Ulkus Dekubitus
Ulkus Dekubitus
1.
A. Definisi
ULKUS DEKUBITUS
Ulkus dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dari bawah
kulit bahkan menembus otot sampai mengenai tulang, akibat adanya penekanan pada
suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah.
Luka dekubitus adalah nekrosis pada jaringan lunak antara tonjolan tulang dan
permukaan padat, paling umum akibat imobilisasi. Menurut National Pressure Ulcer
Advisory Panel (NPUAP) tahun 1989, ulkus dekubitus adalah suatu daerah tertekan yang
tidak nyeri dengan batas yang tegas, biasanya batas penonjolan tulang, yang
mengakibatkan terjadi iskemik, kematian sel dan nekrosis jaringan.
Umumnya ulkus dekubitus terjadi pada penderita dengan penyakit kronik yang
berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer; pressure ulcer,
pressure sore, bed sore. Masalah ini menjadi problem yang cukup serius baik di negara
maju maupun di negara berkembang, karena mengakibatkan meningkatnya biaya
perawatan dan memperlambat program rehabilitasi bagi penderita.
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana
terdapat penonjolan tulang, yaitu sikut, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung
dan kepala bagian belakang. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan yang terjadi pada bagian
tubuh melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler
mengurangi atau memperbaikinya sehingga terjadi kerusakan jaringan yang menetap. Bila
tekanan yang terjadi kurang dari 32 mmHg atau ada usaha untuk memperbaiki aliran
darah ke daerah tersebut maka ulkus dekubitus dapat dicegah.
a. Tekanan dari luar yang menimbulkan iskemi setempat. Dalam keadaan normal,
tekanan intrakapilar arterial adalah 32 mm Hg dan tekanan ini dapat meningkat
mencapai maksimal 60 mm Hg yaitu pada keadaan hiperemia.
b. Tekanan midkapilar adalah 20 mm Hg, Sedangkan tekanan pada daerah vena
adalah 13 - 15 mm Hg.
c. Efek destruksi jaringan yang berkaitan dengan keadaan iskemia dapat terjadi
dengan tekanan kapilar antara 32 - 60 mm Hg yang disebut sebagai tekanan supra
kapilar. Bila keadaan suprakapilar ini tercapai, akan terjadi penurunan aliran darah
kapilar yang disusul dengan keadaan iskemia setempat.
d. Substansia H yang mirip dengan histamin dilepaskan oleh sel-sel yang iskemik
dan akumulasi metabolit seperti kalium, adenosin difosfat (ADP), hidrogen dan
asam laktat, diduga sebagai faktor yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
e. Reaksi kompensasi sirkulasi akan tampak sebagai hiperemia dan reaksi tersebut
masih efektif bila tekanan dihilangkan sebelum periode kritis terjadi yaitu 1 - 2
jam.
f. Kosiak (1959) membuktikan pada anjing bahwa tekanan dari luar sebesar 60 mm
Hg selama 1 jam akan menimbulkan perubahan degeneratif secara mikroskopik
pada semua lapisan jaringan mulai dari kulit sampai tulang, sedangkan dengan
tekanan 35 mm Hg selama 4 jam perubahan degeneratif tersebut tidak terlihat.
Daniel dkk (1981) menyatakan bahwa iskemia primer terjadi pada otot dan
kerusakan jaringan kulit terjadi kemudian sesuai dengan kenaikan besar dan
lamanya tekanan.
g. Dulu faktor neurotropik disebutkan sebagai faktor penyebab
utama ulkus
dekubitus
dapat
terbentuk
karena
ada
beberapa
faktor
yang
e. Immobilitas
Seorang penderita immobil pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring
diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan
daerah tumit mencapai 30-45 mmHg. Lindan dkk menyebutkan bahwa pada pasien
posisi telentang, tekanan eksternal 40-60 mmHg merupakan tekanan yang paling
berpotensi untuk terbentuk ulkus pada daerah sacrum, maleolus lateralis dan
oksiput. Sedangkan pada pasien posisi telungkup, thoraks dan genu mudah terjadi
ulkus pada tekanan 50 mmHg. Pada pasien posisi duduk, mudah terjadi ulkus bila
tekanan berkisar 100 mmHg terutama pada tuberositas ischii. Tekanan akan
menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit.
Pada penderita dengan paralisis, kelaian neurologi, atau dalam anestesi yang
lama, syaraf aferen tidak mampu untuk memberikan sistem balik sensoromotor.
Akibatnya, tanda-tanda tidak menyenangkan dari daerah yang tertekan tidak
diterima, sehingga tidak melakukan perubahan posisi.Berbeda dengan orang tidur,
untuk mengatasi tekanan yang lama pada daerah tertentu secara otomatis akan
terjadi perubahan posisi tubuh setiap 15 menit. Gerakan perubahan posisi pada
orang tidur biasanya lebih dari 20 kali setiap malam. Bila kurang dari 20 kali, maka
akan berisiko untuk terjadinya ulkus dekubitus.
D. Lokasi Ulkus Dekubitus
Setiap bagian tubuh dapat terkena, tetapi umumnya terjadi pada daerah tekanan dan
penonjolan tulang.
1) Tuberositas ischii
Frekuensinya mencapai 30% dari lokasi tersering. Terjadi akibat tekanan langsung
pada keadaan duduk. Juga karena foot rest pada kursi roda yang terlalu tinggi,
sehingga berat badan tertumpu pada daerah ischium.
2) Trochanter mayor
Frekuensinya mencapai 20% dari lokasi yang tersering. Terjadi karena lama berbaring
pada satu sisi, kursi roda terlalu sempit, osifikasi heterotropik, skoliosis, yang
mengakibatkan pindahnya berat badan ke sisi panggul yang lain.
3) Sacrum
Frekuensinya mencapai 15% dari lokasi tersering. Terjadi pada penderita yang lama
berbaring terlentang, tidak mengubah posisi berbaring secara teratur, salah posisi path
waktu duduk di kursi roda juga dapat terjadi karena penderita merosot di tempat tidur
dengan sandaran miring, terlalu lama kontak dengan urin, keringat ataupun feces.
4) Tumit
Frekuensinya mencapai 10% dari lokasi tersering. Keadaan spastik pada anggota
gerak bawah dapat menimbulkan tekanan dan gesekan tumit pada tempat tidur atau
pada foot rest kursi roda.
5)Lutut
Terjadi bila penderita lama berbaring telungkup, sedangkan sisi lateral lutut terkena
karena lama berbaring pada satu sisi.
5) Maleolus
Maleolus lateralis dapat terkena karena berbaring terlalu lama pada satu sisi, trauma
pada waktu pemindahan penderita, posisi foot rest kurang baik. Maleolus medialis
juga dapat terkena karena gesekan kedua maleolus kanan dan kiri akibat keadaan
spastik otot aduktor.
6) Siku
Dapat terkena bila siku sering dipakai sebagai penekan tubuh atau pembantu
mengubah posisi.
7) Jari kaki
Dapat terkena pada posisi telungkup, sepatu yang terlalu sempit dan sebagainya.
8) Scapulae dan Processus spinosus vertebrae
Dapat terkena akibat terlalu lama berbaring terlentang dan gesekan yang sering.
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinik yang tampak oleh penderita, biasanya berupa kulit yang kemerahan
sampai terbentuknya suatu ulkus. Kerusakan yang terjadi dapat meliputi dermis,
epidermis, jaringan otot sampai tulang. Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak
menghilang apabila ditekan ibu jari, pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit,
dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan, termasuk demam dan
peningkatan hitung sel darah putih, dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan
dan perawatan di Rumah Sakit yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil.
Klasifikasi berdasarkan gambaran klinis yang penting berkenaan dengan
penatalaksanaannya
1. Stadium 1 :
Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit. Penderita
dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Stadium ini umumnya reversibel dan
dapat sembuh dalam 5 - 10 hari.
2.
Kultur Tinja
Pemeriksaan ini perlu pada keadaan inkontinesia alvi untuk melihat leukosit dan toksin
Clostridium difficile ketika terjadi pseudomembranous colitis.
3.
Biopsi
Biopsi penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan dengan pengobatan
yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronik untuk melihat apakah terjadi proses yang
mengarah pada keganasan. Selain itu, biopsi bertujuan untuk melihat jenis bakteri yang
menginfeksi ulkus dekubitus. Biopsi tulang perlu dilakukan bila terjadi osteomyelitis.
4.
Pemeriksaan Darah
Untuk melihat reaksi inflamasi yang terjadi perlu diperiksa sel darah putih dan laju endap
darah. Kultur darah dibutuhkan jika terjadi bakteremia dan sepsis.
5.
Keadaan Nutrisi
Pemeriksaan keadaan nutrisi pada penderita penting untuk proses penyembuhan ulkus
dekubitus. Hal yang perlu diperiksa adalah albumin level, prealbumin level, transferrin
level, dan serum protein level,
6.
Radiologis
Pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kerusakan tulang akibat osteomyelitis.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan sinar-X, scan tulang atau MRI.
G. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada stadium 3 dan 4 walaupun dapat juga pada ulkus yang
superfisial. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
Keterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis, osteitis, osteomielitis, artritis
septik.
Septikemia.
Anemia.
Hipoalbuminemia.
Kematian
H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan ulkus dekubitus adalah hal yang utama karena pengobatan ulkus
dekubitus membutuhkan waktu dan biaya yang besar.
Tindakan pencegahan dapat dibagi atas
a) Umum :
Pendidikan kesehatan tentang ulkus dekubitus bagi staf medis, penderita dan
keluarganya.
b) Khusus :
Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore),
tetapi dapat lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus dekubitus.
Pemeriksaan kulit dapat dilakukan sendiri, dengan bantuan penderita lain
ataupun keluarganya.Perawatan kulit termasuk pembersihan dengan sabun
lunak dan menjaga kulit tetap bersih dari keringat, urin dan feces. Bila perlu
dapat diberikan bedak, losio yang mengandung alkohol dan emolien.
2. Pengobatan
Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik ataupun
dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi
lebih cepat. Pada pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa hal yang perlu
diperhatkan antara lain:
a) Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus.
Secara umum sama dengan tindakan pencegahan yang sudah dibicarakan di tas.
Pengurangan tekanan sangat penting karena ulkus tidak akan sembuh selama
masih ada tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
b) Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya.
Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan
baik. Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan,
pengeringan
dan
pemberian
bahan-bahan
topikal
seperti
larutan
Bahan-bahan topikal misalnya : salep asam salisilat 2%, preparat seng (Zn 0,
Zn SO4).
Terapi ultrasonik; sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap
terapi ulkus dekubitus.
f) Tindakan bedah
tindakan ini selain untuk pembersihan ulkus juga diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III & IV
dan karenanya sering dilakukan tandur kulit ataupun myocutaneous flap
3. Manajemen
-
Managemen
komprehensif
untuk
meminimalkan
Fisioterapi
Tujuan: 1. Mengurangi Spasme otot
2. Pencegahan kontraktur
Cara : Positioning and Turning
Exercise Pasif dan Aktif
b.
Psikologi
Tujuan: Memelihara status mental pasien dan keluarga, berupa emosi,
fungsi intelektual, dan fungsi persepsi
c.
Okupasi Terapi
Tujuan: Melatih keterampilan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
d.
Orthetik Prostetik
Tujuan: Memfasilitasi ambulasi dengan pembuatan crutch
e.
4. Pencegahan
Monitoring inkontinensia