Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM
IV.1 Tabel Pengamatan
A. Tabel pengamatan pada makroskopik

B. Tabel pengamatan makroskopik


N
O

ORGANOLEPTIK
Nama Simplisia

Bentuk

Bau

Rasa

Batang sambiloto

Bulat

Aromatik

Daun kumis kucing

Bulat pipih

khas

Rimpang temulawak

Bulat tebal

Tidak
berasa
Tidak
berasa
pedas

Rimpang kencur

Persegi

Sedikit
menyengat
khas
Pahit

Bawang putih

Bulat lonjong

wangi

Pedas

Lada hitam

Bulat

khas

Pedas

Rimpang temu hitam

Aromatik

Hambar

Akar wangi

Bulat
berduri(serat)
Serabut kecil

ketumbar

Bulat

Wangi
aromatik
harum

10

Rimpang lengkuas

Bulat lonjong

wangi

Tidak
berasa
Tidak
berasa
pekat

11

Rimpang jahe

12

Kayu manis

Bulat
berserat
Panjang

Khas
aromatik
wangi

pedas
hambar

Warna

Ukuran
(cm)
Hijau
P= 4
kecoklatan d= 0,2
Hijau
P= 3,1
KuningP= 4,3
kecoklatan d= 0,2
coklat
P= 6,2
d= 1,4
putih
P= 3
d= 1,2
hitam
P= 0,2
d= 0,5
coklat
P= 4,1
d= 1
Coklat
P= 11,2
pucat
coklat
P= 0,1
coklat
Kuning
coklat
coklat

P= 3,4
d= 1,6
P= 3,2
d= 1,2
P= 4

13

Kulit pule

14

Buah kapulaga

15

Umbi pukul empat

16

Kayu puter

17

Biji jarak

18

Kulit kunyit putih

19

Kayu secang

20
21

Jintan jitam
Bunga cengkeh

22

Kulit kayu kembang


merak

23

Daun tempuyung

24

Batang brotowali

25

Daun sambiloto

Pipih
gelombang
Bulat

wangi

pahit

Aromatik

Bulat
panjang
Panjang
melilit
Bulat lonjong

khas

Potongan
kecil
Panjang

khas

Agak
pedas
Agak
asin
Tidak
berasa
Tidak
berasa
Pekat

Bulat kecil
Silinder,kelo
pak coklat
tua
Panjang
dengan bintik
hitam
Tulang daun
menyirip
Panjang
bertotol
Daun kecil
berserat

wangi
Khas
aromatik

khas
khas

khas

d= 0,7
Coklat tua P= 2,3
d= 1,3
Putih
P= 0,3
kecoklatan d= 1,1
Coklat tua P= 2,5
d= 2,3
Coklat
P= 2,5
kehijauan d= 1,2
P= 0,7
d= 2
0,2

Agak
hambar
Pekat
Tidak
berasa

P= 3,5
d= 0,4
P= 0,2
P= 1,8
d= 0,3

aromatik

Tidak
berasa

P= 4

Bau lemah

Tidak
berasa
Pahit

P= 2,2
d= 0,9
P= 5,3
d= 1,1
P= 0,6

khas

Agak
Sangat
menyengat pahit

IV.2 Perhitungan

IV.3 Pembahasan
Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih
diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai
pengobatan suatu penyakit. Berdasarkan undang-undang kesehatan bidang farmasi dan
kesehatan, yang dimaksud dengan Obat bahan Alam Indonesia adalah Obat bahan Alam yang
diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat

pembuktian khasiat, Obat bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi : jamu, Obat Herbal
Terstandar, dan Fitofarmaka.
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk
serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu
tersebut serta digunakan secara tradisional. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku.
Uji makroskopik yaitu pemeriksaan awal dengan mengamati bentuk organoleptik
simplisia menggunakan panca indra dengan mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa
kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya (spesies) sedangkan. Uji mikroskopik serbuk
jamu tidak hanya dapat dilakukan melihat bentuk anatomi jaringan yang khas, tetapi dapat pula
menggunakan uji histokimia dengan penambahan pereaksi tertentu pada serbuk sediaan jamu uji,
dan zat kandungan simplisia uji akan memebrikan warna spesifik, sehingga mudah di deteksi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan makroskopik pada sediaan jamu berupa simplisia yang
telah dipisahkan sebanyak 20 simplisia. Dimana simplisia itu sendiri adalah bahan alami yang
digunakan sebagai abat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan
lain,berupa bahan yang telah dikeringkan. pada uji makroskopik ini digunakan panca indera
untuk mengetahui bentuk,warna,bau rasa,,dan ukuran masing-masing simplisia. Pada sampel
simplisia batang sambiloto memiliki; bentuk panjang ;bau aromatic;tidak memiliki rasa;warna
kecoklatan dengan panjang 4,3 cm dan diameter 0,2 cm, sampel daun kumis kucing
memiliki;bentuk bulat pipih;bau khas;tidak memiliki rasa,warna hijau dengan panjang 3,1
cm,sampel rimpang temulawak memiliki;bentuk bulat tebal;bau sedikit menyengat,rasa
pedas,warna putih dengan panjang 4,3 cm dan diameter 0,2 cm. pada sampel rimpang kencur
memiliki;bentu persegi;bau khas;rasa pahit;warna coklat dengan panjang 6,2 cm dan diameter
1,4 cm, sampel bawang putih memiliki;bentuk bulat panjang;bau wangi;rasa pedas;warna putih
dengan panjang 3 cm dan diameter 1,2 cm, sampel lada hitam memiliki;bentuk bulat;bau
khas;rasa pedas;warna hitam dengan panjang 0,2 cm dan diameter 0,5 cm, sampel rimpang
temulawak memilki;bentuk bulat berduri;bau aromatic;rasahambar;warna coklat dengan panjang
4,2 cm dan diameter 1 cm, sampel akar wangi memiliki;bentuk serabut kecil,wangi
aromatic,tidak memiliki rasa;warna coklat pucat dengan panjang 11,2 cm, sampel ketumbar
memiliki;bentuk bulat;bau harum;rasa tidak memiliki rasa;warna coklat dengan panjang 0,1 cm,
sampel rimpang lengkuas memiliki;bentuk lonjong bulat;bau wangi;rasa pekat;warna coklat
dengan panjang 3,4 cm dan diameter 1,6 cm, sampel rimpang jahe memiliki;bentuk bulat
berserat;bau khas aromatic;rasa pedas;warna kuning coklat dengan panjang 3,2 cm dan diameter
1,2 cm, sampel kayu manis memiliki;bentuk panjang;bau wangi;rasa hambar;warna coklat
dengan panjang 4 cm dan diameter 0,7 cm, sampel kulit pule memilki;bentuk pipih
gelombang;bau wangi;rasa pahit;warna coklat tua dengan panjang 2,3 cm dan diameter 1,3 cm,
sampel buah kapulaga memilki;bentuk bulat;bau aromatic;rasa agak pedas;warna putih
kecoklatan dengan panjang 0,3 cm dan diameter 1,1 cm, sampel umbi pukul empat

memiliki;bentuk bulat panjang;bau khas;rasa agak asin,warna coklat tua dengan panjang 2,5 cm
dan diameter 2,3 cm, sampel kayu puter memiliki;bentuk panjang melilit;bau khas;tidak memilki
rasa;warna coklat dengan panjang 2,5 cm dan diameter 1,2 cm, sampel biji jarak memiliki;bentuk
bulat lonjong,bau khas,tidak memiliki rasa;warna hitam dengan panjang 0,7 cm dan diameter 2
cm, sampel kulit kunyit putih memilki;bentuk potongan kecil;bau khas;rasa pekat,warna coklat
putih dengan panjang 0,2 cm, sampel kayu secang memilki;bentuk panjang;bau khas;rasa agak
hambar;warna coklat orange dengan panjang 3,5 cm dan diameter 0,4 cm, sampel jintan hitam
memiliki;bentuk bulat kecil;bau wangi;rasa pekat;warna hitam dengan panjang 0,2 cm, sampel
bunga cengkeh memilki;bentuk silinder kelopak coklat tua;tidak memilki rasa;warna kuning
kecoklatan dengan panjang 1,8 cm dan diameter 0,3 cm, sampel kulit kayu kembang merak
memiliki;bentuk panjang bintik hitam;bau aromatic;tidak memiliki rasa,warna coklat pucat
dengan panjang 4 cm, sampel daun tempuyung memilki;bentuk tulang daun menyirip;bau
lemah;tidak memilki rasa;warna coklat dengan panjang 2,2 cm dan diameter 0,9 cm, sampel
batang brotowali memilki;bentuk panjang bertotol,bau khas,rasa pahit ,warna coklat dengan
panjang 5,3 cm dan diameter 1,1 cm, sedangkan pada sampel daun brotowali memiliki;bentuk
daun kecil berserat,bau agak menyengat;rasa sangat pahit;warna coklat kehijauan dengan
panjang 0,6 cm. Agar dapat mendukung hasil pemeriksaan secara makroskopik maka simplisia
yang telah diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan jenis dan khasiat nya seperti yang terdapat
pada tabel sebelum nya. Adapun pada pemeriksaan mikroskopik sediaan jamu yang telah
dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya diatur sesuai keperluan.
Pada uji ini sampel yang digunakan adalah serbuk pembanding (jamu kuat) dan setelah diamati
dibawah mikroskop terlihat gambar seperti diatas yang anatomi jaringan pada serbuk haksel yang
teramati yaitu berupa fragmen-fragmen mesofil,xylem,dan floem,serabut sklerenkim,dan letak
stomata ditengah dengan tipe stomata Aktinositik.
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang digunakan dengan merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari. Keuntungan dari cara ini adalah cara pengerjaan dan peralatannya
sederhana, meskipun demikian ada juga kerugiannya, yaitu waktu pengerjaannya relatif lama dan
kurang sempurna. Maserasi merupakan cara yang paling sederhana kerena simplisia yang telah
diserbukkan dengan derajat halus tertentu hanya perlu direndam dalam cairan penyari selama
waktu yang ditentukan dalam suatu wadah yang terlindung dari sinar matahari untuk
menghindari terjadinya reaksi yang dikatalisis oleh cahaya dan juga untuk menghindari
terjadinya perubahan warna. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol atau pelarut
lain. Apabila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat
ditambahkan bahan pengawet yaitu nipagin yang diberikan pada awal penyarian . Hasil
penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Waktu tersebut
diperlukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut ke dalam cairan

penyari seperti malam. Namun ,berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada metode
maserasi sampel yang digunakan bukan simplisia yang telah diserbukkan melainkan sampel yang
diambil adalah simpilisia dari salah satu dari keseluruhan bahan jamu yaitu simplisia bidara laut
yang sebelum nya ditimbang berat totalnya sebelum dimasukkan kedalam wadah sampel
kemudian ditambahkan pelarut etanol/cairan penyari sampai sampel terendam sampai permukaan
penyari kira-kira 5 cm. Biasanya simplisia dibiarkan merendam selama 2-5 hari atau minimal
1x24 jam sambil diaduk sesekali untuk mendapatkan ekstrak cair dari proses penyaringan dan
setelah itu ekstrak hasil penyarian diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental. Dari ekstrak kental
yang telah diperoleh sehingga pada percobaan ini didapatkan persen perendaman ekstrak
sebanyak 0,7 % dengan membagi berat ekstrak dan berat sampel yang sebelum nya sudah
dilakukan penimbangan.
Ekstraksi adalah proses pemisahan zat terlarut didalam 2 macam zat pelarut yang tidak
saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut
organic dan pelarut air. Jika suatu cairan ditambahkan kedalam ekstrak yang telah dilarutkan
dalam cairan lain yang tidak dapat becampur dengan yang pertama,maka akan terbentuk dua
lapisan. Satu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tsb(biasa
disebut fase)dan setelah beberapa waktu dicapai kesetimbangan konsetrasi dalam kedua lapisan.
Waktu yang diperlukan untuk tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh
pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah. Berdasarkan hasil percobaan yang telah
dilakukan yaitu sampel yan digunakan merupakan sampel dari hasil proses maserasi sebelum nya
yakni ekstrak kental/ekstrak methanol dengan bobot 3 gram. Untuk mendapatkan proses
pemisahan dari 2 pelarut,ekstrak methanol 3 gram ditambahkan 10 ml aquadest kemudiaan
disuspensikan dan dicukupkan volumenya hingga 20 ml,lalu dimasukkkan kedalam corong pisah
yang ditambahkan n-butanol sebanyak 20 ml,tutup corong pisah,balik dan kocok searah jarum
jam sambil sesekali kran corong dibuka.setelah itu tutup corong dan setelah diamati antara 2
pelarut yang digunakan terjadi pemisahan. Namun, hanya pelarut n-butanol saja yang ditampung
sedangkan lapisan air nya dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan metode ekstraksi cair-cair yang
didasarkan teori yang ada.
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan membuat formulasi sediaan obat tradisional
yang dibuat dari simplisia yaitu pembuatan kapsul. Diman kapsul adalah sediaan obat tradisional
bahan bakunya terbuat dari terbungkus cangkang keras atau lunak, bahan bakunya berupa

simplisia sediaan galenik dengan atau bahan baku tambahan. Adapun simplisia yang digunakan
merupakan simplisia dari percobaan sebelumnya yaitu daun kumis kucing yang sebelumnya
diserbukkan terlebih dahulu. Untuk pembuatan kapsul dibutuhkan alat-alat seperti seperangkat
alat dalam pembuatan kapsul, lalu kapsul yang praktikan gunakan adalah kapsul kosong dengan
ukuran ( 0 ). Pengkapsulan dibuat sebagai tindak lanjut dari serbuk, langkah awal pembuatan
produk formula ini diawali dengan pengolahan simplisia, yaitu simplisia di blender lalu diayak
dengan saringan yang berukuran sangat kecil /Ayakan 60. Setelah didapatkan hasil saringan tadi,
lalu memasukkan serbuk simplisia tersebut ke dalam kapsul dengan mula mula meletakkan
bagian kapsul yang panjang pada barisan lubang penyangga, dan diatur sedemikian rupa
sehingga memasukkan serbuk simplisia tersebut akan mudah dilakukan. Lalu dipadatkan dan
kemudian tutup kapsul ditutup kembali. Dan kapsul pun telah jadi. Tentunya ada alas an
mengapa orang membuat kapsul, misalnya alas an kepraktisan, ekonomi, bahan baku yang pahit.
Alasan inilah yang mendorong orang untuk membuat kapsul.Jika kita lihat proses pembuatan
kapsul ini sebenarnya tidaklah terlalu rumit, karena bahan-bahan yang digunakan relative mudah
dicari, murah, prosesnya cukup sederhana, waktu relative singkat, nilai komersialnya tinggi,
namun alat-alat yang digunakan relative mahal. Hal ini terjadi kerena lokasi penjualan yang jauh
dan sulit dicari. Tentunya lanjutan rentang pembuatan kapsul dan formulasi yang paling baik
untuk menyembuhkan suatu penyakit tertentu, jadi secara umum pembuatan kapsul tidak terlalu
rumit dan perlu dikembangkan.
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan
ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20
kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan
bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang
ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom
B.
Persyaratan :
BOBOT RATA-RATA ISI KAPSUL

120 mg atau lebih


Lebih dari 120 mg
.

PERBEDAAN
DALAM %
A
10 %
7,5 %

BOBOT
B
20 %
15 %

ISI

KAPSUL

Berdasarkan percobaan parameter sediaan mutu obat tradisional yang telah dilakukan
penyimpangan bobot yang diperoleh dari kapsul adalah 4 % yang diperoleh dari perbandingan
antara berat rata-rata isi kapsul dan berat rata-rata cangkang kapsul yang sebelum nya dilakukan
penimbangan terlebih dahulu pada sampel kapsul(kapsul kapsida) sebanyak 12 kapsul. Sehingga
diperoleh bobot penyimpangan. jika mengarah pada teori sebelumnya tentang penyimpangan
bobot kapsul yang ditetapkan pada FI III, bobot penyimpangan yang diperoleh dari sampel
percobaan sudah memenuhi syarat yaitu 4%,karena menurut FI III penyimpangan bobot yang
diperoleh dari kapsul tidak boleh melebihi kolom A seperti yang terdapat pada tabel diatas
tentang syarat keseragaman bobot.
Kromatografi adalah cara pemisahan zat khasiat dan zat lain yang ada dalam bahan atau
sediaan yang dengan jalan penyarian berfraksi,penyerapan atau penukaran ion pada zat
berpori,menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Kromatografi kertas merupakan metode
analitik yang digunakan untuk memisahkan bahan kimia berwarna, terutama pigmen. Ini juga
dapat digunakan untuk memisahkan warna primer atau sekunder dalam tinta. Metode ini telah
banyak digantikan dengan kromatografi lapisan tipis. Pada percobaan yang telah dilakukan
metode yang digunakan merupakan kromatografi lapis tipis. Pada prinsipnya ,proses pemisahan
secara kromatografi melibatkan beberapa sifat fisika utama dari molekul,yaitu kecendrungan
molekul melarut dalam cairan (kelarutan),kecendrungan molekul untuk melekat pada permukaan
serbuk halus (adsorbs),dan kecendrungan molekul untuk menguap. Dalam percobaan yang telah
dilakukan,sampel yang diguanakan merupakan sampel pada percoboaan sebelum nya (ekstraksi
cair-cair) yaitu berupa ekstrak yang telah diuapkan dan setelah diamati menggunakan metode
KLT sampel naik keatas yang menunjukkan warna kuming hal ini diperoleh ketika sebuah garis
menggunakan lempeng dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu.
Diberikan penandaan pada garis dilempengan untuuk menunjukkan posisi awal dari tetesan.
Ketika bercak dari campuran mengering,lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia
tertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas
pelarut berada dibawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia
adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan. Untuk mendapat
kondisi ini. Dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring/tissue yang terbasahi
oleh pelarut n-butanol. Setelah pelarut jenuh,lempeng yang telah ditotoli sampel dimasukkan
kedalam chamber/gelas kimia yang berisi pelarut. Dari perkiraan identifikasi suatu senyawa

diperoleh dengan pengamatan bercak eluen yang naik keatas. Untuk mengetahui lebih jelas
lempeng KLT dikeringkan dan diamati dibawah lampu UV-VIS 254 nm dan 366 nm. Dari
pengamatan sehingga diperoleh nilai Rf nya yaitu 0,90 yang dipeoleh dari perbandingan antara
jarak perambat noda dan jarak perambatan eluen.

Anda mungkin juga menyukai