STROKE HEMORAGIK
Oleh:
Afifatul Hakimah
Conita Yuniarifa
Farkhana Dwi Ariyani
( 01.209.5822 )
( 01.209.5855 )
( 01.209.5906 )
Pembimbing:
dr. M. Naharuddin Jenie, Sp. S
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung
Semarang
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari
24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun
infeksi. Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh
iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh
darah otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak
yang mengalami oklusi (Hacke, 2003). Munculnya tanda dan gejala fokal atau global
pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa
trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia sampai anoksia pada
salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak tersebut. Stroke Hemoragik
adalah pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan keluarnya darah ke
jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi
keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui
penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada
jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan
menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak. Oleh karena itu
sangat besar resiko penyakit stroke untuk menimbulkan kecacatan dan kematian
sehingga pencegahan stroke menjadi sangat penting. Upaya pencegahan antara lain
kontrol terhadap faktor resiko stroke dan perilaku hidup yang sehat.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Sdr. S
Usia
: 45 thn
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status marital
: Menikah
Pekerjaan
Suku
: Jawa
Alamat
No. CM
: 121.75.44
Di rawat di
Tanggal masuk RS
: 11 Februari 2014
ANAMNESA
Anamnesa dilakukan di Baitul Izzah 2 pada tanggal 13 Februari 2014.
Sumber: Autoanamnesa
berat dan cekot-cekot. Penderita masih bisa berjalan sendiri walaupun sempoyongan.
Pasien mengatakan nyeri kepala tambah berat jika digunakan untuk bergerak maupun
beraktivitas. Nyeri berkurang apabila digunakan untuk istirahat atau tiduran. Pasien
juga mengeluh muntah sebanyak 4 x selama sakit kepala sebelum dibawa ke rumah
sakit. Keluhan lain yaitu pasien merasa tubuh bagian kiri mengalami kelumpuhan
dari wajah tangan dan kaki sulit untuk digerakkan.
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: ada (diakui)
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Stroke
: disangkal
Riwayat Kejang
: disangkal
: disangkal
Pemeriksaan Fisik
A.
Status Praesens
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
Tekanan Darah
: 130/90 mmHg
Frekuensi Nadi
: 88x/mnt
: 36,7 C
Jantung
Paru
S1 dan S2 tunggal
Simetris
reguler
Vesikuler +/+
Murmur ()
Ronki -/-
gallop ()
Whezing-/-
Abdomen :
Soefel
Status Psychicus
Kecerdasan
Ingatan
: Baik
: Baik
C.
Status Neurologis
Kepala
Bentuk : bulat
Simetri : +
Nyeri tekan : +
Pergerakan : +
Kaku kuduk :
Nervus Cranialis
Pemeriksaan
N. Olfaktorius
Subjektif
Objektif dengan
Ka
+
+N
nan
Ki
ri
+
+
teh
kopi
Penglihatan
Pandang
+N
Dengan
N
+
N Optikus
Tajam
Lapangan
+N
+N
+N
+
N
+
Melihat Warna
N.
Occulomotorius
Refleks cahaya
N. Trochlearis
Pergerakan mata
(kebawah-keluar)
N. Trigeminus
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Refleks kernig
Sensibilitas
muka
N. Abducens
Pergerakan mata
kelateral
N. Fasialis
Mengerut dahi
Menutup mata
Memperlihatkan
gigi
Bersiul
Perasaan lidah
Perasaan muka
Dahi
Pipi
Dagu
N. Octavus
Detik arloji
Suara berbisik
+N
+
N
+N
+
N
+N
+N
+N
+N
+N
+N
+
N
+N
+N
+N
+N
+N
+N
+N
+N
+N
+N
+
N
+
N.
Glosopharingeus
Perasaan
lidah
+N
+
N
bagian belakang
N. Vagus
Bicara
Menelan
Nadi
+N
+N
+N
+
N
+
N
N. Accesorius
Mengangkat
bahu
kepala
D.
+N
+N
Memalingkan
N. Hipoglossus
Pergerakan lidah
Tremor lidah
Artikulasi
+
N
+N
+N
+N
Motorik
o
Duduk
b.
Refleks
Anggota Gerak Atas (Lengan)
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Refleks
Biceps
Triceps
Sensibilitas
Sensibilitas
taktil
nyeri
Sensibilitas
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Refleks
Patella
Achilles
Babinski
Chaddock
Clonus paha
Clonus kaki
Patrick
Laseq
Kernik
taktil
nyeri
Sensibilitas
Sensibilitas
Sensibilitas
a. Koordinasi Gait/Keseimbangan
Cara berjalan : tidak dapat dievaluasi
b. Gerakan Abnormal
Tremor : -
c. Alat Vegetatif
Miksi : +
Defekasi : +
Pemeriksaan Penunjang :
Leukosit : 10.560/mm3
Hemoglobin
: 13,9 gr/dl
Hematokrit
: 39,4 %
Trombosit
Trigliserid
HDL
mg/dl
: 40
: 19
Creatinin
Natrium
143,4 mmol/L
114 mg/dl
Ureum
0,82 gr/dl
231
mg/dl
gr/dl
Cholesterol
Uric Acid
119 gr/dl
195 mg/dl
GDS
4,5 mg/dl
198.000/mm3
LDL
Kalium
3,67 mmol/L
Klorida
:10
6,7mmol/L
kostofrenikus baik.
KESAN :
COR : Bentuk dan letak normal
Elongasio Aorta
PULMO : Tak Tampak Kelainan
Sulkus cortikalis regio temporal kanan dan fissure sylvii kanan sempit.
Ventrikel lateral kanan sempit, ventrikel lateral kiri, III dan IV normal.
KESAN :
radiata kanan (volume sekitar 32,9 cc), dengan perifokal edem. Tak
tampak tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial saat ini.
Diagnosa Klinis
: Hemiparesis Sinistra
Diagnosa Topis
Diagnosa Etiologi
: Stroke Hemoragik
Penatalaksanaan
Infus RL 20 tts/mnt
Inj. As. Traneksamat 4 x 1 gr
Inj. Zufor 2 x 500 mg
Inj. Manitol 3 x 200 cc
Inj. Phenitoin 2 x 1 amp
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
Prognosis
Dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tan
ggal
Har
i
Per
awa
tan
Sub
jekt
if
Nyeri
kepala
(+), nyeri
ulu hati
(+)
Nyeri
kepala
(+),
nyeri
ulu hati
(+)
Nyeri
kepal
a (+),
nyeri
ulu
hati
(+),
mual
(-),
munt
ah (-)
Obj
ekti
f
CM, TD:
160/00
mmHg;
N:
80x/mnt;
RR:
22x/mnt;
T: 36,0oC
CM,
TD:
140/80
mmHg
; N:
92x/m
nt; RR:
25x/m
nt; T:
36,5oC
CM,
TD:
130/9
0
mmH
g; N:
88x/
mnt;
RR:
28x/
mnt;
T:
36,7o
C
11/02/201
4
12/02/
2014
13/02
/2014
II
III
Ass
esm
ent
Hemipar
esis
sinistra
e.c Stroke
Hemorag
ik
Hemip
aresis
sinistr
a e.c
Stroke
Hemor
agik
Hemi
pares
is
sinist
ra e.c
Strok
e
Hem
oragi
k
Pla
nni
ng
-Infus RL 20
tts/mnt
-Inj.
As.
Traneksamat
4x1 gr
-Inj. Zufor 2 x
500 mg
-Inj. Manitol 3 x
200 cc
-Inj. Phenitoin 2
x 1 amp
-Inj. Ceftriaxon
2 x 1 gr
CT scan
kepala
dan
Thorax
Infus RL 20
tts/mnt
-Inj.As.
Traneksamat
4x1 gr
-Inj. Zufor 2
x 500 mg
-Inj. Manitol
3 x 200 cc
-Inj.
Phenitoin 2 x
1 amp
-Inj.
Ceftriaxon 2
x 1 gr
Infus RL 20
tts/mnt
Inj.A
s.Traneksamat
4x1 gr
-Inj. Zufor
2 x 500 mg
-Inj.
Manitol 3 x
200 cc
-Inj.
Phenitoin 2
x 1 amp
-Inj.
Ceftriaxon
2 x 1 gr
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
OTAK
Otak diselimuti oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges terdiri dari 3 lapisan :
1. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan bersifat
tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk
melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula spinalis.
2. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari lapisan
yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang
subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini
berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan.
3. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan melekat
langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk
melindungi otak secara langsung.
Hemisfer serebri yang disusun oleh korteks serebri, system limbic, basal
ganglia dimana basal ganglia disusun oleh nucleus kaudatum, nucleus klaustrum
dan amigdala.
2. Diensefalon (interbrain) yang terbagi menjadi epitalamus, thalamus, subtalamus,
dan hipotalamus.
3. Mesensefalon (midbrain) corpora quadrigemina yang memiliki dua kolikulus
yaitu kolikulus superior dan kolikulus inferior dan terdiri dari tegmentum yang
terdiri dari nucleus rubra dan substansia nigra
4. Metensefalon (afterbrain), pons dan medulla oblongata
5. Cerebellum
Kebutuhan energy oksigen jaringan otak adalah sangat tinggi oleh karena
out aliran darah ke otaj harus berjalan lancar. Adapun pembuluh darah yang
memperdarahi otak diantaranya adalah :
1. Arteri Karotis ;
Arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna bercabang dari arteri
karotis komunis setinggi tulang rawan carotid. Arteri karotis kiri langsung
bercabang dari arkus aorta, tetapi arteri karotis komunis kanan berasal dari arteri
brakiosefalika. Arteri karotis eksterna memperdarahi wajah, tiroid, lidah dan
taring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu arteri meningea media,
memperdarahi struktur-struktur di daerah wajah dan mengirimkan satu cabang
yang besar ke daerah duramater. Arteri karotis interna sedikit berdilatasi tepat
kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri media
adalah lanjutan langsung dari arteri karotis interna. Setelah masuk ke ruang
subaraknoid
dan
sebelum
bercabang-cabang
arteri
karotis
interna
parietalis dan frontalis. Arteri ini sumber darah utama girus presentralis dan
postsentralis.
2. Arteri Vertebrobasilaris
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subclavia sisi yang
sama. Arteri subclavia kanan merupakan cabang dari arteri inomata, sedangkan
arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis
memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan
medulla oblongata. Kedua arteri tersebut bersatu membentuk arteri basilaris.
Tugasnya mendarahi sebagian diensfalon, sebaian lobus oksipitalis dan
temporalis, apparatus koklearis dan organ-prgan vestibular.
2.2 Fisiologi Otak
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-
fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area Wernicke atau
pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi
sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ
1.
Cerebrum
Merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu 7/8 dari
otak.
Mempunyai 2 bagian belahan otak yaitu otak besar belahan kiri yang berfungsi
mengatur kegaiatan organ tubuh bagian kanan. Kemudian otak besar belahan kanan
yang berfungsi mengatur kegiatan organ tubuh bagian kiri.
Bagian kortex cerebrum berwarna kelabu yang banyak mengandung badan sel saraf.
Sedangkan bagian medulla berwarna putih yang bayak mengandung dendrite dan
neurit. Bagian kortex dibagi menjadi 3 area yaitu area sensorik yang menerjemahkan
impuls menjadi sensasi. Kedua adalah area motorik yang berfungsi mengendalikan
koordinasi kegiatan otot rangka. Ketiga adalah area asosiasi yang berkaitasn dengan
ingatan, memori, kecedasan, nalar/logika, kemauan.
1.
Mesencephalon
Merupakan bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan jembatan varol.
2. Diencephalaon
Merupakan bagia otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan
mesencephalon.
Terdiri dari talamus yang berfungsi untuk pemancar bagi impuls yang sampai di otak
dan medulla spinalis.
Bagian yang kedua adalah hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat pengaturan
suhu tubuh, selera makan dan keseimbangan cairan tubuh, rasalapar, sexualitas,
watak, emosi.
3.
Cerebellum
Merupakan bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar. Berfungsi
sebagai pusat pengaturan koordinasi gerakan yang disadari dan keseimbangan tubuh
serta posisi tubuh.
Terdapat 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan belahan
cerebellum bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan varoli yang berfungsi
untuk menghantarkan impuls dari otot-otot belahan kiri dan kanan.
4.
Medulla oblongata
Disebut juga dengan sumsum lanjutan atau penghubung atau batang otak.
Susunan kortexmya terdiri dari neeurit dan dendrite dengan warna putih dan bagian
medulla terdiri dari bdan sel saraf dengan warna kelabu.
Berfungsi sebagai pusat pengaturan ritme respirasi, denyut jantung, penyempitan dan
pelebaran pembuluh darah, tekanan darah, gerak alat pencernaan, menelan, batuk,
bersin,sendawa.
5.
Medulla spinalis
Disebut denga sumsum tulang belakang dan terletak di dalam ruas-ruas tulang
belakang yaitu ruas tulang leher sampaia dengan tulang pinggang yang kedua.
Berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan menghantarkan impuls dari organ ke otak
dan dari otak ke organ tubuh.
STROKE HEMORAGIK
3.1.
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang
secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dan gejala-gejala
yang
berlangsung
selama
24
jam
atau
lebih
dan
dapat
3.2.
sepertiganya
bertahan
hidup
dengan
kekacauan ,
dan
[4]
3.3
gangguan
fungsi
koagulan,
hati,
komlikasi
obat
trombolitik
atau
anti
Amiloidosis arteri
O b a t v a s o p r e s s o r, k o k a i n , h e r p e s s i m p l e k s e n s e f a l i t i s , d i s e k s i
a r t e r i veretbral, dan acute necrotizing haemorrhagic encephalitis
3.4
Fakt
Keterangan
or
Resi
ko
Umu
Hipe
atas 55 tahun.
Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik
rtens
semua
umur,
dan
untuk
resiko
perdarahan,
Seks
Riwa
yat
antara
kelua
pasangan
rga
kembar
laki-laki
dizigotik
yang
Diab
California.
Setelah faktor
risiko
stroke
yang
lain
telah
etes
melli
tus
mempengaruhi
individu
untuk
mendapat
Peny
karotid
atau
dengan,
efek
lokal
pada
mikrosirkulasi serebral.
Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun
akit
jantu
ng
normal.
Fibrilasi atrial :
Lainnya :
Mero
kok
Peni
ngka
tan
hema
merah;
tokrit
polisitemia,
paraproteinemia,
hyperfibrinogenemia,
biasanya
menyebabkan
atau
gejala
Peni
terjadi.
Tingkat fibrinogen tinggi merupakan faktor risiko
ngka
tan
tingk
at
fibri
noge
n
dan
kelai
nan
syste
m
pem
beku
an
Peny
alahg
unaa
obat
Heroin
hipersensitivitas
dapat
timbulkan
sebuah
Hipe
rlipid
berhubungan
dengan
penyakit
jantung
koroner,
emia
laki-laki
di
bawah
55
tahun.
Kejadian
Kolesterol
berkaitan
dengan
perdarahan
Kont
infark lakunar.
Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan
rasep
si
oral
Diet
Kegemukan
Infek
si
dinding
meningovaskular
Sirka
pembuluh
dan
darah.
Sifilis
mucormycosis
dapat
dian
dan
fakto
musi
korelasi
negatif
dengan
kejadian
3.5.
A. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi
kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan
kokain atau amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan
sementara tapi sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein
abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini
(disebut angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan
perdarahan.[6]
Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah saat lahir,
B. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala.
Namun,
yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti kecelakaan
atau jatuh.
mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah
yang lemah dari dinding arteri itu.[6]
pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahuntahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan
subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital.7
pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam atau di
sekitar otak. Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya
hanya diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah
pada katup jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang memasok
otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang. arteri kemudian dapat melemah dan
pecah.[6]
3.6.
kelemahan otot dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat
kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi
okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial,
apraksia, dan hemineglect.[7]
sensorik kontralateral, kesulitan berbicara serta apraksia pada lengan kiri jika korpus
kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan
terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena
kerusakan dari sistem limbik.[7]
Penyumbatan
arteri
serebri
posterior
menyebabkan
hemianopsia
kontralateral parsial dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi
kehilangan memori.[7]
daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior
tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis), dan traktus
optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans
posterior di talamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik.[7]
Penyumbatan
total
arteri
basilaris
menyebabkan
paralisis
semua
eksteremitas dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris
dapat menyebabkan infark pada serebelum, mesensefalon, pons, dan medula oblongata.
Efek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi kerusakan:[7]
Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian wajah
ipsilateral dan ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus [V] dan traktus
spinotalamikus).
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot lidah
(saraf hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]), strabismus (saraf
okulomotorik [III], saraf abdusens [V]).
3.7.
terlibat. Jika belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari
hemiparesis kanan, kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan preferensi,
bidang visual kana terpotong, dan aphasia mungkin terjadi. Jika belahan nondominant
(biasanya kanan) terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri, kerugian hemisensory kiri,
preferensi tatapan ke kanan, dan memotong bidang visual kiri. Sindrom belahan
nondominant juga dapat mengakibatkan pengabaian dan kekurangan perhatian pada sisi
kiri.[2]
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan
kompresi batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat
kesadaran, apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau batang
otak antara lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah, hemiparesis
atau quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari semua empat anggota,
gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau nistagmus, kelemahan
orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan kontralateral tubuh.[2]
A. Perdarahan Intraserebral
bingung. Visi dapat terganggu atau hilang. Mata dapat menunjukkan arah
yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual, muntah, kejang, dan hilangnya
kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam beberapa detik untuk menit.
[8]
B. Perdarahan Subaraknoid
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang disebut
sakit kepala halilintar)
Penglihatan ganda
dan mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan kehilangan
kesadaran singkat.
mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan
sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan mengantuk. Dalam beberapa jam atau
bahkan menit, penderita mungkin menjadi tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan. [8]
mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher kaku
serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. [2]
Sekitar
25%
dari
orang
yang
mengalami
gejala-gejala
mengindikasikan kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: [2,8]
yang
menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama. Sebuah
perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius lainnya, seperti: [2,8]
dapat
membeku. Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan serebrospinal)
dari pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah
terakumulasi
dalam
Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak dapat
kontrak (kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan otak tidak
mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke iskemik.
Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan
kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu
stroke
iskemik,
seperti
3.8.
Luessenhop et al. Pembagian ini juga berguna dalam menentukan prognosis pada pasien
stroke dengan perdarahan intraserebral.[9]
mengenai perdarahan subaraknoid ini dipakai sistem skoring untuk menentukan berat
tidaknya keadaan perdarahan subaraknoid ini dan dihubungkan dengan keluaran pasien.
[10]
Kriteria
defisit neurologis
Koma
GC
Major
facal
Sco
deficit
re
g
r
a
d
e
0
1
2
4
5
15
1314
1314
7-12
3-6
+
+ or + or -
Sistem skoring pada no 1 dan 2 dipakai pada kasus SAH primer akibat
rupturnya aneurisma. [10]
MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa
diandalkan daripada CT scan, terutama stroke iskemik. MRI dapat
mengidentifikasi malformasi vaskular yang mendasari atau lesi yang
menyebabkan perdarahan.2
Hospital
Tanda-tandaSiriraj
ateroma:
tidak Score
ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1
(anamnesis
diabetes; angina; klaudikasio intermitten)
Pembacaan:
Skor > 1 : Perdarahan otak
< -1: Infark otak
: Untuk perdarahan: 89.3%.
Sensivitas
Untuk infark: 93.2%.
3.9.
f. pengendalian kejang
g. pengendalian suhu tubuh
h. pemeriksaan penunjang
a. Terapi hemostatik 1
Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat
haemostasis yang dianjurkan untuk pasien hemofilia yang resisten terhadap
pengobatan faktor VIII replacement dan juga bermanfaat untuk penderita
dengan fungsi koagulasi yang normal.
Aminocaproic acid terbuktitidak mempunyai efek menguntungkan.
Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highlysignificant, tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah lebih
dari 3 jam.
b. Reversal of anticoagulation 1
Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya diberikan fresh
frozen plasma atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K.
Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin K dependent
coagulation factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR lebih cepat
dibandingkan FFP dan dengan jumlah volume lebih rendah sehingga aman
untuk jantung dan ginjal.
Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90g/kg pada pasien PIS yang memakai
warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit. Pemberian obat ini
harus tetap diikuti dengan coagulation-factor replacement dan vitamin K
karena efeknya hanya beberapa jam.
Pasien PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculer weight
heparin diberikan Protamine Sulfat, dan pasien dengan trombositopenia atau
adanya gangguan fungsi platelet dapat diberikan dosis tunggal Desmopressin,
transfusi platelet, atau keduanya.
1. Pedoman Tatalaksana 1
Pasang infus IV di ruang gawat darurat dan monitor ketat kelainankelainan neurologi yang timbul.
b. Penderita dengan grade III, IV, atau V (H&H PSA), perawatan harus lebih
intensif: 1
Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protocol pasien di ruang
gawat darurat.
Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalang nafas
yang adekuat.
Bila ada tanda-tanda herniasi maka dilakukan intubasi.
Hindari pemakaian sedatif yang berlebhan karena aan menyulitkan
penilaian status neurologi.
a. Istirahat di tempat tidur secara teratur atau pengobatan dengan antihipertensi saja
tidak direkomendasikan untuk mencegah perdarahan ulang setelah terjadi PSA,
namun kedua hal tersebut sering dipakai dalam pengobatan pasien dengan PSA.
b. Terapi antifibrinolitik untuk mencegah perdarahan ulang direkomendasikan pada
keadaan klinis tertentu. Contohnya pasien dengan resiko rendah untuk terjadinya
vasospasme atau memberikan efek yang bermanfaat pada operasi yang ditunda.
c. Pengikatan karotis tidak bermanfaat pada pencegahan perdarahan ulang.
d. Penggunaan koil intra luminal dan balon masih uji coba.
a. Pemberian nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada hari ke-3 atau
secara oral 60 mg setiap 6 jam selama 21 hari. Pemakaian nimodipin oral terbukti
memperbaiki deficit neurologi yang ditimbulkan oleh vasospasme. Calcium
antagonist lainnya yang diberikan secara oral atau intravena tidak bermakna.
b. Pengobatan dengan hyperdinamic therapy yang dikenal dengan triple H yaitu
hypervolemic-hypertensive-hemodilution,
dengan
tujuan
mempertahankan
5. Antifibrinolitik
6. Antihipertensi 1
a. Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mmHg atau tekanan darah sistolik
(TDS) tidak lebih dari 160 dan tekanan darah diastolic (TDD) 90 mmHg (sebelum
tindakan operasi aneurisma clipping).
b. Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHg dan TDD lebih
dari 90 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg.
c. Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2 mg/menit
sampai mencapai maksimal 20 mg/jam atau esmolol infuse dosisnya 50-200
mcg/kg/menit. Pemakaian nitroprussid tidak danjurkan karena menyebabkan
vasodilatasi dan memberikan efek takikardi.
d. Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapat diberikan
vasopressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan iskemik penumbra yang
mungkin terjadi akibat vasospasme.
7. Hiponatremi
Bila Natrium di bawah 120 mEq/L berikan NaCl 0,9% IV 2-3 L/hari. Bila
perlu diberikan NaCl hipertonik 3% 50 mL, 3 kali sehari. Diharapkan dapat
terkoreksi 0,5-1 mEq/L/jam dan tidak melebihi 130 mEq/L dalam 48 jam
pertama.1
Ada yang menambahkan fludrokortison dengan dosis 0,4 mg/hari oral atau
0,4 mg dalam 200 mL glukosa 5% IV 2 kali sehari. Cairan hipotonis
sebaiknya dihindari karena menyebabkan hiponatremi. Pembatasan cairan
tidak dianjurkan untuk pengobatan hiponatremi.1
8. Kejang
Dapat dipakai fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari oral atau IV.
Initial dosis 100 mg oral atau IV 3 kali/hari. Dosis maintenance 300-400
mg/oral/hari dengan dosis terbagi. Benzodiazepine dapat dipakai hanya
untuk menghentikan kejang.1
9. Hidrosefalus 1
a. Akut (obstruksi)
Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari
Antagonis H2
Antasida
3.10.
tinggi. Apabila terdapat volume darah yang besar dan pertumbuhan dari
volume hematoma, prognosis biasanya buruk dan outcome fungsionalnya
juga sangat buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Adanya darah
dalam ventrikel bisa meningkatkan resiko kematian dua kali lipat. Pasien
yang
menggunakan
antikoagulasi oral
yang berhubungan
dengan
3.11.
pengendalian faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor risiko
yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA, dislipidemia,
dan sebagainya.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok
Studi
Stroke
Perhimpunan
Dokter
Spesialis
Saraf
Diunduh dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarah
Otak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.html [Tanggal:
17 Februari 2014]
10. Mesiano, Taufik. Perdarahan Subarakhnoid Traumatik. FK UI/RSCM, 2007.
Diunduh dari:
http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uu
zQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik
%20M.doc?nmid=88307927 [Tanggal: 17 Februari 2014]
11. Poungvarin, N. Skor Siriraj stroke dan studi validasi untuk membedakan
perdarahan
intraserebral
supratentorial
dari
infark.
Diunduh
dari: