Page
Page
Page
Page
Page
Page
dapat
dikelompokkan
menjadi
parasit
ternak
dan
parasit
tumbuhan.
PARASIT HEWAN
1. Endoparasit
Yang termasuk endoparasit adalah parasit usus, cacing paru-paru, dan
cacing hati. Parasit masuk saat sapi digembalakan atau makan. Parasit
memper-banyak diri dengan bertelur banyak, dari telur timbul larva
bila lingkungan lembab dan hangat.
2. Protozoa
Protozoa adalah ternak bersel tunggal. Protozoa terdiri dari beberapa
bentuk, misalnya koksidia yang menyebabkan koksidiosis pada unggas.
3. Ektoparasit
Ektoparasit disebut juga ternak seperti laba-laba. Kelompok terpenting
dari kelompok ini adalah kutu dan caplak.
4. Insek
Insek yang dapat menyebabkan penyakit adalah kutu, dan lain-lain.
PARASIT TUMBUHAN
1. Jamur
Jamur ditemukan pada atau di dalam kulit. Jamur dapat menyebabkan
sakit kulit atau keracunan.
2. Bakteri.
Bakteri adalah organisme sel tunggal yang memperbanyak diri dengan
pembelahan. Satu bakteri membelah menjadi dua bakteri sangat kecil,
berukuran 0,001 hingga 0,005 milimeter, dan hanya dapat dilihat
menggunakan mikroskop. Bakteri dapat membelah diri dengan cepat.
Bakteri terdapat dimana-mana, dalam pakan, dalam air, pada pakaian,
pada peralatan, dan sebagainya. Secara singkat tidak ada benda yang
Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan UNPAD
Page
Page
Page
c. PENYAKIT CAMPURAN.
1. MASTITIS
Mastitis terjadi hampir diseluruh peternakan. Susu di dalam ambing
mengandung beberapa bakteria dan sedikit sel somatik. Bila terjadi
kelainan pada ambing maka sel somatik atau jumlah bakteri atau
keduanya meningkat pesat. Sapi dikatakan menderita mastitis. Gejalanya
sangat bervariasi karena tergantung pada penyebab dan sensitivitas sapi.
Gejala mastitis terlihat pada tubuh sapi, ambing dan susu. Sapi
memperlihatkan sedikit peningkatan temperatur tubuh atau mungkin juga
sakit serius; kadang-kadang ada sapi yang mati karena mastitis. Gejala
yang tampak pada ambing tidak seluruhnya tampak. Sebagian ambing
mungkin membengkak temporer yang mungkin juga diikuti oleh
pengerasan. Ambing terasa hangat bila disentuh yang juga dapat diikuti
bengkak nanah dan sakit. Setelah insfeksi akut, ambing menjadi normal
kembali, tetapi ambing mengeras dan membesar secara permanen.
Sebagian atau seluruh bagian ambing kehilangan kemampuannya
menghasilkan susu.
Bila memperhatikan susu, ketidaknormalan hampir tidak dapat diamati
hingga terlihat jelas. Susu asal bagian ambing yang terinsfeksi serius
berbau busuk, berdarah, bernanah, bergumpal dan mempunyai komposisi
kimia abnormal. Pada kasus yang tidak begitu parah, susu tampak benarbenar normal dan hanya pada beberapa pancaran terdapat gumpalan,
tetapi komposisi kimia berbeda dari susu normal.
Istilah Yang Digunakan.
a. Ambing normal adalah ambing yang menunjukkan tanda-tanda luar
kondisi patologis dan susu bebas dari organisme patogenik dan
mempunyai jumlah sel normal.
Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan UNPAD
Page
10
Ada beberapa metode dan uji yang dapat digunakan dalam upaya
menentukan mastitis. Biasanya pengujian membutuhkan laboratorium dan
hasilnya memerlukan interpretasi seksama.
Secara praktis pemerah pengamat segera dapat menemukan apakah ada
kelainan pada seekor sapi, misalnya gumpalan pada beberapa pancaran,
abnormalitas bila disentuh atau melalui pandangan. Terutama kasus klinis
lebih langsung segera ditemui. Akan tetapi, pemerah sebaiknya berpikir
realis, seperti gunung es, kejadian mastitis hanya merupakan sebagian
dari kasus mastitis. Pemerah harus berhati-hati terhadap bentuk subklinis
yang tidak terlihat. Rataan bentuk subklinis 20 kali lebih banyak daripada
klinis. Bentuk subklinis menyebabkan kerugian ekonomis lebih besar.
Penelitian menunjukkan bahwa sapi yang menderita mastitis subklinis
pada salah satu kuartir ambingnya kehilangan 10 persen produksi susu.
Memperhatikan pengobatan, antibiotik digunakan secara luas tetapi
antibiotik juga merugikan. Fakta menunjukkan bahwa antibiotik tidak
efektip melawan seluruh penyakit. Manfaat antibiotik adalah mengurangi
kerugian kehilangan susu selama masa pengobatan dan hingga lima hari
setelah pengobatan, karena seluruh susu dari sapi yang diobati tidak
dapat dikonsumsi. Hal lainnya, antibiotik tidak dapat mencegah insfeksi
baru. Karena itu pengobatan dengan antibiotik sebaiknya dibatasi hanya
untuk kasus klinis segera setelah gejala tampak dan terhadap kasus
subklinis pada pengeringan sapi.
Timbulnya mastitis.
Ambing adalah organ produktif. Ambing sensitif tidak hanya terhadap
kerusakan mekanis tetapi juga terhadap perubahan lingkungan tiba-tiba,
misalnya tarikan, perbedaan besar tiba-tiba temperatur. Pada keadaan
seperti itu daya tahan melawan penyakit secara temporer menjadi turun.
Pada kasus mastitis aseptik, jaringan ambing secara mekanis rusak yang
menghasilkan peningkatan jumlah sel somatik. Umumnya mastitis
disebabkan oleh bakteri, bakteri menembus ambing melalui saluran
putting. Di dalam ambing bakteri tumbuh cepat karena lingkungan yang
sesuai, lalu bakteri merusak jaringan ambing. Tubuh sapi menahan
serangan ini dengan cara mengirim butir darah putih ke bagian jaringan
Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan UNPAD
Page
11
Page
12
Page
13
Page
14
Diare
2.
3.
Kelaparan
4.
Infeksi pusar
5.
Infeksi cacing
6.
Defisiensi
Virus
Page
15
Page
16
DAFTAR PUSTAKA
Foley, R.C., D.L. Bath, F.N. Dickinson, H.A. Tucker. 1973. Dairy Cattle :
Principles, Practices, Problems, Profits. Lea & Febiger. Philadelphia. 478495.
Practical Training Centre for Dairy Cattle and Grassland Management and
Agricultural Education Division, Ministry of Agriculture and Fisheries. Practical
Guidelines for Modern Dairy farming in Tropical and Subtropical Regions. Part
I. Oenkerk, The Hague (Netherlands). 1-92.
-----------------------------------------------------------------------, Ministry of Agriculture and
Fisheries. Practical Guidelines for modern Dairy Farming in Tropical and
Subtropical Regions. Part II. Oenkerk, The Hague (Netherlands). 1-59.
-----------------------------------------------------------------------, Ministry of Agriculture and
Fisheries. Practical Guidelines for modern Dairy Farming in Tropical and
Subtropical Regions. Part IV. Oenkerk, The Hague (Netherlands). 1-24.
Sommer, H. and Staff Members of Dairy Production Laboratory. 1994. A.
Guideline to Healthy High Producing Cows. Faculty of Animal
Husbandry, Padjadjaran University. Jatinangor, West Java, Indonesia. 1-24.
Stamm, G.W. 1975. Popular Mechanics, Veterinary Guide for Farmers.
Completely Revised Ed., The Hearst Corporation. New York. 126-130.
Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan UNPAD
Page
17
Page
18