per 100.000 penduduk.

Gambar 5.2
Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : Bidang Evdal, 2010

2. Rumah Sakit
Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain merupakan upaya
promotif dan preventif, juga meliputi pembangunan kesehatan yang
bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan
kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam lingkup kegiatan
kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana
pelayanan kesehatan rujukan.

107

Pada tahun 2010 jumlah rumah sakit di Provinsi Jambi sebanyak 21


unit. Yang terdiri dari rumah sakit umum (RSU) sebanyak 19 unit dan
rumah sakit khusus (RSK) sebanyak 2 unit. Rumah sakit tersebut
dikelola oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota, TNI/
POLRI, serta sektor swasta.

Gambar 5.3
Persentase Kepemilikan Rumah Sakit
di Provinsi Jambi Tahun 2010

Swasta, 29%

TNI/ Polri,
10%

Pemerintah,
61%

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Jumlah tempat tidur pada suatu rumah sakit dapat digunakan untuk
menggambarkan

kemampuan

rumah

sakit

dimaksud

memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.

dalam

Di Provinsi

Jambi jumlah tempat tidur terbanyak masih dimiliki oleh RSU Raden
Mattaher Jambi dengan 328 tempat tidur dan RS Bersaudara dengan
hanya 23 tempat tidur untuk jumlah tempat tidur paling sedikit.

108

3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat


Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan
menerapkan berbagai pendekatan, termasuk dengan melibatkan
masyarakat sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pendekatan
dimaksud bisa dilihat dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). UKBM antara lain terdiri dari Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di
Desa Siaga, Tanaman Obat Keluarga (Toga), dan Pos Obat Desa
(POD).

Salah satu jenis UKBM yang sudah lama dikembangkan dan sangat
dikenal baik oleh masyarakat adalah posyandu. Dalam menjalankan
fungsinya, posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program
prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan
gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare.. Dalam rangka menilai
kinerja dan perkembangannya, posyandu diklasifikasikan menjadi
empat tingkatan yakni, Posyandu Pratama, Posyandu Madya,
Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri.

Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi sudah tercatat ada sebanyak 3.168
jumlah Posyandu yang aktif, dengan rincian yaitu 391 Posyandu
Pratama, 1.757 Posyandu Madya, 796 Posyandu Purnama, dan 268
Posyandu

Mandiri.

Informasi

selengkapnya

mengenai

keadaan

posyandu di tiap kabupaten/kota dan juga dilihat dari jumlah


puskesmas yang ada dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

109

Gambar 5.4
Persentase Posyandu Aktif Menurut Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Bungo

100

Sarolangun

100

Tebo

99.65

Tanjab Barat

99.6

Tanjab Timur

99.25

Kota Jambi

98.87

Kerinci

98.67

Provinsi Jambi

98.63

Batang Hari

98.24

Merangin

97.91

Muaro Jambi

96.9

Sungai Penuh

91.14
86

88

90

92

94

96

98

100

102

Sumber : Bidang PKM, 2010

Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat


yang dibentuk di desa sebagai upaya untuk mempermudah akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dengan mendekatkan
penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Kegiatan utama poskesdes yaitu pengamatan dan kewaspadaan dini
(surveilans perilaku beresiko, lingkungan dan masalah kesehatan
lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan
terhadap bencana serta pelayanan kesehatan. Pelayanan yang
diberikan poskesdes juga mencakup tempat pertolongan persalinan
dan pelayanan KIA. Poskesdes merupakan salah satu indikator
sebuah desa untuk disebut desa siaga. Jumlah Poskesdes di Provinsi
Jambi tahun 2010 adalah 560, dengan jumlah Desa Siaga sebanyak
1.320 desa dan Desa Siaga Aktif sebanyak 1.282 desa.

110

4. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi
Pembangunan

kesehatan

berkelanjutan

membutuhkan

tenaga

kesehatan yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas. Untuk
menghasilkan

tenaga

kesehatan

yang

berkualitas

tentu

saja

dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula. Kementrian


Kesehatan merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan
didalam penyedian tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut. Dalam
penyelenggaraan tenaga kesehatan jenjang pendidikan menengah dan
Diploma

(D-III)

Kesehatan

yang

berada

dikelompokkan

dibawah

dalam

pembinaan

Politeknik

Kementrian

Kesehatan

(milik

Kemenkes) dan Non Poltekkes (milik swasta,TNI/ POLRI dan Pemda).


Pada 2010 jumlah institusi Diknakes di Provinsi Jambi sebanyak 16
institusi, yang terdiri dari 4 jurusan/ program studi di Poltekes dan 12
institusi Non poltekkes.
Gambar 5.5
Jumlah Program Studi Pada Institusi Poltekes dan Non Poltekes
Di Provinsi Jambi tahun 2010
8

Poltekes

Non Poltekes

6
4
2

0
Keperawatan

Kebidanan

Kesling

Kesehatan
Gigi

Analis Kes

Farmasi

Sumber : Bidang Evdal, 2010

Gambar menunjukkan jumlah program pada institusi Diknakes non


poltekkes;

untuk

prodi

keperawatan

terdiri

dari

kebidanan, kesehatan lingkungan dan kesehatan gigi.

111

keperawatan,

b. Akreditasi Institusi
Dengan banyaknya institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada
saat ini, Kementrian Kesehatan berusaha melakukan upaya untuk
terus meningkatkan kualitas pendidikan. Akreditasi merupakan salah
satu upaya pembinaan yang dilakukan terhadap institusi-institusi
pendidikan kesehatan yang ada, selain itu juga untuk melihat kualitas
dari masing-masing institusi.

Akreditasi

dilaksanakan

bagi

institusi

yang

telah

menjalankan

perkuliahan sampai dengan semester V (lima), dan institusi lama yang


telah habis masa berlaku akreditasinya. Pada tahun 2007 , institusi
Diknakes milik Kemenkes mengalami perubahan status kelembagaan
dari Akdemi menjadi Poltekkes. Untuk melihat perubahan-perubahan
yang terjadi pada Poltekkes, mulai tahun 2004 Pusdiknakes melakukan
akreditasi terhadap jurusan / program studi poltekkes yang ada.

B. TENAGA KESEHATAN
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Pada 2010 Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM-Kesehatan) yang


bekerja pada unit kerja/ unit pelayanan kesehatan dalam wilayah
administratif Provinsi Jambi berjumlah : 12.499 orang, terdiri dari
10.087 orang memiliki latar belakang pendidikan formal kesehatan dan
2.412 orang memiliki latar belakang pendidikan formal non-kesehatan.

112

Gambar 5.6
Proporsi SDM Kesehatan Menurut Latar Belakang Pendidikan
Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Non Kesehatan
19%
Kesehatan
81%

Sumber : Bidang Evdal, 2010

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan


Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan
kesehatan adalah tenaga kesehatan
pelayanan kesehatan dimasyarakat.

yang bertugas di sarana


Menurut pendataan Bidang

Evaluasi dan Pengendalian, jumlah tenaga medis di Kabupaten/ Kota


dan Provinsi Jambi sebanyak 873 orang terdiri dari dokter spesialis
sebanyak 143 orang, dokter umum sebanyak 592 dan dokter gigi
sebanyak 138 orang. Rasio dokter umum terhadap 100.000 penduduk
adalah sebesar 18,3 per 100.000 penduduk di kabupaten/ kota. Rasio
dokter umum terhadap jumlah penduduk menurut kabupaten/ kota
dapat dilihat pada gambar 5.7

113

Gambar 5.7
Rasio Dokter Umum Terhadap 10.000 Penduduk
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Muaro Jambi

20.4

Batang Hari

17.4

Kota Jambi

15.8

Kerinci

15.3

Tanjab Barat

14.4

Tebo

13.4
12.2

Sarolangun
Bungo

11.2

Tanjab Timur

10.7
10.5

Merangin
Sungai Penuh

9.7
0

10

15

20

25

Sumber : Bidang Evdal, 2010

Jumlah tenaga dokter gigi pada tahun 2010 sebanyak 138 orang
dengan rasio sebesar 4 per 100.000 penduduk. Kabupaten/ kota
dengan rasio tertinggi adalah Kota Jambi dengan rasio sebesar 5,1 per
100.000 penduduk, sedangkan terendah adalah Kota Sungai Penuh
dan Kabupaten Merangin dengan rasio 2,4 per 100.000 penduduk.

Jumlah bidan pada tahun 2010 sebanyak 2.259 orang sehingga


rasionya terhadap penduduk sebesar 73 per 100.000 penduduk. Pada
tahun 2010 di Provinsi Jambi kabupaten/ kota dengan rasio tertinggi
terdapat pada Kabupaten Batang Hari dengan rasio 92,40 per 100.000
penduduk dan yang terendah adalah Kabupaten Kerinci dengan rasio
43,57 per 100.000 penduduk,

untuk lebih jelas dapat melihat pada

lampiran tabel 74 78.

114

2. Persebaran Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan


Sumber Daya Manusia Kesehatan di Provinsi Jambi terdiri dari SDM
Kesehatan yang bertugas di unit kesehatan (sarana pelayanan dan
non pelayanan) diprovinsi dan kabupaten/ kota, dengan status
kepegawaian PNS, CPNS, PTT, TNI/ POLRI dan swasta. SDM
Kesehatan tersebut bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan unit
pelaksana teknis (UPT), Dinas Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/
Poliklinik dan sarana kesehatan lainnya milik pemerintah pusat,
pemerintah daerah, swasta dan TNI/ POLRI.

Dari data yang diterima tercatat sebanyak 12.499 orang yang terdiri
dari 10.087 orang tenaga kesehatan dan 2.412 orang tenaga non
kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari 873 orang tenaga medis,
6.689 orang tenaga keperawatan (4.430 orang tenaga perawatan dan
gigi, 2.259 orang tenaga bidan), 628 orang tenaga kefarmasian, 1.105
orang tenaga kesehatan masyarakat, 196 orang tenaga gizi, 66 orang
tenaga keterapian fisik 530 orang keteknisan medis.

Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan


masyarakat, kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya
manusia yang dimiliki, terutama ketersedian tenaga kesehatan. Pada
tahun 2010 terdapat 5.684 orang yang bertugas di puskesmas dengan
rincian 5.382 orang tenaga kesehatan dan 302 orang tenaga non
kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum yang
bertugas di puskesmas sebanyak 300 orang, bila dibandingkan jumlah
puskesmas yang terdata tenaganya (172 puskesmas) dengan jumlah
dokter, maka
puskesmas.

rasio

dokter umum adalah 1,7 dokter umum per

Jumlah dokter gigi di Puskesmas pada tahun 2010

sebanyak 86 orang, bila dibandingkan dengan seluruh puskesmas


maka dapat diartikan bahwa belum seluruh puskesmas memiliki dokter
gigi. Rasio dokter gigi terhadap puskesmas yaitu 0,5 per puskesmas.

115

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Salah

satu

komponen

sumber

daya

yang

diperlukan

dalam

menjalankan pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan.


Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan pembiayaan
yang bersumber dari masyarakat.

1. Anggaran Kesehatan Provinsi


Anggaran Kesehatan APBD Provinsi

Jambi dibagi berdasarkan

program/ kegiatan kesehatan yang terdiridari Dinas Kesehatan


Provinsi, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa. Program/
kegiatan yang bersifat promotif yaitu promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat diberikan pada Dinas Kesehatan.
Sedangkan program/ kegiatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
diberikan pada Rumah Sakit.
Tabel 5.1
Alokasi Anggaran Kesehatan terhadap APBD Provinsi Jambi
Tahun 2010
No

Peruntukan Dana

1.

Alokasi

Total APBD Provinsi


Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Jumlah

APBD Dinkes Provinsi


Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Jumlah
APBD RSU Provinsi
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Jumlah

APBD RS Jiwa Provinsi


Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Jumlah

a.

b.

c.

Jumlah Total APBD Kesehatan


Persentase APBD Kesehatan terhadap
APBD Provinsi
Sumber : Pemprov Jambi, 2010

116

Rp.
Rp.
Rp.

704.193.192.490,39
800.760.708.277,61
1.504.953.900.768,00

Rp.
Rp.
Rp.

21.023.117.178,00
12.300.000.000,00
33.323.117.178,00

Rp.
Rp.
Rp.

41.675.236.670,00
48.170.000.000,00
89.845.236.670,00

Rp.
Rp.
Rp.

9.632.896.927,53
8.175.000.000,00
17.807.896.927,53

Rp.

140.976.250.775,53
9,37 %

Persentase anggaran kesehatan yang bersumber dari APBD


Provinsi

Jambi

untuk

bidang

kesehtan

berjumlah

Rp.

140.976.250.775,53 dengan persentase terhadap APBD Provinsi


sebesar 9,37 %. Anggaran terbesar diberikan untuk pelayanan
Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi yaitu sebesar
Rp. 89.845.236.670,00.

Selain anggaran bersumber dari APBD Provinsi, anggaran


kesehatan juga bersumber dari APBN dalam bentuk dana
dekonsentrasi, DAK, dan BOK. Informasi selengkapnya tentang
alokasi anggaran kesehatan di Provinsi Jambi tahun 2010 terdapat
pada lampiran tabel 79 .

Gambar 5.8
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jambi
Tahun 2010

BOK
17%

APBD Prov
58%

DAK
20%

APBD Prov
Dekon
DAK
BOK

Dekon
5%

Sumber ; Bidang Evdal, 2010

2. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat


Menurut data tahun 2010 hanya 39,1 % penduduk yang tercakup
oleh

jaminan

pembiayaan/

asuransi

kesehatan.

Persentase

penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan oleh program


jamnian pembiayaan/ asuransi disajikan pada gambar 5.9 menurut

117

sumber

pembiayaan

sampai

tahun

2010.

Data

mengenai

persentase penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan/ asuransi


kesehatan menurut kabupaten/ kota sampai tahun 2010 terdapat
pada Lampiran tabel 55.

Gambar 5.9
Persentase Yang Dilindungi Jaminan Kesehatan
Masyarakat/ Asuransi Kesehatan
Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Askes
8%
Jamkesmas
25%

Jaminan
Kesehatan Lain
61%

Jamkesda
6%
Askes
Jamkesmas
Jamkesda
Jaminan Kesehatan Lain

Sumber ; Bidang PKM, 2010

Peserta

Jamkesmas

mendapatkan

pelayanan

kesehatan

komprehensif dan berjenjang dari pelayanan kesehatan dasar di


puskesmas dan jaringannya hingga pelayanan kesehatan
rujukan di Rumah Sakit. Pada tahun 2010 terdapat 172 unit
Puskesmas

di

seluruh

Provinsi

Jambi

yang

melayani

Jamkesmas. Untuk pelayanan kesehatan rujukan tersedia 12


Rumah Sakit yang persentase terbesarnya merupakan rumah
sakit umum dan khusus milik pemerintah sebanyak 3.038 orang

118

(4,08 %) secara keseluruhan peserta jamkesmas di layani oleh


rumah sakit pemerintah. Gambar 5.10 menunjukkan cakupan
pemberi pelayanan kesehatan rujukan peserta jamkesmas di
Provinsi Jambi tahun 2010.
Gambar 5.10
Cakupan Layanan Kesehatan Rujukan Peserta Jamkesmas
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Kerinci

5.22

Bungo

3.31

Batang Hari

2.94

Sarolangun

2.69

Tebo

1.78

Merangin

1.22

Muaro Jambi

0.95

Tanjab Barat

0.69

Tanjab Timur

0.54

Kota Jambi
Sungai Penuh
0

Sumber : Bidang PKM, 2010

Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan masyarakat miskin


dan hampir miskin terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah
melalui Kementrian Kesehatan dan beberapa pemerintah
daerah telah memberikan jaminan pelayanan kesehatan secara
gratis di puskesmas dan kelas III di rumah sakit bagi peserta
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Jumlah yang di
tanggung oleh program Jamkesmas pada tahun 2010 sebanyak
784.842 jiwa.

***

119

A. KEPENDUDUKAN
Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan
merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan
nasional, antara lain adalah ;

Pertama, kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan


pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang
dilakukan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina
dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan.
Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang
bersangkutan.

Kedua,

keadaan

dan

kondisi

kependudukan

yang

ada

sangat

mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.


Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang
memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat
kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi
pembangunan.

Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa


dalam jangka yang panjang. Karena

dampaknya baru terasa dalam

jangka waktu yang panjang, sering kali peranan penting penduduk dalam
pembangunan terabaikan. Sebagai contoh, beberpa ahli kesehatan
memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan

dampak negatif terhadap kesehatan seseorang selama 25 tahun kedepan


atau satu genarasi.

Gambar 6.1
Jumlah Penduduk Per Provinsi di Indonesia Tahun 2010
43

Jawa Barat
Jawa Timur
Jawa Tengah
Sumatera Utara
Banten
DKI Jakarta
Sulawesi Selatan
Lampung
Sumatera Selatan
Riau
Sumatera Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Aceh
Kalimantan Barat
Bali
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
D I Yogyakarta
Jambi
Papua
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
Bengkulu
Kepulauan Riau
Maluku
Kepulauan Bangka Belitung
Sulawesi Barat
Gorontalo
Maluku Utara
Papua Barat

37
32
13
11
10
8
8
7
6
5
5
5
4
4
4
4
4
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1

10

15

20

25

30

35

40

45
50
Millions

Sumber : BPS Pusat, 2010

Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk tahun


2010 yaitu sebanyak 237.641.326 jiwa terdiri dari 119.630.913 jiwa lakilaki dan 118.010.413 jiwa perempuan. Dimana jumlah penduduk Provinsi
Jambi berjumlah 3.092.265 jiwa, dengan 1.581.110 jiwa laki-laki dan
1.511.155 jiwa perempuan.

121

1. Laju Pertumbuhan Penduduk


Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk
memprediksi jumlah penduduk disuatu wilayah dimasa yang akan
dating. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang,
diketahui

pula

kebutuhan

dasar

penduduk

disegenap

bidang

kehidupan termasuk bidang kesehatan. Indikator tersebut biasa dikenal


dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk
dipengaruhi 3 faktor, yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk.
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat dilihat pada gambar
6.2 berikut.

Gambar 6.2
Laju Pertumbuhan Penduduk Per Provinsi
di Indonesia Tahun 1990 - 2000
Riau
Papua
Banten
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
B engkulu
Kalimantan Timur
Sulawesi Tengah
Sumatera Selatan
Kalimantan Barat
Jawa Barat
Jambi
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Gorontalo
Sulawesi Selatan
Nanggroe Aceh
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Sumatera Utara
Bali
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Sumatera Barat
Maluku Utara
DKI Jakarta
Maluku

4.35
3.22
3.21
3.15
2.99
2.97
2.81
2.57
2.39
2.29
2.03
1.84
1.82
1.64
1.59
1.49
1.46
1.45
1.33
1.32
1.31
1.17
0.97
0.94
0.72
0.7
0.63
0.48
0.17
0.08
0

Sumber : BPS Pusat, 2010

122

Laju pertumbuhan penduduk secara Nasional pada periode tahun 1990


2000 adalah sebesar 1,49. Pada gambar 6.2 dapat dilihat bahwa
Provinsi dengan laju pertumbuhan penduduknya yang tinggi hdala
Provinsi Riau dengan pertumbuhan 4,35, sedangkan paling kecil
dalah Provinsi Maluku dengan pertumbuhan 0,08. Sedangkan untuk
Provinsi Jambi masih berada ditengah dengan pertumbuhan 1,84.

2. Penduduk Menurut Kelompok Umur


Distribusi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin dan kelompok umur
dapat kita lihat pada piramida penduduk tahun 2010 seperti pada gambar
6.3. Indikator tentang struktur umur penduduk bermanfaat untuk
mengetahui piramida penduduk yang memberikan gambaran jumlah
penduduk pada usia-usia belum produktif (0-14), usia produktif (15-64)
dan tidak produktif lagi (65+). Jika ternyata jumlah penduduk usia produktif
lebih sedikit dibandingkan penduduk usia belum dan tidak produktif lagi,
maka beban tanggungan penduduk produktif di suatu wilayah akan besar.
Gambar 6.3
Piramida Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2010

TT/ Not State


75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4

15,000,000

10,000,000

5,000,000

0
Laki-Laki

Sumber : BPS Pusat, 2010

123

5,000,000
Perem puan

10,000,000

15,000,000

Dari komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa banyak


penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia
produktif.

Angka

ini

disebut

sebagai

angka

beban

tanggungan

(Dependency Ratio). Dependency Ratio Nasional tahun 2010 sebesar


51,33 mengandung arti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif
harus menanggung 51 orang penduduk tidak produktif yang terdiri dari 29
orang penduduk berumur kurang dari 15 tahun dan 5 orang penduduk
berumur lebih dari 65 tahun.

3. Indeks Pembangunan Manusia


Human Development Index (HDI) merupakan suatu ukuran gabungan tiga
dimensi tentang pembangunan manusia, yaitu panjang umur, dan
menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur
dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan memiliki standar
hidup yang layak (diukur dari penghasilan/ pengeluaran riil perkapita).

Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dipengaruhi oleh


perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan
capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dengan
melihat perkembangan angka IPM tiap tahun, tampaknya kemajuan yang
dicapai Provinsi Jambi dalam pembangunan manusia tidak terlalu
signifikan. Angka IPM Provinsi Jambi dalam 5 tahun terakhir hanya
mengalami sedikit peningkatan dari 70,95 pada tahun 2005 menjadi 72,45
pada tahun 2009.

Sedangkan IPM Indonesia dari tahun 2005 sampai

dengan tahun 2009 adalah 69,57 pada tahun 2005 menjadi 71,76 pada
tahun 2009. Dilihat dari peringkat rangking Provinsi Jambi pada tahun
2005 berada pada peringkat 11, kemudian naik menjadi peringkat 10 dan
pada tahun 2008 dan 2009 turun lagi menjadi peringkat ke 13.

124

Gambar 6.4
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Tahun 2005 s/d 2009
72
71.5
71
70.5
70
69.5
69
68.5
68

71.76

71.17
70.59
70.1
69.57

2005

2006

2007

2008

2009

Sumber : BPS Pusat, 2010

B. DERAJAT KESEHATAN
Angka kematian bayi merupakan indikator yang biasa digunakan untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi
maupun nasional. Banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam
menurunkan angka kematian bayi.

Gambar 6.5
Estimasi Angka Kematian Bayi
per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia
Tahun 1991 s/d 2007
80
70

JAMBI

74
68

68.3

NASIONA
L

60.2
57

60
50

46

40

39
34

35
32

30
20
10
0
1991

1994

1997

2003

2007

Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007

125

Secara nasional berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan


Indonesia (SDKI) terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991, pada tahun
1991 estimasi AKB nasional sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup,
sedangkan hasil SDKI 2007 estimasi AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran
hidup.

Angka

Kematian

Bayi

di

Provinsi

Jambi

menunjukkan

kecenderungan menurun juga dari tahun 1991 AKB di Provinsi Jambi


sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKB
Provinsi Jambi telah mencapai angka 39 per 1.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan angka nasional AKB Provinsi Jambi pada tahun
2007 masih berada di atas angka nasional.

Millenium Developmeant Goals (MDGs) menetapkan nilai normative


AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140,
sedang dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai < 20. Secara nasional
hasil SDKI 2007 terjadi penurunan AKABA di Indonesia. Pada tahun 1991
AKABA nasional adalah 97 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada
tahun 2007 AKABA adalah 44 per 1.000 kelahiran hidup.

AKABA Per 1.000 Kelahiran Hidup

Gambar 6.6
Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 Kelahiran Hidup
di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007
120
100

JAMBI
102
97

INDONESIA
87.5
81

80

62.4
58

60
40

51
46

47
44

20
0
1991

1994

1997

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

126

2002/2003

2007

Hasil SDKI 2007 AKI secara nasional menunjukkan kecenderungan


menurun pada tahun 1994 AKI nasional adalah 390 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup. Gambar 3.5 menunjukkan kecenderungan
penurunan AKI secara nasional dari tahun 1994 s/d tahun 2007 per
100.000 kelahiran hidup.

Gambar 6.7
Angka kematian Ibu (per 100.0000 Kelahiran hidup)
di Indonesia Tahun 1994 -2007
450
400

390
334

AKI Per 100.000 KH

350

307

300
228

250
200
150
100
50
0
1994

1997

2002

2007

Sumber : BPS, 2008

C. UPAYA KESEHATAN
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan, masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya
kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, dan atau masyarakat serta swata, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat.

127

Dalam pencapaian MDGs dan tujuan pembangunan kesehatan,


peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan
menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 Kelahiran
Hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
diperlukan upaya-upaya terkait seperti ; peningkatan akses antenatal
(cakupan ibu hamil K1), pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
(K4), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

***

128

MJbmnM

moffifi

m$CI

!se&w

IilirAS.
lr[1un]6,5i

I L*-kli i PFmtm

Sarclangun

t:]
m

., 5 per 1[0.00i1 p*nd$,Jui]

i -i

cer 1|,fl

r3S0

per 100 000


^6

c*ndt;ttm

penruir

PROFIL
KESEHATAN PROVINSI JAMBI
2010

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI


JAMBI
2011

TIM PENYUSUN

Pengarah
Dr. Hj. Andi Pada, M.Kes
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi

Ketua
Yan Niaga, SKM, M.Kes
Kepala Seksi Pendataan dan Pengendalilan

Editor
Herwan, SKM
Heryantomi, Am.Kep

Anggota
Herwan, SKM; Ika Asrini M, S.Pd; Parida Harahap, S. Psi;
Hj. Evariani, S.Sos; Moerti Any, SE; Heryantomi, Am.Kep

Kontributor
BPS Provinsi Jambi, Sekretaris Dinas Kesehatan, Bidang Evaluasi dan
Pengendalian, Bidang Pelayanan Kesehatan, Bidang Penanggulangan
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dan Bidang Pemberdayaan
Kesehatan Masyarakat

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena dengan rahmat dan
karuniaNya Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 telah dapat diselesaikan. Profil
Kesehatan Provinsi Jambi merupakan sarana penyajian data dan informasi
kesehatan yang merupakan potret status kesehatan masyarakat dengan
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Profil kesehatan Provinsi Jambi selain
sebagai penyajian data dan informasi kesehatan juga dimanfaatkan sebagai
bahan evaluasi dari program-program pembangunan kesehatan di kabupaten/
kota. Data Profil Kesehatan Provinsi Jambi saat ini telah pula dimanfaatkan
dalam penyusunan RPJMD dan renstra Dinas Kesehatan.

Penyajian data dalam profil kesehatan diupayakan dalam bentuk data facility
based

dan data community based serta data yang disajikan diupayakan

lengkap dari segi jenis dan cakupan. Profil Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2010
ini penyusunannya berbeda dari profil kesehatan sebelumnya, profil kesehatan
yang sekarang penyajiannya menyesuaikan dengan Profil Kesehatan Indonesia,
lebih banyak penyajian datanya. Sumber data masih sama dengan profil
sebelumnya yaitu bersumber dari profil kesehatan kabupaten/ kota, data dari
program dan juga data dari lintas sector terkait.

Seksi Pendataan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Provinsi Jambi sebagai


koordinator Penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jambi bersama-sama dengan
program di Dinas Kesehatan menyusun Profil Kesehatan. Profil Kesehatan
Provinsi Jambi ditampilkan dalam bentuk yang lebih menarik agar para pembaca
lebih mudah menggunakannya. Profil Kesehatan ini menggambarkan tentang
kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan faktor
terkaitlainnya serta perbandingan dengan Nasional.

Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 dengan segala keterbatasannya tetatp


diupayakan agar dapat terbit lebih cepat dari tahun sebelummya. Profil

Kesehatan Provinsi Jambi 2010 dibuat dalam bentuk cetakan buku, bagi yang
membutuhkan dapat menghubungi Seksi Pendataan dan Pengendalian Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi. Kritik dan saran sangat kami butuhkan dalam
penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jambi ini.

Mudah-mudahan Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 ini bermanfaat dalam


mengisi kebutuhan data informasi di bidang kesehatan.
Billahit taufiq walhidayah, wassalamualaikum Wr.Wb.

Jambi,

Oktober 2011

Kepala Seksi Pendataan dan Pengendalian

Yan Niaga, SKM, M.Kes


NIP 19720429 200003 1002

ii

SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kahadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan bimbinganNya, Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi telah menerbitkan Profil Kesehatan Provinsi Jambi
2010 yang mencakup seluruh kabupaten/ kota. Meskipun berat dan banyak
tantangan didalam proses pengumpulan data dan informasi kesehatan ini,
akhirnya Seksi Pendataan dan Pengendalian berhasil menghimpun data tahun
2010 dan menyusunnya dalam bentuk Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010.

Tantangan dan kendala dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu
ternyata cukup banyak, sehingga data dan informasi dari kabupaten/ kota
maupun program masih belum dapat terisi secara lengkap. Dengan terbitnya
Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 ini, saya harapkan dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak baik institusi pemerintah, swasta, profesi, mahasiswa dan lainnya
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi.

Ucapan selamat dan penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada semua
pihak, terutama kepada Seksi Pendataan dan Pengendalian yang telah menjadi
coordinator

dalam

penyusunannya,

dan

kontribusi

program,

sehinga

memungkinkan tersusunnya Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 ini.

Billahit taufiq walhidayah, wassalamualaikum Wr.Wb.

Jambi,

Oktober 2011

Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi Jambi

Dr. Hj. Andi Pada, M.Kes


NIP 19620318 198901 2 002

iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI

iii

DAFTAR ISI

iv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB

PENDAHULUAN

BAB

II

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

A.
B.
C.
D.
E.

5
9
13
19
21

BAB III

BAB IV

BAB V

BAB VI

Letak Geografi, Tofografi dan Pemerintahan


Keadaan Penduduk
Keadaan Ekonomi
Keadaan Pendidikan
Keadaan Kesehatan Lingkungan

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

27

A. Mortalita
B. Morbiditas

27
35

SITUASI UPAYA KESEHATAN

57

A.
B.
C.
D.

58
88
94
103

Pelayanan Kesehatan Dasar


Pelayanan Kesehatan Rujukan
Perbaikan Gizi Masyarakat
Pelayana Kesehatan dalam Situasi Bencana

SUMBER DAYAKESEHATAN

105

A. Sarana Kesehatan
B. Tenaga Kesehatan
C. Pembiayaan Kesehatan

105
112
116

PERBANDINGAN PROVINSI JAMBI DENGAN NASIONAL 120


A. Kependudukan
B. Derajat Kesehatan
C. Upaya Kesehatan

120
125
127

LAMPIRAN
iv

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

No Tabel

Judul Tabel

Lampiran Tabel 1

Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah


Rumah Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur,


Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, Kabupaten/
Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok


Umur Di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 4

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang


Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten / Kota
di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 5

Persentase Penduduk Laki-laki Dan Perempuan Berusia 10


Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang
Ditamatkan Dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.

Lampiran Tabel 6

Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten /


Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 7

Jumlah Kematian Bayi Dan Balita Menurut Jenis Kelamin


Dan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 8

Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompk Umur


Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 9

Jumlah Kasus AFP (NON POLIO) Dan AFP Rate (NON


POLIO) Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.

Lampiran Tbel 10

Jumlah Kasus Baru TB Paru Dan kematian Akibat TB Paru


Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.

Dan

Lampiran Tabel 11 Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.

Lampiran Tabel 12 Jumlah KAsus Dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut


Jenis Kelamin Kabupaten Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 14 Jumlah Kasus Baru HIV,AIDS, Dan Infeksi Meular Lainnya
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
tahun 2010.
Lampiran Tabel 15 Persentse Donor Darah Diskrining Terhadap HIV, AIDS,
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 16 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 17 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin kabupaten
/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 18 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut
Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 19 Jumlah Kasus dan Prevalansi Penyakit Kusta Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 20 Persentase Penderita Kusta selesai Berobat Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 21 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dicegah Dengan Imunisasi
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi
tahun 2010.
Lampiran Tabel 22 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin kabupaten/ Kota
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 23 Jumlah Kasus DBD Menurut jenis Kelamin Kabupaten/ Kota
di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 24 Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 25 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi JambiTahun 2010.

Lampiran Tabel 26 Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 27 Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampira Tabel 30

Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet FE I Dan FE 3


Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 31 Jumlah Dan Persenatase Ibu Hamil Dan Neonatal Resiko
Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 32 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Balita, Ibu Nifas
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 33 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 34 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 35 Jumlah Peserta KB Baru Dan KB Aktif Menurut Kabupaten/
Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 36 Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 37 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Kelamin

Lampiran Tabel 38 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten / Kota di


Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 39 Cakupan Imunisasi DPT, HB Dan Campak Pada Bayi
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.

Lampiran Tabel 40 Cakupan Imunisasi BCG Dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis
Kelamin kabupaten? Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 41 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 42 Pemberian Makanan Pendamping ASI Usia Anak 6-23 Bulan
Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 43 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 44 Jumlah Balita Yang Ditimbang Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 45 Cakupan Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut
Jenis Kelamin Kabupate/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 46 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD & Setingkat
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 47 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 48 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 49 Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan
Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 50 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis
KLB Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 51 Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani < 24 Jam
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 52 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 53 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD Dan
Setingkat Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 54 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Kabupaten/ Kota di


Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 55 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar
Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 56 Cakupan Pelayanan Rawat JAlan Masyarakat Miskin
(Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis
Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 57 Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Hampir
Miskin) Menurut Strata Kesehatan, Jenis Kelamin di Provinsi
Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 58 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Inap, Dan Kunjungan
Gangguan Jiwa Disarana Kesehatan Kabupaten/ Kota di
Provinsi jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 59 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 60 Indikator Kenerja Pelayanan di Ruamh sakit Kabupaten/
Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 61 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 62 Persenatse Rumah Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 63 Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk
AEDES Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 64 Persentase Keluarga Menurut Sarana Air Bersih Yang
Digunakan Di Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 65 Persenatase Keluarga Menurut Sumber Air Bersih Yang
Digunakan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.

Lampiran Tabel 66 Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi


Dasar Menurut kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 67 Persentase Tempat Umum Dan Pengelolaan Makanan
(TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 68 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 69 Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat di Provinsi Jambi
Tahun 2010.
Lampiran Tabel 70 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan
di Provinsi Jambi tahun 2010.
Lampiran Tabel 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes
Dan Memiliki Sfesialis Dasar di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 72 Jumlah Posyandu Menurut Strata Dan Kabupaten/ Kota di
provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 73 Usaha Kesehatan Yang Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jmbi Tahun
2010.
Lampiran Tabel 74 Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan di Provinsi
Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 75 Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan di
Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 76 Jumlah Tenaga Kefarmasian Dan Gizi di Sarana Kesehatan
di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 77 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarkat Dan Sanitasi Di
Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 78 Jumlah Tenaga Teknisi Medis Dan Fsioterafis di Sarana
Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 79 Anggaran Kesehatan Kabupten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010.

Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan
masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator
umur harapan hidup (UHH), angka kematian, angka kesakitan, dan status
gizi masyarakat.

Sistem informasi kesehatan adalah salah satu upaya pemerintah untuk


menyediakan data dan informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan
yang ada saat ini masih belum dapat menyediakan data dan informasi
yang evidence based sehingga belum mampu menjadi alat manajemen
kesehatan yang efektif. Masih terfrakmentasinya sistem informasi.
kesehatan sehingga mengakibatkan redundant data, duplikasi kegiatan
dan tidak efisiennya penggunaan sumber daya, situasi ini mengakibatkan
pendistribusian informasi menjadi terlambat terutama dari sumber data di
unit pelayanan.

Profil Kesehatan Provinsi Jambi merupakan gambaran tentang situasi


pembangunan kesehatan di Provinsi Jambi yang selalu diterbitkan setiap
tahun. Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010, merupakan alat ukur
capaian

indikator

pembangunan

kesehatan

di

kabupaten/

kota

dibandingkan dengan target provinsi, nasional dan target Millenium


Development Goals (MDGs). Profil Kesehatan Provinsi Jambi menuat
berbagai data kesehatan dan pendukung lainnya yang berhubungan

dengan kesehatan.seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan dan


keluaga berencana.

Data dianalisis secara sederhana dengan bentuk tampilan tabel, grafik,


peta dan narasi, dengan melihat peringkat dari tiap indikator, sehingga
kabupaten/ kota dapat mengetahui dimana posisinya dalam setiap
indikator pembangunan kesehatan dibandingkan dengan kabupaten/ kota
lainnya. Data profil kesehatan Provinsi Jambi juga digunakan sebagai
bahan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan upaya kesehatan di
kabupaten/ kota.

Dalam penyajian data Profil Kesehatan Provinsi Jambi diusahakan untuk


menampilkan data dan informasi yang dapat menjawab visi dan misi
Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Dimana visi
Kementrian

Kesehatan

adalah

Masyarakat

Sehat

yang

Mandiri

sedangkan visi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi adalah Masyarakat


Jambi Sehat Adil dan Mandiri dengan misi adalah sebagai berikut :
1.

Mendorong kemandirian dan kesadaran masyarakat untuk hidup


sehat.

2.

Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan


terjangkau.

3.

Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan kualitas lingkungan.

4.

Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya manusia bidang


kesehatan.

5.

Meningkatkan kualitas manjemen, pembiayaan kesehatan dan


jaminan pemeliharaan kesehatan.

Meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat maka,


mengakibatkan kebutuhan informasi kesehatan dan akses terhadap
informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan informasi
kesehatan. Hal ini membawa dampak luas dalam pelayanan kesehatan

termasuk kesiapan informasi untuk mendisain dan menilai pelayanan


kesehatan yang tepat. Disentralisasi adalah kebijakan yang mendorong
untuk terjadinya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 diharapkan dapat bermamfaat


dalam mendukung menajemen kesehatan yang lebih baik terutama untuk
mendukung visi dan misi pembangunan kesehatan baik pusat dan daerah.

Adapun sistimatika Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 terdiri atas 6


(enam) BAB, yaitu :
Bab

I. Pendahuluan, bab ini menyajikan tentang latar belakang

diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 serta sistimatikanya.


Bab

II. Situasi Umum dan Perilaku Penduduk, bab ini menyajikan

tentang gambaran umum Provinsi Jambi yang meliputi, (1). Letak


geografis,

fotografi,

dan

pemerintahan.

(2).

Kependudukan

(3).

Perekonomian. (4). Pendidikan. (5). Lingkungan fisik dan, (6). Perilaku


penduduk yang terkait dengan kesehatan.
Bab

III. Situasi Derajat Kesehatan, bab ini berisikan tentang uraian hasil-

hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2010, yang


mencakup angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan, dan
status gizi masyarakat.
Bab

IV. Situasi Upaya Kesehatan, bab ini berisikan tentang upaya yang

telah dilaksakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2010, gambaran


upaya kesehatan yang dilakukan meliputi : pencapaian kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan rujukan, upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit, dan upaya perbaikan gizi masyarakat.

Bab

V. Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menyajikan tentang

sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai dengan tahun


2010. gambaran sumber daya mencakup keadaan tenaga, sarana
kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.

Bab

VI. Perbandingan Provinsi Jambi dengan Provinsi lain di Sumatera,

Bab ini menyajikan perbandingan beberapa indikator yang meliputi data


kependudukan, angka kelahiran, angka kematian, dan beberapa penyakit
tertentu.

***

A. Letak Geografi, Tofografi dan Pemerintahan


Provinsi Jambi adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang berada di
Pulau Sumatera, Provinsi Jambi secara resmi berdiri menjadi provinsi
tahun 1958 sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 61
tahun 1958 tanggal 25 Juni 1958. Provinsi Jambi terletak antara 0 45'
sampai 2 45' Lintang Selatan dan 101 0' - 104 55' Bujur Timur, terletak
ditengah pulau sumatera membujur sepanjang pantai timur sampai barat,
dengan luas wilayah keseluruhan 50.160,05.Km. Secara geografis
Provinsi Jambi terletak pada Pantai Timur Pulau Sumatera berhadapan
dengan laut Cina Selatan.

Gambar 2.1
Letak Geografis Provinsi Jambi

Batas-batas wilayah Provinsi Jambi adalah sebagai berikut ; sebelah utara


dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, sebelah selatan dengan
Provinsi Sumatera Selatan, sebelah barat dengan Provinsi Sumatera
Barat dan Bengkulu, sebelah timur dengan Laut Cina Selatan. Provinsi
Jambi termasuk dalam kawasan segi tiga pertumbuhan IndonesiaMalaysia-Singapore (IMS-GT) dan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT).
Jarak tempuh Jambi ke Singapura jalur laut melalui Batam dengan
menggunakan kapal cepat (jet-foil) ditempuh 5 jam.

Luas wilayah Provinsi Jambi 50.160,05 km2, dengan luas wilayah per
kabupaten/ kota adalah sebagai berikut :
- Kabupaten Kerinci

3.355,27 km2

( 6,69%)

- Kabupaten Merangin

7.679

km2

(15,31%)

- Kabupaten Sarolangun

6.184

km2

(12,33%)

- Kabupaten Batanghari

5.804

km2

(11,57%)

- Kabupaten Muaro Jambi

5.326

km2

(10,62%)

- Kabupaten Tanjung Jabung Timur

5.445

km2

(10,86%)

- Kabupaten Tanjung Jabung Barat

4.649,85 km2

( 9,27%)

- Kabupaten Tebo

6.461

km2

(12,88%)

- Kabupaten Bungo

4.659

km2

( 9,29%)

- Kota Jambi

205,43 km2

( 0,41%)

- Kota Sungai Penuh

391,5 km2

( 0,78%)

Persentase luas wilayah kabupaten/ kota dalam Provinsi Jambi dapat


dilihat pada gambar 2.2, dimana kabupaten yang paling luas wilahnya
adalah Kabupaten Merangin, sedangkan wilayah terkecil adalah Kota
Jambi.

Gambar 2.2
Persentase Luas Wilayah Kabupaten/ Kota
Provinsi Jambi 2010

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Otonomi daerah membuat adanya pemekaran wilayah sesuai dengan UU


No.

54

tahun

1999

tentang pembentukan

Kabupaten

Merangin,

Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung


Timur, maka ada 4 kabupaten yang dimekarkan. Wilayah Kabupaten
Sarolangun Bangko dimekarkan menjadi dua yaitu Kabupaten Sarolangun
dan

Kabupaten

Merangin,

Kabupaten

Sarolangun

beribukota

di

Sarolangun dan Kabupaten Merangin beribukota di Bangko. Kabupaten


Tanjung Jabung dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten
Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten
Kabupaten Tanjung Jabung Barat beribukota di Kuala Tungkal dan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur beribukota di Muara Sabak. Kabupaten
Bungo Tebo dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Bungo
dan Kabupaten Tebo, Kabupaten Kabupaten Bungo beribukota di Muara
Bungo dan Kabupaten Tebo beribukota di Muara Tebo.

Dengan ditetapkannya Kota Sungai Penuh sebagai daerah tingkat II yang


baru berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2008, maka Provinsi

Jambi mempunyai 2 Kota dalam wilayahnya. Kota Sungai Penuh ini


dimekarkan dari Kabupaten Kerinci sebagai induknya. Wilayah kecamatan
yang menjadi bagian Kota Sungai Penuh adalah Kecamatan Tanah
Kampung, Sungai Penuh, Hamparan Rawang, Pesisir Bukit dan Kumun
Debai.

Saat ini Provinsi Jambi terbagi menjadi 9 Kabupaten dan 2 Kota, yaitu
Kabupaten Kerinci ibukotanya Sungai Penuh, Kabupaten Sarolangun
ibukotanya

Sarolangun,

Kabupaten

Merangin

ibukotanya

Bangko,

Kabupaten Bungo ibukotanya Muara Bungo, Kabupaten Tebo ibukotanya


Muara Tebo, Kabupaten Batanghari ibukotanya Muara Bulian, Kabupaten
Muaro Jambi ibukotanya Sengeti, Kabupaten Tanjung Jabung Barat
ibukotanya Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Timur ibukotanya
Muara Sabak, dan Kota Jambi yang juga merupakan ibukota Provinsi
Jambi, dan yang terakhir adalah pembentukan Kota Sungai Penuh.
Sampai dengan bulan Desember 2010 kecamatan di Provinsi Jambi
berjumlah 128 sedangkan desa/ kelurahan berjumlah 1.367
Adanya pemekaran wilayah kabupaten/ kota kini jarak tempuh melalui
jalan darat dari pusat kota Provinsi Jambi ke 9 Kabupaten dan 2 Kota
terdiri dari :
1. Prov. Jambi ke Kabupaten Kerinci, (Ibukota Sungai Penuh) 419 Km.
2. Prov. Jambi ke Kabupaten Merangin, (Ibukota Bangko) 290 Km
3. Prov. Jambi ke Kabupaten Sarolangun, (Ibukota Sarolangun) 179 Km
4. Prov. Jambi ke Kabupaten Bungo, (Ibukota Muara Bungo) 252 Km.
5. Prov.Jambi ke Kabupaten Tebo, (Ibukota Muara Tebo) 206 Km
6. Prov.Jambi ke Kabupaten Batanghari, (Ibukota Muara Bulian) 60 Km
7. Prov.Jambi ke Kabupaten Muara Jambi, (Ibukota Sengeti) 27 Km
8. Prov.Jambi ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat, (Ibukota Kuala
Tungkal) 131 Km

9. Prov.Jambi ke Kabupaten Tanjung Jabung Timur, (Ibukota Muara


Sabak) 129 Km
10. Prov.Jambi ke Kota Jambi yang juga merupakan (Ibukota Propinsi
Jambi) 3 Km
11. Prov.Jambi ke Kota Sungai Penuh (Ibukota Sungai Penuh) 420 Km

B. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data agregat per kabupaten/ kota hasil Sensus Penduduk
2010, Jumlah penduduk Provinsi Jambi adalah 3.092.265 yang terdiri dari
1.581.110 penduduk laki-laki dan 1.511.155 penduduk perempuan.
Tabel 2.1
Distribusi Penduduk Provinsi Jambi Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2010
Kabupaten/Kota

Laki-laki

Perempuan

Total

(1)

(2)

(3)

(4)

01 Kerinci

114.566

114.929

229.495

02 Merangin

171.106

162.100

333.206

03 Sarolangun

125.796

120.449

246.245

04 Batanghari

123.515

117.819

241.334

05 Muaro Jambi

177.712

165.240

342.952

06 Tanjab Timur

105.359

99.913

205.272

07 Tanjab Barat

144.775

133.966

278.741

08 Tebo

153.892

143.843

297.735

09 Bungo

155.455

147.680

303.135

71 Kota Jambi

268.102

263.755

531.857

40.832

41.461

82.293

1.581.110

1.511.155

3.092.265

72 Kota Sungai Penuh


Provinsi Jambi
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Tingkat persebaran penduduk Provinsi Jambi masih terpusat di Kota


Jambi yaitu sebesar 17,20 persen. Sedangkan kabupaten/ kota lainnya
seperti Kabupaten Muaro Jambi ditempati oleh sekitar 11,09 persen
penduduk, Kabupaten Merangin ditempati oleh 10,78 persen penduduk
dan kabupaten/ kota lain ditempati oleh kurang dari 10 persen penduduk
Jambi. Tiga kabupaten/ kota lainnya dengan jumlah penduduk terendah di
Provinsi Jambi yaitu Kota Sungai penuh, Kabupaten Tanjung Jabung
Timur dan Kabupaten Kerinci. Provinsi Jambi dengan luas wilayah
sebesar 53.435,38 kilo meter persegi dan jumlah penduduk 3.092.265
jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jambi sebanyak
57,87 jiwa per kilometer persegi. Kabupaten yang paling tinggi tingkat
kepadatan penduduknya adalah Kota Jambi yaitu sebesar 2.589,62 jiwa
per kilometer persegi, sedangkan kabupaten dengan tingkat kepadatan
paling rendah adalah Kabupaten Sarolangun yaitu 31,49 jiwa per kilometer
persegi.
Distribusi penduduk Provinsi Jambi menurut jenis kelamin dan kelompok
umur dapat kita lihat pada piramida penduduk Provinsi Jambi tahun 2010
seperti pada gambar 2.3. Indikator tentang struktur umur penduduk
bermanfaat untuk mengetahui piramida penduduk yang memberikan
gambaran jumlah penduduk pada usia-usia belum produktif (0-14), usia
produktif (15-64) dan tidak produktif lagi (65+). Jika ternyata jumlah
penduduk usia produktif lebih sedikit dibandingkan penduduk usia belum
dan tidak produktif lagi, maka beban tanggungan penduduk produktif di
suatu wilayah akan besar.
Piramida penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 dapat digolongkan dalam
piramida penduduk muda (expansive) yang dicirikan dengan tingkat
kelahiran tinggi serta tingkat kematian yang cukup rendah sehingga angka
pertumbuhan penduduk relatif tinggi. Selain penduduk pada kelompok
umur kurang dari 15 tahun yang terlihat sangat menonjol, penduduk pada
kelompok umur 25-29 tahun juga terlihat lebih besar dibandingkan
10

kelompok umur lainnya. Penduduk pada kelompok umur ini adalah


mereka yang terlahir di tahun 1980an dan termasuk dalam generasi baby
boom, dimana pada saat periode sensus memasuki usia produktif.
Gambar 2.3
Piramida Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2010

75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4

200,000

150,000

100,000

50,000

Laki-Laki

50,000

100,000

150,000

200,000

Perempuan

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Dari komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa banyak


penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia
produktif.

Angka

ini

disebut

sebagai

angka

beban

tanggungan

(Dependency Ratio). Dependency Ratio tahun 2010 sebesar 51,69


mengandung arti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus
menanggung 52 orang penduduk tidak produktif yang terdiri dari 46 orang
penduduk berumur kurang dari 15 tahun dan 5 orang penduduk berumur
lebih dari 65 tahun.

11

Gambar 2.4
Laju Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk
Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Angka beban tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan


antara penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke
atas) dengan usia produktif (antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100. Di
Provinsi Jambi kabupaten/ kota dengan persentase beban tanggungan
tertinggi adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu sebesar 61, 35 %,
diikuti oleh Kota Sungai Penuh sebesar 59,24 % dan Kabupaten Batang
Hari sebesar 54,24 %. Sedangkan kabupaten dengan beban tanggungan
terendah adalah Kota Jambi yaitu sebesar 44,80 % dan Kabupaten Muaro
Jambi sebesar 49,62 %. Angka beban tanggungan Provinsi Jambi per
Kabupaten/ Kota tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 2.5 dan lampiran
tabel 2.

12

Gambar 2.5
Angka Beban Tanggungan Menurut Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
51.73

Provinsi Jambi

61.35

Tanjab Barat

59.24

Sungai Penuh
Batang hari

54.24

Kerinci

53.59

Sarolangun

53.1

Merangin

52.51

Tebo

52.35
51.59

Tanjab Timur
Bungo

50.78

Muaro Jambi

49.62

Kota Jambi

44.8

10

20

30

40

50

60

70

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

C. Keadaan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan
jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu.
Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan
oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total
dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu,
pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan PDB. Apabila
diibaratkan kue, PDB adalah besarnya kue tersebut. Pertumbuhan
ekonomi sama dengan membesarnya kue tersebut yang pengukurannya
merupakan persentase pertambahan PDB pada tahun tertentu terhadap
PDB tahun sebelumnya .

13

PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga
konstan; dan penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep
harga konstan (constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk
mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini BPS menggunakan tahun
dasar 2000.

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam


menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian di
Provinsi Jambi selama 2010 telah tumbuh dengan baik. Pertumbuhan
ekonomi Jambi tidak hanya bisa berada di atas target yang ditetapkan
sekitar 7 persen, bahkan tingkat pertumbuhannya berada di atas tingkat
pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2010 ini pertumbuhan
perekonomian nasional ditargetkan tumbuh 5 persen, namun setelah
melihat riak ekonomi semakin membaik lalu pemerintah menaikkan
targetnya menjadi 5.5 persen. Pertumbuhan ekonomi Jambi 2010 ternyata
masih jauh di atas target pertumbuhan nasional yang telah disesuaikan
tersebut.

Tabel 2.2
Indikator Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
No

Tahun

Jenis Indikator
Inflasi

PDRB (miliyar Rupiah)


Berlaku

Pertumbuhan
Ekonomi

Konstan

Perkapita

1. 2005

16,50 22.487,01 12.619,97

7.625,66

5,57

2. 2006

10,66 26.061,77 13.363,62

8.680,76

5,89

3. 2007

7,24 32.076,68 14.275,16

11.697,44

6,82

4. 2008

11,57 41.056,48 15.297,77

14.724,72

7,16

5. 2009

2,49 42.815,92 16.272,26

15.107,07

6,37

6. 2010

10,52 53.816,69 17.465,00

17.424,19

7,30

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

14

Tingkat capaian yang lebih tinggi dari target ini terutama didorong oleh
semakin membaiknya harga produk-produk sektor pertanian dalam arti
luas seperti produk perkebunan, peternakan, perikanan, dan pertanian
tanaman pangan.

Bagusnya kondisi perekonomian Provinsi Jambi juga ditopang oleh


indikator ekonomi lainnya seperti tingkat inflasi yang masih berada dalam
ambang batas normal. Inflasi adalah Kenaikan harga barang dan jasa
secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan
pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Inflasi
Provinsi Jambi pada tahun 2010 mencapai 10,52 %, sedangkan
pertumbuhan ekonominya adalah 7,3 %. Di samping itu, kebijakan otoritas
moneter yang menetapkan tingkat suku bunga rendah ikut pula
berpengaruh terhadap sektor riil. Salah satu faktor lain yang menjadi
determinan membaiknya perekonomian Provinsi Jambi adalah iklim politik
dan keamanan yang semakin kondusif.

Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi


pada tahun 2009 meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008.
Peningkatan

ini

didukung

oleh

semua

sektor

ekonomi

dengan

pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Keuangan, Persewaan, dan


Jasa Perusahaan sebesar 17,9 persen. Pertumbuhan terkecil terjadi pada
Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan laju sebesar 0,7 persen.
Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar
harga berlaku pada tahun 2010 mencapai Rp. 53.816,69 milyar,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2010
sebesar Rp. 17.465 milyar.

Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, di samping keadaan


angkatan

kerja

(economically

active

15

population)

dan

struktur

ketenagakerjaan

adalah

isu

pengangguran.

Dari

sisi

ekonomi,

pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja


dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan
kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang
senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan
masalah-masalah dibidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan
berbagai masalah dibidang sosial, seperti kemiskinan dan kerawanan
sosial.
Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok
yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat
kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dan dalam suatu/kurun waktu
tertentu. Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk
mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah tangga.
Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda pembangunan.
Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan
seiring dengan berlangsungnya proses demografi.

Tabel 2.3
Penduduk Bukan Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun ke Atas
di Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010 (Agustus)
Tahun

Bukan Angkatan Kerja


Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

2007

176.031

392.415

84.956 653.402

2008

171.621

400.766

94.169 666.556

2009

186.312

390.743

90.806 667.861

2010

212.777

484.057

107.225 804.059

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

16

Lainnya

Total

Salah satu alat ukur untuk melihat keberhasilan pemerintah dalam


menjalankan program-program pembangunan adalah dengan melihat
indikator ketenagakerjaan yang dihasilkan baik dari data Survei maupun
Sensus.

Akses ke pasar tenaga kerja yang lebih baik menyebabkan kesempatan


kerja dan kesempatan berusaha penduduk juga meningkat, sehingga hal
ini dapat menekan tingkat pengangguran di suatu wilayah. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan jumlah
antara penduduk yang tergolong dalam angkatan kerja dengan penduduk
usia kerja. Jika digambarkan menurut kelompok umurnya, pola TPAK
penduduk Provinsi Jambi menyerupai huruf U terbalik.

Pada kelompok usia muda, tingkat partisipasi angkatan kerjanya


cenderung kecil, karena sebagian besar dari mereka masih berada di
bangku sekolah. Angka TPAK tertinggi berada pada kelompok umur 25-59
tahun, untuk kemudian mulai mengalami penurunan pada usia di atas 60
tahun. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menggambakan banyaknya
penduduk yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha dan mereka
yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (discourage worker).
Pada umumnya pola TPT menurut kelompok umur di Provinsi Jambi
mengindikasikan angka yang relatif tinggi di kelompok umur muda untuk
kemudian mengalami penurunan pada kelompok umur setelahnya.

Indonesia memiliki ribuan suku bangsa yang beraneka ragam. Masingmasing suku bangsa saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kebudayaan daerah lain atau kebudayaan yang berasal dari luar. Salah
satu diantara suku bangsa tersebut adalah Suku Anak Dalam yang hidup
di daerah Jambi. Suku Anak Dalam disebut juga Suku Kubu atau Orang
Rimba. Suku Anak Dalam hidup secara nomaden atau tidak menetap dan
mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun diantara

17

mereka sudah banyak yang telah memiliki lahan karet ataupun pertanian
lainnya. Sebagian dari mereka masih berpaham animisme, meskipun
sudah ada yang mengenal agama Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi
hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu di wilayah utara Provinsi
Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan
wilayah selatan Provinsi Populasi Suku Anak Dalam hasil pendataan
Sensus Penduduk 2010 berjumlah 3.205 orang yang hidup di wilayah
administrasi Merangin, Sarolangun, Batang Hari, Tanjung Jabung Barat,
Tebo dan Bungo.
Tabel 2.4
Jumlah Suku Anak Dalam per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Jumlah Penduduk
Kabupaten/ Kota

Laki-laki

Peremuan

Total

Merangin

436

429

865

Sarolangun

534

559

1.093

Batang Hari

39

40

79

Tanjung Jabung Barat

31

26

57

Tebo

416

406

822

Bungo

147

142

289

1.603

1.602

3.205

Total
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan


termasuk kesehatan. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam
pemenuhan kebutuhan terhdap makanan yang sehat sehingga dapat
melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan
untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Pada tahun 2009 tingkat
kemiskinan di Provinsi Jambi relatif lebih rendah dibanding tingkat
kemiskinan nasional. Tingkat kemiskinan Provinsi Jambi 8,77 persen lebih
rendah dari nasional yang sebesar 14,15 persen. Untuk wilayah
18

Sumatera, Provinsi Jambi menempati urutan ketiga terendah setelah


Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Persentase jumlah penduduk
miskin di Provinsi Jambi pada tahun 2010 mencapai 8,4 %.

Gambar 2.6
Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jambi
Tahun 2005 s/d 2010
14

11.88

12

11.37
10.27

10

9.28

8.55

8.4

2009

2010

8
6
4
2
0
2005

2006

2007

2008

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

D. Keadaan Pendidikan
Indikator pendidikan dapat memberikan gambaran kualitas penduduk
secara akademis yang merupakan modal pemerintah

untuk evaluasi,

perencanaan, dan intervensi program pendidikan yang menyangkut


penduduk yang putus sekolah,

buta huruf, meningkatkan pendidikan

masyarakat, dll. Pendidikan merupakan salah satu tolok ukur untuk


melihat tingkat kemajuan sosial di suatu wilayah. Semakin tinggi
pendidikan yang ditamatkan, semakin tinggi pula kemampuan seseorang
untuk baca tulis dan berbahasa Indonesia sehingga dengan demikian
peran serta dalam kehidupan sosial serta peluang untuk mengakses
informasi dan berkomunikasi dengan pihak lain semakin terbuka lebar.

19

Secara umum penduduk di perkotaan mempunyai kemampuan baca tulis


yang lebih baik dibandingkan penduduk perdesaan. Angka melek huruf
tertinggi terdapat di Kota Jambi sebesar 97,93 Dibandingkan provinsi
lainnya, ternyata penduduk Provinsi Jambi bersekolah relatif lebih lama,
dimana indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah 7,7 tahun,
atau memutuskan berhenti ketika kelas 1 SMP.

Tabel 2.5
Indikator Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010
Uraian

2007

2008

2009

2010

Angaka Melek Huruf


Laki-laki

97,52

98,05

98,34

98,44

Perempuan

93,21

93,57

93,85

96,87

7,63

7,63

7,68

--

7 12

97,28

97,46

98,11

98,27

13 - 15

84,30

84,33

85,04

85,56

16 - 18

54,71

54,37

55,07

56,11

Rata-rata Lama Sekolah


Laki-laki/ Perempuan
Angka Partisipasi Sekolah

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Capaian di bidang pendidikan terkait erat dengan ketersediaan fasilitas


pendidikan. Jumlah guru yang tersedia pada suatu sekolah baik secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas pendidikan
di suatu sekolah. Semakin besar angka rasio ini, angka mutu pendidikan
diharapkan akan lebih baik, dibanding sekolah yang mempunyai guru
yang sedikit.

Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dipengaruhi oleh


perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan
capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dengan
20

melihat perkembangan angka IPM tiap tahun, tampaknya kemajuan yang


dicapai Provinsi Jambi dalam pembangunan manusia tidak terlalu
signifikan. Angka IPM Provinsi Jambi dalam 5 tahun terakhir hanya
mengalami sedikit peningkatan dari 70,95 pada tahun 2005 menjadi 72,45
pada tahun 2009.

Gambar 2.7
Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jambi
Tahun 2005 s/d 2009
72.45
72.5

71.99

72
71.29
71.5

71.46

70.95

71
70.5
70
2005

2006

2007

2008

2009

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

E. Keadaan Kesehatan Lingkungan


Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara
lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar.
Kesehatan lingkungan yang merupakan kegiatan lintas-sektor belum
dikelola

dalam

suatu

sistem

kesehatan

kewilayahan.

Lingkungan

merupakan salah satu variable yang kerap mendapat perhatian khusus


dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Untuk menilai keadaan
lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan
sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang
memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan
kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan

21

Makanan (TUPM) . Didalam memantau pelaksanaan program kesehatan


lingkungan dapat dilihat beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai
berikut :
1.

Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang
bermutu

baik

dan

biasa

dimanfaatkan

oleh

manusia

untuk

dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari


termasuk diantaranya adalah sanitasi. Syarat-syarat air minum
adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat
diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar
oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Hasil
capaian pelaksanaan program air bersih untuk akses terhadap air
bersih per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 dapat dilihat
pada gambar 2.8.
Gambar 2.8
Persentase Akses Terhadap Air Bersih per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi dari Tahun 2010
94.61
Sungai Penuh

90.51
88.31

Kerinci

82.77
74.38

Provinsi Jambi

67.04
60.19

Sarolangun

58.97
58.92

Tanjab Barat

58.38
53.42

Tanjab Timur

35.06
0

20

40

Sumber : Bidang P2PL, 2010

22

60

80

100

Berdasarkan gambar 2.8 dapat dilihat bahwa akses terhadap air


bersih di Provinsi Jambi pada tahun 2010 yaitu sebesar 67,04 %, jika
dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 71,82 % hal ini mengalami
penurunan sebesar 4.78 %, penyebab penurunan akses terhadap air
bersih adalah karena Kabupaten Tanjung Jabung Timur persentase
capaian rendah sekali sehingga dengan sendirinya persentase akses
air bersih mengalami penurunan. Untuk sementara akses terhadap
air bersih tertinggi di Kota Jambi sebesar 94,61 % dan terendah di
kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 35,06 %.

2.

Rumah Sehat
Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat
berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan
sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan
dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota
keluarga atau tetangga sekitarnya.
Gambar 2.9
Persentase Rumah Sehat di Provinsi Jambi Tahun 2010
Kota Jambi

92.54

Sungai Penuh

91.99
84.64

Sarolangun
Batang Hari

82.72

Muaro Jambi

76.24
73.98

Merangin
Provinsi Jambi

68.32

Kerinci

68.32
64.75

Tanjab Barat
Bungo

59.12

Tebo

42.41
39.49

Tanjab Timur
0

20

40

Sumber : Bidang P2PL, 2010

23

60

80

100

Kegiatan

penyehatan

lingkungan

pemukiman

yang

telah

dilaksanakan pada 2010 diperoleh data persentase rumah sehat


menurut kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.9
Provinsi

Jambi

tahun

2010

adalah

persentase rumah sehat di


sebesar

69,58

%,

jika

dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 73,80% mengalami


penurunan sebesar 4,22 %. Persentase kabupaten/ kota dengan
rumah sehat tertinggi adalah Kota Jambi yaitu sebesar 92,54 %
diikuti oleh Kota Sungai penuh sesar 91,99 %, sedangkan
kabupaten/ kota terendah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
yaitu sebesar 39,49 %.

3.

Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat


Sanitasi

tempat-tempat

umum

adalah

suatau

usaha

untuk

mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya


tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul dan
menularnya berbagai jenis penyakit. Sasasan khusus yang harus
diberikan dalam pengawasan tempat-tempat umum meliputi :
(1)

Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum


maupun personal hygiene) ;

(2)

Alat-alat kebersihan ;

(3)

Tempat kegiatan.

Pelaksanaan program tempat-tempat umum di Provinsi Jambi tahun


2010 memperoleh hasil sebagai berikut :

24

Tabel 2. 6
Persentase Tempat-Tempat Umum Sehat
Di Provinsi Jambi Tahun 2006 s/d 2010
No

Kabupaten / Kota

% Tempat-Tempat Umum Sehat


2006
62,37

2007
63,05

2008
75,85

2009
72,98

2010
57,2

Kerinci

Merangin

62,48

63,16

70,96

73,09

65,3

Sarolangun

48,26

48,94

56,74

58,87

---

Batanghari

55,38

56,06

63,86

65,99

68,63

Muaro Jambi

67,61

68,29

71,07

78,22

57,88

Tanjab Timur

36,38

37,06

44,86

46,99

36,01

Tanjab Barat

37,33

38,01

45,81

47,94

---

Tebo

47,68

48,36

56,16

58,29

74,27

Bungo

64,13

64,81

72,61

74,74

72,70

10

Kota Jambi

67,32

68,00

75,80

77,93

90,21

11

Kota Sungai Penuh

---

---

---

---

---

54,89

55,57

63,37

65,50

62,24

Jumlah
Sumber : Bidang P2PL, 2010

Dari tabel 2.6 dapat dilihat bahwa persentase tempat-tempat umum


yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2010 sebanyak 2.878
buah (62,24 %) dari semua TTU yang telah diperiksan (4.624 buah),
dan jika dibandingkan dengan tahun 2009 (65,50 %) mengalami
penurunan sebesar 3,26 %.

Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat


dan konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
makanandan mencegah masyarakat dari keracunan makanan.

25

Upaya tersebut meliputi orang yang menangani makanan, tempat


pengolahan

makanan

dan

proses

pengolahan

makanannya.

Sedangkan untuk pemeriksaan Tempat pengolahan makanan (TPM)


di Provinsi Jambi tahun 2010 hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.7
berikut ini.

Tabel 2.7
Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Di Provinsi Jambi Tahun 2010

No

Kabupaten/ Kota

% Tempat Pengolahan Makanan (TPM)


Jumlah Diperiksa
Jumlah
%
Memenuhi Memenuhi
Syarat
Syarat
1 Kerinci
527
450
232
51.56
2 Merangin
190
172
132
76.74
3 Sarolangun
--------4 Batanghari
375
53
37
69.81
5 Muaro Jambi
1.059
336
145
43.15
6 Tanjung Jabung Timur
717
278
170
61.15
7 Tanjung Jabung Barat
----------8 Tebo
2.522
994
747
75.15
9 Bungo
585
443
335
75.62
10 Kota Jambi
1.349
550
427
77.64
11 Kota Sungai Penuh
--------Provinsi
7.324
3.276
2.225
67.92
Sumber : Bidang P2PL, 2010

Dari tabel 2.7 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 tercatat Tempat
Pengolahan Makanan di Provinsi Jambi berjumlah sebanyak 7.324
buah dan baru diperiksa sebanyak 3.276 buah (44,73%). Dari jumlah
yang diperiksa yang baru memenuhi syarat berjumlah sebanyak 2.225
buah (67,92 %). Berdasarkan kabupaten/ Kota persentase tertinggi
yang memenuhi syarat adalah Kota Jambi yaitu sebanyak 427 buah
(77,64 %) dan yang terendah adalah Kabupaten Muaro Jambi
sebanyak 145 buah (43,15 %).

26

Derajat kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,


bukan hanya dilakukan oleh sektor kesehatan saja seperti pelayanan
kesehatan, sarana dan prasarana namun juga dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Faktor-faktor ini
juga mempengaruhi kajadian morbiditas, mortalitas dan status gizi
masyarakat.

Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat melalui angka


morbiditas dan status gizi. Derajat kesehatan yang optimal dapat
dipengaruhi oleh unsur kualitas hidup seta unsur mortalitas dan yang
mempengaruhinya. Situasi derajat kesehatan di Indonesia digambarkan
melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit, serta
Umur Harapan Hidup (UHH) dan status gizi masyarakat.

A. MORTALITAS
Mortalitas adalah angka kematian yang tejadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa
penyakit maupun sebab lainnya. Berikut ini adalah beberapa angka
kematian yaitu kematian bayi, balita, ibu, dan angka kematian kasar.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dapat
didefenisikan

sebagai

banyaknya

bayi

meninggal

sebelum

mencapai usia 1 tahun yang di nyatakan dalam 1.000 kelahiran

hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi merupakan


indikator

yang

biasa

digunakan

untuk

menentukan

derajat

kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi maupun nasional.


Banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam menurunkan angka
kematian bayi.

Gambar 3.1
Estimasi Angka Kematian Bayi
per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia
Tahun 1991 s/d 2007
80
70

JAMBI

74
68

60

68.3

NASIONA
L

60.2
57

50

46

40

39
34

35
32

30
20
10
0
1991

1994

1997

2003

2007

Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007

Secara nasional berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan


Indonesia (SDKI) terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991, pada tahun
1991 estimasi AKB nasional sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup,
sedangkan hasil SDKI 2007 estimasi AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran
hidup.

Angka

Kematian

Bayi

di

Provinsi

Jambi

menunjukkan

kecenderungan menurun juga dari tahun 1991 AKB di Provinsi Jambi


sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKB
Provinsi Jambi telah mencapai angka 39 per 1.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan angka nasional AKB Provinsi Jambi pada tahun
2007 masih berada di atas angka nasional.

28

Beberapa faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB seperti yang


ditampilkan,

diantaranya

pemerataan

pelayanan

kesehatan

dan

fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif terhadap perbaikan


pelayanan kesehatan. Perbaikan status ekonomi masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi terhadap penurunan kematian bayi.

Hasil laporan fasilitas kesehan pada tahun 2010 dapat dilihat jumlah bayi
yang meninggal di Provinsi Jambi. Jumlah bayi yang meninggal paling
banyak di laporkan terdapat di Kabupaten Merangin sedangkan paling
sedikit terdapat di Kabupaten Muaro Jambi gambaran jumlah kematian
yang di laporkan per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 dapat
di lihat pada Gambar 3.2 berikut dan lampiran tabel 7.

Gambar 3.2
Jumlah Kematian Bayi Per kabupaten/ kota
di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sungai Penuh

Kota Jambi

Bungo

Tebo

Tanjab Barat

Tanjab Timur
Muaro Jambi

Batang Hari

Sarolangun
Merangin

34

Kerinci

4
0

10

15

20

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota 2010

29

25

30

35

40

2. Angka Kematian Balita (AKABA).


Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal
sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka
per 1.000 kelahiran hidup. Pada periode tahun tertentu. AKABA
mempersentasekan peluang terjadinya kematian pada pase antara
kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Millenium Developmeant
Goals (MDGs) menetapkan nilai normative AKABA, yaitu sangat
tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang
dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai < 20. Secara nasional
hasil SDKI 2007 terjadi penurunan AKABA di Indonesia. Pada
tahun 1991 AKABA nasional adalah 97 per 1.000 kelahiran hidup
sedangkan pada tahun 2007 AKABA adalah 44 per 1.000 kelahiran
hidup.

AKABA Per 1.000 Kelahiran Hidup

Gambar 3.3
Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 Kelahiran Hidup
di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007
120
100

JAMBI
INDONESIA

102
97
87.5
81

80

62.4
58

60
40

51
46

47
44

20
0
1991

1994

1997

2002/2003

2007

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

AKABA di Provinsi Jambi pada tahun 1991 tercatat pada angka 102
per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 terjadi
penurunan yaitu pada angka 47 per 1.000 kelahiran hidup, angka
ini masih di atas angka nasional.

30

Berdasarkan laporan dari pelayanan kesehatan di ketahui jumlah


balita yang meninggal di Provisi Jambi tahun 2010 adalah 33 orang,
jumlah kematian balita paling banyak terjadi di Kabupaten Merangin
dengan jumlah 10 orang. Gambaran jumlah kematian balita per
kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat dilihat
pada gambar 3.4 dan lampiran tabel 7.

Gambar 3.4
Jumlah Kematian Balita per Kabupaten/ Kota
di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Sungai Penuh
Kota Jambi

Bungo

Tebo
Tanjab Barat
Tanjab Timur

Muaro Jambi

Batang Hari

Sarolangun
Merangin

10

Kerinci

7
0

10

12

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, 2010

3. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)
adalah jumlah kematian ibu akibat proses kelahiran persalinan dan
pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu.
atau angka pengukuran resiko kematian wanita yang berkaitan
dengan peristiwa kehamilan. Kematian ibu adalah kematian wanita
dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 hari (6
minggu) setelah berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia
kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apapun

31

yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau


pengelolaannya,

bukan

akibat

kecelakaan.

Kematian

ibu

dikelompokkan menjadi kematian sebagai akibat langsung kasus


kebidanan dan kematian sebagai akibat tidak langsung kasus
kebidanan yang disebabkan oleh penyakit yang timbul selama
kehamilan dan bukan akibat langsung kasus kebidanan, tetapi
diperberat oleh pengaruh fisiologi kehamilan. Kematian wanita
akibat kecelakaan misalnya kecelakaan mobil, tidak di golongkan
sebagai kematian ibu.

AKI dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan


kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan umum,
pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Sensitifitas

AKI

menjadikannya

terhadap
indikator

perbaikan
keberhasilan

pelayanan

kesehatan

pembangunan

sektor

kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait


dengan masa kehamilan, persalina dan nifas. Hasil SDKI 2007 AKI
secara nasional menunjukkan kecenderungan menurun pada tahun
1994 AKI nasional adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Gambar 3.5 menunjukkan kecenderungan penurunan AKI
secara nasional dari tahun 1994 s/d tahun 2007 per 100.000
kelahiran hidup.

32

Gambar 3.5
Angka kematian Ibu (per 100.0000 Kelahiran hidup)
di Indonesia Tahun 1994 -2007
450
400

390
334

AKI Per 100.000 KH

350

307

300
228

250
200
150
100
50
0
1994

1997

2002

2007

Sumber : BPS, 2008

Hasil laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan terdapat jumlah


kematian ibu (hamil, bersalin dan nifas) di Provinsi Jambi tahun
2010 adalah 78 kasus. Jumlah kematian ibu terbanyak terdeapat di
kabupaten Tanjung Jabung Barat sedangkan paling sedikit terdapat
di Kota Sungai Penuh. Gambaran jumlah kematin ibu per
kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat di lihat
pada gambar 3.6 dan lampiran tabel 8.

33

Gambar 3.6
Jumlah Kematian Ibu (Hamil,Bersalin dan Nifas)
per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
KERINCI

MERANGIN

1
5

SAROLANGUN

BATANGHARI

3
1

6
2
3

TEBO

10

KOTA JAMBI

1 0

TANJAB BARAT

BUNGO

MUARO JAMBI 0
TANJAB TIMUR

2
3

0
2

SUNGAI PENUH 0 1 0
0

10

12
HAMIL

14

BERSALIN

16
NIFAS

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, 2010.

4. Angka Kematian Kasar (AKK)


Angka Kematian Kasar adalah banyaknya kematian selama setahun
per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Angka kematian kasar di
Indonesia pada tahun 2007, berdasarkan estimasi SUPAS 2005
adalah sebesar 6.9 per 1.000 penduduk.

5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir


Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator menilai
derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat selain sebagai salah
satu indikator derajat kesehatan UHH juga digunakan sebagai indikator
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Keberhasilan pembangunan
sektor kesehatan akan mempengaruhi peningkatan Umur Harapan
Hidup. Di Indonesia Umur Harapan Hidup, berdasarkan data BPS dari
tahun 2006 sampai tahun 2008 terjadi peningkatan dari 68,5 tahun

34

menjadi 69 tahun. Sedangkan Umur Harapan Hidup di Provinsi Jambi


tahun 2007 sebesar 68,6 tahun, pada tahun 2009 mencapai 68,95
tahun. Umur Harapan Hidup tertinggi tahun 2009 pada kabupaten/kota
adalah Kota Sungai Penuh yaitu sebesar 70,90 tahun dan terendah
adalah Kabupaten Bungo 66,97 tahun.
Gambar 3.7
Umur Harapan Hidup Waktu Lahir
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2009
Sungai Penuh

70.9

Kota Jambi

69.82

Bungo

66.97

Tebo

68.98

Tanjab Barat

69.5

Tanjab Timur

70.06

Muaro Jambi

69.19

Batang Hari

68.95

Sorolangun

69.27

Merangin

68.17

Kerinci

70.7

Provinsi Jambi

68.95
65

66

67

68

69

70

71

72

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

B. MORBIDITAS
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insident maupun
prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian
penyakit pada kurun waktu tertentu.

35

1. Pola 10 penyakit terbanyak di Provinsi


Pola 10 penyakit terbanyak di Provinsi Jambi pada tahun 2010
menurut

daftar tabulasi

menunjukkan

bahwa

kasus terbanyak

merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas akut


lainnya dengan jumlah kasus sebanyak 556,581 kasus. Rincian
mengenai 10 penyakit terbanyak di Provinsi Jambi dapat di lihat pada
tabel berikut .

Tabel 3.1
Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi
Tahun 2008 s/d 2010
Persentase

No

Jenis Penyakit

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Infeksi akut lain saluran pernafasan atas


Penyakit sistem otot dan jaringan pengikat
Penyakit tekanan darah tinggi
Penyakit kulit alergi
Gastritis
Diare (termasuk tersangka kolera)
Penyakit infeksi kulit
Penyakit lain pada saluran pernafasan atas
Penyakit pulpa & jaringan/ rongga
Kecelakaan dan rudapaksa
Malaria klinis

2008
1 34,8
3 10,6
4
8,2
5
7,7
---6
7,7
7
7,4
2 13,0
8
3,8
10
3,2
9
3,6

2009
1 34,3
2 12,4
3 26,4
5
8,6
8
5,9
4
8,9
7
6,2
6
8,5
---9
3,2
10
3,1

2010
1
44.70
2
11.49
3
9.33
4
8.66
5
8.33
6
5.00
7
4.82
8
4.01
9
1.92
10
1.73
----

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan, 2010

Gambaran pola 10 penyakit terbanyak selama 3 (tiga) tahun terakhir


menunjukkan pola yang cenderung sama, yaitu penyakit infeksi akut lain
saluran pernafasan atas dan penyakit sistem otot dan jaringan pengikat
masih merupakan penyakit yang banyak ditemukan dimasyarakat. Dari 10
pola penyakit terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi pada tahun 2010
untuk penyakit malaria bukan merupakan 10 penyakit terbanyak lagi.

36

2. Penyakit Menular
a. Malaria
Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk di Indonesia
karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi
penyakit emerging dan re-emerging. Kondisi ini dapat terjadi karena
adanya kasus import, resistensi obat dan beberapa insektisida yang
digunakan dalam pengendalian vektor, serta adanya vektor potensial
yang dapat menularkan dan menyebarkan malaria. Malaria merupakan
salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam Millenium development Goals (MDGs). Malaria
disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria
pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan
yang tidak baik, sarana traspormasi dan komunikasi yang sulit, akses
pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat
terhadap kebiasan hidup sehat.

Kementrian Kesehatan telah menetapkan Sertifikasi endemisitas


malaria suatu wilayah di indonesia menjadi 4 strata yaitu :
1. Endemis Tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk.
2. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1.000
penduduk.
3. Endemis Rendah bila API 0 1 per 1.000 penduduk.
4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan
malaria (daerah pembebasan malaria) atau API = 0.

37

Tabel 3.2
Jumlah Penderita, Kematian, AMI dan SPR Malaria
Di Provinsi Jambi Tahun 2002 s/d 2010
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010

Malaria
Klinis
64.346
47.634
42.013
34.396
56.137
47.510
51.401
55.486
41.691

Meninggal

AMI (%)

0
0
0
15
7
3
60
53
41

24,81
22,10
16,77
23,55
21,24
17,02
18,09
18,67
13,99

Sediaan darah
Diperiksa
14.862
12.479
11.771
10.747
22.262
22.852
19.041
28.604
24.336

SPR
(%)
23,09
26,19
28,02
40,05
38,31
16,22
37,04
51,6
58,4

Ket : AMI = Annual Malaria Incidence (%)


SPR = Slide Positif Rate.
Sumber : Bidang P2PL, 2010

Kasus malaria klinis tahun 2010 di Provinsi Jambi dilaporkan sebanyak


41.691 kasus, sebesar 24.336 dari kasus tersebut diperiksa sedian
darahnya, dan dihasilkan 17.355 sedian darah yang positif. Relatif
tingginya cakupan pemeriksaan sedian darah laboratorium.
Gambar 3.8
Anual Malaria Incidence (%)
Di Provinsi Jambi Tahun 2002 s/d 2010

Per 1.000 penduduk

30
25

24.81

23.55
22.1

21.24

20

17.02

18.09

18.67
13.99

16.77

15
10
5
0
2002

2003

2004

2005

Sumber : Bidang P2PL, 2010

38

2006

2007

2008

2009

2010

Upaya pengendalian malaria di Provinsi Jambi menggunakan Annual


Malaria Incidence (AMI). Pada gambar 3.8 menunjukkan bahwa AMI di
Provinsi Jambi dari tahun 2002 samapi dengan 2010 cenderung menurun.
Pada tahun 2002 AMI di Provinsi Jambi berada pada angka 24,81 per
1.000 penduduk sampai dengan tahun 2010 menunjukkan angka 13,99
per 1.000 penduduk. Malaria klinis sebenarnya tidaklah akurat dijadikan
indikator permasalahan malaria yang sebenarnya karena ditetapkannya
sebagai malaria klinis hanya berdasar anamnese dokter dan pada awal
perjalanan penyakit gejala dan tandanya sulit dibedakan dengan gejala
penyakit infeksi lainnya (sering dijadikan diagnosa banding penyakit
infeksi lainnya).

b. TB Paru
Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru termasuk penyakit menular kronis.
Waktu pengobatan yang panjang dengan jenis obat lebih dari satu
menyebabkan penderita sering terancam putus berobat selama masa
penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah
sehat atau faktor ekonomi. Akibatnya pola pengobatan harus dimulai
dari awal dengan biaya yang bahkan menjadi lebih besar serta
mengabiskan waktu berobat yang lebih lama. Tuberkulosis paru
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui
doplet orang yang telah terinfeksi basil TB. TB Paru menjadi salah satu
penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmet global dalam MDGs.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB Paru


adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru
BTA positif ditmemukandan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA
positif yang yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Kementrian
Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun 2010 sebesar
73 %. Dalam gambar 3.9 berikut ini dapat dilihat angka penemuan

39

kasus BTA (+) pada tahun 2010, dan persentase penemuan setiap
kabupaten/ kota di Propinsi Jambi.

Gambar 3.9
Cakupan Case Detection Rate (CDR) TB Paru BTA (+)
di Provinsi Jambi Tahun 2010
Provinsi Jambi

65.87

Bungo

87.82

Sarolangun

78.66

Tanjab Barat

78.48

Tanjab Timur

68.7
65.68

Muaro Jambi
Kota Jambi

62.85

Kerinci

61.13
57.65

Merangin
Sungai Penuh

55.97

Tebo

52.21

Batang Hari

51.59
0

20

40

60

80

100

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Pencapaian CDR pada tahun 2010 sebesar 65,87 %, angka ini belum
memenuhi target minimal yang telah ditetapkan nasional yaitu sebesar
73%. Pada tingkat kabupaten/ kota, CDR tertinggi di Kabupaten Bungo
yaitu sebesar 87,82 % diikuti Kabupaten Sarolangun sebesar 78,66 %.
sedangkan kabupaten dengan CDR terendah terdapat di Kabupaten
Batang Hari yaitu sebesar 51,59 %.

Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB Paru digunakan angka


keberhasilan pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengindikasikan
persentase

pasien

baru

TB

paru

40

BTA

positif

menyelesaikan

pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan


lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif.

Tabel 3.3
Hasil Cakupan Pengobatan Penderita TBC
di Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010
No

Indikator

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perkiraan penderita TB Paru


Jumlah suspek yg diperiksa
Case Detect Rate (CDR) (%)
Penderita diobati
Konversi
(%)
Sukses Rate
(%)

2007
440
18.757
58,78
2.770
88,77
89,98

Tahun
2008
2009
4.542
4.679
23.076 28.347
49,05
58,56
2.954
3.288
89,14
93,52
92,35
94,17

2010
4.779
31.393
65,87
3.455
94,61
*)

Ket : *) Angka Sukses Rate baru dievaluasi Th. 2011


Sumber : Bidang P2PL, 2010

Berdasarkan Tabel 3.3 terlihat bahwa pencapaian Success Rate (SR)


pada tahun 2007 s/d 2009 telah melampaui target nasional 85 %. Dari
tahun 2007 samapi dengan tahun 2009 terjadi peningkatan success
rate, pada tahun 2007 berada pada angka 88,77 % sedangkan pada
tahun 2009 telah mencapai angka 94, 17 %.

c. HIV & AIDS


Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV)

dan

Acquired

Immuno

Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh infeksi virus Human


Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi
melalui proses hubungan heteroseksual, tranfusi darah yang tidak
aman, penggunaan jarum suntik bersama yang terkontaminasi secara
bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui
kandungan dan menyusui.

41

Di Provinsi Jambi HIV & AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap


tahun. Sampai dengan Desembar 2010 jumlah komulatif kasus HIV
dan AIDS mencapai 492 kasus, terdiri dari 243 kasus infeksi HIV dan
249 kasus AIDS. Sedangkan berdasarkan cara penularan AIDS secara
kumulatif tercatat melalui IDU (HIV 24,28 % dan AIDS 63,45 %).
Untuk heteroseks (HIV 69,96% dan AIDS 28,11 %) dan homoseks
(HIV 3,29% dan AIDS 5,22%) .
Gambar 3.10
Jumlah Kasus Baru HIV dan AIDS Per Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2010
HIV

Sungai Penuh

0
0

Sarolangun

1
0

Kerinci

2
1

Tanjab Timur

2
2

Tebo

2
4

Tanjab Barat

4
5

Merangin

6
2
8

Batang Hari

Bungo

Muaro Jambi

AIDS

11

17
196

Kota Jambi

215
249
243

Provinsi Jambi
0

50

100

150

200

250

300

Sumber : Bidang P2PL, 2010.

Proporsi kumulatif kasus HIV/ AIDS tertinggi yang tercatat adalah pada
kelompok umur >25 tahun (HIV sebanyak 149 penderita dan AIDS 207
kasus), disusul kelompok umur 20 - 24 tahun (HIV 68 kasus dan AIDS
37 kasus), kelompok umur 6 - 19 tahun (HIV 21 kasus dan AIDS 1
kasus) disamping itu untuk kelompok umur 0 - 5 tahun (HIV 5 kasus
dan AIDS 4 kasus). Jumlah kasus HIV/AIDS yang tercatat untuk tahun
2010 berjumlah 492 penderita dan meninggal sebanyak 101 penderita

42

(20,53 %). Kasus HIV/AIDS di Provinsi Jambi paling banyak terdapat di


Kota Jambi yaitu sebesar 411 penderita yang terdiri dari penderita HIV
sebesar 215 orang dan AIDS sebesar 196 orang. Sementara
kabupaten/ kota sampai saat ini yang belum terdapat penderita
HIV/AIDS adalah Kota Sungai Penuh.

d. Pneumonia
Pneumonia atau radang paru-paru adalah sebuah penyakit pada paruparu di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang menyerap oksigen dari
atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat
disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria,
virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga
disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada
paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker
paru-paru atau berlebihan minum alkohol. Pneumonia merupakan
infeksi akut yang mengenai jaringan paru (aveoli). Radang paru-paru
adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan
merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan
orang yang sakit menahun. Populasi yang rentan terserang pneumonia
adalah anak-anak usia usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari
65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi,
gangguan imunologi).

Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi, cakupan penemuan pneumonia


pada balita sebesar 16,1 % dengan jumlah kasus yang ditemukan
sebanyak 5,195 kasus. Berikut ini pada gambar 3.11 ditampilkan
angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut kabupaten/ kota
di Provinsi Jambi tahun 2010.

43

Gambar 3.11
Cakupan Penemuan Pneumonia Balita
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
1.6

Tanjab Timur

2.9
2.9

Kerinci

4.6
5.3

Muaro Jambi

6.1
7.2

Tebo

7.9
30.5

Kota Jambi

35.6
42.5

Provinsi Jambi

16.1

10

20

30

40

50

Sumber : Bidang P2PL, 2010.

Cakupan penemuan kasus Pneumonia Balita menurut kabupaten/ kota


dapat dilihat pada gambar 3.11, yang tertinggi berturut-turut adalah
Kabupaten Merangin, Kota Jambi dan Kabupaten Bungo, dan yang
terendah terdapat pada Kabupaten Tanjab Barat.

e. Kusta
Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh
kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit
dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan
masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya
dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi,
budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan
penyakit keturunan atau kutukan tuhan. Penatalaksanaan kasus yang

44

buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan


kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.

Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang


berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut
dalam

memberikan

pelayanan

yang

memadai

dalam

bidang

kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial ekonomi pada


masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat,
keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan . Hal ini disebabkan
masih kurangnya pengetahuan/ pengertian, kepercayaan yang keliru
terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya.

Kemajuan teknologi dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta


sudah bisa diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah
penyakit kusta, maka diperlukan program pengendalian secara terpadu
dan menyeluruh melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas
penyakit kusta, guna mencegah kecacatan.

Tabel 3.12
Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta Tipe PB dan MB
di Provinsi Jambi Tahun 2004 s/d 2010
160

160
140
120
100
80

80

76

91

80

75

69

60
40
20

31
12

16

17

10

0
2004

2005

2006

2007

Sumber : Bidang P2PL, 2010

45

2008

4
2009

2010
PB

MB

Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi dilaporkan terdapat kasus baru tipe
Pausi Basiler sebanyak 31 kasus dan tipe Multi Basiler sebanyak 91
kasus. Di Provinsi Jambi penyakit Kusta pada tahun 2010 termasuk
Provinsi yang low endemic dengan prevalensi

< 1 per 100.000

penduduk, tetapi secara spesifik daerah masih merupakan masalah


kesehatan masyarakat yang perlu menjadi perhatian, karena setiap
tahun masih ditemukan penderita baru dibeberapa kabupaten/ kota,
rata-rata 1 44 kasus tiap tahun atau NCDR antara 1 - 3 /100.000
penduduk. Pada tahun 2010 NCDR sebesar 3,95 per 100.000
penduduk.
Gambar 3.13
Kasus Baru Kusta Per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2010
Sungai Penuh 0

Kota Jambi

Bungo

12

Tebo 1

10

Tanjab Barat 0

Tanjab Timur

Muaro Jambi

Batang Hari 1

8
4

Sarolangun 1

Merangin

36

Kerinci 01
0

10

20

30

40
PB

50
MB

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tingginya


proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat
penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0 14
tahun) diantara penderita baru. Kabupaten dengan kasus terbanyak

46

adalah kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan terendah adalah


Kabupaten Kerinci. Informasi menurut kabupaten/ kota terkait penyakit
kusta terdapat pada lampiran tabel 17.

3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


a. Tetanus Neonatorium
Penyakit tetanus neonatorum pada bayi baru lahir dengan tanda
klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan
menyusui secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul
kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka
mulut

dan

menetek,

disusul

dengan

kejangkejang.

Kejang yang sering di jumpai pada bayi baru lahir, yang bukan
karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh
infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai
akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak bersih.

Tetanus Neonatorium (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani,


yang

masuk

menginfeksikan

kedalam
bayi

tubuh

yang

baru

melalui
lahir

luka.
yang

Penyakit
salah

ini

satunya

disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak


steril. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan
manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora
yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu
tetanospasmin dan tetanolysin. Di Provinsi Jambi pada tahun 2010
dari 11 kabupaten/ kota dilaporkan tidak terdapat kasus Tetanus
Neonatorium.

b. Campak
Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang
ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput
ikat mata/ konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan

47

karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan


infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2 - 4 hari
sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah
campak terjadi setiap 2 - 3 tahun, terutama pada anak-anak usia
pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita
campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit
ini. Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan
oleh virus campak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang
telah terkontaminasi oleh sekret yang terinfeksi. Berikut dapat
ditampilkan Insidence Rate (IR) Campak menurut kabupaten/ kota
di Provinsi Jambi tahun 2010.
Gambar 3.14
Incidence Rate (IR) Campak Per 10.000 Penduduk Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010

Tanjab Timur

Tebo

Bungo

Sarolangun

Kerinci

0
0.49

Sungai Penuh
Batang Hari

0.54

Muaro Jambi

0.56

Merangin

0.57
0.83

Tanjab Barat

3.63

Kota Jambi

0.85

Provinsi Jambi
0

0.5

1.5

Sumber : Bidang P2PL, 2010

48

2.5

3.5

Pada tahun 2010 dilaporkan terdapat 270 kasus campak dengan


Incidence Rate sebesar 0,85 per 10.000 penduduk. Incidence Rate
tertinggi pada tahun 2010 terdapat di Kota Jambi sebesar 192
kasus

diikuti oleh Kabupaten Tanjab Barat sebesar 0,83 per

10.000 penduduk, dan Kabupaten Merangin serta Kabupatan


Muaro Jambi sebesar 0,57 per 10.000 penduduk. Sedangkan
Kabupaten Kerinci, Sarolangun, Tanjab Timur, Tebo, Bungo
memiliki IR sebesar 0 per 10.000 penduduk.

c. Polio dan AFP (Acute Paralisis Layu Akut)


Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk
kedalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem
syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang
pada umumnya menyerang anak berumur 0 - 3 tahun ini ditandai
dengan munculnya demam, lelah, mual, kaku di leher dan sakit di
tungkai dan tangan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal
ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa
penyebab yang jelas kemudian beakibat pada kelumpuhan.
Gambar 3.15
Non Polio AFP Rate per 100.000 Anak Usia < 15 Tahun
Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : Bidang P2PL, 2010

49

Provinsi Jambi dengan non polio AFP Rate tertinggi adalah Kota
Jambi sebesar 3,33 per 100.000 anak usia < 15 tahun, diikuti oleh
Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3 per 100.000 anak usia < 15
tahun, Kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun, Muaro Jambi dan
Tebo sebesar 2 per 100. 000 anak usia < 15 tahun. Sedangkan
kabupaten dengan non polio AFP Rate terendah adalah Kabupaten
Batang Hari dan Kota Sungai Penuh 0 per 100.000 anak usia < 15
tahun.

4. Penyakit Potensial KLB/ Wabah


Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB/Wabah yang sering
terjadi di Indonesia, diantaranya adalah Demam Berdarah (DBD),
Diare,dan Cikungunya. Seluruh penyaki potensial KLB ini banyak
mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.

a. Demam Berdarah Dengue


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <
15 tahun, namun juga bisa menyerang orang dewasa. Masalah
DBD tidak hanya berdampak pada masalah klinis individu yang
terkena DBD, namun juga berdampak pada kondisi sosial dan
ekonomi

masyarakat

sehingga

penanganannya

tidak

hanya

diselesaikan oleh sektor kesehatan saja namun memerlukan peran


aktif masyarakat, lintas sektor/ Pokjanal DBD, Pemerintah Daerah
dan DPRD, khususnya ditingkat kabupaten/ kota. Hal ini sejalan
dengan diterapkannya sistem otonomi daerah.

50

Sektor kesehatan sebagai instansi tekhnis dalam penanggulangan


demam berdarah dengue dalam upaya penemuan dan tatalaksana
penderita DBD masih dihadapkan pada beberapa permasalahan
antara lain bahwa penemuan kasus DBD secara dini bukanlah hal
yang mudah, karena pada awal perjalanan penyakit, gejala dan
tandanya sulit dibedakan dengan gejala penyakit infeksi lainnya.
Selain sulitnya penemuan dini kasus DBD secara surveilans
epidemiologis

permasalahannya

adalah

kasus-kasus

yang

dilaporkan sebagai DBD, tidak semuanya didukung dengan hasil


pemeriksaan laboratorium klinik, terutama adanya peningkatan
hematokrit dan penurunan trombosit sebagaimana kriteria yang
ditetapkan WHO. Hal ini menyebabkan pengelompokan penderita
dan pelaporan demam dengue (DD), DBD atau Sindrom Syok
Dengue (SSD) belum terlaksana seperti yang diharapkan.

Di Provinsi Jambi, kejadian Demam Berdarah Dengue telah


menyebar ke seluruh kabupaten / kota. Kota Jambi masih mencatat
kasus tertinggi sepanjang tahun 2006 hingga tahun 2010, sesuai
dengan pattern of disease dari penyakit DBD, yaitu Urban Disease.
Hal ini dapat dimengerti mengingat Kota Jambi telah mempunyai
fasilitas

pelayanan

kesehatan

dengan

laboratorium

yang

mendukung dan mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis


DBD merupakan faktor resiko tingginya kasus DBD di Kota Jambi.
Sementara dibeberapa kabupaten/ kota lain juga dilaporkan
terjadinya kasus sepanjang tahun yaitu : Kabupaten Batang Hari,
Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan
Kabupaten Bungo) dan bahkan 3 tahun terakhir secara sporadis di
Kabupaten Tebo, Sarolangun dan Merangin juga tercatat adanya
kasus DBD.

51

Jika dibandingkan capaian angka kesakitan (diukur dengan


incidence rate) dan angka kematian (diukur dengan case fatality
rate) periode 5 tahun terakhir angkanya terlihat relatif menurun (IR
tahun 2006 sebesar 10,1 per 100.000 penduduk; tahun 2007
sebesar 11,3 per 100.000 penduduk; tahun 2008 sebesar 8,6 per
100.000 penduduk, tahun 2009 sebesar 8,5 per 100.000 penduduk
dan tahun 2010 sebesar 6,0 per 100.000 penduduk) sementara
angka kematian masih berfluktuasi (CFR tahun 2006 sebesar 5,1%;
tahun 2007 sebesar 1,6%; tahun 2008 sebesar 3,7%; tahun 2009
sebesar 2,0% dan tahun 2010 sebesar 2,8%).

14
12
10
8
6
4
2
0

5.1

13.3
10.1

11.3

3.7
8.6

3.1

8.5
2

2.8
6

1.6

4
3
2

CFR (%)

IR Per 100.000 Penduduk

Gambar 3.16
Incidence Rate DBD Per 10.000 Penduduk dan
Case Fatality Rate DBD di Provinsi Tahun 2010

1
0

2005

2006

2007
IR

2008

2009

2010

CFR

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Incidence Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jambi pada periode 5


tahun terakhir relatif menurun. Hal ini dimungkinkan oleh dampak
intervensi adanya kejadian luar biasa demam chikungunya tahun 2009,
dimana upaya pembersihan sarang nyamuk oleh masyarakat masih
terus dilakukakan. Karena penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (Environment Based Disease) yang terkait erat dengan
perilaku hidup bersih dari masyarakat.

52

b. Diare
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami
rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau
feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Diare
merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang
dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau
bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang
berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

Penyakit Diare sering kita jumpai dimasyarakat bahkan timbul


dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga membuat panik
masyarakat dan petugas kesehatan. Hal ini dapat kita lihat dari
angka kesakitan penyakit diare dari tahun ketahun selalu
meningkat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya
penyakit diare adalah oleh kuman melalui kontaminasi makanan/
minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
penderita diare. Sasaran program penanggulangan penyakit diare
adalah semua kelompok umur dengan mengutamakan pelayanan
bagi golongan balita.

Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 kabupaten/ kota


Provinsi Jambi dengan jumlah penderita sebesar 78.301 orang.
Pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kasus Diare lebih tinggi dari
tahun sebelumnya,yaitu sebesar 55.700 orang pada tahun 2009.
Kasus panyakit diare di Provinsi Jambi dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010, kasus penyakit diare masih merupakan salah
satu masalah kesehatan dimasyarakat Propinsi Jambi dimana
jumlah kasus penyakit diarenya masih relative cukup tinggi.

53

Gambar 3.17
Jumlah Kasus Diare per Kabupaten/ Kota
di Provinsi Jambi Tahun 2010
Kota Jambi

13,980

Merangin

10,806

Tanjab Barat

8,990

Bungo

7,842

Batang Hari

7,691

Tebo

6,344

Muaro Jambi

5,942

Sarolangun

5,567

Kerinci

4,896

Tanjab Timur

3,896

Sungai Penuh

2,347

2,000

4,000

6,000

8,000 10,000 12,000 14,000 16,000

Sumber : Bidang P2PL, 2010

c. Cikungunya
Cikungunya adalah penyakit infeksi akut yang ditandai dengan
gejala utama demam, ruam/bercak-bercak kemerahan di kulit dan
nyeri persendian, penyakit disebabkan infeksi virus Chik yang
ditularkan oleh nyamuk aegypti dan aedes albopictus.

Penyakit ini kerap di jumpai tdi daerah teropis/subtropis dan sering


menimbulkan epidemi. Beberapa faoktor yang mempengaruhi
munculnya penyakit ini antara lain rendahnya status kekebalan
kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena
banyak tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada
musim penghujan.

54

Gambar 3.18
Kasus Cikungunya Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Selama tahun 2010, laporan demam chikungunya hanya tersebar di


3 Kabupaten, yaitu : Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 23 kasus,
Kabupaten Sarolangun sebanyak 19 kasus dan Kota Sungai Penuh
sebanyak 56 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 kasus
demam chikungunya menurun secara signifikan, dimana pada
tahun 2009 terjadi kejadian luar biasa di 6 Kabupaten dalam
Provinsi Jambi (Kabupaten Muaro Jambi, Batang Hari, Tebo,
Sarolangun, Bungo dan Merangin) dengan jumlah kasus sebanyak
13.041 penderita tanpa kematian.

d. Filariasis
Sesuai dengan kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu The
Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem by year 2020 yang merupakan realisasi dari resolusi
WHO pada tahun 1997, ditetapkan 2 pilar utama kegiatan eliminasi
filariasis, yaitu pengobatan massal untuk memutuskan transmisi
penyakit dan

penatalaksanaan kasus kronis untuk meringankan

beban penderita filariasis kronis.

55

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa


cacing filaria, yang terdiri dari Wuchereria bancroofti, Brugia malayi
dan timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (Getah Bening).
Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing
filariria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut
tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap dijaringan limfe
sehingga menyebabkan pembengkakan dilengan dan organ genital.

Dalam rangka melaksanakan komitmen Global Eliminasi Limfatik


Filariasis di Provinsi Jambi telah dilakukan kegiatan pengobatan
massal di 4 (empat) kabupaten endemis Filariasis, yaitu: Kabupaten
Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Batang Hari. Kabupaten
Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan
Pilot

Project

Pengobatan

Massal

filariasis

yang

awal

pelaksanaannya dengan kecamatan sebagai unit implementasi ( 2


kecamatan percontohan) yang diharapkan pada tahun ke 5
pengobatan

massal

sudah

mencakup

seluruh

desa

dalam

Kabupaten.
Gambar 3.19
Jumlah Kasus Filariasis Di Provinsi Jambi Tahun 2010
140

126

120
100
80
58

60

57

40
2

Bungo

22
11

Tebo

20

10
0

Sumber : Bidang P2PL, 2010

56

Sungai
Penuh

Kota
Jambi

Tanjab
Barat

Tanjab
Timur

Muaro
Jambi

Batang
Hari

Sarolangun

Merangin

Kerinci

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat, untuk itu dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan
masyarakat. Dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.

Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan, masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya
kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, dan atau masyarakat serta swata, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat.

Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan


pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta

memulihkan

kesehatan

perorangan.

Kesehatan

perorangan

mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit,


pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan
pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR


Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting

dalam

rangka

memberikan

pelayanan

kesehatan

pada

masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat


dan tepat diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat
dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut. ;

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Seorang ibu
berperan penting dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak.
Gangguan kesehatan yang di alami seorang ibu yang sedang hamil
dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya hingga
kelahiran dan masa pertumbuhan anaknya.

Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus
berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan
perawatan bayi baru lahir yang diberikan disemua jenis fasilitas
pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah
atau fasilitas pelayanan kesehatan swasta.

Dalam pencapaian MDGs dan tujuan pembangunan kesehatan,


peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan
menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 Kelahiran
Hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
diperlukan upaya-upaya terkait seperti ; peningkatan akses antenatal
(cakupan ibu hamil K1), pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
(K4), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

58

Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir


tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative

yang

mendapat perhatian besar dan dukungan dari berbagai pihak baik


dalam maupun luar negeri. Pada akhir tahun 1990-an secara
konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi
dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy
Safer (MPS) yang di canang oleh pemerintah pada tahun 2000.
Setelah melewati tahun 2010 dengan berbagai kegiatan yang memicu
pemikiran-pemikiran baru tentang kesehatan ibu dan anak maka pada
tahun 2011 ada kemungkinan akan terjadi berbagai perubahan besar.
Kemungkinan-kemungkinan perubahan tersebut antara lain:

Berubahnya pandangan yang selama ini tidak mementingkan


pendekatan klinik dan penanganan Rumah Sakit untuk mengurangi
angka kematian ibu dan anak. Pendekatan baru menyatakan
bahwa

pengurangan

kematian

sebaiknya

dilakukan

secara

integratif antara preventif dan kuratif, tidak bisa dilakukan secara


terpisah-pisah. Penanganan perlu dilakukan dengan pendekatan
natural history of disease.

Penanganan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam pelayaan KIA


akan berada di bawah satu unit yang berdampak pada integrasi
lebih baik PONED dan PONEK. Restrukturisasi sangat penting
untuk mengurangi fragmentasi pelayanan primer dengan sekunder
dan tertier.

Peran penyedia pelayanan swasta ditingkatkan secara optimal.

Kebijakan

mengenai

penyebaran

tenaga

kesehatan

yang

mencakup sistem kontrak dalam kelompok, dokter plus dalam


MDG4 dan MDG5, dan kepemimpinan teknis oleh klinisi.

Adanya kebijakan Jaminan Persalinan Nasional (Jampersal) dan


BOK Puskesmas.

59

a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)


Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang berkompeten yang
memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain
dokter spesial kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

Pelayanan kesehatan antenatal yang sesuai standar meliputi


timbang berat badan, pungukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai
status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi

fundus uteri

menentukan presetasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining


status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90
tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus),
tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling) termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta
KB pasca persalinan.

Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga


kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula
bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah 4 kali
selama masa kehamilan, dengan ketentuan pemberian pelayanan
yang dianjurkan yaitu : minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali
pada trwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar untuk
pelayanan kesehatan antenatal tersebut dianjukan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor resiko
dan penanganan komplikasi.

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat


dinila dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang di
hitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang melakukan

60

pemeriksaan antenatal yang pertama kali oleh tenaga kesehatan


(untuk menghitung indikator K1) atau ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk
menghitung indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang
ada di wilayah kerja dalam 1 tahun.

Gambar 4.1 memperlihat cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu


hamil selama enam tahun terakhir. Terlihat bahwa cakupan K1
selama

tahun

2005

sampai

tahun

2010

terus mengalami

peningkatan dari 91,27 % pada tahun 2005 menjadi 95,59 % pada


tahun 2010. Sedangkan cakupan K4 sama dengan K1 pada tahun
2005 sampai dengan tahun 2010 juga cenderung meningkat, pada
tahun 2005 dari 78,48 % menjadi 88,10 % pada tahun 2010.
Gambar 4.1
Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4
Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
100

91.27

80
78.48

91.97

83.32

91.78

92.18

82.42

83.61

95.59

94.58

88.1

88.03

60
40
20
K1

K4

0
2005

2006

2007

Sumber : Bidang Yankes, 2010

61

2008

2009

2010

Dari gambar 4.1 dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara


cakupan K1 dan K4. Pada tahun 2005 terjadi selisih antara
cakupan K1 dan K4 sebesar 12,79 % kemudian pada tahun 2010
kesenjangan atau selisih menjadi lebih kecil yaitu sebesar 7,49 %.
Kesenjangan cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1K4, dengan kata lain kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir
semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan
neonatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3,
sehingga kehamilannya dapat dipantau oleh petugas kesehatan.

Gambar 4.2
Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K1) Per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target K1 Provinsi

95
104.06

Kota Jambi
Kerinci

100.06

Tanjab Timur

97.28
96.8

Sungai Penuh
Bungo

96.61

Batang Hari

96.15

Muaro Jambi

95.98

Tebo

95.67

Provinsi Jambi

95.59

Merangin

90.17

Sarolangun

88.31

Tanjab Barat

87.94
75

80

85

90

95

100

105

110

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Gambar 4.2 menyajikan hasil pencapaian cakupan ibu hamil K1 per


kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010, yang menunjukkan

62

pencapaian sebesar 95,59 %, yang berarti telah mencapai target


K1 Provinsi Jambi tahun 2010 yaitu sebesar 95 %. Kota Jambi dan
Kabupaten Kerinci merupakan kabupaten/ kota dengan pencapaian
K1 lebih 100%. Sedangkan Kabupaten Merangin, Sarolangun dan
Tanjung Jabung Barat merupakan kabupaten dengan capaian K1
terendah yaitu dibawah target Provinsi Jambi.

Gambar 4.3
Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) Per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target K4 Provinsi

91

Tanjab Timur

94.89

Kota Jambi

94.61

Sungai Penuh

94.05

Bungo

92.46

Kerinci

91.7

Muaro Jambi

91.17

Provinsi Jambi

88.1

Tebo

85.87

Batang Hari

85.43

Tanjab Barat

81.7

Merangin

80.81

Sarolangun

78.92
0

20

40

60

80

100

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Pada tahun 2010, hasil pencapain indikator pelayanan K4 di


Provinsi Jambi sebesar 88,10 % yang berarti masih dibawahtarget
yang ditetapkan di Provinsi Jambi yaitu sebesar 91 %. Dari
kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi ada 6 kabupaten/ kota
telah mencapai target cakupan K4 yang ditetapkan Provinsi Jambi.
Kabupaten Tanjab Timur merupakan kabupaten dengan capaian

63

K4 tertinggi (94,89%), diikuti Kota Jambi (94,61 %) dan Kota Sungai


Penuh (94,05 %). Sedangkan Kabupaten Sarolangun dengan
capaian K4 terendah (78,92 %).

Sedangkan pencapaian cakupan pelayanan K4 ibu hamil menurut


kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 terlihat bahwa hanya
6 kabupaten/ kota dengan capaian cakupan K4 lebih dari 91 %, 5
kabupaten/ kota memiliki cakupan kurang dari 91%.

Gambar 4.4
Pencapaian Cakupan K4 Ibu Hamil Per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : Bidang Yankes, 2010

b. Pertolongan

Persalinan

oleh

Tenaga

Kesehtan

dengan

Kompetensi Kebidanan (Pn)


Periode

persalinan

berkontribussi

merupakan

terhadap

Angka

salah
Kematian

satu
Ibu

periode
di

yang

Indonesia.

Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60%


dari kematian ibu (Maternal Mortality: who, when, where and why;
lancet 2006). Sedangkan dalam target MDGs salah satu upaya

64

yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah


menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta meningkat pertolongan
persalinan oleh tenaga keseahatan menjadi 90 % pada tahun 2015
dari 40,7 % pada tahun 1992 (BPS). Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.

Gambar 4.5
Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
100
82.14

85.91
78.05

80

85.74

86.78

75.94

60
40
20
Pn

0
2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Gambar 4.5 menggambarkan cakupan persalinan yang ditolang


oleh tenaga kesehatan di Provinsi Jambi dari tahun 2005 sampai
2010 yang cenderung meningkat. Pada tahun 2010 cakupan
perertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di
Provinsi Jambi telah mencapai 86,78 %.

65

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) di Provinsi Jambi


tahun 2010 yang sebesar 86,78 % belum mencapai target Pn tahun
2010, yang sebesar 87,5 % tetapi telah melampaui target Nasional
yang ditetapkan untuk tahun 2010 sebesar 84 %. Dari indikator
capaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan per kabupaten/
kota di Provinsi Jambi tahun 2010, dapat dilihat seperti pada
gambar 4.6 bahwa kabupaten/ kota yang capaiannya telah melebihi
target Provinsi (87,5 %) adalah Kota Jambi merupakan kabupaten
dengan pencapaian tertinggi (100,94 %), diikuti oleh Kabupaten
Bungo (92,18 %) dan Kota Sungai Penuh (91,86 %), diikuti
Kabupaten Tanjung Jabung Timur (90,3 %) serta Kabupaten
Batang Hari (88,2 %).

Gambar 4.6
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target Pn Provinsi

87.5
100.94

Kota Jambi
Bungo

92.18

Sungai Penuh

91.86
90.3

Tanjab Timur
Batang Hari

88.2

Provinsi Jambi

86.78

Kerinci

86.48

Muaro Jambi

86.24

Tebo

82.94

Tanjab Barat

81.65

Merangin

75.71

Sarolangun

74.49
0

20

40

60

Sumber : Bidang Yankes, 2010

66

80

100

120

Pada tahun 2010 sebanyak 5 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi


telah mencapai target cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yaitu sebesar 87,5 %. Pada gambar 4.6 terliaht bahwa
sebanyak 4 kabupaten/ kota

di Provinsi Jambi yang memiliki

cakupan Pn diatas 90 %, kabupaten/ kota yang lainnya memiliki


pencapaian kurang dari 90 %. Sehingga dalam upaya peningkatan
cakupan persalinan perlu dilakukan melalui upaya pelaksanaan
program unggulan kesehatan ibu, diantaranya adalah kemitraan
bidan dukun, peningkatan persalinan difasilitas kesehatan melalui
jaminan program persalinan, model rumah tunggu di kabupaten/
kota dengan Puskesmas didaerah terpencil guna

pencegahan

terhadap komplikasi yang terjadi selama persalinan, revitalisasi


Bidan Koordinator melalui pelaksanaan supervisi fasilitatif untuk
peningkatan mutu dan kualitas tenaga penolong persalianan, serta
peningaktan

kualitas

suveilans

kesehatan

ibu

pelaksanaan

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak.

Dilapangan masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga


kesehatan dan dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009, di Provinsi Jambi masih
terdapat lebih dari 29 % persalinan ditolong bukan oleh tenaga
kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap diupayakan seluruh
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonami Nasional (Susenas) 2009,


sebesar 70 % kelahiran pada balita ditolong tenaga kesehatan.
Persentase penolong kelahiran pada balita yang tertinggi adalah
ditolong oleh bidan pada kelahiran pertama sebesar

55,36 %

sedangkan penolong kelahiran terakhir oleh bidan mencapai 61 %.

67

Gambar 4.7
Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir
Di Provinsi Jambi Tahun 2009
70

61

Pertama

55.36

60

Terakhir

50
36.43

40

29.5
30
20
10

7.71

8.86
0.5

0.65

0
Dokter

Bidan

Nakes Lain

Non Kesehatan

Sumber : BPS, Susenas 2009

c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)


Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas
minimal 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan nifas pertama
(KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan
nifas yang kedua (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah
persalinan; dan 3) kunjungan nifas yang ke-3 (KF3) dilakukan pada
minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini
dilakuakan pada saat dilaksanakannya kegiatan diposyandu dan
dilakukan secara bersamaan pada kunjungan bayi.

Pelayanan ibu nifas yang diberikan meliputi ; 1) pemeriksaan


tekanan darah nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan lokhia dan
pengeluaran per vaginam lainnya; 3) pemeriksaan payudara dan
anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 4) pemberian kapsul vitamin A

68

200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam; dan 5) pelayanan KB


pasca persalinan.

Gambar 4.8 berikut ini menyajikan persentase pelayanan ibu nifas


menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010.

Gambar 4.8
Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Nifas
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target KF Provinsi

87.5
95.28

Batang Hari
Muaro Jambi

93.31

Sungai Penuh

89.61
87.05

Tebo
Kerinci

78.1

Merangin

76.21

Provinsi Jambi

76.18

Tanjab Timur

73.45

Bungo

72.44

Tanjab Barat

67.4

Sarolangun

64.62

Kota Jambi

60.82
0

20

40

60

80

100

120

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Cakupan kunjungan ibu nifas rata-rata pada di Provinsi Jambi tahun


2010 adalah 76,18 %. Sementara taget kunjungan ibu nifas di
Provinsi Jambi pada tahun 2010 adalah 87,5 %. Hasil capaian
kunjungan ibu nifas tertinggi adalah Kabupaten Batang Hari dengan
capaian sebesar 95,28 % jauh melampaui target provinsi,
kemudian Kabupaten Muaro Jambi (93,31 %). Kabupaten/ kota
dengan cakupan terendah adalah Kota Jambi (60,82 %).

69

d. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal


Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di
desa dan Puskesmas, ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti)
dan

memerlukan

pelayanan

kesehatan,

karena

terbatasnya

kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut


perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang
memadai.

Risti/ komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang


secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi. Risti/ komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g%
tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg),
oedeme nyata, eklamsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah
dini, letak lintang pada usia kehamilan 32 minggu, letak sungsang
primigravida, infeksi berat/ sepsis, dan persalinan prematur.

Gambar 4.9 memperlihatkan cakupan komplikasi kebidanan


menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Seluruh
kabupaten/ kota belum mencapai cakupan penanganan komplikasi
kebidanan 58,6 %, kecuali Kabupaten Muaro Jambi yang mencapai
77,46 %. Bahkan sebagian besar kabupaten/ kota memiliki cakupan
kurang dari 58,6 %.

Neonatus risti/ komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorium,


sipsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram),
sindroma ganggguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus
risti/ komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/ komplikasi
yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih
yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan
rumah sakit.

70

Gambar 4.9
Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target PK Provinsi

58.6
77.46

Muaro Jambi
Tanjab Timur

57.6

Batang Hari

55.91
51.48

Tebo
Kerinci

43.54

Provinsi Jambi

35.24

Merangin

35.17

Tanjab Barat

23.28

Sarolangun

20.52

Sungai Penuh

16.54

Bungo

13.31

Kota Jambi

6.21
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Pada tahun 2010 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang


dlaporkan sebesar 24,70 %, dengan cakupan antar kabupaten/
kota. Sementara target yang ditetapkan di Provinsi Jambi untuk
indikator tersebut yang harus dicapai pada tahun 2010 yaitu
sebesar 60 %. Gambaran cakupan penanganan komplikasi
neonatal per kabupaten/ kota dapat dilihat pada Gambar 4.10
berikut ini. Pencapaian cakupan penanganan neonatal komplikasi
tertinggi adalah Tanjab Timur 74,13 %, sedangkan cakupan yang
terendah adalah Kota Jambi sebanyak 3.81 %.

71

Gambar 4.10
Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target PK Provinsi

60
74.13

Tanjab Timur
Tebo

37.41

Provinsi Jambi

24.7
23.6

Muaro Jambi
Sarolangun

20.97

Tanjab Barat

16.73

Kerinci

15.27

Sungai Penuh

14.64

Batang Hari

12.21

Merangin

10.5

Bungo

5.82

Kota Jambi

3.81
0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sumber : Bidang Yankes, 2010

e. Kunjungan Neonatal
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga
kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar
gedung

puskesmas,

termasuk

bidan

didesa,

polindes

dan

kunjungan kerumah. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan


kesehatan neonatal dasar (tindakan

resusitasi,

pencegahan

hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi


berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi);
pemberian vitamin K; manajemen Terpadu Balita, Muda (MTBM);
dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku
KIA. Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan

72

disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan


konseling perawatan bayi kepada ibu.

Bayi umur 0 - 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki


resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan
melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan pada neonatus (0 - 28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada
6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir; pada hari 3 sampai
dengan 7 hari, dan hari 8 sampai dengan 28 hari.

Gambar 4.11
Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal (KN1)
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target KN1 Provinsi

90

Batang Hari

100

Tebo

100

Kerinci

99.9

Sungai Penuh

99.7

Sarolangun

98.6

Tanjab Timur

98.5

Provinsi Jambi

94.5

Merangin

93.9

Muaro Jambi

93.1

Tanjab Barat

92

Bungo

90.5

Kota Jambi

87.7
80

85

90

Sumber : Bidang Yankes, 2010

73

95

100

105

Berdasarkan target capaian pelayanan kesehatan bayi menurut


laporan rutin tahun 2010 yaitu cakupan kunjungan neonatal
pertama (KN1) yang sebesar 90 %, untuk Provinsi Jambi sudah
mencapai target yang diharapkan yaitu 90 %. Gambar 4.11
memperlihatkan kunjungan neonatal pertama (KN1) per kabupaten/
kota di Provinsi Jambi tahun 2010.

Dari hasil laporan masing-masing kabupaten/ kota di Provinsi Jambi


hampir rata-rata kabupaten/ kota telah mencapai target. Untuk
cakupan KN1 tertinggi adalah Kabupaten Batang Hari dan Tebo
telah mencapai 100 %. Sedangkan untuk kabupaten/ kota yang
terendah adalah Kota Jambi yaitu sebesar 87,7 %. Dari kabupaten/
kota yang ada di Provinsi Jambi, untuk Kota Jambi masih belum
mencapai target yang ditetapkan Provinsi Jambi.

Pada tahun 2010 target cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN


Lengkap) adalah sebesar 85 %, sementara cakupan yang dicapai
oleh Provinsi Jambi yaitu sebesar 85, 7 %. Dari data kabupaten/
kota ternyata ada 6 kabupaten/ kota yang telah melampaui target
cakupan kunjungan neonatal lengkap. Kabupaten/ kota tertinggi
adalah Kabupaten Batang Hari dengan capaian sebesar 99,8 %,
diikuti oleh Kabupaten Tebo dengan capaian sebesar 96, 7 %.
Kabupaten/ kota yang target pencapaiannya paling rendah adalah
Kabupaten Sarolangun sebesar 67,2 %, diikuti diatasnya adalah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 72,1 %, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat sebesar 74,1 % dan Kota Jambi sebesar
76,7 %. Untuk lebih lengkap melihat capaian dari masing-masing
kabupaten/ kota tentang cakupan kunjungan neonatal lengkap
dapat dilihat pada gambar 4.11.

74

Gambar 4.11
Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target KN Provinsi

85
99.8

Batang Hari
Tebo

96.7

Bungo

94.7

Muaro Jambi

93

Sungai Penuh

92.2

Merangin

91.5

Kerinci

89.7

Provinsi Jambi

85.7

Kota Jambi

76.7

Tanjab Barat

74.1

Tanjab Timur

72.1

Sarolangun

67.2
0

20

40

60

80

100

120

Sumber : Bidang Yankes, 2010

f. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi


Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi berumur
29 hari sampai dengan 11 bulan disarana pelayanan kesehatan
(polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit)
maupun dirumah, posyandu, tempat penititipan anak, panti asuhan
dan sebagainya melalui kunjungan petugas kesehatan. Setiap bayi
memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali dalam setahun,
yaitu pada umur 29 hari sampai dengan 3 bulan, satu kali pada
umur 3 s/d 6 bulan, 1 kali pada umur 6 s/d 9 bulan, dan satu kali
pada umur 9 s/d 11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang di berikan meliputi pemberian imunisasi


dasar (BCG, DPT/ HB1 s/d 3, Polio 1 s/d 4, dan Campak), indikator

75

ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam


melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyedian
pelayanan kesehatan.
Gambar 4.12
Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
70

Target Provinsi
Muaro Jambi

111.5

Kota Jambi

110.1

Kerinci

100.8

Batang Hari

99.3
92.9

Tanjab Barat
Sungai Penuh

89.6

Provinsi Jambi

89.5
87

Tebo
Tanjab Timur

82.1
82

Merangin
Sarolangun

63.9

Bungo

55.4
0

20

40

60

80

100

120

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan bayi di Provinsi


Jambi yaitu sebesar 89,5 % sementara target yang ditetapkan
Provinsi Jambi yaitu sebesar 70 % sedangkan untuk Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota yang
harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 90 %. Sebanyak 9
kabupaten/ kota yang mencapai target provinsi yaitu ; paling tinggi
adalah Kabupaten Muaro Jambi dengan capaian 111, 5 diikuti oleh
Kota Jambi dengan capaian

sebesar 110,1 %. Sedangkan

kabupaten/ kota yang belum mencapai target provinsi adalah paling


rendah adalah Kabupaten Bungo dengan capaian sebesar 55,4 %
dan Kabupaten Sarolangun sebesar 63,9 %. Cakupan pelayanan
kesehatan pada bayi per kabupaten/ kota dapat dilihat pada
gambar 4.12.

76

g. Pelayanan Kesehatan Pada Balita


Balita merupakan anak usia 1 - 4 tahun,

pelayanan kesehatan

pada anak balita, meliputi ; pemeriksaan kesehatan anak balita


secara berkala; penyuluhan pada orang tua ( Kebersihan anak,
Perawatan gigi, Perbaikan gizi/ pola pemberian makan anak,
Kesehatan lingkungan, Pendidikan seksual dimulai sejak balita
atau sejak anak mengenali identitasnya sebagai laki-laki atau
perempuan,

Perawatan anak sakit, dan Jauhkan anak dari

bahaya); Cara menstimulasi perkembangan anak; Imunisasi dan


upaya pencegahan penyakit; Pemberian vitamin A, kapsul vit.A
berwarna merah diberikan 2 kali dalamsetahun; dan Identifikasi
tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan
cara menanggulanginya.

Gambar 4.13
Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Balita
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target Provinsi

75

Kota Jambi

68.3

Tanjab Timur

65.4

Bungo

61.9

Sungai Penuh

60.7

Muaro Jambi

59.8

Batang Hari

56.4

Provinsi Jambi

52.4

Kerinci

51.5

Tanjab Barat

45.4

Sarolangun

37.2

Merangin

36.8

Tebo

35
0

10

20

30

40

Sumber : Bidang Yankes, 2010

77

50

60

70

80

Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1 - 4


Tahun) sebesar 52,4 %, sementara target yang harus dicapai
adalah sebesar 75 %. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita
per kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar 4.13 dimana
kabupaten/ kota yang capaiannya tertinggi adalah Kota Jambi yaitu
sebesar 68,3 % diikuti Kabupaten Tanjung Jabung Tumur dengan
capaian sebesar 65,4 %, sedangkan kabupaten paling rendah
adalah Kabupaten Tebo yaitu sebesar 35 %.

h. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat


Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan
pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan
pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak
Sekolah Dasar/ Sederajat, serta pelayanan kesehatan pada anak
remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran
serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS,
dan dokter kecil.

Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia


sekolah semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar
biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci
tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang
sering dialami oleh anak usia sekolah adalah karies gigi,
kecacingan, kelainan refleksi/ ketajaman penglihatan dan masalah
gizi.

78

Gambar 4.14
Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD/ Setingkat
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Target Provinsi

70

Kota Jambi

100

Batang Hari

100

Merangin

97.2

Bungo

96.9

Tebo

93.2
88.7

Kerinci
Provinsi Jambi

83.9

Sungai Penuh

80

Sarolangun

71.9
65.9

Tanjab Timur
Tanjab Barat

63.3

Muaro Jambi

56.9
0

20

40

60

80

100

120

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Kabupaten/ kota dengan capaian cakupan penjaringan murid SD


dan setingkat tertinggi adalah Kota Jambi dan Kabupaten Batang
Hari dengan capaian sebesar 100 %, sedangkan kabupaten/ kota
dengan capaian terendah adalah paling rendah Kabupaten Muaro
Jambi dengan capaian sebesar 56, 9 %. Cakupan pelayanan
kesehatan siswa SD/ setingkat lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 4.14 dan lampiran tabel 46.

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


Menurut hasil penelitian, usia subur wanita biasanya antara 15 - 49
tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau
menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan ini lebih diprioritaskan
mengguanakan alat/ cara KB.

79

Tingkat pencapaian keluarga berencana dapat dilihat cakupan peserta


KB yang sedang/ pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat
pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Proporsi peserta KB Aktif dan KB Baru menurut jenis kontrasepsi yang
digunakan di Provinsi Jambi dapat di lihat pada gambar 4.15.

Gambar 4.15
Proporsi Peserta KB Aktif dan KB Baru
Menurut Jenis Kontrasepsi Di Provinsi Jambi Tahun 2010
6.1

IUD

3.3
0.2

MOP

0.1
0.8

MOW

0.3
12.8

Implan

7.7
40.4

Suntik

46.5
36.2

Pil

35.8
1.6

Kondom

3.2
1.8

Lainnya

3.3
0

10

15
20
Peserta KB Baru

25
30
Peserta KB Aktif

35

40

45

50

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Proporsi peserta KB Aktif dan KB Baru menurut jenis kontrasepsi yang


digunakan di Provinsi Jambi yang terbanyak adalah jenis kontrasepsi
Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yaitu Suntik
lebih dari 40 %, untuk peserta KB Aktif yang mengunkan Suntik yaitu
sebesar 40,4 % sedangkan peserta KB Baru sebesar 46,5 %. Jenis
kontrasepsi paling sedikit yang digunakan adalah Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) yaitu MOP, untuk peserta KB Aktif sebesar
0,2 %, sedangkan peserta KB Baru sebesar 0,1 %.

80

Proporsi peserta KB Aktif menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi


tahun 2010, rata-rata kabupaten/ kota proporsi peserta KB Aktif lebih
dari 100 % hanya 3 kabupaten/ kota yang peserta KB Aktifnya dibawah
100 %, kabupaten/ kota terendah yaitu Kabupaten Tanjung Jabung
Timur sebesar 87,6 %, diikuti diatasnya adalah Kota Jambi sebesar
88,8 %, dan Kabupaten Batang Hari 96, 7 %.

Gambar 4.16
Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
132.3

Sarolangun
Kerinci

123

Bungo

121.9

Tebo

119.1

Tanjab Barat

113.5

Sungai Penuh

112.9

Merangin

108.6

Provinsi Jambi

107.9
105

Muaro Jambi
Batang Hari

96.7
88.8

Kota Jambi
Tanjab Timur

87.6
0

20

40

60

80

100

120

140

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Kabupaten/ kota dengan persentase peserta KB aktif tertinggi adalah


Kabupaten Sarolangun sebesar 132,3 %, diikuti Kabupaten Kerinci
sebesar 123 % dan Kabupaten Bungo 121,9 %. Sedangkan
persentase peserta KB aktif terendah adalah Kabupaten Tanjung
Jabung Timur sebesar 87,6 %.

Persentase peserta KB Baru menurut kabupaten/ kota di Provinsi


Jambi tahun 2010 terlihat dalam gambar 4.17. Pada tahun 2010

81

Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan persentase tertinggi yaitu


sebesar 39,4 %, diikuti Kabupaten Tebo sebesar 37, 5 % dan
Kabupaten Sarolangun serta Bungo sebesar 36, 4 %. Sedangkan
Kabupaten/ kota paling rendah adalah Kabupaten Batang Hari sebesar
17,4 %

Gambar 4.17
Proporsi Peserta KB Baru Menurut Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
39.4

Tanjab Barat
Tebo

37.5

Sarolangun

36.4

Bungo

36.4
33.8

Tanjab Timur
Kerinci

30.7
29.2

Provinsi Jambi
Merangin

27.8
27

Muaro Jambi
Sungai Penuh

24.5
18.4

Kota Jambi
Batang Hari

17.4
0

10

15

20

25

30

35

40

45

Sumber : Bidang Yankes, 2010

3. Pelayanan Imunisasi
Bayi dan anak-anak memiliki resiko yang lebih tinggi terserang
penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, Typhus, Radang selaput otak, Radang paru-paru, dan
masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang
terbaik dan sangat vital agar kelompok beresiko ini terlindungi adalah
melalui imunisasi.

82

Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk kedalam tubuh, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan
antibodi. Pada umumnya reaksi pertama tubuh untuk membentuk
antibodi

tidak

terlalu

kuat,

karena

tubuh

belum

mempunyai

pengalaman. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya,


tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut
sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat
dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa
jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi
atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan
agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atru seandainya terkena
pun, tidak akan menimbulkan akibat yang vatal.

Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi
aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi
antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio atau Campak.
Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi,
sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru
lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari
ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya
antibodi terhadap Tetanus dan Campak.

a. Imunisasi Dasar Pada Bayi


Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisai Dasar
Lengkap) pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis
Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak.

83

Diantara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan


imunisasi, campak adalah penyebab utama kematian pada balita.
Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting
dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa tujuan
yang disepakati dalam pertemuan dunia mengenai anak, salah
satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi campak
sebesar 90 %.
Gambar 4.18
Persentase Pencapaian Imunisasi Campak
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Pada tahun 2010, Provinsi Jambi telah mencapai cakupan


imunisasi campak sebesar 95,7 %. Dengan demikian Provinsi
Jambi telah mampu mencapai target imunisasi campak yang telah
ditetapkan oleh WHO dan target Nasional.

Dari 11 kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi, 6 kabupaten/


kota telah mencapai target yang ditetapkan Nasional. Kabupaten/
kota yang capaiannya lebih dari 100 % adalah Kota Jambi,

84

Kabupaten Tebo dan Kota Sungai Penuh. Sedangka 5 kabupaten


di Provinsi Jambi masih belum mencapai target yang ditetapkan
Nasional sebesar 90 % yaitu Kabupaten Kerinci, Merangin,
Sarolangun, Tanjab Barat dan Tanjab Timur.

Desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa


atau Kelurahan UCI adalah desa/ kelurahan dimana 80% dari
jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi
dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu.
Gambar 4.19
Persentase Cakupan UCI di Tingkat Desa/ Kelurahan
Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
100

92.98

90
88.95

88.6
85.88

85.06

83.97

80

UCI

70
2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber : Bidang P2PL, 2010

Cakupan desa UCI di Provinsi Jambi sampai dengan tahun 2010


berjumlah 1.214 desa dengan persentase cakupan sebesar 88,6 %,
jika

dibandingkan

dengan

tahun

2009

cakupan

desa

UCI

mengalami peningkatan sebanyak 98 desa dengan presentase


83,97 %. Dari 11 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi dapat dilihat
bahwa cakupan desa yang telah UCI untuk tahun 2010 tertinggi

85

adalah Kota Jambi, Sungai Penuh dan Kabupaten Muaro Jambi


yaitu sebesar 100%, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten
Sarolangun sebesar 72,3 %. Rendahnya cakupan desa UCI di
Kabupaten Sarolangun disebabkan karena adanya beberapa daerah
yang sulit dijangkau oleh petugas kesehatan. Untuk lebih jelas
tentang cakupan desa UCI menurut kabupaten/ kota di Provinsi
Jambi dapat dilihat pada lampiran tabel 38.

b. Imunisasi Pada Ibu Hamil


Tetanus disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui luka terbuka
dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem saraf
pusat. Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri
yang disebut Clostridium tetani. Penderita mengalami kejang otot
serta diikuti kesulitan menelan dan bahkan bernafas. Imunisasi
Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin
Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan.

Tetanus khususnya beresiko pada bayi-bayi yang dilahirkan


dengan bantuan dukun bayi dirumah dengan peralatan yang tidak
steril. Mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih
digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional
atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan.

Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan


program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur
termasuk ibu hamil. Upaya pencegahan tetanus neonatorum
dilakukan dengan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
pada ibu hamil.

86

Manfaat Imunisasi TT Ibu Hamil adalah melindungi bayi baru lahir


dari tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit
tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan)
yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat.
Dan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.
Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT untuk Ibu Hamil
diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc diinjeksikan intramuskuler/
subkutan dalam.

Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk


mendapatkan imunisasi TT lengkap. TT 1 dapat diberikan sejak
diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan
pertama ibu hamil ke sarana kesehatan Jarak pemberian (interval)
imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu.

Gambar 4.20
Cakupan TT2+ Pada Ibu Hamil Di Provinsi Jambi
Tahun 2010

Sumber : Bidang Yankes, 2010

87

Pada tahun 2010 kabupaten/ kota dengan cakupan ibu hamil yang
mendapat imunisasi TT2+ tertinggi adalah Kabupaten Muaro Jambi
dengan capaian sebesar 88,3 %, dan terendah adalah Kota Jambi
yaitu sebesar 51,5 %. Gambar 4.20 dan lampiran table 29
memperlihatkan dari 11 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi hanya 4
kabupaten/ kota yang berhasil mencapai cakupan imunisasi TT2+
pada ibu hamil > 80 % yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Batang Hari,
Bungo dan Tebo. Sedangkan kabupaten/ kota dengan capaian 60
79 % adalah Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Merangin,
Sarolangun, Tanjab Barat dan Tanjab Timur. Kota Jambi memiliki
capaian < 60 %.

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN


Beberapa

kegiatan

pokok

upaya

kesehatan

perorangan

adalah

peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi


penduduk miskin dikelas III di rumah sakit, cakupan pelayanan gawat
darurat , dan lain-lain.

1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit


Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya
dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan
tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain
pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/ BOR), rata-rata lama
hari perawatan (Length of Stay/ LOS), rata-rata tempat tidur dipakai
(Bed Turn Over/ BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur
(Turn of Interval/ TOI), persentase pasien keluar yang meninggal
(Gross Death Rate/ GDR), dan persentase pasien keluar yang
meninggal 48 jam perawatan (Net Death Rate/ NDR).

88

Tabel 4.1
Indikator Kinerja Pelayanan Rumah Sakit
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
NO

NAMA RUMAH SAKIT

JENIS RS

JLH
TT

BOR

LOS

TOI

GDR

NDR

RSU. RADEN MATTAHER JAMBI

UMUM

328

68.9

4.9

2.2

5.7

2.7

RSUD. H.A. MADJID BATOE

UMUM

112

44.0

3.2

4.1

2.5

1.0

RSUD. K.H. DAUD ARIF

UMUM

57

35.3

3.0

5.5

6.1

1.6

RSUD. H. HANAFIE

UMUM

188

51.8

3.3

3.1

4.7

1.3

RSUD. KOLONEL ABUNDJANI

UMUM

109

43.1

2.6

3.4

2.0

0.2

RSUD. MAYJEN H.A THALIB

UMUM

128

50.6

2.6

2.5

3.5

1.1

RSUD. NURDIN HAMZAH

UMUM

41

23.9

3.3

10.4

1.9

0.4

RSUD. ST.THAHA SAIFUDDIN

UMUM

49

20.2

4.5

17.9

2.0

1.0

RSUD. PROF. DR.H.M. CHATIB QUZWAIN

UMUM

73

28.3

2.4

6.0

2.8

1.3

10

RSUD. MUARO JAMBI

UMUM

94

19.4

3.5

14.6

1.2

0.6

11

RS. JIWA JAMBI

JIWA

200

71.8

27.6

10.8

0.1

0.1

12

RS. ST. THERESIA

UMUM

100

86.8

3.2

0.5

2.4

1.1

13

RS. BUDI GRAHA

UMUM

53

17.0

2.6

12.8

0.6

14

RS. ASIA MEDIKA

UMUM

109

40.0

3.7

5.6

2.3

0.7

15

RS. BHAYANGKARA

UMUM

40

30.0

3.1

7.2

0.7

16

RS Ibu dan Anak ANNISA

BERSALIN

30

64.8

2.8

1.5

17

RSUD.H.ABDUL MANAP KOTA JAMBI

UMUM

146

15.2

3.3

18.2

1.4

0.8

18

RS. DR. BRATANATA

UMUM

152

81.1

3.9

0.9

3.0

1.3

19

RS. BERSAUDARA

UMUM

23

0.0

0.0

0.0

20

RS. MAYANG MEDICAL CENTER

UMUM

50

34.0

2.9

5.5

3.9

1.3

21

RSUD. SUNGAI BAHAR

UMUM

50

2.8

0.8

27.9

0.2

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Berdasarkan data Bidang Pelayanan Kesehatan, tingkat pelayanan


tempat tidur (BOR) di rumah sakit umum di Provinsi Jambi tahun 2010
sebagian besar belum mencapai angka ideal yang diharapkan (yaitu
60-85%). Beberapa rumah sakit pemerintah yang mencapai BOR
diatas 60 % yaitu Rumah Sakit Jiwa sebesar 71,8 % dan Rumah Sakit
Umum Raden Mattaher Jambi yaitu sebesar 68,9 %. Sedangkan BOR
tertinggi adalah Rumah Sakit Swasta yaitu RS St. Theresia sebesar
86,8 % dan RS Bratanata sebesar 81,1 %.

89

BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode


(biasanya satu tahun), berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali. Pada tahun 2010 BTO rumah sakit belum
mencapai angka ideal, yaitu hanya sebesar 25 kali. Padahal selama
enam tahun sebelumnya BTO di rumah sakit selalu berada pada
kisaran 40-50 kali.

LOS adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang
lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Tabel
4.1 memperlihatkan rata-rata LOS di Provinsi Jambi masing-masing
rumah sakit umum selama tahun 2010 yang berkisar antara 0,8 27,6
hari dan belum mencapai angka ideal. Berdasarkan rumah sakit,
Rumah Sakit Jiwa Jambi memiliki LOS tertinggi (27,6 hari) dan RSUD
Sungai Bahar memiliki LOS terendah (0,8 hari).

Indikator pelayanan rumah sakit yang lain adalah TOI. TOI adalah ratarata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan
sampai saat digunakan kembali (rata-rata lama tempat tidur kosong
antar pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Pada tahun 2010 TOI di
rumah sakit berkisar antara 0,5 - 27,9 hari.

GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1.000 penderita


keluar dari rumah sakit. Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien
berada di rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Nilai ideal GDR
adalah < 45 per 1.000 pasien keluar. Pada tahun 2010 angka GDR di

90

rumah sakit Provinsi Jambi berkirar antara 0,1 6,1 kematian per
1.000 pasien keluar rumah sakit.
NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat 48 jam per
1.000 pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah
mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah
sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika
pasien meninggal kurang dari 48 jam masa perawatan, dianggap faktor
keterlambatan pasien datang kerumah sakit yang menjadi penyebab
utama pasien meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per 1.000
pasien keluar. NDR pada tahun 2010 berada pada kisaran 0,1 - 2,7 per
1.000 pasien keluar. Dengan demikian NDR telah mencapai angka
ideal yaitu < 25 per 1.000 pasien keluar.

2. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat


Tujuan

penyelenggaraan

Jaminan

Kesehatan

Masyarakat

(Jamkesmas) yaitu untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan


kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin
agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara
efektif

dan

efisien.

Melalui

Jaminan

Pemeliharaan

Kesehatan

Masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu,


menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka
kelahiran disamping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi
masyarakat miskin umumnya. Program ini telah berjalan lima tahun,
dan telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses
pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di
puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan rumah sakit.

Pemerintah pusat telah melaksanakan program Jamkesmas untuk


memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan terhadap masyarakat

91

miskin dan tidak mampu. Berdasarkan ketetapan Menteri Kesehatan


RI jumlah masyarakat miskin dan tidak mampu di Provinsi Jambi yang
menjadi kuota penjaminan melalui Jamkesmas tahun 2010 sebesar
784.842 jiwa sementara masyarakat miskin dan tidak mampu yang ada
sebesar 849.016 maka terdapat sisa 64.174 yang mesti harus dIjamin
melalui Jamkesmasda.

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


686/Menkes/SK/VI/2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas,
Bahwa Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu
diluar kuota Jamkesmas maka pembiayaan kesehatannya menjadi
tanggungjawab Pemda setempat (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan
mekaniskme pengelolaannya seyogyanya mengikuti Jamkesmas.

Provinsi Jambi bersama kabupaten/ kota telah mengembangkan


Jamkesmasda tahun 2010 yang mencakup kepesertaan lebih kurang
95.472 jiwa dan menjamin pelayanan sampai ke Rumah Sakit Rujukan
Pusat

pada

jenis

pelayanan

yang

mendekati

sama

dengan

Jamkesmas.
Kabupaten/ kota yang menjadi perhatian :

Kabupaten Tanjung Jabung Timur : baru dalam bentuk Bansos


ketika sudah dilayani (Klaim) maka, perlu dirubah menjadi pola
Jaminan.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat : sudah menganggarkan untuk


Jaminan tapi belum terlaksana maka perlu segera tahun 2011
dapat direalisasikan.

Kabupaten Bungo dan Merangin : sasaran maskin dan tidak


mampu baru dijamin sampai dipelayanan di Puskesmas dan
Jamkesmasda baru pada kelompok tertentu yakni kepala desa dan
tokoh masyarakat lainnya.

92

Kepersertaan jaminan kesehatan masyarakat miskin di Provinsi


Jambi pada tahun 2010, untuk kepesertaan Jamkesmas berjumlah
784.842 maskin dan 95.472 maskin menggunakan Jamkesda.
Sedangkan

Jumlah

masyarakat

miskin

di

Provinsi

Jambi

berdasrkan data tahun 2008 berjumlah 849.016 maskin. Gambaran


kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin menurut
kabupaten/ kota di Provinsi Jambi seperti pada gambar 4.21.

Gambar 4.21
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Menurut
Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
2,337

Sungai penuh

Maskin

22,211

Tanjab Timur

76,004
82,598

10,500

Tebo

62,436
71,117

5,000

Sarolangun

85,908
85,317

6,000

Bungo

63,886
63,886

3,330

Tanjab Barat

72,937
68,198

15,000

Batang Hari

69,032

4,000

Merangin

84,990
86,949
86,949

11,000

Kerinci

76,696
27,805

Kota Jambi
0

Jamkesda

75,881
75,409

10,500

Muaro Jambi

Jamkesmas

20,000

40,000

109,907
92,902

60,000

80,000

120,645

100,000 120,000 140,000

Sumber : Bidang PKM, 2010

Berdasarkan data tahun 2008 jumlah masyarakat miskin terbanyak


berada di Kota Jambi yaitu sebanyak 120.645 maskin, dan paling
sedikit adalah Kabupaten Bungo dengan jumlah 63.886 maskin. Untuk
Kota Sungai Penuh jumlah masih bergabung dengan Kabupaten
Kerinci, dengan jumlah maskin menjadi nomor 2 (dua) terbanyak di
Provinsi Jambi yaitu sebanyak 109.907 maskin.

93

C. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Program perbaikan gizi masyarakat secara umum ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan, kesadaran dan keinginan masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan yang optimal khususnya pada bidang gizi,
terutama bagi golongan rawan dan masyarakat yang berpenghasilan
rendah baik di desa maupun di kota.

Kegiatan pokok Kementerian Kesehatan dalam mengimplementasikan


Perbaikan Gizi Masyarakat meliputi, peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi,
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin A, dan
kekurangan

zat

gizi

lebih,

peningkatan

surveillance

gizi,

dan

pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi


(Perpres, 2007). Adapun sasaran pokok program Perbaikan Gizi
Masyarakat yakni menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita,
terlaksananya penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi
besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin

1.

Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe)


Untuk mengatasi masalah anemia kekurangan zat besi pada ibu
hamil pemerintah sejak tahun 1970 telah melaksanakan suatu
program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan
Posyandu dengan mendistribusikan tablet tambah darah, dimana 1
tablet berisi 200 mg fero sulfat dan 0,25 mg asam folat (setara
dengan 60 mg besi dan 0.25 mg asam folat). Setiap ibu hamil
dianjurkan minum tablet tambah darah dengan dosis satu tablet
setiap hari selama masa kehamilannya dan empat puluh hari setelah
melahirkan.

Anemia merupakan salah satu keadaan kurang gizi dengan keadaan


kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari keadaan

94

normal. Orang yang mempunyai Hb yang rendah, secara fisik belum


menunjukkan gejala anemia dan masih terlihat berada dalam
keadaan yang relative sehat. Namun makin rendah Hb, menunjukkan
makin berat keaadaan anemia yang diderita dan makin rendah pula
kemampuan kerja fisiknya.

Penangulangan masalah anemia gizi besi saat ini terfokus pada


pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil
mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya.
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) di
Provinsi Jambi selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar
4.22 berikut ini.
Gambar 4.22
Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Fe
Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
100
Fe1, 75.27

Fe1, 80

Fe1, 75.67

Fe1, 78.19

Fe1, 72.87

75
Fe1, 59.17

Fe3, 75.83

Fe3, 73.89

Fe3, 70.9

Fe3, 69.93
Fe3, 64.85

50

Fe3, 58.88

25
Fe1

Fe3

0
2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber : Bidang PKM, 2010

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe)


selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 terlihat ada
kecendrungan peningkatan baik cakupan Fe1 dan Fe3. Pada tahun
2005 cakupan Fe1 Provinsi Jambi yaitu sebesar 59.17 % sampai

95

dengan tahun 2010 meningkat menjadi 78,19 %. Sedangkan untuk


Fe3 di Provinsi Jambi tahun 2005 yaitu sebesar 58,88 % meningkat
menjadi 73,89 % pada tahun 2010.
Sebaran cakupan pemberian tablet tambah darah (Fe3) pada ibu
hamil menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010
dapat dilihat pada gambar 4.23 berikut ini.

Gambar 4.23
Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Tambah Darah (Fe3)
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
91.18

Muaro Jambi
Kota Jambi

88.77
85.27

Batang Hari
Tebo

82.81

Provinsi Jambi

73.89

Tanjab Timur

73.48

Sarolangun

73.12

Kerinci

73
72.8

Tanjab Barat
Sungai Penuh

64.35
54.4

Bungo
Merangin

48.05
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Sumber : Bidang PKM, 2010

Kabupaten/ kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten


Muaro Jambi yaitu sebesar 91,18 %, diikuti oleh Kota Jambi
sebesar 88,77 % dan Kabupaten Batang Hari sebesar 85,27 %.
Sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Merangin sebesar
48,05 %, diikuti diatasnya adalah Kabupaten Bungo sebesar 54,4
% dan Kota Sungai Penuh sebesar 64,35 %.

96

2.

Pemberian Kapsul Vitamin A


Pelaksanaan pemberian kapsul vitamin A pada bayi (6-11 bulan) dan
balita (12-59 bulan), dilakukan secara serentak dua kali setahun yaitu
pada bulan Februari dan Agustus di posyandu atau puskesmas.
Untuk bayi diberikan kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis
100.000 SI, sedangkan untuk balita kapsul berwarna merah dengan
dosis 200.000 SI. Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita
adalah untuk meningkatkan daya tahan balita terhadap penyakit
serta meningkatkan proses penglihatan. Dan juga bertujuan untuk
menurunkan angka kematian, dan menghindari masalah kekurangan
vitamin A. Kapsul vitamin A dalam dosis tinggi terbukti efektif dalam
mengatasi masalah diatas apabila cakupannya tinggi.

Ada berbagai bukti yang menunjukkan peran besar vitamin A dalam


menurunkan angka kematian anak. Jadi selain diberikan untuk
menghindari kebutaan, maka pemberian vitamin A saat ini juga
utamanya dikaitkan dengan masalah kelangsungan hidup anak,
berikut kesehatan dan pertumbuhan mereka.

Vitamin A berguna bagi kesehatan mata serta mencegah kebutaan,


dan juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Anak yang
mendapatkan cukup vitamin A, tidak akan terlalu parah kondisinya
saat ia terkena diare, campak, atau penyakit lain, sehingga penyakit
yang menyerang tersebut tidak akan sampai mengancam jiwanya.
Sementara itu pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas, diharapkan
dapat dilaksanakan secara terpadu bersama dengan pelayanan
kesehatan ibu nifas. Meski demikian, bila ibu nifas belum juga
memperoleh kapsul vitamin A, maka vitamin ini masih bisa diberikan
diluar pelayanan tersebut.

97

Gambar 4.24
Persentase Bayi, Balita dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Provinsi Jambi
Kerinci

Sarolangun

74.99

56.07

42.2

74.35

42.45
43

Batang Hari

95.29

54.9
58

Muaro Jambi

48.5

Tanjab Timur

Tebo

55.37

20

40

60

98.56

76.89

60

Sungai Penuh

87.49
84.47

66.02

48.8

Kota Jambi

69.06
72.5

45.9

Bungo

91.56

72.84
58.61

36.5

93.31

59.69

44.9

Tanjab Barat

Bufas
Balita
Bayi

85.28

61.88

51

Merangin

86.04

62.69

48.6

91.8
66.8

80

100

120

Sumber : Bidang PKM, 2010

Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi dengan jumlah 11 kabupaten/


kota terdapat 68.424 bayi laki-laki dan perempuan, namun hanya
sebanyak 33.244 bayi berumur 6 11 bulan yang mendapat vitamin
A sehingga persentasenya hanya 48,6% dari total bayi yang ada.
Jumlah anak balita laki-laki dan perempuan sebanyak 321.836
dengan anak yang mendapatkan vitamin A 2x sebanyak 201.774,
dan persentasenya mencapai 62,69 %. Ada sebanyak 73.132 ibu
nifas dan yang mendapat vitamin A adalah 62.924 orang hingga
persentasenya mencapai 86,04%.

98

3.

Cakupan Konsumsi Garam Beryodium


Gangguan

Akibat

Kekurangan

Yodium

(GAKY)

merupakan

sekumpulan gejala yang muncul akibat kurangnya unsur Iodium


secara terus menerus dalam jangka waktu lama pada tubuh
seseorang. Kekurangan Iodium saat ini tidak terbatas hanya pada
gondok dan kretinisme, melainkan juga berpengaruh pada kualitas
sumber daya manusia dalam arti luas. Mulai dari masalah tumbuh
kembang,

termasuk

perkembangan

terjadinya

penurunan potensi tingkat

otak

yang

menyebabkan

kecerdasan

(Intelligence

Quotient = IQ). Pemantauan GAKY dilakukan melalui Ekspresi


Yodium dalam Urine (EYU) sebagai cerminan mengenai asupan
yodium serta cajupan rumah tangga mengonsumsi garam beryodium.

Gambar 4.25
Persentase Rumah Tangga yang Mengkonsumsi Garam Beryodium
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2007
Merangin

100

Muaro Jambi

99.6

Sarolangun

98.1

Kerinci

97.9

Bungo

96.5

Batang Hari

95.4

Tanjab Timur

95.1

Kota Jambi

94.6

Provinsi Jambi

94
84.5

Tebo
73.9

Tanjab Barat
Sungai Penuh

20

40

60

Sumber : Bidang PKM, Riskesdas 2007

99

80

100

120

Pada gambar 4.25 dapat dilihat cakupan garam beryodium yang


Cukup untuk tingkat rumah tangga adalah Kabupaten Merangin
sebesar 100 % dan terendah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
sebesar 73.9 % untuk angka Provinsi sebesar 94.0%

Permasalahan mengenai masih rendahnya cakupan konsumsi garam


beryodium dimasyarakat disebabkan antara lain, belum optimalnya
pemberdayaan masyarakat juga kampanye untuk menkonsumsi
garam beryodium, dan ditambah dengan regulasi yang belum
memadai. Masalah lain yang juga muncul adalah belum teraturnya
pelaksanaan pemantauan garam beryodium dimasyarakat secara
terus menerus.

4.

Cakupan Pemberian ASI Eksklusif


Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang
manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang
dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI
eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan
berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan
radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu
menjarangkan kelahiran.

Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah
menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6
bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai
umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi
sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.

100

Gambar 4.26
Persentase Bayi yang Diberikan ASI Eksklufif
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Bungo

50.1
36.1

Kota Jambi
Batang Hari

35.7

Muaro Jambi

34.2

Kerinci

33.7

Sungai Penuh

33.7
33

Provinsi Jambi

30.5

Tanjab Barat

29.3

Merangin

27.5

Tanjab Timur

26.2

Tebo
Sarolangun

23.2
0

10

20

30

40

50

60

Sumber : Bidang PKM, 2010

Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Jambi Tahun 2010


sebesar 33 %. Cakupan ini masih jauh di bawah target pencapaian
pemberian ASI Eksklusif Nasional yaitu 80 %. Untuk pemberian ASI
Eksklusif tertinggi adalah Kabupaten Bungo sebesar 50,1 % dan
yang terendah adalah Kabupaten Sarolangun sebesar 23,2 %.

5.

Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)


Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan indikator
yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi
gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan
vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah
prevalensi gizi kurang.

101

Hasil Riskesdas 2007 memberi gambaran nasional cakupan


penimbangan balita (anak pernah ditimbang di Posyandu sekurangkurangnya satu kali selama sebulan terakhir) di posyandu sebesar
74,5%. Frekuensi kunjungan balita ke posyandu akan makin
berkurang dengan makin bertambahnya umur anak. Sebagai
ilustrasi, proporsi anak 6 11 bulan yang ditimbang di posyandu
91,3%, pada anak usia 12 23 bulan turun menjadi 83,6%, lalu pada
usia 24 35 bulan turun menjadi 73,3%.

Gambar 4.27
Persentase Kunjungan Balita yang Ditimbang di Posyandu
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
79.3

Bungo
Tanjab Timur

76.4

Muaro Jambi

71.7

Tanjab Barat

68.9

Tebo

65.4

Sungai Penuh

63.6

Provinsi Jambi

59

Batang Hari

53.2

Kota Jambi

51

Merangin

48.4

Kerinci

48

Sarolangun

30.8
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sumber : Bidang PKM, 2010

Berdasarkan laporan dari kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun


2010 cakupan penimbangan balita di posyandu sebesar 59,0 %.
Cakupan penimbangan balita di posyandu menurut kabupaten/ kota
tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 4.27.

102

Masalah yang berhubungan dengan kunjungan posyandu antara lain:


dana operasional serta sarana prasarana untuk menggerakkan
kegiatan posyandu; tingkat pengetahuan kader berikut kecakapan
petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling; tingkat
pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu; dan
pelaksanaan pembinaan kader.

D. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA


Bisa dikatakan bahwa ada dua kategori bencana di Indonesia yaitu
bencana lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup
terjadi akibat dari kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan industri, tumpahan
minyak dilaut; sementara bencana alam terjadi sebagai akibat dari
aktivitas lapisan/kerak bumi/ fenomena alam seperti gempa bumi,
gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang
kejadiannya sulit diprediksi.

Di Provinsi Jambi pada tahun 2010 telah terjadi bencana alam sebanyak 2
(dua) kali yaitu bencana banjir dan bencana kebakaran rumah. Bencana
banjir yang terjadi pada tahun 2010 meliputi 8 (delapan) kabupaten/ kota
yaitu : Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tebo, Kabupaten
Bungo, Kabupaten Merangin, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Batang Hari
dan Kabupaten Sarolangun. Bencana kebakaran terjadi di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.

Bencana banjir yang terjadi di 8 (delapan) kabupaten/ kota menyebabkan


37 kecamatan dan 143 desa terendam. Sedangkan jumlah yang terkena
dampak dari bencana banjir terdiri dari 413.750 orang, 4.766 KK dan
rumah sebanyak 16.913 rumah.

103

Akibat dari bencana banjir tersebut menyebabkan 1.724 orang menderita


sakit, mengungsi sebanyak 6.452 orang dan yang meninggal dunia
sebanyak 3 (tiga) orang. Disamping itu sarana umum yang terendam
terdiri dari 22 unit tempat ibadah, Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak
7 uni dan sarana lain sebanyak 340 unit.

Adapun bencana kebakaran rumah yang terjadi di Kabupaten Tanjung


Jabung Barat yang terkena dampak terdiri dari 1 (satu) Kecamatan dan 2
(dua) desa. Adapun jumlah yang terkena dampak terdiri dari 37 kepala
keluarga dan 27 unit rumah penduduk. Sedangkan korban dari bencana
kebakaran rumah tersebut menyebabkan 11 orang mengalami luka-luka.

Dalam

penanggulangan

bencana

ini

selain

memberikan

bantuan

pelayanan kesehatan kepada penduduk yang mengalami bencana juga


diberikan bantuan obat-obatan kepada penduduk yang tertimpa bencana,
bagi penduduk yang masih usia balita juga diberikan makanan
pendamping asi (MP-ASI).

***

104

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam


penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dengan harapan bisa
memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya
kesehatan diulas dengan memaparkan gambaran keadaan sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan yang disajikan meliputi: puskesmas, rumah sakit
(rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM), sarana produksi dan distribusi
kefarmasian dan alat kesehatan, serta institusi pendidikan tenaga
kesehatan.

1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa dikenal dengan
Puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/ kota. Puskesmas sebagai unit pelayanan
kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan
kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan
beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi,
kebutuhan,

tuntutan, kemampuan dan inovasi serta

kebijakan

pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1)


pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan
masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4)
pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.

Jumlah puskesmas di Provinsi Jambi sampai dengan tahun 2010


sebanyak 172 unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 69
unit, puskesmas non perawatan 103 unit.

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap


masyarakat diwilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana
pelayanan kesehatan berupa puskesmas keliling dan puskesmas
pembantu. Jumlah pusling dan pustu pada tahun 2010 di Provinsi
Jambi dilaporkan berjumlah 722 unit dengan rincian;

puskesmas

keliling 152 unit, dan puskesmas pembantu sebanyak 570 unit. Salah
satu indicator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan
penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000
penduduk. Pada kurun waktu 2005 s/d 2010 rasio puskemas per
100.000 penduduk di Provinsi Jambi adalah dari 5,12 menjadi 5,56 per
100.000 penduduk.

Gambar 5.1
Rasio Puskesmas Per 100.000 Penduduk
Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010

Per 100.000 Penduduk

10
8
6

5.12

5.22

5.67

5.4

5.75

5.56

4
2
Rasio Pusk
0
2005

2006

2007

2008
Tahun

Sumber : Bidang Evdal, 2010

106

2009

2010

Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut kabupaten/ kota


menunjukkan

bahwa

rasio

tertinggi pada

tahun 2010

adalah

Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu sebesar 8,28 per 100.000


penduduk, sedangkan rasio terkecil adalah Kota Jambi yaitu sebesar
3,76 per 100.000 penduduk.

Gambar 5.2
Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk
Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010

Sumber : Bidang Evdal, 2010

2. Rumah Sakit
Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain merupakan upaya
promotif dan preventif, juga meliputi pembangunan kesehatan yang
bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan
kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam lingkup kegiatan
kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana
pelayanan kesehatan rujukan.

107

Pada tahun 2010 jumlah rumah sakit di Provinsi Jambi sebanyak 21


unit. Yang terdiri dari rumah sakit umum (RSU) sebanyak 19 unit dan
rumah sakit khusus (RSK) sebanyak 2 unit. Rumah sakit tersebut
dikelola oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota, TNI/
POLRI, serta sektor swasta.

Gambar 5.3
Persentase Kepemilikan Rumah Sakit
di Provinsi Jambi Tahun 2010

Swasta, 29%

TNI/ Polri,
10%

Pemerintah,
61%

Sumber : Bidang Yankes, 2010

Jumlah tempat tidur pada suatu rumah sakit dapat digunakan untuk
menggambarkan

kemampuan

rumah

sakit

dimaksud

memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.

dalam

Di Provinsi

Jambi jumlah tempat tidur terbanyak masih dimiliki oleh RSU Raden
Mattaher Jambi dengan 328 tempat tidur dan RS Bersaudara dengan
hanya 23 tempat tidur untuk jumlah tempat tidur paling sedikit.

108

3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat


Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan
menerapkan berbagai pendekatan, termasuk dengan melibatkan
masyarakat sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pendekatan
dimaksud bisa dilihat dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). UKBM antara lain terdiri dari Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di
Desa Siaga, Tanaman Obat Keluarga (Toga), dan Pos Obat Desa
(POD).

Salah satu jenis UKBM yang sudah lama dikembangkan dan sangat
dikenal baik oleh masyarakat adalah posyandu. Dalam menjalankan
fungsinya, posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program
prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan
gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare.. Dalam rangka menilai
kinerja dan perkembangannya, posyandu diklasifikasikan menjadi
empat tingkatan yakni, Posyandu Pratama, Posyandu Madya,
Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri.

Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi sudah tercatat ada sebanyak 3.168
jumlah Posyandu yang aktif, dengan rincian yaitu 391 Posyandu
Pratama, 1.757 Posyandu Madya, 796 Posyandu Purnama, dan 268
Posyandu

Mandiri.

Informasi

selengkapnya

mengenai

keadaan

posyandu di tiap kabupaten/kota dan juga dilihat dari jumlah


puskesmas yang ada dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

109

Gambar 5.4
Persentase Posyandu Aktif Menurut Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Bungo

100

Sarolangun

100

Tebo

99.65

Tanjab Barat

99.6

Tanjab Timur

99.25

Kota Jambi

98.87

Kerinci

98.67

Provinsi Jambi

98.63

Batang Hari

98.24

Merangin

97.91

Muaro Jambi

96.9

Sungai Penuh

91.14
86

88

90

92

94

96

98

100

102

Sumber : Bidang PKM, 2010

Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat


yang dibentuk di desa sebagai upaya untuk mempermudah akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dengan mendekatkan
penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Kegiatan utama poskesdes yaitu pengamatan dan kewaspadaan dini
(surveilans perilaku beresiko, lingkungan dan masalah kesehatan
lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan
terhadap bencana serta pelayanan kesehatan. Pelayanan yang
diberikan poskesdes juga mencakup tempat pertolongan persalinan
dan pelayanan KIA. Poskesdes merupakan salah satu indikator
sebuah desa untuk disebut desa siaga. Jumlah Poskesdes di Provinsi
Jambi tahun 2010 adalah 560, dengan jumlah Desa Siaga sebanyak
1.320 desa dan Desa Siaga Aktif sebanyak 1.282 desa.

110

4. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi
Pembangunan

kesehatan

berkelanjutan

membutuhkan

tenaga

kesehatan yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas. Untuk
menghasilkan

tenaga

kesehatan

yang

berkualitas

tentu

saja

dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula. Kementrian


Kesehatan merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan
didalam penyedian tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut. Dalam
penyelenggaraan tenaga kesehatan jenjang pendidikan menengah dan
Diploma

(D-III)

Kesehatan

yang

berada

dikelompokkan

dibawah

dalam

pembinaan

Politeknik

Kementrian

Kesehatan

(milik

Kemenkes) dan Non Poltekkes (milik swasta,TNI/ POLRI dan Pemda).


Pada 2010 jumlah institusi Diknakes di Provinsi Jambi sebanyak 16
institusi, yang terdiri dari 4 jurusan/ program studi di Poltekes dan 12
institusi Non poltekkes.
Gambar 5.5
Jumlah Program Studi Pada Institusi Poltekes dan Non Poltekes
Di Provinsi Jambi tahun 2010
8

Poltekes

Non Poltekes

6
4
2

0
Keperawatan

Kebidanan

Kesling

Kesehatan
Gigi

Analis Kes

Farmasi

Sumber : Bidang Evdal, 2010

Gambar menunjukkan jumlah program pada institusi Diknakes non


poltekkes;

untuk

prodi

keperawatan

terdiri

dari

kebidanan, kesehatan lingkungan dan kesehatan gigi.

111

keperawatan,

b. Akreditasi Institusi
Dengan banyaknya institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada
saat ini, Kementrian Kesehatan berusaha melakukan upaya untuk
terus meningkatkan kualitas pendidikan. Akreditasi merupakan salah
satu upaya pembinaan yang dilakukan terhadap institusi-institusi
pendidikan kesehatan yang ada, selain itu juga untuk melihat kualitas
dari masing-masing institusi.

Akreditasi

dilaksanakan

bagi

institusi

yang

telah

menjalankan

perkuliahan sampai dengan semester V (lima), dan institusi lama yang


telah habis masa berlaku akreditasinya. Pada tahun 2007 , institusi
Diknakes milik Kemenkes mengalami perubahan status kelembagaan
dari Akdemi menjadi Poltekkes. Untuk melihat perubahan-perubahan
yang terjadi pada Poltekkes, mulai tahun 2004 Pusdiknakes melakukan
akreditasi terhadap jurusan / program studi poltekkes yang ada.

B. TENAGA KESEHATAN
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Pada 2010 Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM-Kesehatan) yang


bekerja pada unit kerja/ unit pelayanan kesehatan dalam wilayah
administratif Provinsi Jambi berjumlah : 12.499 orang, terdiri dari
10.087 orang memiliki latar belakang pendidikan formal kesehatan dan
2.412 orang memiliki latar belakang pendidikan formal non-kesehatan.

112

Gambar 5.6
Proporsi SDM Kesehatan Menurut Latar Belakang Pendidikan
Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Non Kesehatan
19%
Kesehatan
81%

Sumber : Bidang Evdal, 2010

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan


Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan
kesehatan adalah tenaga kesehatan
pelayanan kesehatan dimasyarakat.

yang bertugas di sarana


Menurut pendataan Bidang

Evaluasi dan Pengendalian, jumlah tenaga medis di Kabupaten/ Kota


dan Provinsi Jambi sebanyak 873 orang terdiri dari dokter spesialis
sebanyak 143 orang, dokter umum sebanyak 592 dan dokter gigi
sebanyak 138 orang. Rasio dokter umum terhadap 100.000 penduduk
adalah sebesar 18,3 per 100.000 penduduk di kabupaten/ kota. Rasio
dokter umum terhadap jumlah penduduk menurut kabupaten/ kota
dapat dilihat pada gambar 5.7

113

Gambar 5.7
Rasio Dokter Umum Terhadap 10.000 Penduduk
Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Muaro Jambi

20.4

Batang Hari

17.4

Kota Jambi

15.8

Kerinci

15.3

Tanjab Barat

14.4

Tebo

13.4
12.2

Sarolangun
Bungo

11.2

Tanjab Timur

10.7
10.5

Merangin
Sungai Penuh

9.7
0

10

15

20

25

Sumber : Bidang Evdal, 2010

Jumlah tenaga dokter gigi pada tahun 2010 sebanyak 138 orang
dengan rasio sebesar 4 per 100.000 penduduk. Kabupaten/ kota
dengan rasio tertinggi adalah Kota Jambi dengan rasio sebesar 5,1 per
100.000 penduduk, sedangkan terendah adalah Kota Sungai Penuh
dan Kabupaten Merangin dengan rasio 2,4 per 100.000 penduduk.

Jumlah bidan pada tahun 2010 sebanyak 2.259 orang sehingga


rasionya terhadap penduduk sebesar 73 per 100.000 penduduk. Pada
tahun 2010 di Provinsi Jambi kabupaten/ kota dengan rasio tertinggi
terdapat pada Kabupaten Batang Hari dengan rasio 92,40 per 100.000
penduduk dan yang terendah adalah Kabupaten Kerinci dengan rasio
43,57 per 100.000 penduduk,

untuk lebih jelas dapat melihat pada

lampiran tabel 74 78.

114

2. Persebaran Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan


Sumber Daya Manusia Kesehatan di Provinsi Jambi terdiri dari SDM
Kesehatan yang bertugas di unit kesehatan (sarana pelayanan dan
non pelayanan) diprovinsi dan kabupaten/ kota, dengan status
kepegawaian PNS, CPNS, PTT, TNI/ POLRI dan swasta. SDM
Kesehatan tersebut bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan unit
pelaksana teknis (UPT), Dinas Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/
Poliklinik dan sarana kesehatan lainnya milik pemerintah pusat,
pemerintah daerah, swasta dan TNI/ POLRI.

Dari data yang diterima tercatat sebanyak 12.499 orang yang terdiri
dari 10.087 orang tenaga kesehatan dan 2.412 orang tenaga non
kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari 873 orang tenaga medis,
6.689 orang tenaga keperawatan (4.430 orang tenaga perawatan dan
gigi, 2.259 orang tenaga bidan), 628 orang tenaga kefarmasian, 1.105
orang tenaga kesehatan masyarakat, 196 orang tenaga gizi, 66 orang
tenaga keterapian fisik 530 orang keteknisan medis.

Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan


masyarakat, kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya
manusia yang dimiliki, terutama ketersedian tenaga kesehatan. Pada
tahun 2010 terdapat 5.684 orang yang bertugas di puskesmas dengan
rincian 5.382 orang tenaga kesehatan dan 302 orang tenaga non
kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum yang
bertugas di puskesmas sebanyak 300 orang, bila dibandingkan jumlah
puskesmas yang terdata tenaganya (172 puskesmas) dengan jumlah
dokter, maka
puskesmas.

rasio

dokter umum adalah 1,7 dokter umum per

Jumlah dokter gigi di Puskesmas pada tahun 2010

sebanyak 86 orang, bila dibandingkan dengan seluruh puskesmas


maka dapat diartikan bahwa belum seluruh puskesmas memiliki dokter
gigi. Rasio dokter gigi terhadap puskesmas yaitu 0,5 per puskesmas.

115

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Salah

satu

komponen

sumber

daya

yang

diperlukan

dalam

menjalankan pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan.


Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan pembiayaan
yang bersumber dari masyarakat.

1. Anggaran Kesehatan Provinsi


Anggaran Kesehatan APBD Provinsi

Jambi dibagi berdasarkan

program/ kegiatan kesehatan yang terdiridari Dinas Kesehatan


Provinsi, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa. Program/
kegiatan yang bersifat promotif yaitu promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat diberikan pada Dinas Kesehatan.
Sedangkan program/ kegiatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
diberikan pada Rumah Sakit.
Tabel 5.1
Alokasi Anggaran Kesehatan terhadap APBD Provinsi Jambi
Tahun 2010
No

Peruntukan Dana

1.

Alokasi

Total APBD Provinsi


Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Jumlah

APBD Dinkes Provinsi


Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Jumlah
APBD RSU Provinsi
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Jumlah

APBD RS Jiwa Provinsi


Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Jumlah

a.

b.

c.

Jumlah Total APBD Kesehatan


Persentase APBD Kesehatan terhadap
APBD Provinsi
Sumber : Pemprov Jambi, 2010

116

Rp.
Rp.
Rp.

704.193.192.490,39
800.760.708.277,61
1.504.953.900.768,00

Rp.
Rp.
Rp.

21.023.117.178,00
12.300.000.000,00
33.323.117.178,00

Rp.
Rp.
Rp.

41.675.236.670,00
48.170.000.000,00
89.845.236.670,00

Rp.
Rp.
Rp.

9.632.896.927,53
8.175.000.000,00
17.807.896.927,53

Rp.

140.976.250.775,53
9,37 %

Persentase anggaran kesehatan yang bersumber dari APBD


Provinsi

Jambi

untuk

bidang

kesehtan

berjumlah

Rp.

140.976.250.775,53 dengan persentase terhadap APBD Provinsi


sebesar 9,37 %. Anggaran terbesar diberikan untuk pelayanan
Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi yaitu sebesar
Rp. 89.845.236.670,00.

Selain anggaran bersumber dari APBD Provinsi, anggaran


kesehatan juga bersumber dari APBN dalam bentuk dana
dekonsentrasi, DAK, dan BOK. Informasi selengkapnya tentang
alokasi anggaran kesehatan di Provinsi Jambi tahun 2010 terdapat
pada lampiran tabel 79 .

Gambar 5.8
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jambi
Tahun 2010

BOK
17%

APBD Prov
58%

DAK
20%

APBD Prov
Dekon
DAK
BOK

Dekon
5%

Sumber ; Bidang Evdal, 2010

2. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat


Menurut data tahun 2010 hanya 39,1 % penduduk yang tercakup
oleh

jaminan

pembiayaan/

asuransi

kesehatan.

Persentase

penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan oleh program


jamnian pembiayaan/ asuransi disajikan pada gambar 5.9 menurut

117

sumber

pembiayaan

sampai

tahun

2010.

Data

mengenai

persentase penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan/ asuransi


kesehatan menurut kabupaten/ kota sampai tahun 2010 terdapat
pada Lampiran tabel 55.

Gambar 5.9
Persentase Yang Dilindungi Jaminan Kesehatan
Masyarakat/ Asuransi Kesehatan
Di Provinsi Jambi Tahun 2010

Askes
8%
Jamkesmas
25%

Jaminan
Kesehatan Lain
61%

Jamkesda
6%
Askes
Jamkesmas
Jamkesda
Jaminan Kesehatan Lain

Sumber ; Bidang PKM, 2010

Peserta

Jamkesmas

mendapatkan

pelayanan

kesehatan

komprehensif dan berjenjang dari pelayanan kesehatan dasar di


puskesmas dan jaringannya hingga pelayanan kesehatan
rujukan di Rumah Sakit. Pada tahun 2010 terdapat 172 unit
Puskesmas

di

seluruh

Provinsi

Jambi

yang

melayani

Jamkesmas. Untuk pelayanan kesehatan rujukan tersedia 12


Rumah Sakit yang persentase terbesarnya merupakan rumah
sakit umum dan khusus milik pemerintah sebanyak 3.038 orang

118

(4,08 %) secara keseluruhan peserta jamkesmas di layani oleh


rumah sakit pemerintah. Gambar 5.10 menunjukkan cakupan
pemberi pelayanan kesehatan rujukan peserta jamkesmas di
Provinsi Jambi tahun 2010.
Gambar 5.10
Cakupan Layanan Kesehatan Rujukan Peserta Jamkesmas
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Kerinci

5.22

Bungo

3.31

Batang Hari

2.94

Sarolangun

2.69

Tebo

1.78

Merangin

1.22

Muaro Jambi

0.95

Tanjab Barat

0.69

Tanjab Timur

0.54

Kota Jambi
Sungai Penuh
0

Sumber : Bidang PKM, 2010

Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan masyarakat miskin


dan hampir miskin terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah
melalui Kementrian Kesehatan dan beberapa pemerintah
daerah telah memberikan jaminan pelayanan kesehatan secara
gratis di puskesmas dan kelas III di rumah sakit bagi peserta
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Jumlah yang di
tanggung oleh program Jamkesmas pada tahun 2010 sebanyak
784.842 jiwa.

***

119

A. KEPENDUDUKAN
Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan
merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan
nasional, antara lain adalah ;

Pertama, kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan


pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang
dilakukan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina
dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan.
Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang
bersangkutan.

Kedua,

keadaan

dan

kondisi

kependudukan

yang

ada

sangat

mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.


Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang
memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat
kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi
pembangunan.

Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa


dalam jangka yang panjang. Karena

dampaknya baru terasa dalam

jangka waktu yang panjang, sering kali peranan penting penduduk dalam
pembangunan terabaikan. Sebagai contoh, beberpa ahli kesehatan
memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan

dampak negatif terhadap kesehatan seseorang selama 25 tahun kedepan


atau satu genarasi.

Gambar 6.1
Jumlah Penduduk Per Provinsi di Indonesia Tahun 2010
43

Jawa Barat
Jawa Timur
Jawa Tengah
Sumatera Utara
Banten
DKI Jakarta
Sulawesi Selatan
Lampung
Sumatera Selatan
Riau
Sumatera Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Aceh
Kalimantan Barat
Bali
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
D I Yogyakarta
Jambi
Papua
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
Bengkulu
Kepulauan Riau
Maluku
Kepulauan Bangka Belitung
Sulawesi Barat
Gorontalo
Maluku Utara
Papua Barat

37
32
13
11
10
8
8
7
6
5
5
5
4
4
4
4
4
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1

10

15

20

25

30

35

40

45
50
Millions

Sumber : BPS Pusat, 2010

Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk tahun


2010 yaitu sebanyak 237.641.326 jiwa terdiri dari 119.630.913 jiwa lakilaki dan 118.010.413 jiwa perempuan. Dimana jumlah penduduk Provinsi
Jambi berjumlah 3.092.265 jiwa, dengan 1.581.110 jiwa laki-laki dan
1.511.155 jiwa perempuan.

121

1. Laju Pertumbuhan Penduduk


Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk
memprediksi jumlah penduduk disuatu wilayah dimasa yang akan
dating. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang,
diketahui

pula

kebutuhan

dasar

penduduk

disegenap

bidang

kehidupan termasuk bidang kesehatan. Indikator tersebut biasa dikenal


dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk
dipengaruhi 3 faktor, yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk.
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat dilihat pada gambar
6.2 berikut.

Gambar 6.2
Laju Pertumbuhan Penduduk Per Provinsi
di Indonesia Tahun 1990 - 2000
Riau
Papua
Banten
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
B engkulu
Kalimantan Timur
Sulawesi Tengah
Sumatera Selatan
Kalimantan Barat
Jawa Barat
Jambi
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Gorontalo
Sulawesi Selatan
Nanggroe Aceh
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Sumatera Utara
Bali
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Sumatera Barat
Maluku Utara
DKI Jakarta
Maluku

4.35
3.22
3.21
3.15
2.99
2.97
2.81
2.57
2.39
2.29
2.03
1.84
1.82
1.64
1.59
1.49
1.46
1.45
1.33
1.32
1.31
1.17
0.97
0.94
0.72
0.7
0.63
0.48
0.17
0.08
0

Sumber : BPS Pusat, 2010

122

Laju pertumbuhan penduduk secara Nasional pada periode tahun 1990


2000 adalah sebesar 1,49. Pada gambar 6.2 dapat dilihat bahwa
Provinsi dengan laju pertumbuhan penduduknya yang tinggi hdala
Provinsi Riau dengan pertumbuhan 4,35, sedangkan paling kecil
dalah Provinsi Maluku dengan pertumbuhan 0,08. Sedangkan untuk
Provinsi Jambi masih berada ditengah dengan pertumbuhan 1,84.

2. Penduduk Menurut Kelompok Umur


Distribusi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin dan kelompok umur
dapat kita lihat pada piramida penduduk tahun 2010 seperti pada gambar
6.3. Indikator tentang struktur umur penduduk bermanfaat untuk
mengetahui piramida penduduk yang memberikan gambaran jumlah
penduduk pada usia-usia belum produktif (0-14), usia produktif (15-64)
dan tidak produktif lagi (65+). Jika ternyata jumlah penduduk usia produktif
lebih sedikit dibandingkan penduduk usia belum dan tidak produktif lagi,
maka beban tanggungan penduduk produktif di suatu wilayah akan besar.
Gambar 6.3
Piramida Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2010

TT/ Not State


75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4

15,000,000

10,000,000

5,000,000

0
Laki-Laki

Sumber : BPS Pusat, 2010

123

5,000,000
Perem puan

10,000,000

15,000,000

Dari komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa banyak


penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia
produktif.

Angka

ini

disebut

sebagai

angka

beban

tanggungan

(Dependency Ratio). Dependency Ratio Nasional tahun 2010 sebesar


51,33 mengandung arti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif
harus menanggung 51 orang penduduk tidak produktif yang terdiri dari 29
orang penduduk berumur kurang dari 15 tahun dan 5 orang penduduk
berumur lebih dari 65 tahun.

3. Indeks Pembangunan Manusia


Human Development Index (HDI) merupakan suatu ukuran gabungan tiga
dimensi tentang pembangunan manusia, yaitu panjang umur, dan
menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur
dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan memiliki standar
hidup yang layak (diukur dari penghasilan/ pengeluaran riil perkapita).

Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dipengaruhi oleh


perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan
capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dengan
melihat perkembangan angka IPM tiap tahun, tampaknya kemajuan yang
dicapai Provinsi Jambi dalam pembangunan manusia tidak terlalu
signifikan. Angka IPM Provinsi Jambi dalam 5 tahun terakhir hanya
mengalami sedikit peningkatan dari 70,95 pada tahun 2005 menjadi 72,45
pada tahun 2009.

Sedangkan IPM Indonesia dari tahun 2005 sampai

dengan tahun 2009 adalah 69,57 pada tahun 2005 menjadi 71,76 pada
tahun 2009. Dilihat dari peringkat rangking Provinsi Jambi pada tahun
2005 berada pada peringkat 11, kemudian naik menjadi peringkat 10 dan
pada tahun 2008 dan 2009 turun lagi menjadi peringkat ke 13.

124

Gambar 6.4
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Tahun 2005 s/d 2009
72
71.5
71
70.5
70
69.5
69
68.5
68

71.76

71.17
70.59
70.1
69.57

2005

2006

2007

2008

2009

Sumber : BPS Pusat, 2010

B. DERAJAT KESEHATAN
Angka kematian bayi merupakan indikator yang biasa digunakan untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi
maupun nasional. Banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam
menurunkan angka kematian bayi.

Gambar 6.5
Estimasi Angka Kematian Bayi
per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia
Tahun 1991 s/d 2007
80
70

JAMBI

74
68

68.3

NASIONA
L

60.2
57

60
50

46

40

39
34

35
32

30
20
10
0
1991

1994

1997

2003

2007

Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007

125

Secara nasional berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan


Indonesia (SDKI) terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991, pada tahun
1991 estimasi AKB nasional sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup,
sedangkan hasil SDKI 2007 estimasi AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran
hidup.

Angka

Kematian

Bayi

di

Provinsi

Jambi

menunjukkan

kecenderungan menurun juga dari tahun 1991 AKB di Provinsi Jambi


sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKB
Provinsi Jambi telah mencapai angka 39 per 1.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan angka nasional AKB Provinsi Jambi pada tahun
2007 masih berada di atas angka nasional.

Millenium Developmeant Goals (MDGs) menetapkan nilai normative


AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140,
sedang dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai < 20. Secara nasional
hasil SDKI 2007 terjadi penurunan AKABA di Indonesia. Pada tahun 1991
AKABA nasional adalah 97 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada
tahun 2007 AKABA adalah 44 per 1.000 kelahiran hidup.

AKABA Per 1.000 Kelahiran Hidup

Gambar 6.6
Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 Kelahiran Hidup
di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007
120
100

JAMBI
102
97

INDONESIA
87.5
81

80

62.4
58

60
40

51
46

47
44

20
0
1991

1994

1997

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

126

2002/2003

2007

Hasil SDKI 2007 AKI secara nasional menunjukkan kecenderungan


menurun pada tahun 1994 AKI nasional adalah 390 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup. Gambar 3.5 menunjukkan kecenderungan
penurunan AKI secara nasional dari tahun 1994 s/d tahun 2007 per
100.000 kelahiran hidup.

Gambar 6.7
Angka kematian Ibu (per 100.0000 Kelahiran hidup)
di Indonesia Tahun 1994 -2007
450
400

390
334

AKI Per 100.000 KH

350

307

300
228

250
200
150
100
50
0
1994

1997

2002

2007

Sumber : BPS, 2008

C. UPAYA KESEHATAN
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan, masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya
kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, dan atau masyarakat serta swata, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat.

127

Dalam pencapaian MDGs dan tujuan pembangunan kesehatan,


peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan
menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 Kelahiran
Hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
diperlukan upaya-upaya terkait seperti ; peningkatan akses antenatal
(cakupan ibu hamil K1), pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
(K4), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

***

128

RESUME PROFIL KESEHATAN


PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
NO
A.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

INDIKATOR

ANGKA/NILAI
L+P

Satuan

No. Lampiran

GAMBARAN UMUM
Luas Wilayah
Jumlah Desa/Kelurahan
Jumlah Penduduk
Rata-rata jiwa/rumah tangga
2
Kepadatan Penduduk /Km
Rasio Beban Tanggungan
Rasio Jenis Kelamin
Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf
Penduduk 10 tahun ke atas dengan pendidikan tertinggi
SMP+

B.
B.1
10
11
12
13
14
15
16
17

DERAJAT KESEHATAN
Angka Kematian
Jumlah Lahir Hidup
Angka Lahir Mati (dilaporkan)
Jumlah Bayi Mati
Angka Kematian Bayi (dilaporkan)
Jumlah Balita Mati
Angka Kematian Balita (dilaporkan)
Jumlah Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (dilaporkan)

B.2
18
19
20
21
22
23
24

Angka Kesakitan
AFP Rate (non polio) < 15 th
Angka Insidens TB Paru
Angka Prevalensi TB Paru
Angka kematian akibat TB Paru
Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR)
Success Rate TB Paru
Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani

1,581,110

1,511,155

96.9

97.7

47.8

41.1

0
#DIV/0!
#DIV/0!
0
#DIV/0!

124
127
0
0.00
0.00
0

0
#DIV/0!
#DIV/0!
0
#DIV/0!
78
118.0

53,435
1370
3,092,265
4.0
57.9
51.7
104.6
98.4

Km
Desa/Kel
Jiwa
Jiwa
2
Jiwa/Km

Tabel 1
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 1

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 2
Tabel 4

44.5 %

Tabel 5

66,111
5.1
63
1.0
96
1.5

2,12
78
101.83
79
103.29
0
2.91
0.00
65.89
0.00
94.17
0 16.1417616

Bayi
Bayi
per 1.000 KH
Balita
per 1.000 KH
Ibu
per 100.000 KH

Tabel 6
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 7
Tabel 7
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 8

per 100.000 pend <15thn


per 100.000 penduduk
per 100.000 penduduk
per 100.000 penduduk
%
%
%

Tabel 9
Tabel 10
Tabel 10
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13

NO
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
B.3
55
56
57

INDIKATOR
Jumlah Kasus Baru HIV
Jumlah Kasus Baru AIDS
Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya
Jumlah Kematian karena AIDS
Donor darah diskrining positif HIV
Persentase Diare ditemukan dan ditangani
Jumlah Kasus Baru Kusta (Pausi Basiler)
Jumlah Kasus Baru Kusta (Multi Basiler)
Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR)
Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun
Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta
Angka Prevalensi Kusta
Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB)
Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB)
Jumlah Kasus Difteri
Case Fatality Rate Difteri
Jumlah Kasus Pertusis
Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum)
Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum)
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum
Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum
Jumlah Kasus Campak
Case Fatality Rate Campak
Jumlah Kasus Polio
Jumlah Kasus Hepatitis B
Incidence Rate DBD
Case Fatality Rate DBD
Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence )
Case Fatality Rate Malaria
Angka Kesakitan Filariasis
Status Gizi
Bayi baru lahir ditimbang
Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Balita Gizi Baik

0
0
244
1
0.07
0.00
20
64
5
11.90
0.00
0.00
0.00
0.00
13

0
0
225
0
0.00
0.00
11
27
3
23.68
15.79
0.00
0.00
0.00
9

56
4

38
2

0
0
0.00
0.00
0.00
0.00
0

0
0
0.00
0.00
0.00
0.00
0

0
-

0
-

ANGKA/NILAI
L+P
Satuan
243 Kasus
249 Kasus
469 Kasus
1 Jiwa
0.05 %
59.86 %
31 Kasus
91 Kasus
4 per 100.000 penduduk
15.57 %
4.92 %
0.59 per 10.000 Penduduk
100.00 %
48.92 %
22 Kasus
0%
94 Kasus
6 Kasus
0%
0 Kasus
#DIV/0! %
383 Kasus
0%
18 Kasus
9 Kasus
5.40 per 100.000 penduduk
0.60 %
7.87 per 1.000 penduduk
0.10 %
10 per 100.000 penduduk

100 %
0.78 %
96.18 %

No. Lampiran
Tabel 14
Tabel 14
Tabel 14
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 17
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 21
Tabel 21
Tabel 21
Tabel 21
Tabel 21
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 22
Tabel 22
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 24
Tabel 25

Tabel 26
Tabel 26
Tabel 27

NO

INDIKATOR

58 Balita Gizi Kurang


59 Balita Gizi Buruk
C.
C.1
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86

UPAYA KESEHATAN
Pelayanan Kesehatan
Kunjungan Ibu Hamil (K1)
Kunjungan Ibu Hamil (K4)
Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan
Pelayanan Ibu Nifas
Ibu hamil dengan imunisasi TT2+
Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3
Bumil Risti/Komplikasi ditangani
Neonatal Risti/Komplikasi ditangani
Bayi Mendapat Vitamin A
Anak Balita Mendapat Vitamin A
Ibu Nifas Mendapat Vitamin A
Peserta KB Baru
Peserta KB Aktif
Kunjungan Neonatus 1 (KN 1)
Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap)
Kunjungan Bayi (minimal 4 kali)
Desa/Kelurahan UCI
Cakupan Imunisasi Campak Bayi
Drop-Out Imunisasi DPT1-Campak
Bayi yang diberi ASI Eksklusif
Pemberian MP-ASI pada anak 6-23 bulan dari Gakin
Cakupan Pelayanan Anak Balita (minimal 8 kali)
Balita ditimbang
Balita berat badan naik
Balita berat badan di bawah garis merah (BGM)
Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan
Setingkat
87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan
Setingkat

ANGKA/NILAI
L+P
2.27 %
0.66 %

P
-

96
88.10
86.78
76.18
72.54
73.89
34.73
86.04

0
0

0
0

Satuan

No. Lampiran
Tabel 27
Tabel 27

%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%

Tabel 28
Tabel 28
Tabel 28
Tabel 28
Tabel 29
Tabel 30
Tabel 31
Tabel 31
Tabel 32
Tabel 32
Tabel 32
Tabel 35
Tabel 35
Tabel 36
Tabel 36
Tabel 37
Tabel 38
Tabel 39
Tabel 39
Tabel 41
Tabel 42
Tabel 43
Tabel 44
Tabel 44
Tabel 44
Tabel 45
Tabel 46

77.12 %

Tabel 47

20.72
48.59
62.69
29.20
107.87
94.48
85.67
89.48
88.61
95.74
8.10
33.04
25.89
52.41
59.03
84
1
13.99
83.87

NO
88
89
90
91
92
93
94
95
96

INDIKATOR
Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +)
Sarkes dgn kemampuan yan. gadar level 1
Desa/Kel. terkena KLB ditangani < 24 jam
Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap
SD/MI yang melakukan sikat gigi massal
SD/MI yang mendapat pelayanan gigi
Murid SD/MI Diperiksa (UKGS)
Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS)
Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


97 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kes. Pra Bayar
98 Penduduk Miskin (dan hampir miskin) dicakup
Askeskin/Jamkesmas
99 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 1
100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 2&3
101 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 1
102 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 2&3
103 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan
104 Cakupan Kunjungan Rawat Inap
105 Gross Death Rate (GDR) di RS
106 Nett Death Rate (NDR) di RS
107 Bed Occupation Rate (BOR) di RS
108 Length of Stay (LOS) di RS
109 Turn of Interval (TOI) di RS
C.3 Perilaku Hidup Masyarakat
110 Rumah Tangga ber-PHBS
C.4 Keadaan Lingkungan

L
88.27

P
89.35

0.06

0.06

29.67
51.91

25.95
51.84

ANGKA/NILAI
L+P
88.79 %
100.00 %
100.00 %
0.08
6.31 sekolah
8.50 sekolah
40.05 %
65.88 %

51.91

51.84

65.88 %

Tabel 53

39.07 %

Tabel 55

82.23 %
41.01 %

Tabel 56

Satuan

No. Lampiran
Tabel 48
Tabel 49
Tabel 51
Tabel 52
Tabel 49
Tabel 49
Tabel 53
Tabel 53

Tabel 56

4.08 %

0.36 %

0.74 %

Tabel 56
Tabel 57

4.61
0.12
-

3.94
0.10
-

4.28
0.11
3.29
1.25
3.96
4.14

%
%
per 100.000 pasien keluar
per 100.000 pasien keluar
%
Hari
Hari

#REF! %

Tabel 57
Tabel 58
Tabel 58
Tabel 59
Tabel 59
Tabel 60
Tabel 60
Tabel 60

Tabel 61

NO

INDIKATOR

111
112
113
114
115
116
117
118

Rumah Sehat
Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes
Keluarga dengan sumber air minum terlindung
Keluarga memiliki Jamban Sehat
Keluarga memiliki Tempat Sampah Sehat
Keluarga memiliki Pengelolaan Air Limbah Sehat
TUPM Sehat
Institusi dibina kesehatan lingkungannya

D.
D.1
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131

SUMBERDAYA KESEHATAN
Sarana Kesehatan
Jumlah Rumah Sakit Umum
Jumlah Rumah Sakit Khusus
Jumlah Puskesmas Perawatan
Jumlah Puskesmas non-Perawatan
Jumlah Apotek
Sarkes yang memiliki laboratorium kesehatan
Sarkes yang memiliki 4 spesialis dasar
Jumlah Posyandu
Posyandu Aktif
Rasio posyandu per 100 balita
Jumlah Desa Siaga
Desa Siaga Aktif
Jumlah Poskesdes

D.2
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141

Tenaga Kesehatan
Jumlah Dokter Spesialis
Rasio Dokter Spesialis
Jumlah Dokter Umum
Rasio Dokter Umum
Jumlah Dokter Gigi
Jumlah Bidan
Rasio Bidan per 100.000 penduduk
Jumlah Perawat
Jumlah Tenaga Kefarmasian
Jumlah Tenaga Gizi

984.00
-

1,275.00
71.24
-

ANGKA/NILAI
L+P
93.37 %
38.18 %
308.06 %
29.53 %
40.81 %
6.34 %
48.46 %
42.66 %

Satuan

19.00
2.00
69.00
103.00
46.00
100.00
26.32
3,212.00
98.63
1.00
1,320.00
97.12
560.00

%
%
Posyandu
%
per 100 balita
Desa
%
Poskesdes

143.00
4.59
592.00
18.30
138.00
2,259.00

Orang
per 100.000 penduduk
Orang
per 100.000 penduduk
Orang
Orang

4,434.00 Orang
628.00 Orang
196.00 Orang

No. Lampiran
Tabel 62
Tabel 63
Tabel 65
Tabel 66
Tabel 66
Tabel 66
Tabel 67
Tabel 68

Tabel 70
Tabel 70
Tabel 70
Tabel 70
Tabel 70
Tabel 71
Tabel 71
Tabel 72
Tabel 72
Tabel 72
Tabel 73
Tabel 73
Tabel 73

Tabel 74
Tabel 74
Tabel 74
Tabel 74
Tabel 74
Tabel 75
Tabel 75
Tabel 75
Tabel 76
Tabel 76

NO

INDIKATOR

142
143
144
145

Jumlah Tenaga Kesmas


Jumlah Tenaga Sanitasi
Jumlah Tenaga Teknisi Medis
Jumlah Fisioterapis

D.3
146
147
148

Pembiayaan Kesehatan
Total Anggaran Kesehatan
APBD Kesehatan thd APBD Kab/Kota
Anggaran Kesehatan Perkapita

P
-

ANGKA/NILAI
L+P
657.00 Orang
448.00 Orang
530.00 Orang
66.00 Orang

######### Rp
2.88 %
157,149.43 Rp

Satuan

No. Lampiran
Tabel 77
Tabel 77
Tabel 78
Tabel 78

Tabel 79
Tabel 79
Tabel 79

TABEL 1
LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,
DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Badan Pusat Statistik Provinsi
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

LUAS
WILAYAH
2
(km )
3

JUMLAH
KECAMATAN

DESA

KELURAHAN

DESA+KEL.

JUMLAH
PENDUDUK

JUMLAH
RUMAH
TANGGA

RATA-RATA
JIWA/RUMAH
TANGGA

KEPADATAN
PENDUDUK

10

11

per km

4,160.85
6,380.00
7,820.00
4,983.00
6,147.00
4,870.00
5,330.00
7,160.00
6,340.00
205.38
39.15

12
24
10
8
11
11
13
12
17
8
5

207
203
132
100
145
73
64
100
133
65

2
10
9
13
5
20
6
5
12
62
4

209
213
141
113
150
93
70
105
145
62
69

229,495
333,206
246,245
241,334
342,952
205,272
278,741
297,735
303,135
531,857
82,293

67,017
81,828
59,285
58,761
85,199
51,462
71,228
73,314
73,912
126,829
21,795

3.42
4.07
4.15
4.11
4.03
3.99
3.91
4.06
4.10
4.19
3.78

55.16
52.23
31.49
48.43
55.79
42.15
52.30
41.58
47.81
2,589.62
2,101.99

53,435.38

131

1,222

148

1,370

3,092,265

770,630

4.01

57.87

TABEL 2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR,
RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN, DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH
PENDUDUK
3

JUMLAH PENDUDUK
0-4

5-14

LAKI-LAKI
15-44
45-64
6

>=65
8

JUMLAH
9

0-4

5-14

10

11

PEREMPUAN
15-44
45-64
12

13

>=65
14

JUMLAH
15

RASIO
RASIO
BEBAN
JENIS
TANG
KELAMIN
GUNGAN
16

17

229,495
333,206
246,245
241,334
342,952
205,272
278,741
297,735
303,135
531,857
82,293

13,234
19,306
13,158
13,451
18,594
10,290
16,795
16,910
15,096
24,903
3,508

22,983
35,557
25,959
25,857
35,063
20,273
34,542
32,006
31,547
47,244
8,743

57,901
86,538
64,171
62,218
93,886
52,388
68,010
77,474
78,779
141,864
21,414

15,936
25,192
18,986
17,851
25,270
17,211
21,104
22,897
25,073
43,150
5,756

4,512
4,513
3,522
4,138
4,899
5,197
4,324
4,605
4,960
10,941
1,411

114,566
171,106
125,796
123,515
177,712
105,359
144,775
153,892
155,455
268,102
40,832

11,360
16,801
13,892
12,181
17,724
9,866
14,906
15,041
14,137
24,522
6,161

22,243
31,492
24,157
24,559
32,984
19,714
31,515
28,090
30,058
48,520
9,507

58,478
83,498
60,392
59,544
88,478
49,806
65,506
74,745
76,253
142,767
18,802

17,103
23,250
17,286
16,858
21,574
16,004
18,138
20,316
20,946
39,521
5,708

5,745
7,059
4,722
4,677
4,480
4,523
3,901
5,651
6,286
8,425
1,283

114,929
162,100
120,449
117,819
165,240
99,913
133,966
143,843
147,680
263,755
41,461

53.59
52.51
53.10
54.24
49.62
51.59
61.35
52.35
50.78
44.80
59.24

99.68
105.56
104.44
104.83
107.55
105.45
108.07
106.99
105.26
101.65
98.48

3,092,265

165,245

319,774

804,643

238,426

53,022

1,581,110

156,591

302,839

778,269

216,704

56,752

1,511,155

51.73

104.63

Sumber: - Badan Pusat Statistik Provinsi


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Catatan : Jumlah kolom 3 = jumlah kolom 9 + jumlah kolom 15, yaitu sebesar:

3,092,265

TABEL 3
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KELOMPOK UMUR (TAHUN)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

0-4
5-9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75+
JUMLAH

Sumber: - Badan Pusat Statistik Provinsi


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI

PEREMPUAN

LAKI-LAKI+PEREMPUAN

165,245
164,070
155,704
137,956
140,802
154,307
142,870
124,677
104,031
86,606
70,938
49,476
31,406
21,954
15,376
15,692

156,591
155,159
147,680
133,375
142,777
152,920
135,097
117,254
96,846
81,216
63,859
41,850
29,779
21,726
16,375
18,651

321,836
319,229
303,384
271,331
283,579
307,227
277,967
241,931
200,877
167,822
134,797
91,326
61,185
43,680
31,751
34,343

1,581,110

1,511,155

3,092,265

TABEL 4
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA
2

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

LAKI-LAKI
MELEK
JUMLAH
HURUF
3

JUMLAH PENDUDUK USIA 10 KE ATAS


PEREMPUAN
LAKI-LAKI + PEREMPUAN
MELEK
MELEK
JUMLAH
%
JUMLAH
%
HURUF
HURUF

10

11

92,473
131,753
98,909
98,018
139,903
85,984
114,682
122,861
122,462
213,047
31,703

91,268
130,347
96,127
97,804
136,848
81,656
114,201
119,606
120,985
211,919
31,529

98.70
98.93
97.19
99.78
97.82
94.97
99.58
97.35
98.79
99.47
99.45

96,490
134,245
92,838
94,651
133,071
75,461
99,378
108,865
115,696
215,150
33,560

91,776
131,239
88,780
89,322
126,449
72,558
97,861
106,961
109,030
214,666
33,265

95.11
97.76
95.63
94.37
95.02
96.15
98.47
98.25
94.24
99.78
99.12

188,963
265,998
191,747
192,669
272,974
161,445
214,060
231,726
238,158
428,197
65,263

183,044
261,586
184,907
187,126
263,297
154,214
212,062
226,567
230,015
426,585
64,794

96.87
98.34
96.43
97.12
96.45
95.52
99.07
97.77
96.58
99.62
99.28

1,251,795

1,232,290

98.44

1,199,405

1,161,907

96.87

2,451,200

2,394,197

97.67

Sumber: - Badan Pusat Statistik Provinsi


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 5
PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
LAKI-LAKI
NO

TIDAK/
TIDAK/
KABUPATEN/KOTA BELUM BELUM
PERNAH TAMAT
SEKOLAH SD/MI

SD/MI

SMP/
MTs
6

PEREMPUAN

AK/
SMA/
UNIVER
DIPLOM
SMK/ MA
SITAS
A
7

JUMLAH

10

TIDAK/
BELUM
PERNAH
SEKOLA
H
11

TIDAK/
BELUM
TAMAT
SD/MI
12

SD/MI

13

SMP/
MTs
14

SMA/
SMK/ MA
15

LAKI-LAKI + PEREMPUAN
AK/
UNIVER
DIPLO
SITAS
MA
16

17

JUMLAH

18

TIDAK/
TIDAK/
BELUM
BELUM
PERNAH TAMAT
SEKOLAH SD/MI
19

20

SD/MI

21

SMP/
MTs
22

SMA/
SMK/ MA
23

AK/
UNIVER
DIPLO
SITAS
MA
24

25

JUMLAH

26

KERINCI

4,212

20,798

26,581

17,568

16,978

2,212

4,124

92,473

10,685

25,768

22,110

19,467

14,397

2,075

1,988

96,490

14,897

46,566

48,691

37,035

31,375

4,287

6,112

188,963

MERANGIN

4,592

23,097

49,353

25,332

23,115

2,251

4,013

131,753

13,731

24,765

46,409

25,957

16,400

3,519

3,464

134,245

18,323

47,862

95,762

51,289

39,515

5,770

7,477

265,998

SAROLANGUN

3,153

23,052

30,120

18,608

20,532

1,354

2,090

98,909

9,524

26,948

25,427

15,573

11,447

2,259

1,660

92,838

12,677

50,000

55,547

34,181

31,979

3,613

3,750

191,747

BATANGHARI

2,191

23,667

32,140

18,490

18,413

1,183

1,934

98,018

10,608

22,638

29,030

16,572

12,330

1,659

1,814

94,651

12,799

46,305

61,170

35,062

30,743

2,842

3,748

192,669

MUARO JAMBI

2,758

25,597

35,420

36,092

35,750

1,102

3,184

139,903

6,070

27,082

44,700

28,397

20,414

3,266

3,142

133,071

8,828

52,679

80,120

64,489

56,164

4,368

6,326

272,974

TANJAB TIMUR

5,527

29,947

29,368

12,715

7,200

425

802

85,984

12,091

25,776

19,431

11,472

5,601

491

599

75,461

17,618

55,723

48,799

24,187

12,801

916

1,401

161,445

TANJAB BARAT

2,568

28,340

35,529

24,032

20,291

1,214

2,708

114,682

8,264

29,881

27,544

16,236

12,832

2,147

2,474

99,378

10,832

58,221

63,073

40,268

33,123

3,361

5,182

214,060

TEBO

3,789

24,838

45,773

26,461

19,364

1,046

1,590

122,861

9,284

26,669

34,535

22,655

12,039

1,798

1,885

108,865

13,073

51,507

80,308

49,116

31,403

2,844

3,475

231,726

BUNGO

1,230

23,225

37,250

26,270

29,210

1,759

3,518

122,462

5,728

24,233

36,112

22,301

21,090

3,079

3,153

115,696

6,958

47,458

73,362

48,571

50,300

4,838

6,671

238,158

10 KOTA JAMBI

1,404

27,620

37,997

38,616

84,484

5,214

17,712

213,047

6,382

34,609

44,923

37,559

69,140

7,817

14,720

215,150

7,786

62,229

82,920

76,175

153,624

13,031

32,432

428,197

456

5,543

6,635

5,473

10,202

1,283

2,111

31,703

1,984

8,012

5,241

6,474

8,537

1,842

1,470

33,560

2,440

13,555

11,876

11,947

18,739

3,125

3,581

65,263

31,880

255,724

366,166

249,657

285,539

19,043

43,786

1,251,795

94,351

276,381

335,462

222,663

204,227

29,952

36,369

1,199,405

126,231

532,105

701,628

472,320

489,766

48,995

80,155

2,451,200

11 KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

Sumber: - Badan Pusat Statistik


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 6
JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH
PUSKESMAS

JUMLAH PROVINSI
ANGKA LAHIR MATI (DILAPORKAN)

LAKI-LAKI
HIDUP

MATI

HIDUP +
MATI

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

JUMLAH KELAHIRAN
PEREMPUAN
HIDUP +
HIDUP
MATI
MATI
7

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
#DIV/0!

10

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
#DIV/0!

LAKI-LAKI + PEREMPUAN
HIDUP +
HIDUP
MATI
MATI

11

12

4,555
7,139
4,463
5,580
7,090
5,082
6,339
5,888
6,853
11,540
1,582

32
75
48
47
29
17
33
10
18
24
6

4,587
7,214
4,511
5,627
7,119
5,099
6,372
5,898
6,871
11,564
1,588

66,111

339
5.1

66,450

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi

TABEL 7
JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
JUMLAH KEMATIAN
NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

LAKI - LAKI

ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN)

LAKI - LAKI + PEREMPUAN

BAYI

ANAK
BALITA

BALITA

BAYI

ANAK
BALITA

BALITA

BAYI

ANAK
BALITA

BALITA

10

11

12

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

PEREMPUAN

#DIV/0!

#DIV/0!

#DIV/0!

#DIV/0!

#DIV/0!

#DIV/0!

4
34
-

7
10
-

2
1

2
4
3

6
2
3
8
3

11
44

5
2
-

4
5
3
6
2
8
10
3

63

33

96

0.95

0.50

1.45

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan : Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi

TABEL 8
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH
PUSKESMAS LAHIR
HIDUP
3

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

4,555
7,139
4,463
5,580
7,090
5,082
6,339
5,888
6,853
11,540
1,582

JUMLAH PROVINSI
172
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN)

66,111

JUMLAH KEMATIAN IBU


KEMATIAN IBU HAMIL
KEMATIAN IBU BERSALIN
KEMATIAN IBU NIFAS
< 20 20-34 35 JUML < 20 20-34 35 JUML < 20 20-34 35 JUML
Thn
Thn
Thn
AH
Thn
Thn
Thn
AH
Thn
Thn
Thn
AH
5

10

11

1
5
2
1
2
3
3
2
3
-

22

13

14

15

2
4
3
1
6
1
10
7
2
2
1

12

39

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi

16

1
3
4
1
2
4
2
-

17

JUMLAH KEMATIAN IBU


< 20 20-34 35
JUMLAH
Thn
Thn
Thn
17

18

19

20

4
12
9
3
6
3
15
14
4
7
1

78
118.0

TABEL 9
JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) DAN AFP RATE (NON POLIO) MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH

JUMLAH PENDUDUK <15

JUMLAH KASUS

AFP RATE

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
AFP RATE (NON POLIO)

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

69,820
103,156
77,166
76,048
104,365
60,143
97,758
92,047
90,838
145,189
27,919

2
2
1
0
2
3
2
1
1
5
0

2,00
2,00
2,00
0.00
2,00
3,00
1,51
2,00
1,00
3,33
0,00

944,449

19
2.01

2,12

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di di RS

Catatan : Jumlah kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 3, yaitu sebesar:

944,449

TABEL 10
JUMLAH KASUS BARU TB PARU DAN KEMATIAN AKIBAT TB PARU MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
JUMLAH KASUS TB PARU
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH PENDUDUK

KASUS BARU

KASUS LAMA

KASUS BARU +
KASUS LAMA
L
P
L+P

L+P

L+P

L+P

10

11

12

13

14

15

125
113
117
60
127
81
128
86
150
180
24
1,191

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

114,566
171,106
125,796
123,515
177,712
105,359
144,775
153,892
155,455
268,102
40,832

114,929
162,100
120,449
117,819
165,240
99,913
133,966
143,843
147,680
263,755
41,461

229,495
333,206
246,245
241,334
342,952
205,272
278,741
297,735
303,135
531,857
82,293

107
168
163
129
206
155
207
145
259
376
52

125
113
117
59
127
80
127
86
150
174
24

232
281
280
188
333
235
334
231
409
550
76

0
3
0
3
3
2
0
5
14
6
0

0
0
0
1
0
1
1
0
0
6
0

0
3
0
4
3
3
1
5
14
12
0

107
171
163
132
209
157
207
150
273
382
52

172

1,581,110

1,511,155

3,092,265

1,967

1,182

3,149

36

45

2,003

124.4

78.2

101.8

ANGKA INSIDENS PER 100.000 PENDUDUK


Sumber: - Laporan Bidang P2PL
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
3,092,265
Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar:

PREVALENSI
(PER 100.000
PENDUDUK)

JUMLAH
KEMATIAN AKIBAT
TB PARU
L
P
L+P

L+P

16

17

18

232
284
280
192
336
238
335
236
423
562
76

93.4
99.9
129.6
106.9
117.6
149.0
143.0
97.5
175.6
142.5
127.4

108.8
69.7
97.1
50.9
76.9
81.1
95.5
59.8
101.6
68.2
57.9

101.1
85.2
113.7
79.6
98.0
115.9
120.2
79.3
139.5
105.7
92.4

3,194

126.7

78.8

103.3

90

KEMATIAN PER 100.000 PENDUDUK

0.0

0.0

2.9

19

20

21

4
15
5
8
4
14
12
10
2
11
5

TABEL 11
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPTEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

TB PARU

JUMLAH PERKIRAAN
KASUS BARU

KLINIS

BTA (+)

L+P

L+P

L+P

10

11

12

ANGKA PENEMUAN KASUS


(CDR)
L
P
L+P
13

14

15

KERINCI

18

380

17

11

28

107

125

232

61.05

MERANGIN

18

487

18

24

42

168

113

281

57.70

SAROLANGUN

12

356

11

17

163

117

280

78.65

BATANGHARI

16

362

17

16

33

129

59

188

51.93

MUARO JAMBI

18

507

19

23

206

127

333

65.68

TANJAB TIMUR

17

342

16

155

80

235

68.71

TANJAB BARAT

16

426

14

21

207

127

334

78.40

TEBO

14

442

11

145

86

231

52.26

BUNGO

18

466

14

23

259

150

409

87.77

10 KOTA JAMBI

20

875

26

27

53

376

174

550

62.86

136

11

52

24

76

55.88

4,779

155

123

278

1,967

1,182

3,149

65.89

11 KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

172

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

TABEL 12
JUMLAH KASUS DAN KESEMBUHAN TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2009
TB PARU
BTA (+) DIOBATI
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

KESEMBUHAN
L

L+P

JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

84
150
108
101
227
172
222
122
183
299
27

73
78
57
69
130
110
118
78
128
188
21

157
228
165
170
357
282
340
200
311
487
48

172

1,695

1,050

2,745

L+P

ANGKA
KESUKSESAN
(SUCCESS RATE/SR)

L+P

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

L+P

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0

PENGOBATAN LENGKAP

0.00

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

147
154
144
150
342
240
300
182
309
450
40

93.63
67.54
87.27
88.24
95.80
85.11
88.24
91.00
99.36
92.40
83.33

0.00

2,458

89.54

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0

0.00

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

3
41
11
10
10
25
13
2
0
12
0

1.91
17.98
6.67
5.88
2.80
8.87
3.82
1.00
0.00
2.46
0.00

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

95.54
85.53
93.94
89,47
98.60
93.97
92.06
92.00
99.36
94.87
83.33

0.00

127

4.63

0.00

0.00

94.17

TABEL 13
PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

JUMLAH BALITA

JUMLAH PERKIRAAN
PENDERITA
L
P
L+P

L+P

PNEUMONIA PADA BALITA


PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
L
P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
10

11

12

13

14

%
15

KERINCI

18

13,234

11,360

24,594

1,323

1,136

2,459

0.0

0.0

112

4.6

MERANGIN

18

19,306

16,801

36,107

1,931

1,680

3,611

0.0

0.0

1,535

42.5

SAROLANGUN

12

13,158

13,892

27,050

1,316

1,389

2,705

0.0

0.0

79

2.9

BATANGHARI

16

13,451

12,181

25,632

1,345

1,218

2,563

0.0

0.0

184

7.2

MUARO JAMBI

18

18,594

17,724

36,318

1,859

1,772

3,632

0.0

0.0

221

6.1

TANJAB TIMUR

17

10,290

9,866

20,156

1,029

987

2,016

0.0

0.0

59

2.9

TANJAB BARAT

16

16,795

14,906

31,701

1,680

1,491

3,170

0.0

0.0

51

1.6

TEBO

14

16,910

15,041

31,951

1,691

1,504

3,195

0.0

0.0

251

7.9

BUNGO

18

15,096

14,137

29,233

1,510

1,414

2,923

0.0

0.0

892

30.5

10 KOTA JAMBI

20

24,903

24,522

49,425

2,490

2,452

4,943

0.0

0.0

1,760

35.6

3,508

6,161

9,669

351

616

967

0.0

0.0

51

5.3

172

165,245

156,591

321,836

16,525

15,659

32,184

0.0

5,195

16.1

11 KOTA SUNGAI PENUH


JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang P2PL
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

0.0

TABEL 14
JUMLAH KASUS BARU HIV, AIDS, DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
JUMLAH KASUS BARU
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

HIV
L

L+P

L+P

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

AIDS

1
2
0
2
8
2
5
4
4
215
0
0

243

INFEKSI MENULAR
SEKSUAL LAINNYA
L
P
L+P
10

11

12

2
6
1
8
17
2
4
2
11
196
0

0
21
3
6
106
3
0
14
2
0
89

0
6
0
0
125
0
0
7
3
0
84

0
27
3
6
231
3
0
21
5
0
173

249

244

225

469

JUMLAH KEMATIAN
AKIBAT AIDS
L

L+P

13

14

15

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

Ket: Jumlah kasus baru adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1

TABEL 15
PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV-AIDS MENURUT JENIS KELAMIN
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO
1

UNIT TRANSFUSI DARAH

JUMLAH PENDONOR

1 Unit Donor Darah PMI Kota Jambi

JUMLAH

L+P

L
JUMLAH

7,577

1,546

0
9,123

7,577

1,546

9,123

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA
P
L+P
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
7

10

11

L
JUMLAH

12

13

7,577

100.00

1,546

100.00

9,123

100.00

0.07

7,577

100.00

1,546

100.00

9,123

100.00

0.07

POSITIF HIV
P
JUMLAH
%
14

15

L+P
JUMLAH
%
16

17

0.00

0.05

0.05

TABEL 16
KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
DIARE
NO

KABUPATEN/KOTA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH
PUSKESMAS
3

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

JUMLAH PERKIRAAAN
KASUS

JUMLAH PENDUDUK

DIARE DITANGANI
P

L+P

L+P

L+P

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

12

13

14

15

114,566
171,106
125,796
123,515
177,712
105,359
144,775
153,892
155,455
268,102
40,832

114,929
162,100
120,449
117,819
165,240
99,913
133,966
143,843
147,680
263,755
41,461

229,495
333,206
246,245
241,334
342,952
205,272
278,741
297,735
303,135
531,857
82,293

4,846
7,238
5,321
5,225
7,517
4,457
6,124
6,510
6,576
11,341
1,727

4,861
6,857
5,095
4,984
6,990
4,226
5,667
6,085
6,247
11,157
1,754

9,708
14,095
10,416
10,208
14,507
8,683
11,791
12,594
12,823
22,498
3,481

172 1,581,110

1,511,155

3,092,265

66,881

63,922

130,803

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

0.0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

4,896
10,806
5,567
7,691
5,942
3,896
8,990
6,344
7,842
13,980
2,347

50.43
76.67
53.45
75.34
40.96
44.87
76.25
50.37
61.16
62.14
67.42

0.0

78,301

59.86

TABEL 17
JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
KASUS BARU
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS
3

Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering


0-14 TAHUN
15 TAHUN
L
P
L+P
L
P
L+P
L
4

KERINCI

18

MERANGIN

18

SAROLANGUN

12

BATANGHARI

16

MUARO JAMBI

18

TANJAB TIMUR

17

TANJAB BARAT

16

TEBO

14

BUNGO

18

10 KOTA JAMBI

20

11 KOTA SUNGAI PENUH


JUMLAH PROVINSI

10

11

13

14

15

16

17

18

JUMLAH
P
L+P

19

20

21

PB + MB
L

L+P

22

23

24

11

24

10

34

24

12

36

30

14

44

12

10

10

10

10

19

22

10

18

20

11

31

62

24

86

64

27

91

84

38

122

5.31

2.51

3.95

0
8

14

12

ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK
Sumber: - Laporan Bidang P2PL
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

12

Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah


0-14 TAHUN
15 TAHUN
L
P
L+P
L
P
L+P
L

5
172

JUMLAH
P
L+P

TABEL 18
KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

KASUS BARU
JUMLAH
PENDERITA KUSTA 0-14 TAHUN
PENDERITA KUSTA
PUSKESMAS
L
P
L+P
JUMLAH
JUMLAH
%
%
%
L
P
L+P JUMLAH
3

10

11

12

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

1
3
5
2
5
30
5
5
19
6
3

2
1
3
6
14
1
1
3
4
3

1
5
6
5
11
44
6
6
22
10
6

1
1
1
6
1
-

0.00
0.00
20.00
0.00
20.00
0.00
20.00
0.00
31.58
16.67
0.00

1
1
2
2
2
1
-

50.00
0.00
33.33
33.33
14.29
0.00
0.00
66.67
25.00
0.00

1
1
1
3
2
1
8
2
-

0.00
20.00
16.67
20.00
27.27
4.55
16.67
0.00
36.36
20.00
0.00

172

84

38

122

10

11.90

23.68

19

15.57

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

L
JUMLAH
13

CACAT TINGKAT 2
P
L+P
JUMLAH
% JUMLAH
%
%
14

15

16

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

1
1
1

0.00

17

18

50.00
100.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
100.00

1
1
1
3

100.00
20.00
16.67
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
50.00

15.79

4.92

TABEL 19
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA
2

JUMLAH
PUSKESMAS
3

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

L+P

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

172

ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK


Sumber: - Laporan Bidang P2PL
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

PB
P

KASUS TERCATAT
MB
L
P
L+P

2
1
1
3
9
1
11
3
-

31

JUMLAH
P

L+P

10

11

12

1
8
6
8
14
61
12
8
11
17
6

1
10
7
9
17
70
13
8
22
20
6

152

183

0.0

0.0

0.59

TABEL 20
PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA
2

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH
PUSKESMAS
3

KUSTA (PB)
PENDERITA PB
2009
L
L
P
L+P JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan : Penderita PB tahun X - 1, Penderita MB tahun X - 2
X = tahun data.

1
1
1
-

RFT PB
P

KUSTA (MB)
PENDERITA MB
2008
L
L
P
L+P JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

12

13

17

18

19

20

21

L+P

1
3

0.0
100.0
300.0

1
7

100.0
87.5

1
1

100.0
100.0

14

100.0

14

15

3
6
6
19
21
46
9
3
9
17
-

1
8

1
1

14

16

RFT MB
P

139

L+P

2
2
5
15
10
18
1
3
1
11
-

66.7
33.3
83.3
78.9
47.6
39.1
11.1
100.0
11.1
64.7
-

68

48.9

TABEL 21
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA
2

JUMLAH
PUSKESMAS
3

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
CASE FATALITY RATE (%)

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

DIFTERI
JUMLAH KASUS
L
P
L+P
4

PERTUSIS

JUMLAH KASUS PD3I


TETANUS (NON NEONATORUM)

MENINGGAL

L+P

10

JUMLAH KASUS
L
P
L+P
11

12

TETANUS NEONATORUM

MENINGGAL

13

14

JUMLAH KASUS
L
P
L+P
15

16

MENINGGAL

17

18

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

0
0
0
0
0
0
13
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
9
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
22
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
56
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
38
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
94
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

172

13

22

56

38

94

0.00

0.00

#DIV/0!

TABEL 22
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
JUMLAH KASUS PD3I
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS
L

CAMPAK
JUMLAH KASUS
P
L+P

POLIO
MENINGGAL

HEPATITIS B

L+P

L+P

10

11

12

13

KERINCI

18

MERANGIN

18

19

SAROLANGUN

12

BATANGHARI

16

13

MUARO JAMBI

18

19

TANJAB TIMUR

17

TANJAB BARAT

16

136

TEBO

14

BUNGO

18

10 KOTA JAMBI

20

192

11 KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

175

CASE FATALITY RATE (%)

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

383

0
0.0

18

TABEL 23
JUMLAH KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA JUMLAH PUSKESMAS


2

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK

JUMLAH KASUS

CFR (%)

L+P

L+P

L+P

10

11

12

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

MENINGGAL

0
0
0
2

0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0

15
15
3
17
115
0
0
0.0

0
0.0

167
5.4

0.0
0.0
0.0
0.0
#VALUE!
0.0
0.0
0.0
0.0
0.9
0.0
0.0

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

0.0

0.6

TABEL 24
KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

MALARIA
PENDERITA
TANPA PEMERIKSAAN DENGAN PEMERIKSAAN
MENINGGAL
SEDIAAN DARAH
SEDIAAN DARAH
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
5

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK


Sumber: - Laporan Bidang P2PL
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

51
2,705
3,362
1,069
1,602
591
2,663
3,968
1,293
0
51
0

17,355

10

11

12

75
5,568
338
4,269
4,536
61
672
1,438
824
6,552
3
0

24,336

0.0

0.0

7.87

CFR
L

L+P

13

14

15

0
2
0
0
0
0
1
1
1
36
0

0.00
0.02
0.00
0.00
0.00
0.00
0.03
0.02
0.05
0.55
0.00

41

0.10

TABEL 25
PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
PENDERITA FILARIASIS
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

KASUS BARU DITEMUKAN

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

L+P

L+P

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

JUMLAH PROVINSI
172
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA)

JUMLAH SELURUH KASUS

0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

2
11
3
58
126
57
22
6
5
10
0
0
0

0
0

300
10

TABEL 26
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS
3

JUMLAH LAHIR HIDUP

L+P

JUMLAH

BAYI BARU LAHIR DITIMBANG


P
L+P
%

JUMLAH

JUMLAH

10

11

BBLR
P

L
%

JUMLAH

12

13

JUMLAH

14

15

L+P
%

JUMLAH

16

17

18

KERINCI

18

4,555

4,555

100.0

87

1.9

MERANGIN

18

7,139

7,139

100.0

52

0.7

SAROLANGUN

12

4,463

4,463

100.0

56

1.3

BATANGHARI

16

5,580

5,580

100.0

56

1.0

MUARO JAMBI

18

7,090

7,288

102.8

58

0.8

TANJAB TIMUR

17

5,082

5,082

100.0

25

0.5

TANJAB BARAT

16

6,339

6,410

101.1

71

1.1

TEBO

14

5,888

5,888

100.0

58

1.0

BUNGO

18

6,853

6,853

100.0

17

0.2

10 KOTA JAMBI

20

11,540

11,540

100.0

32

0.3

1,582

1,582

100.0

0.2

66,111

66,380

100.4

515

0.8

11 KOTA SUNGAI PENUH


JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Yankes
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 27
STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
BALITA
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS
3

BALITA DITIMBANG

GIZI LEBIH
L

GIZI BAIK

L+P

GIZI KURANG

L+P

GIZI BURUK

L+P

L+P

L+P

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

KERINCI

18

11,804

40

0.34

10,562

89.48

1,175

9.95

27

0.23

MERANGIN

18

16,031

322

2.01

14,291

89.15

473

2.95

945

5.89

SAROLANGUN

12

8,335

177

2.12

7,805

93.64

316

3.79

37

0.44

BATANGHARI

16

13,642

96

0.70

13,323

97.66

211

1.55

12

0.09

MUARO JAMBI

18

26,067

298

1.14

25,628

98.32

124

0.48

17

0.07

TANJAB TIMUR

17

15,298

115

0.75

15,008

98.10

156

1.02

19

0.12

TANJAB BARAT

16

21,851

23

0.11

21,759

99.58

66

0.30

0.01

TEBO

14

20,536

152

0.74

20,172

98.23

195

0.95

17

0.08

BUNGO

18

22,754

270

1.19

21,930

96.38

522

2.29

32

0.14

10 KOTA JAMBI

20

25,231

0.00

24,456

96.93

650

2.58

125

0.50

5,865

163

2.78

5,319

90.69

373

6.36

10

0.17

172

187,414

1,656

0.88

180,253

96.18

4,261

2.27

1,244

0.66

11 KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 28
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
IBU HAMIL

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

JUMLAH

K1

K4

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

IBU BERSALIN
DITOLONG
JUMLAH
NAKES
9

10

%
11

JUMLAH
12

IBU NIFAS
MENDAPAT
YANKES
13

%
14

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

5,214
9,496
6,116
6,186
8,017
5,738
7,366
7,207
7,812
11,991
1,814

5,217
8,563
5,401
5,948
7,695
5,582
6,478
6,895
7,547
12,478
1,756

100.1
90.2
88.3
96.2
96.0
97.3
87.9
95.7
96.6
104.1
96.8

4,781
7,674
4,827
5,285
7,309
5,445
6,018
6,189
7,223
11,345
1,706

91.7
80.8
78.9
85.4
91.2
94.9
81.7
85.9
92.5
94.6
94.0

4,978
9,064
5,840
5,905
7,652
5,477
7,030
6,541
7,457
11,456
1,732

4,305
6,862
4,350
5,208
6,599
4,946
5,740
5,425
6,874
11,564
1,591

86.5
75.7
74.5
88.2
86.2
90.3
81.7
82.9
92.2
100.9
91.9

4,978
9,064
5,840
5,905
7,652
5,477
7,030
6,541
7,457
11,456
1,732

3,888
6,908
3,774
5,626
7,140
4,023
4,738
5,694
5,402
6,968
1,552

78.1
76.2
64.6
95.3
93.3
73.5
67.4
87.1
72.4
60.8
89.6

172

76,957

73,560

95.6

67,802

88.1

73,132

63,464

86.8

73,132

55,713

76.2

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 29
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

JUMLAH IBU
HAMIL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL


TT-1
JUMLAH

TT-2
JUMLAH

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

6,366
9,969
6,116
6,186
8,016
5,740
7,365
7,206
7,812
11,991
2,241

4,747
7,165
4,521
5,835
4,817
4,170
6,033
6,266
7,066
5,632
1,476

74.6
71.9
73.9
94.3
60.1
72.6
81.9
87.0
90.5
47.0
65.9

4,668
6,690
3,980
5,285
4,968
3,979
5,130
5,805
6,594
4,619
1,375

73.3
67.1
65.1
85,4
62.0
72,6
69.7
80.6
84.4
38.5
61.4

172

79,008

57,728

73.1

53,093

67.2

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TT-3
JUMLAH
9

%
10

0
1,730
0

1,730

21.6
2.2

TT-4
JUMLAH
11

TT-5
JUMLAH

%
12

13

%
14

TT2+
JUMLAH
%
15

16

0
44
0
0
382
53
0
0
253
1,561
59

0.4
4.8
0.9
3.2
13.0
2.6

4,668
6,734
3,980
5,426
7,080
4,032
5,130
5,805
6,847
6,180
1,434

73.3
67.5
65.1
87.7
88.3
70.2
69.7
80.6
87.6
51.5
64.0

2,630

3.3

57,316

72.5

TABEL 30
JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3
MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
FE1 (30 TABLET)

FE3 (90 TABLET)

NO

KABUPATN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

JUMLAH
IBU HAMIL

JUMLAH

JUMLAH

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Yankes
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

6,366
9,969
6,116
6,186
8,016
5,740
7,365
7,206
7,812
11,991
2,241

5,049
6,083
5,019
5,741
7,695
4,543
5,678
3,984
5,414
11,039
1,529

79.31
61.02
82.06
92.81
96.00
79.15
77.09
55.29
69.30
92.06
68.23

4,647
4,790
4,472
5,275
7,309
4,218
5,362
5,967
4,250
10,645
1,442

73.00
48.05
73.12
85.27
91.18
73.48
72.80
82.81
54.40
88.77
64.35

172

79,008

61,774

78.19

58,377

73.89

TABEL 31
JUMLAH DAN PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATAL RISIKO TINGGI/KOMPLIKASI DITANGANI
MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
BUMIL

NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA
2

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH
JUMLAH BUMIL RISTI/ RISTI/KOMPLIKAS
I DITANGANI
PUSKESMAS IBU HAMIL KOMPLIKASI
S
%
3

JUMLAH LAHIR HIDUP


L

L+P

L+P

10

11

12

13

NEONATAL RISTI/KOMPLIKASI DITANGANI

PERKIRAAN NEONATAL
RISTI/KOMPLIKASI

L+P

14

15

16

17

18

19

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

5,214
9,496
6,116
6,186
8,017
5,738
7,366
7,207
7,812
11,991
1,814

1,043
1,899
1,223
1,237
1,603
1,148
1,473
1,441
1,562
2,398
363

454
668
251
567
1242
661
343
742
208
149
60

43.5
35.2
20.5
45,8
77.5
57.6
23.3
51.5
13.3
6.2
16.5

4,555
7,139
4,463
5,580
7,090
5,082
6,339
5,888
6,853
11,540
1,582

683
1,071
669
837
1,064
762
951
883
1,028
1,731
237

111
136
175
103
258
580
168
367
62
58
37

16.2
12.7
26.1
12.3
24.3
76.1
17.7
41.6
6.0
3.4
15.6

172

76,957

15,391

5345

34.7

66,111

9,917

2,055

20.7

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 32
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH
PUSKESMAS
3

JUMLAH
L

L+P

BAYI
BAYI 6-11 BULAN MENDAPAT VIT A
L
P
L+P
%
%
%
S
S
S

13

14

10

11

12

JUMLAH

ANAK BALITA (1-4 TAHUN)


MENDAPAT VIT A 2X
L
P
L+P
L+P
%
%
S
S
S
15

16

17

18

19

20

%
21

IBU NIFAS
MENDAPAT
JUMLAH
VIT A
%
S
22

23

24

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

4,846
8,631
5,563
4,713
7,288
5,216
6,695
6,541
7,102
10,144
1,685

2,472
3,640
2,393
2,734
3,537
2,344
2,446
3,003
3,467
6,083
1,125

51.0
42.2
43.0
58.0
48.5
44.9
36.5
45.9
48.8
60.0
66.8

13,234
19,306
13,158
13,451
18,594
10,290
16,795
16,910
15,096
24,903
3,508

11,360
16,801
13,892
12,181
17,724
9,866
14,906
15,041
14,137
24,522
6,161

24,594
36,107
27,050
25,632
36,318
20,156
31,701
31,951
29,233
49,425
9,669

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

15,218
20,244
11,483
14,072
21,678
14,681
18,580
23,164
19,299
38,001
5,354

61.88
56.07
42.45
54.90
59.69
72.84
58.61
72.50
66.02
76.89
55.37

4,978
9,064
5,840
5,905
7,652
5,477
7,030
6,541
7,457
11,456
1,732

4,245
6,797
4,342
5,627
7,140
5,015
4,855
5,723
6,299
11,291
1,590

85.28
74.99
74.35
95.29
93.31
91.56
69.06
87.49
84.47
98.56
91.80

172

68,424

33,244

48.6

165,245

156,591

321,836

201,774

62.69

73,132

62,924

86.04

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 33
PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
PESERTA KB AKTIF
NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

NON MKJP

MKJP

JUMLAH
PUSKESMAS
IUD

MOP

MOW

IM PLAN

10

11

JUMLAH

12

13

SUNTIK

14

15

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

10,814
2,183
613
1,104
1,091
1,195
2,624
1,890
2,465
4,347
2,394

23.3
3.9
1.6
3.0
2.0
4.0
5.3
3.8
4.3
6.2
16.3

29
132
36
49
77
119
137
217
125
133
10

0.1
556
0.2
304
0.1
164
0.1
258
0.1
393
0.4
130
0.3
242
0.4
323
0.2
404
0.2 1,087
0.1
139

1.2
0.5
0.4
0.7
0.7
0.4
0.5
0.6
0.7
1.6
0.9

4,924
7,098
6,459
4,965
5,086
3,407
5,929
11,499
9,225
3,127
2,625

10.6
12.6
16.7
13.4
9.6
11.4
12.0
22.9
16.3
4.5
17.9

16,323
9,717
7,272
6,376
6,647
4,851
8,932
13,929
12,219
8,694
5,168

35.1
17.3
18.8
17.2
12.5
16.3
18.0
27.7
21.5
12.4
35.2

13,003
21,138
16,627
15,981
24,088
12,124
21,439
20,224
22,733
31,438
4,316

172

30,720

6.1

1,064

0.2 4,000

0.8

64,344

12.8 100,128

19.9

203,111

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

28.0
37.7
43.0
43.2
45.2
40.7
43.2
40.2
40.1
44.9
29.4

PIL

KON
DOM

OBAT
VAGINA

LAIN
NYA

16

17

18

19

20

21

22

23

16,281
22,734
13,998
13,714
21,164
11,532
16,588
14,213
19,858
26,928
4,932

35.0
422
40.5 1,200
36.2
383
37.1
434
39.7
638
38.7
575
33.4 1,248
28.3
860
35.0
913
38.4 1,434
33.6
128

0.9
2.1
1.0
1.2
1.2
1.9
2.5
1.7
1.6
2.0
0.9

40.4 181,942

36.2 8,235

1.6

0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0

451
1,332
419
483
715
694
1,385
1,077
1,038
1,567
138

0.0 9,299

1.0
2.4
1.1
1.3
1.3
2.3
2.8
2.1
1.8
2.2
0.9

JUMLAH

24

25

30,157
46,404
31,427
30,612
46,605
24,925
40,660
36,374
44,542
61,367
9,514

1.8 402,587

64.9
82.7
81.2
82.8
87.5
83.7
82.0
72.3
78.5
87.6
64.8

MKJP +
NON
MKJP

% MKJP +
NON
MKJP

26

27

46,480
56,121
38,699
36,988
53,252
29,776
49,592
50,303
56,761
70,061
14,682

100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

80.1 502,715

100.0

TABEL 34
PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
PESERTA KB BARU
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

NON MKJP

MKJP
IUD

MOP

MOW

IMPLAN

JUMLAH

SUNTIK

PIL

KONDOM

OBAT
VAGINA

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

1,102
597
178
131
247
297
359
253
429
731
176

9.5
4.2
1.7
1.6
1.8
2.6
2.1
1.6
2.5
5.0
5.5

0
19
1
5
0
19
12
19
22
35
0

0.0
0.1
0.0
0.1
0.0
0.2
0.1
0.1
0.1
0.2
0.0

42
10
38
77
31
16
9
15
39
85
2

0.4
0.1
0.4
1.0
0.2
0.1
0.1
0.1
0.2
0.6
0.1

955
857
920
908
1,419
889
766
1,673
1,166
543
482

8.2
6.0
8.6
11.3
10.4
7.7
4.5
10.6
6.9
3.7
15.2

172

4,500

3.3

132

0.1

364

0.3

10,578

7.7

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

2,099
1,483
1,137
1,121
1,697
1,221
1,146
1,960
1,656
1,394
660

18.1
10.3
10.7
14.0
12.4
10.6
6.7
12.4
9.8
9.6
20.8

4,882
6,601
5,581
3,848
6,184
5,075
6,092
7,607
8,618
8,076
1,347

42.1
46.0
52.4
48.0
45.2
44.2
35.4
48.0
50.8
55.7
42.4

3,996
5,498
3,352
2,809
4,880
4,135
8,443
5,078
5,862
4,077
1,015

34.4
38.3
31.5
35.0
35.7
36.0
49.1
32.1
34.6
28.1
31.9

312
379
285
119
457
516
755
584
403
459
79

2.7
2.6
2.7
1.5
3.3
4.5
4.4
3.7
2.4
3.2
2.5

15,574 11.3

63,911

46.5

49,145

35.8

4,348

3.2

LAIN
NYA

JUMLAH

21

22

23

24

25

%
MKJP + MKJP +
NON MKJP NON
MKJP
26

27

0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0

312
398
286
124
457
535
767
603
425
494
79

2.7
2.8
2.7
1.5
3.3
4.7
4.5
3.8
2.5
3.4
2.5

9,502
12,876
9,504
6,900
11,978
10,261
16,057
13,872
15,308
13,106
2,520

81.9
89.7
89.3
86.0
87.6
89.4
93.3
87.6
90.2
90.4
79.2

11,601
14,359
10,641
8,021
13,675
11,482
17,203
15,832
16,964
14,500
3,180

100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

0.0

4,480

3.3

121,884

88.7

137,458

100.0

TABEL 35
JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

JUMLAH PUS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Yankes
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

PESERTA KB AKTIF

PESERTA KB BARU
JUMLAH

JUMLAH

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

37,777
51,688
29,257
38,257
50,700
33,986
43,704
42,247
46,573
78,862
13,001

11,601
14,359
10,641
6,662
13,675
11,482
17,203
15,832
16,964
14,500
3,180

30.7
27.8
36.4
17.4
27.0
33.8
39.4
37.5
36.4
18.4
24.5

46,480
56,121
38,699
36,988
53,252
29,776
49,592
50,303
56,761
70,061
14,682

123.0
108.6
132.3
96.7
105.0
87.6
113.5
119.1
121.9
88.8
112.9

172

466,052

136,099

29.2

502,715

107.9

TABEL 36
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

JUMLAH BAYI LAHIR


HIDUP
L

L +P

KUNJUNGAN NEONATUS 1 KALI (KN1)


L
P
L+P
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
%
%
%
7

10

11

12

KUNJUNGAN NEONATUS 3 KALI (KN LENGKAP)


L
P
L+P
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
%
%
%
13

14

15

16

17

18

KERINCI

18

4,555

4,550

99.9

4,088

89.7

MERANGIN

18

7,139

6,703

93.9

6,529

91.5

SAROLANGUN

12

4,463

4,401

98.6

3,001

67.2

BATANGHARI

16

5,580

5,580

100.0

5,570

99.8

MUARO JAMBI

18

7,090

6,599

93.1

6,596

93.0

TANJAB TIMUR

17

5,082

5,006

98.5

3,666

72.1

TANJAB BARAT

16

6,339

5,834

92.0

4,699

74.1

TEBO

14

5,888

5,888

100.0

5,692

96.7

BUNGO

18

6,853

6,204

90.5

6,489

94.7

10 KOTA JAMBI

20

11,540

10,120

87.7

8,851

76.7

1,582

1,578

99.7

1,459

92.2

172

66,111

62,463

94.5

56,640

85.7

11 KOTA SUNGAI PENUH


JUMLAH PROVINSI

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 37
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

KUNJUNGAN BAYI (MINIMAL 4 KALI)

JUMLAH BAYI

JUMLAH
PUSKESMAS
L
4

P
5

L
L+P
6

JUMLAH
7

%
8

P
JUMLAH
9

%
10

L+P
JUMLAH
%
11
12

KERINCI

18

4,846

4,887

100.8

MERANGIN

18

8,631

7,081

82.0

SAROLANGUN

12

5,563

3,554

63.9

BATANGHARI

16

5,624

5,584

99.3

MUARO JAMBI

18

7,288

8,124

111.5

TANJAB TIMUR

17

5,216

4,281

82.1

TANJAB BARAT

16

6,695

6,223

92.9

TEBO

14

6,541

5,692

87.0

BUNGO

18

7,102

3,937

55.4

10 KOTA JAMBI

20

10,144

11,169

110.1

1,685

1,510

89.6

172

69,335

62,042

89.5

11 KOTA SUNGAI PENUH


JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Yankes
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 38
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMAH
PUSKESMAS

JUMLAH
DESA/ KEL

DESA/ KEL UCI

% DESA/ KEL UCI

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

209
213
141
113
150
93
70
105
145
62
69

175
172
102
102
150
85
67
99
131
62
69

83.7
80.8
72.3
90.3
100.0
91.4
95.7
94.3
90.3
100.0
100.0

172

1,370

1,214

88.6

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 39
CAKUPAN IMUNISASI DPT, HB, DAN CAMPAK PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA

DPT1+HB1
P

L+P

BAYI DIIMUNISASI
DPT3+HB3
P

L+P

DO RATE (%)

CAMPAK
P

L+P

L+P

25

26

27

L+P

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

4,846
8,631
5,563
4,713
7,288
5,216
6,695
6,541
7,102
10,144
1,685

4,750
8,260
5,246
4,784
8,301
5,326
6,889
6,188
7,642
11,950
1,950

98.0
95.7
94.3
101.5
113.9
102.1
102.9
94.6
107.6
117.8
115.7

4,473
8,398
5,157
4,440
8,294
5,164
6,802
6,116
7,478
11,605
1,825

92.3
97.3
92.7
94.2
113.8
99.0
101.6
93.5
105.3
114.4
108.3

3,940
7,656
4,840
4,270
7,062
4,454
6,012
6,744
6,988
11,848
1,697

81.3
88.7
87.0
90.6
96.9
85.4
89.8
103.1
98.4
116.8
100.7

17.1
7.3
7.7
10.7
14.9
16.4
12.7
-9.0
8.6
0.9
13.0

172

68,424

71,286

104.2

69,752

101.9

65,511

95.7

8.1

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH BAYI

JUMLAH
PUSKESMAS

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 40
CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN POLIO PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
BAYI DIIMUNISASI
NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH BAYI

JUMLAH
PUSKESMAS

L+P

POLIO3
P

L+P

L+P

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

12

13

14

15

16

17

18

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

4,846
8,631
5,563
4,713
7,288
5,216
6,695
6,541
7,102
10,144
1,685

172

68,424

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

BCG
P

3,551

96

2,907

101

0
0
0
5,271
0
0
6,458
0
0
0
0
11,729

94

98

3,625

98

2,965

103

0
0
0
5,286 94,0
0
0
6,590
100
0
0
0
0
11,876

TABEL 41
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Yankes
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

JUMLAH BAYI
L

L+P

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF


L
P
L+P
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
%
%
%
7

10

11

12

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

4,846
8,631
5,563
4,713
7,288
5,216
6,695
6,541
7,102
10,144
1,685

1,635
2,526
1,288
1,681
2,492
1,437
2,045
1,714
3,561
3,658
568

33.7
29.3
23.2
35.7
34.2
27.5
30.5
26.2
50.1
36.1
33.7

172

68,424

22,605

33.0

TABEL 42
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI ANAK USIA 6-23 BULAN KELUARGA MISKIN
MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH
DARI KELUARGA MISKIN
PUSKESMAS
L
P
L+P
3

ANAK 6-23 BULAN


MENDAPAT MP-ASI
L
P
L+P
7

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

0
0
0
305
0
384
610
1,005
0
3,830
713

0
0
0
39
0
316
70
1,005
0
134
209

172

6,847

1,773

Sumber: - Laporan Bidang PKM


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

%
P

L+P

10

11

12

12.79
82.29
11.48
100.00
3.50
29.31
25.89

TABEL 43
CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
ANAK BALITA (12-59 BULAN)
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)

JUMLAH

L+P

L+P

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

12

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

13,234
19,306
13,158
13,451
18,594
10,290
16,795
16,910
15,096
24,903
3,508

11,360
16,801
13,892
12,181
17,724
9,866
14,906
15,041
14,137
24,522
6,161

24,594
36,107
27,050
25,632
36,318
20,156
31,701
31,951
29,233
49,425
9,669

12,671
13,284
10,055
14,465
21,707
13,175
14,402
11,169
18,107
33,764
5,873

51.5
36.8
37.2
56.4
59.8
65.4
45.4
35.0
61.9
68.3
60.7

172

165,245

156,591

321,836

168,672

52.4

Sumber: - Laporan Bidang PKM


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 44
JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
BALITA
NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS
3

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

BALITA YANG ADA

DITIMBANG
P

L+P

BB NAIK
P

L+P

BGM
P

L+P

L+P

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

13,234
19,306
13,158
13,451
18,594
10,290
16,795
16,910
15,096
24,903
3,508

11,360
16,801
13,892
12,181
17,724
9,866
14,906
15,041
14,137
24,522
6,161

24,594
36,107
27,050
25,632
36,318
20,156
31,701
31,951
29,233
49,425
9,669

11,802
17,475
8,335
13,642
26,022
15,403
21,848
20,884
23,176
25,231
6,149

48.0
48.4
30.8
53.2
71.7
76.4
68.9
65.4
79.3
51.0
63.6

9,529
12,898
6,468
10,588
22,587
14,286
20,768
17,265
18,936
20,220
5,319

80.7
73.8
77.6
77.6
86.8
92.7
95.1
82.7
81.7
80.1
86.5

50
815
77
122
145
105
118
116
607
351
285

0.42
4.66
0.92
0.89
0.56
0.68
0.54
0.56
2.62
1.39
4.63

172 165,245

156,591

321,836

189,967

59.0

158,864

83.6

2,791

1.47

Sumber: - Laporan Bidang PKM


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 45
CAKUPAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
BALITA GIZI BURUK
NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS
3

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

MENDAPAT PERAWATAN

JUMLAH

L+P

P
%

S
9

L+P
%

10

11

12

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

27
945
37
12
17
19
3
17
32
125
10

27
15
24
14
17
5
3
17
29
13
10

100.0
1.6
64.9
116.7
100.0
26.3
100.0
100.0
90.6
10.4
100.0

172

1,244

174

14.0

Sumber: - Laporan Bidang PKM


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 46
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH
L

MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L
P
L+P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
6

10

11

12

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

4,345
9,126
8,901
4,795
10,193
5,275
6,870
10,217
7,118
13,450
2,025

3,854
8,870
6,400
4,795
5,800
3,476
4,349
9,524
6,897
13,450
1,620

88.7
97.2
71.9
100.0
56.9
65.9
63.3
93.2
96.9
100.0
80.0

172

82,315

69,035

83.9

CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT


Sumber: - Laporan Bidang Yankes
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

83.9

TABEL 47
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
MURID SD DAN SETINGKAT
NO

KABUPATEN/KOTA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH
PUSKESMAS
3

MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN SESUAI STANDAR

JUMLAH

L+P

L+P

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

12

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

4,344
11,200
8,900
8,124
10,200
5,268
6,391
10,217
7,113
13,450
2,024

3,854
8,870
5,400
5,300
5,800
3,476
4,085
9,524
6,896
12,450
1,620

88.7
79.2
60.7
65.2
56.9
66.0
63.9
93.2
96.9
92.6
80.0

172

87,231

67,275

77.1

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 48
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
USILA (60TAHUN+)
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH

MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN

L+P

L+P

10

11

12

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

1,922
2,536
1,391
1,402
1,731
995
924
1,441
1,075
8,081
474

1,850
2,480
1,370
1,362
1,706
794
902
1,401
987
7,887
296

3,772
5,016
2,761
2,764
3,437
1,789
1,826
2,842
2,062
15,968
770

1,797
2,280
1,045
1,246
1,275
787
709
1,318
869
7,697
371

93.50
89.91
75.13
88.87
73.66
79.10
76.73
91.46
80.84
95.25
78.27

1,725
2,124
981
1,126
1,294
575
898
1,358
826
7,655
232

93.24
85.65
71.61
82.67
75.85
72.42
99.56
96.93
83.69
97.06
78.38

3,522
4,404
2,026
2,372
2,569
1,362
1,607
2,676
1,695
15,352
603

93.37
87.80
73.38
85.82
74.75
76.13
88.01
94.16
82.20
96.14
78.31

172

21,972

21,035

43,007

19,394

88.27

18,794

89.35

38,188

88.79

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 49
PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

SARANA KESEHATAN

JUMLAH SARANA

1 RUMAH SAKIT UMUM

MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I


JUMLAH

19

19

100.00

2 RUMAH SAKIT JIWA

100.00

3 RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA

100.00

4 PUSKESMAS PERAWATAN

69

69

100.00

5 SARANA YANKES.LAINNYA

90

90

100.00

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Yankes
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 50
JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KLB
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
YANG TERSERANG
NO

KABUPATEN/KOTA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH JUMLAH
KEC
DESA
3

1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang P2PL
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

JUMLAH PENDUDUK
TERANCAM

JUMLAH PENDERITA

ATTACK RATE (%)

JUMLAH KEMATIAN

CFR (%)

L+P

L+P

L+P

L+P

L+P

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

2
1
1
0
1
1
1
2
0
4
4

1,096
803
892
0
1,185
1,133
2,068
2,931
0
17,297
2,367

1,100
761
854
0
1,102
1,074
1,914
2,740
0
17,016
2,404

2,196
1,564
1,746
0
2,286
2,207
3,982
5,671
0
34,313
4,771

15
1
14
0
1
1
1
111
0
61
54

0.68
0.06
0.80
0.04
0.05
0.03
1.96
0.18
1.13

0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0

17

29,773

28,965

58,738

259

0.44

100.00
100.00
0,77

TABEL 51
DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI < 24 JAM MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
DESA/ KELURAHAN TERKENA KLB
NO

KABUPATEN/KOTA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

JUMLAH
JUMLAH DESA/
PUSKESMAS KELURAHAN

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang P2PL
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

JUMLAH

RATA2 KEJADIAN
DESA/KELURAHAN KLB
PER JUMLAH
DESA/KELURAHAN

DITANGANI
<24 JAM

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

209
213
141
113
150
93
70
105
145
62
69

2
1
1
0
1
1
1
2
0
4
4

0.01
0.00
0.01
0.00
0.01
0.01
0.01
0.02
0.00
0.06
0.06

2
1
1
0
1
1
1
2
0
4
4

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

172

1,370

17

0.01

17

100.00

TABEL 52
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Yankes
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

TUMPATAN GIGI TETAP

PENCABUTAN GIGI TETAP

L+P

L+P

225

1,802

RASIO TUMPATAN/
PENCABUTAN
L
P
L+P
10

11

12

0.1

109

92

201

1,891

1,549

3,440

0.1

0.1

0.1

109

92

426

1,891

1,549

5,242

0.1

0.1

0.1

TABEL 53
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
UKGS (PROMOTIF DAN PREVENTIF)
NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
JUMLAH
PUSKESMAS JUMLAH SD/MI DGN

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

SD/MI

SIKAT GIGI
MASSAL

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

225
304
211
200
237
212
202
252
226
232
76

172

2,377

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

150

75.0

JUMLAH
SD/MI
MENDAPAT
YAN. GIGI

JUMLAH MURID SD/MI

0.0

MURID SD/MI DIPERIKSA

PERLU PERAWATAN

MENDAPAT PERAWATAN

L+P

L+P

L+P

L+P

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

0.0

0.0

4,612

0.0

2,701

0.0

0.0

2,701

100.0

0.0

202

100.0

19,564

18,308

37,872

5,804

29.7

4,751

26.0

10,555

27.9

3,620

2,961

6,581

1,879

51.9

1,535

51.8

3,414

51.9

150

6.3

202

8.5

19,564

18,308

37,872

5,804

29.7

4,751

26.0

15,167

40.0

3,620

2,961

9,282

1,879

51.9

1,535

51.8

6,115

65.9

TABEL 54
JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
PENYULUHAN KESEHATAN
NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH SELURUH
JUMLAH
JUMLAH KEGIATAN
KEGIATAN
PUSKESMAS
PENYULUHAN

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

SUB JUMLAH I
1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2 Rumah Sakit
JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang PKM
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

PENYULUHAN
KELOMPOK

MASSA

2,839

3,056

398

5,895

398

5,895

398

TABEL 55
CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR MENURUT JENIS JAMINAN, JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
JUMLAH PESERTA JAMINAN KESEHATAN PRA BAYAR
NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA
2

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
PERSENTASE (KAB/KOTA)

JUMLAH
PUSKESMAS
3

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

JUMLAH PENDUDUK

ASKESKIN/JAMKESMAS LAINNYA/JAMKESDA

JUMLAH

L+P

L+P

L+P

L+P

L+P

L+P

L+P

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

114,566
171,106
125,796
123,515
177,712
105,359
144,775
153,892
155,455
268,102
40,832

114,929
162,100
120,449
117,819
165,240
99,913
133,966
143,843
147,680
263,755
41,461

172 1,581,110

1,511,155

Sumber: - Laporan Bidang PKM


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

JAMSOSTEK

ASKES

229,495
333,206
246,245
241,334
342,952
205,272
278,741
297,735
303,135
531,857
82,293
3,092,265

30,921
15,623
21,343
17,361
12,355
9,369
13,858
9,207
26,641
82,819
14,020

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

76,696
86,949
85,908
69,032
76,004
75,881
72,937
62,436
63,886
92,902
22,211

11,243
1,800
5,000
54,761
6,600
1,535
4,000
10,500
900
41,297
32,000

118,860
104,372
112,251
141,154
94,959
86,785
90,795
82,143
91,427
217,018
68,231

51.8
31.3
45.6
58.5
27.7
42.3
32.6
27.6
30.2
40.8
82.9

253,517
8.2

0
0.0

784,842
25.4

169,636
5.5

1,207,995
39.1

39.1

TABEL 56
CAKUPAN PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN)
MENDAPAT YANKES RAWAT JALAN
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

DICAKUP ASKESKIN/JAMKESMAS

JUMLAH YANG ADA

L
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH
RSU RADEN MATTAHER
RS JIWA JAMBI

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang PKM
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

L+P

L+P

JUMLAH

JUMLAH

10

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

172

PELAYANAN KESEHATAN DASAR


(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1)

JUMLAH
11

PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN


(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA 3)

L+P

JUMLAH

JUMLAH

12

13

14

15

16

JUMLAH
17

L+P

JUMLAH

JUMLAH

18

19

20

21

22

87,939
88,749
90,908
123,793
82,604
77,416
76,937
72,936
64,786
134,199
54,211

76,696
86,949
85,908
69,032
76,004
75,881
72,937
62,436
63,886
92,902
22,211

87.2
98.0
94.5
55.8
92.0
98.0
94.8
85.6
98.6
69.2
41.0

43,935
41,058
20,598
22,337
16,850
31,616
19,508
13,282
17,637
70,930
24,122

57.28
47.22
23.98
32.36
22.17
41.67
26.75
21.27
27.61
76.35
108.60

954,478

784,842

82.2

321,873

41.01

JUMLAH
23

%
24

4,003
1,058
2,313
2,031
721
412
502
1,112
2,113
11,031
6,742

5.22
1.22
2.69
2.94
0.95
0.54
0.69
1.78
3.31
0.00
0.00

32,038

4.08

TABEL 57
CAKUPAN PELAYANAN RAWAT INAP MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
MASYARAKAT MISKIN DAN HAMPIR MISKIN
MENDAPAT YANKES RAWAT INAP
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

PELAYANAN KESEHATAN DASAR


(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1)

JUMLAH YANG ADA

L
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

L+P

JUMLAH

JUMLAH

10

PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN


(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA 3)

L+P
JUMLAH
%
11

12

JUMLAH

JUMLAH

13

14

15

16

L+P
JUMLAH
%
17

18

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

87,939
88,749
90,908
123,793
82,604
77,416
76,937
72,936
64,786
134,199
54,211

311
292
615
480
228
77
79
472
470
392
-

0.4
0.3
0.7
0.4
0.3
0.1
0.1
0.6
0.7
0.3
0.0

2,007
617
920
1,173
382
219
480
520
779
-

2.3
0.7
1.0
0.9
0.5
0.3
0.6
0.7
1.2
0.0
0.0

172

954,478

3,416

0.4

7,097

0.7

Sumber: - Laporan Bidang PKM


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

TABEL 58
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
JUMLAH KUNJUNGAN
NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN
1

1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

PUSKESMAS..
KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

SUB JUMLAH I
II RUMAH SAKIT
1 RS .
2 RS .
3 RS .
4
5
6
7 RSD KH.DAUD ARIF
8
9
10
11
SUB JUMLAH II
1 Sarana Yankes lainnya (sebutkan)
2 Sarana Yankes lainnya (sebutkan)
3 Sarana Yankes lainnya (sebutkan)
4 Sarana Yankes lainnya (sebutkan)
SUB JUMLAH III
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA
CAKUPAN KUNJUNGAN (%)
Sumber: (sebutkan)

RAWAT JALAN

KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA


RAWAT INAP

JUMLAH

L+P

L+P

L+P

10

11

0
0
0
0
0
0
0
117,700
0
0
0
0
0
117,700
0
0
0
0
0
0
0
14,722
0
0
0
0
0
14,722
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
688
0
0
0
0
0
688
0
0
0
0
0
0
0
2,769
0
0
0
0
0
2,769
0
0
0
0
0
0

72,832

59,590

132,422

1,901

1,556

3,457

1,581,110

1,511,155

3,092,265

1,581,110

1,511,155

3,092,265

4.6

3.9

4.3

0.1

0.1

0.1

64,735

52,965

64,735

52,965

8,097

6,625

8,097

6,625

378

310

378

310

1,523

1,246

1,523

1,246

0
0
0
0
0
0
0
416
0
0
0
0
0
416
0
0
0
0
0
0
0
33
0
0
0
0
0
33
0
0
0
0
0
0

247

202

449

229

187

229

187

18

15

18

15

TABEL 59
ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

NAMA RUMAH SAKIT

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

RSU. RADEN MATTAHER JAMBI


RSUD. H.A. MADJID BATOE
RSUD. K.H. DAUD ARIF
RSUD. H. HANAFIE
RSUD. KOLONEL ABUNDJANI
RSUD. MAYJEN H.A THALIB
RSUD. NURDIN HAMZAH
RSUD. ST.THAHA SAIFUDDIN
RSUD. PROF. DR.H.M. CHATIB QUZWAIN
RSUD. MUARO JAMBI
RS. JIWA JAMBI
RS. ST. THERESIA
RS. BUDI GRAHA
RS. ASIA MEDIKA
RS. BHAYANGKARA
RS Ibu dan Anak ANNISA
RSUD.H.ABDUL MANAP KOTA JAMBI
RS. DR. BRATANATA
RS. BERSAUDARA
RS. MAYANG MEDICAL CENTER
RSUD. SUNGAI BAHAR

JUMLAH PROVINSI

JENIS RS

UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
JIWA
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
BERSALIN
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM

PASIEN KELUAR
(HIDUP + MATI)

PASIEN KELUAR MATI


48 JAM DIRAWAT

JUMLAH
TEMPAT
TIDUR

L+P

L+P

L+P

L+P

L+P

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

328
112
57
188
109
128
41
49
73
94
200
100
53
109
40
30
146
152
23
50
50
2,132

PASIEN KELUAR MATI

16,676
5,596
2,428
10,617
6,640
9,103
1,096
797
3,187
1,892
1,899
9,806
1,250
4,284
1,414
2,519
2,485
11,614
2,172
636
-

96,111

952
139
149
501
133
318
21
16
88
22
1
233
8
98
10
35
354
85
1
-

3,164

GDR

458
57
38
138
13
99
4
8
41
12
1
109
31
20
147
29
-

5.7
2.5
6.1
4.7
2.0
3.5
1.9
2.0
2.8
1.2
0.1
2.4
0.6
2.3
0.7
1.4
3.0
3.9
0.2

2.7
1.0
1.6
1.3
0.2
1.1
0.4
1.0
1.3
0.6
0.1
1.1
0.7
0.8
1.3
1.3
-

1,205

3.3

1.3

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
a

NDR

Keterangan: termasuk rumah sakit swasta


b
Jenis rumah sakit RS umum atau RS khusus, untuk RS khusus sebutkan jenis kekhususannya (RS Jiwa, RS TB Paru, RS Kusta, dll)

TABEL 60
INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

NAMA RUMAH SAKIT

JENIS RS

JUMLAH PASIEN
JUMLAH
JUMLAH HARI
TEMPAT PASIEN KELUAR PASIEN KELUAR PASIEN KELUAR
48 JAM PERAWATAN
MATI
TIDUR
(HIDUP + MATI)
MATI

BOR

LOS

TOI

10

11

DIRAWAT

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

RSU. RADEN MATTAHER JAMBI


RSUD. H.A. MADJID BATOE
RSUD. K.H. DAUD ARIF
RSUD. H. HANAFIE
RSUD. KOLONEL ABUNDJANI
RSUD. MAYJEN H.A THALIB
RSUD. NURDIN HAMZAH
RSUD. ST.THAHA SAIFUDDIN
RSUD. PROF. DR.H.M. CHATIB QUZWAIN
RSUD. MUARO JAMBI
RS. JIWA JAMBI
RS. ST. THERESIA
RS. BUDI GRAHA
RS. ASIA MEDIKA
RS. BHAYANGKARA
RS Ibu dan Anak ANNISA
RSUD.H.ABDUL MANAP KOTA JAMBI
RS. DR. BRATANATA
RS. BERSAUDARA
RS. MAYANG MEDICAL CENTER
RSUD. SUNGAI BAHAR

JUMLAH PROVINSI

UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
JIWA
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
BERSALIN
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM
UMUM

328
112
57
188
109
128
41
49
73
94
200
100
53
109
40
30
146
152
23
50
50

16,676
5,596
2,428
10,617
6,640
9,103
1,096
797
3,187
1,892
1,899
9,806
1,250
4,284
1,414
2,519
2,485
11,614
2,172
636

952
139
149
501
133
318
21
16
88
22
1
233
8
98
10
35
354
85
1

458
57
38
138
13
99
4
8
41
12
1
109
31
20
147
29
-

82,527
18,000
7,354
35,561
17,144
23,618
3,572
3,610
7,553
6,663
52,409
31,697
3,287
15,932
4,373
7,091
8,092
44,993
6,211
512

68.9
44.0
35.3
51.8
43.1
50.6
23.9
20.2
28.3
19.4
71.8
86.8
17.0
40.0
30.0
64.8
15.2
81.1
0.0
34.0
2.8

4.9
3.2
3.0
3.3
2.6
2.6
3.3
4.5
2.4
3.5
27.6
3.2
2.6
3.7
3.1
2.8
3.3
3.9
0.0
2.9
0.8

2.2
4.1
5.5
3.1
3.4
2.5
10.4
17.9
6.0
14.6
10.8
0.5
12.8
5.6
7.2
1.5
18.2
0.9
0.0
5.5
27.9

2,132

96,111

3,164

1,205

380,199

0.0

4.0

4.1

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
a

Keterangan: termasuk rumah sakit swasta


b
Jenis rumah sakit RS umum atau RS khusus, untuk RS khusus sebutkan jenis kekhususannya (RS Jiwa, RS TB Paru, RS Kusta, dll)

TABEL 61
PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA
2

JUMLAH
PUSKESMAS
3

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang PKM
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

RUMAH TANGGA
JUMLAH

JUMLAH
DIPANTAU

% DIPANTAU

BER PHBS *

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

67,017
81,828
59,285
58,761
85,199
51,462
71,228
73,314
73,912
126,829
21,795

10,340
19,154

172

770,630

49,595

5,762
4,624

9,715

7.0
7.9
13.6
8.2
87.9

1,353

9,775

6,595
3,031
20,754

14
30.9
20
9.9
59.6
38.1
11.1
31.4
15.9
37
27.2
29.9

TABEL 62
PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA
2

JUMLAH
PUSKESMAS
3

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang PKM
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

RUMAH
JUMLAH YANG
ADA

JUMLAH YANG
DIPERIKSA

% DIPERIKSA

JUMLAH YANG
SEHAT

% RUMAH
SEHAT

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

67,017
81,828
59,285
58,761
85,199
51,462
71,228
73,314
73,912
126,829
21,795

172

770,630

4,624

7.9

3,824

82.7

4,659

8.0

3,394

73.0

43,824

34.6

42,369

96.7

53,107

6.9

49,587

93.4

TABEL 63
PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH PUSKESMAS

JUMLAH
RUMAH/BANGUNAN
YANG ADA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang PKM
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

67,017
81,828
59,285
58,761
85,199
51,462
71,228
73,314
73,912
126,829
21,795

172

770,630

RUMAH/BANGUNAN DIPERIKSA

RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK

JUMLAH

JUMLAH

5,762

7.04

5,246

91.04

140

0.24

108

77.14

4,220

8.00

2,308

55.00

12,919

59.28

1,135

8.79

23,041

2.99

8,797

38.18

TABEL 64
PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS SARANA AIR BERSIH YANG DIGUNAKAN, DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
JUMLAH

NO

KABUPATEN/KOTA

JENIS SARANA AIR BERSIH

JUMLAH
KELUARGA
%
JUMLAH
KELUARGA DIPERIKSA KELUARGA
PUSKESMAS

KEMASAN

YANG ADA SUMBER AIR DIPERIKSA


JUMLAH
BERSIHNYA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

49,487

3,936

8.0

54,982

4,659

8.0

104,469

8,595

8.2

LEDENG

SPT

SGL

MATA AIR

PAH

LAINNYA

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

0.0

3,595

91.3

0.0

27,077

687.9

0.0

220

5.6

15

0.0

2,596

56.0

310

7.0

7,861

169.0

0.0

34,277

736.0

15

0.2

6,191

72.0

310

3.6

34,938

406.5

0.0

34,497

401.4

33

33

0.8

30,925

785.7

0.0

45,059

967.1

0.4

75,984

884.0

TABEL 65
PERSENTASE KELUARGA MENURUT SUMBER AIR MINUM YANG DIGUNAKAN, DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
JUMLAH
KELUARG

SUMBER AIR MINUM KELUARGA

A
JUMLAH
AIR KEMASAN
NO KABUPATEN/KOTA
PUSKESMAS DIPERIKSA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

SUMBER
JUMLAH
AIR
MINUMNY
5
6

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

AIR ISI ULANG

LEDING
METERAN

LEDING
ECERAN

SUMUR
TERLINDUNG

POMPA

MATA AIR
TERLINDUNG

AIR HUJAN

SUMUR TAK
TERLINDUNG

MATA AIR TAK


TERLINDUNG

AIR SUNGAI

KELUARGA
DENGAN SUMBER
AIR MINUM
TERLINDUNG

LAIN-LAIN

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

3,500

15

0.0

0.0

2,596

74.0

0.0

310

9.0

7,861

225.0

3,500

15

0.4

0.0

2,596

74.2

0.0

310

8.9

7,861

224.6

0.0

608

17.0

0.0

0.0

0.0

608

17.4

0.0

0.0

0.0

0.0

10,782

308.1

0.0

0.0

10,782

308.1

TABEL 66
PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
JAMBAN
NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

JUMLAH
KELUARGA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

KELUARGA
DIPERIKSA

TEMPAT SAMPAH

KELUARGA
MEMILIKI

KELUARGA
DIPERIKSA

SEHAT

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

KELUARGA
MEMILIKI

KELUARGA
DIPERIKSA

SEHAT

KELUARGA
MEMILIKI

SEHAT

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

66,467

14,816

22.3

8,548

57.7

0.0

4,263

6.4

4,199

98.5

0.0

11,210

16.9

7,852

70.0

0.0

49,487

4,303

8.7

30,134

700.3

3,613

12.0

4,624

9.3

2,892

62.5

2,863

99.0

1,774

3.6

1,774

100.0

1,087

61.3

54,982

4,659

8.0

59,960

1287.0

19,933

33.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

22,874

10,176

44.5

10,176

100.0

8,593

84.4

218

1.0

218

100.0

120

55.0

8,079

35.3

8,079

100.0

35

0.4

172

193,810

33,954

17.5 108,818

320.5

32,139

29.5

9,105

4.7

7,309

80.3

2,983

40.8

21,063

10.9 17,705

84.1

1,122

6.3

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

0.0

TABEL 67
PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

Sumber: - Laporan Bidang P2PL


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

JUMLAH
SEHAT

% SEHAT

JUMLAH YG
ADA

JUMLAH
DIPERIKSA

JUMLAH
SEHAT

% SEHAT

JUMLAH YG
ADA

JUMLAH
DIPERIKSA

JUMLAH
SEHAT

% SEHAT

JUMLAH YG
ADA

JUMLAH
DIPERIKSA

JUMLAH
SEHAT

% SEHAT

JUMLAH
DIPERIKSA

JUMLAH YG
ADA

JUMLAH TUPM

% SEHAT

JUMLAH
PUSKESMAS

TUPM LAINNYA

JUMLAH
SEHAT

KABUPATEN/KOTA

PASAR

JUMLAH
DIPERIKSA

NO

RESTORAN/R-MAKAN

JUMLAH YG
ADA

HOTEL

10

11

12

13

14

15

16

17

18

20

21

22

23

24

182

81

28

34.57

32

15

191

70

54

77.14

411

166

82

49.398

13

13

54.00

192

192

73

38.00

27

13

69.23

1,081

1,081

539

50.00

1,313

1,299

628

48

19

13

53.85

374

273

101

37.00

59

28

32.14

1,272

1,151

593

51.52

1,724

1,465

710

48.46

TABEL 68
PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH PUSKESMAS

SARANA PELAYANAN
KESEHATAN
JUMLAH DIBINA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang P2PL
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

%
6

INSTALASI
PENGOLAHAN AIR
MINUM
JUMLAH DIBINA
4

SARANA PENDIDIKAN

JUMLAH DIBINA

JUMLAH DIBINA

130

93

71.5

336

42

42

100.0

190

172

172

135

78.5

526

172

SARANA IBADAH

10

11

%
12

PERKANTORAN
JUMLAH DIBINA
13

14

SARANA LAIN

JUMLAH DIBINA

15

314

150

47.8

119

90.5

379

184

48.5

142

74

32.7

693

334

48.2

261

74

16

17

JUMLAH
%
18

JUMLAH DIBINA
19

20

%
21

83

13

15.7

982

256

26.1

52.1

23

22

95.7

776

494

63.7

28.4

106

35

33.0

1,758

750

42.7

TABEL 69
KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Sumber:

NAMA OBAT
2

Amoksisilin sirup kering 125 mg/ml


Amoksisilin kapsul 500 mg
Antasida DOEN tablet
Antalgin tablet 500 mg
Deksametason inj 5 mg/ml 2ml
Dekstrometorfan Sirup 10 mg/5ml
Dekstrometorfan Tab 15 mg
Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1ml
Gliserin Guaiakolat tab 100 mg
Glukosa Larutan Infus 5 % steril
Ibuprofen tablet 200 mg
Kloramfenikol kapsul 250 mg
Kotrimoksazol tablet 480 mg
Kotrimoksazol tablet 120 mg
Kotrimoksazol Sirup
Klorfeniramini Maleat tab 4 mg
Kloroquin tablet
Natrium Klorida Infus 0,9 % steril
Parasetamol Tablet 500 mg
Ringer Laktat Infus steril
Vitamin B Kompleks Kapsul
Retinol 200.000 IU
Tablet Tambah darah
Multivitamin Sirup
Garam Oralit
OAT Kat 1
OAT Kat 2
OAT Kat 3
OAT Kat Sisipan
OAT Kat Anak
Pyrantel Pamoat 125 mg tablet
Salep 2-4
Infus set dewasa
Infus set anak

SATUAN
3

Btl 60 ml
Ktk @ 120 kap
Btl @ 1000 tab
Btl @ 1000 tab
Ktk @ 100 ampul
Btl 60 ml
Btl @ 1000 tab
Ktk @ 100 ampul
Btl @ 1000 tab
Btl 500 ml
Btl @ 100 tab
Btl @ 250 Kapsul
Btl @ 100 tab
Btl @ 100 tab
Btl 60 ml
Tablet
Tablet
Btl 500 ml
Btl @ 1000 tab
Btl 500 ml
Btl @ 1000 Kapsul
Btl @ 30 Kapsul
Ktk @ 30 Tablet
Botol
Bungkus
Pkt
Pkt
Pkt
Pkt
Pkt
Btl @ 1000 Tablet
Pot
Kantong
Kantong

STOCK OBAT

PEMAKAIAN RATARATA/ BULAN

TINGKAT
KECUKUPAN
(BULAN)

PERSENTASE
TINGKAT
KECUKUPAN

#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!

#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!

TABEL 70
JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
PEMILIKAN/PENGELOLA
NO

FASILITAS KESEHATAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

RUMAH SAKIT UMUM


RUMAH SAKIT JIWA
RUMAH SAKIT BERSALIN
RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA
PUSKESMAS PERAWATAN
PUSKESMAS NON PERAWATAN
PUSKESMAS KELILING
PUSKESMAS PEMBANTU
RUMAH BERSALIN
BALAI PENGOBATAN/KLINIK
PRAKTIK DOKTER BERSAMA
PRAKTIK DOKTER PERORANGAN
PRAKTK PENGOBATAN TRADISIONAL
POSKESDES
POSYANDU
APOTEK
TOKO OBAT
GFK
INDUSTRI OBAT TRADISIONAL
INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

KEMENKES

PEM.PROV

PEM.KAB/KOTA

TNI/POLRI

BUMN

SWASTA

JUMLAH

0
0
0
0

1
1
0
0

11
0
0
0

2
0
0
0

0
0
0
0

5
0
1
0

0
0

0
0

9
8

0
0

0
0

5
3

104

32
2
10
32
0

14
9

19
1
1
69
103
152
570
14
11
104
560
3,179
46
11
11
32
-

TABEL 71
SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

SARANA KESEHATAN

JUMLAH

1 RUMAH SAKIT UMUM

LABORATORIUM KESEHATAN
JUMLAH

JUMLAH

19

19

100.00

2 RUMAH SAKIT JIWA

100.00

3 RUMAH SAKIT KHUSUS

100.00

4 PUSKESMAS

172

172

100.00

JUMLAH PROVINSI

193

193

100.00

Sumber: - Laporan Bidang Yankes


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

4 (EMPAT) SPESIALIS DASAR

26.32

TABEL 72
JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, DAN KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH
PUSKESMAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5
172

RASIO POSYANDU PER 100 BALITA


Sumber: - Laporan Bidang PKM
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

POSYANDU
PRATAMA
JUMLAH
%
4
5
63
109
44
17
40
13
9
37
35
6
18
391

20.93
28.53
14.81
5.99
11.27
4.87
3.60
12.94
13.06
1.35
22.78
12.17

MADYA
JUMLAH
%
6
7
155
149
102
175
191
128
193
127
149
344
44
1,757

51.50
39.01
34.34
61.62
53.80
47.94
77.20
44.41
55.60
77.65
55.70
54.70

PURNAMA
JUMLAH
%
8
9
53
92
127
67
100
96
25
87
72
65
12
796

17.61
24.08
42.76
23.59
28.17
35.96
10.00
30.42
26.87
14.67
15.19
24.78

MANDIRI
JUMLAH
%
10
11

JUMLAH
JUMLAH
%
12
13

30
32
24
25
24
30
23
35
12
28
5

301
382
297
284
355
267
250
286
268
443
79

268

9.97
8.38
8.08
8.80
6.76
11.24
9.20
12.24
4.48
6.32
6.33
8.34

3,212

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
1.00

POSYANDU
AKTIF
JUMLAH
14
297
374
297
279
344
265
249
285
268
438
72
3,168

%
15
98.67
97.91
100.00
98.24
96.90
99.25
99.60
99.65
100.00
98.87
91.14
98.63

TABEL 73
UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KABUPATEN/ KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KABUPATEN/KOTA

JUMLAH PUSKESMAS

DESA/
KELURAHAN

KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang PKM
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

JUMLAH
DESA SIAGA AKTIF
JUMLAH
%

DESA SIAGA
JUMLAH
%
5

POSKESDES

POSYANDU

18
18
12
16
18
17
16
14
18
20
5

62
150
113
113
93
141
70
105
146
209
69

209
213
141
62
150
93
70
105
146
62
69

337.10
142.00
124.78
54.87
161.29
65.96
100.00
100.00
100.00
29.67
100.00

209
213
131
51
133
93
70
105
146
62
69

100.00
100.00
92.91
82.26
88.67
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

27
81
49
51
45
74
42
97
79
8
7

297
374
297
289
344
265
250
285
268
438
72

172

1,271

1,320

103.86

1,282

97.12

560

3,179

TABEL 74
JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

UNIT KERJA

I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

DR SPESIALIS

L+P

L+P

L+P

L+P

12

13

14

10

11

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)

8
5
6
9
5
6
6
6
17
10
64
142

SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN


0.0

0.0

termasuk S3
termasuk Dokter Gigi Spesialis

0.0

0.0

16
28
22
31
55
14
30
25
23
48
8
300
27
12
14
20
20
14
16
21
28
46
180
398

10
1

DINAS KESEHATAN KAB/KOTA/PROV

4.6

INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT

16
28
22
31
55
14
30
25
23
48
8
300
19
7
8
11
15
8
10
15
11
36
116
256

RASIO TERHADAP 100.000 PDDK

Keterangan :

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


II RUMAH SAKIT
1 KERINCI
2 MERANGIN
3 SAROLANGUN
4 BATANGHARI
5 MUARO JAMBI
6 TANJAB TIMUR
7 TANJAB BARAT
8 TEBO
9 BUNGO
10 KOTA JAMBI
11 KOTA SUNGAI PENUH
12 PROVINSI

Sumber: - Laporan Bidang Evdal


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

DOKTER GIGI

L
PUSKESMAS
KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

JUMLAH PROVINSI

JUMLAH

DOKTER UMUM

143

6
6
7
9
8
4
7
7
6
24
2
86
5
2
2
3
3
2
3
3
5
3
18
49

10

18.3

0.0

0.0

22.9

25

25

592

735

0.0

0.0

4.4
3
-

138

TABEL 75
JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
BIDAN
NO

UNIT KERJA

I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

PUSKESMAS
KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


II RUMAH SAKIT
1 KERINCI
2 MERANGIN
3 SAROLANGUN
4 BATANGHARI
5 MUARO JAMBI
6 TANJAB TIMUR
7 TANJAB BARAT
8 TEBO
9 BUNGO
10 KOTA JAMBI
11 KOTA SUNGAI PENUH
12 PROVINSI
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN

PERAWAT

BIDAN

DIII BIDAN

JUMLAH

54
85
61
67
140
54
44
56
102
196
17

28
191
121
125
75
40
116
106
99
76
21

876

998

6
17
3
5
21
2
44

12
27
28
14
4
8
11
8
26
24
64

98

226

82
276
182
192
215
94
160
162
201
272
38
1,874
18
27
28
31
4
8
14
13
47
26
108
324

RASIO TERHADAP 100.000 PDDK


INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Evdal
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan : a termasuk S2 dan S3
b
termasuk SLTA, D-I, dan D-III

SARJANA KEPERAWATAN a
L
P
L+P

PERAWAT
P
10

11

12

13

39

JUMLAH
L+P
113
264
245
272
218
151
179
180
305
182
53
2,162
105
136
103
109
59
37
56
78
193
108
968
1,952

2
5
6
5
1
4
4
2
1
5
35
7
4
11
1
9
13
4
68
117

71
-

L+P
14

115
269
251
277
219
155
183
182
306
182
58
2,197
112
136
103
113
70
37
57
87
206
112
1,036
2,069

40

139
34

20

20

22

12

10

26

36

10

84

94

984

1,275

2,259

4,249

4,434

185

TABEL 76
JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
TENAGA KEFARMASIAN
NO

UNIT KERJA

I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

JUMLAH

L+P

L+P

L+P

L+P

L+P

L+P

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

1
3
1
3
1
3
1
-

13

8
1
4
6
9
1
1
2
7
2
13
-

54

7
9
14
12
23
12
18
14
16
58
9

7
9
15
12
26
13
21
15
19
59
9

192

205

24
11
11
18
17
7
9
9
27
15
104
-

198

252

38

40

DINAS KESEHATAN KAB/KOTA

Keterangan : a termasuk S2 dan S3

34
-

145

483

2
-

13
4
16
5
7
8
11
13
5
21
5

106

108

8
5
3
4
1
1
2
5
6
2

1
2
1
-

628

8
5
3
4
1
1
2
5
7
4

23
-

60

17
7
-

13

183

64

6
-

17
-

24
-

82
-

13
4
16
3
7
8
11
13
5
21
5

11

48
-

78
-

INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT

16
10
7
12
8
6
8
7
20
13
91
-

RASIO TERHADAP 100.000 PDDK

Sumber: - Laporan Bidang Evdal


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

JUMLAH

DI DAN D-III GIZI

SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN

JUMLAH PROVINSI

D-IV/SARJANA GIZI

RUMAH SAKIT
KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH
PROVINSI

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)

TENAGA GIZI

D-III FARMASI DAN


ASS APOTEKER

PUSKESMAS
KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


II

APOTEKER DAN
SARJANA FARMASI

24
-

196

TABEL 77
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI SARANA KESEHATAN
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
TENAGA KESMAS
NO

UNIT KERJA

L
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

SARJANA KESMAS
P

PUSKESMAS
KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

L+P

D-III KESMAS b
P

14
16
11
12
19
12
11
21
19
8
5

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


II RUMAH SAKIT
1 KERINCI
2 MERANGIN
3 SAROLANGUN
4 BATANGHARI
5 MUARO JAMBI
6 TANJAB TIMUR
7 TANJAB BARAT
8 TEBO
9 BUNGO
10 KOTA JAMBI
11 KOTA SUNGAI PENUH
12 PROVINSI

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)

148

14
2
10
7
5
3
3
3
16
58
-

SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN

121

L+P

L+P

10

11

14
16
11
12
19
12
11
21
19
8
5

148

16

121

16

0.0
62

DINAS KESEHATAN KAB/KOTA


JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Evdal
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan: a termasuk S2 dan S3
b
termasuk D-I

310
-

657

L+P

12

13

14

26
10
19
12
31
15
21
18
22
43
14
-

231

14
2
10
7
5
3
3
3
16
58

RASIO TERHADAP 100.000 PDDK


INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT

TENAGA
SANITASI
P

JUMLAH

0.0

8
8
1
13
11
5
5
6
8
8
23
-

96
14

8.7

0.0

0.0

10.6

62

310

104

657

448

TABEL 78
JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI SARANA KESEHATAN
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010
NO

UNIT KERJA

PUSKESMAS
KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SUNGAI PENUH

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

ANALIS LAB.
P

L+P

TENAGA TEKNISI MEDIS


TEM & P.RONTG
P.ANESTESI
P
L+P
L
P
7

7
2
16
16
9
10
16
15
9
42
5

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)


II RUMAH SAKIT
1 KERINCI
2 MERANGIN
3 SAROLANGUN
4 BATANGHARI
5 MUARO JAMBI
6 TANJAB TIMUR
7 TANJAB BARAT
8 TEBO
9 BUNGO
10 KOTA JAMBI
11 KOTA SUNGAI PENUH
12 PROVINSI

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)

147

10
1
57
-

71

1
4
4
10
13
7

83

13

L+P

11

12

13

14

15

16

17

7
4
17
16
9
20
17
15
9
99
5

11

DINAS KESEHATAN KAB/KOTA

Sumber: - Laporan Bidang Evdal


- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

28
-

366

162

0.0

13
-

15
9
3
1
3
6
2
2
23

49
-

15.2

0.0

0.0

11

1
-

15

252

1
-

130

0.0

INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT

218

11
8
8
4
6
4
18
19
30
14

RASIO TERHADAP 100.000 PDDK

JUMLAH PROVINSI

43
-

L+P

167

JUMLAH
P

87

SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN

2
1

10
8
8
3
2
4
14
9
15
7

10

FISIOTERAPIS

L+P

34
2

530

2.1
2

66

TABEL 79
ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2010

NO

SUMBER BIAYA

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN


Rupiah
3

%
4

PROVINSI
5

KERINCI

MERANGIN
6

9,677,599,000

SAROLANGUN
8

BATANGHARI
9

MUARO JAMBI
10

TANJAB TIMUR
11

TANJAB BARAT
12

TEBO
13

BUNGO
14

KOTA JAMBI
15

SUNGAI PENUH
16

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:


1 APBD KAB/KOTA

33,773,647,337.00

4,677,128,277

a. Belanja Langsung

105,993,163,319
49,135,288,725

21.81

16,130,004,750.00

2,494,261,370

b. Belanja Tidak Langsung

56,857,874,594

17,643,642,587.00

2,182,866,907

24,096,335,677

3,069,511,908,050

9,129,063,200

25,259,324,505

33,154,000,000

7,796,166,405

13,585,793,000

17,463,158,100

19,568,207,000

15,429,437,000

40,368,571,000

14,500,000,000

164,013,000

140,632,000

3,700,000,000

572,805,000

504,558,000

216,000,000

36,000,000,000

35,402,748,900

17,188,365,900

3,934,200,000

2 APBD PROVINSI

140,976,250,776

29.01

140,976,250,775.53

3 APBN :

223,455,266,850

45.98

99,128,769,000.00

16,170,101,125

- Dana Dekonsentrasi

38,743,782,000

7.97

11,579,769,000.00

10,000,000,000

- Dana Alokasi Khusus (DAK)

64,729,933,125

13.32

47,549,000,000.00

6,170,101,125

- ASKESKIN / JAMKESMAS

3,946,974,178

0.81

116,034,577,547

23.88

14,352,000,000

2.95

- Lain-lain (sebutkan) (Dana BOK)


4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN)

1,358,388,178

(GLOBAL FUND)

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN

4,055,327,000

3,596,000,000
1,358,388,178

1,030,896,000

480,327,000

40,000,000,000.00
-

41,958,577,547
2,500,000,000

39,458,577,547
-

14,300,000,000

(CWSHP)

8,201,896,000

3,575,000,000

3,575,000,000

3,575,000,000

3,575,000,000

3,575,000,000

3,575,000,000

52,000,000

1,171,000,000

3,627,000,000

3,574,200,000

360,000,000
3,575,000,000

3,575,000,000

52,000,000

0.24

1,171,000,000
3,077,622,562,050

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN

485,947,680,945

TOTAL APBD PROVINSI KAB/KOTA

3,675,554,333,600

% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA

ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA


Sumber: - Laporan Bidang Evdal
- Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

100.0

1,504,953,900,768.00

2.88

157,149.43

240,105,019,775.53

20,847,229,402

11,035,987,178

598,735,723,544

35,873,231,677

46,704,577,547

54,228,268,995

44,315,761,505

73,522,571,000

705,703,736,854

545,000,000,000

38,977,748,900

21,122,565,900

266,932,703,439

Anda mungkin juga menyukai