Anda di halaman 1dari 4

Pendidikan adalah Perjuangan!

Bandung, 14 Agustus 2016

Oleh : Mursyid Setiawan


Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur.
Itulah salah satu penggalan dari alinea kedua Pembukaan UUD 1945 Negara
Republik Indonesia. Dalam alinea tersebut jelas mengandung beberapa konsep
penting yang harus kita pahami diantaranya yaitu perjuangan, pergerakan
kemerdekaan dan cita-cita bangsa Indonesia yang terdiri dari merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Berbicara tentang perjuangan, kita harus mengetahui salah satu aspek terpenting
dalam perjuangan adalah pendidikan. Bahkan dalam perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia tidak pernah lepas dari yang namanya pendidikan. Sejarah
membuktikan bahwa pendidikan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam
membantu proses kemerdekaan. Perkembangan pendidikan menyebabkan munculnya
golongan cendekiawan yang menjadi penggerak dan pemimpin munculnya organisasi
pergerakan nasional Indonesia dalam melawan penjajahan. Kita melihat bagaimana
perjuangan salah satu tokoh pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara dalam pergerakan
pendidikan di Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Melalui
pendidikan beliau memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk memperoleh hak
pendidikan seperti halnya para priyai maupun orang-orang Belanda pada saat itu
hingga ia dikatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.
Namun jika kita melihat kondisi masyarakat Indonesia saat ini, pendidikan di
Indonesia bisa kita lihat sedang berjuang melawan degradasi moral bangsa dan
perilaku masyarakat yang bisa dikatakan jauh dari kata terdidik. Banyak perilaku
pejabat yang kurang santun dan bahkan korupsi walaupun mereka terdidik, pergaulan

remaja yang sudah bebas, narkoba merajalela dan bahkan perilaku murid-murid
sekolah yang sudah sangat berani memukul gurunya sendiri. Sungguh hal tersebut
sangat mencoreng bagi dunia pendidikan di Indonesia dan menjadi tugas yang sangat
berat bukan hanya bagi pemerintah tetapi juga bagi semua rakyat Indonesia.
Jika dilihat dari cita-cita bangsa Indonesia dalam penggalan alinea kedua Pembukaan
UUD 1945, bagaimanakah dunia pendidikan Indonesia tercermin dalam cita-cita
tersebut?
Yang pertama adalah merdeka. Merdeka artinya bebas, bebas dalam memperoleh hakhak sebagai masyarakat. Salah satunya bebas memperoleh hak dalam pendidikan.
Namun jika kita rasakan biaya pendidikan dari tahun ke tahun terasa kian mahal dan
hampir tak terjangkau bagi rakyat miskin. Misalnya saja pada jenjang pendidikan
tinggi, sejumlah perguruan tinggi negeri berubah menjadi badan hukum milik negara
atau PTN BH.

Perubahan ini mendorong lembaga-lembaga pendidikan yang

harusnya melahirkan manusia-manusia terpelajar, justru berupaya mencari uang


sekaligus menjauhkan diri dari masyarakat yang harusnya dilayani. Kebijakan yang
dimulai sejak tahun 2000 ini dikritik keras oleh masyarakat karena dinilai komersial
dan menyebabkan biaya kuliah yang tinggi. Hal ini bahkan dianggap sebagai
liberalisasi dalam pendidikan di Indonesia, dimana pendidikan dikomersialisasikan.
Kedua adalah bersatu. Pendidikan sudah seharusnya menjadi wadah untuk
mempersatukan masyarakat. Melalui pendidikan dapat memberikan pemahaman dan
kesadaran akan kesatuan dan persatuan bangsa. Sejak dahulu pendidikan sudah
menjadi sarana dalam persatuan. Misalnya saja pergerakan mahasiswa pada tahun
1998, mereka disatukan selain karena persamaan nasib dan kepentingan, mereka
disatukan juga oleh pendidikan. Melalui perguruan tinggi atau lembaga pendidikan,
para mahasiswa berkumpul kemudian mereka bersatu mengkritisi kebijakankebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Ketiga adalah berdaulat. Jika kita melihat bangsa Indonesia belum menjadi bangsa
yang betul-betul berdaulat, meskipun hampir 71 tahun bangsa Indonesia merayakan

kemerdekaannya. Hal tersebut ditandai dengan masih belum terbuka dan meratanya
akses pendidikan bagi masyarakat untuk mengenyam pendidikan yang layak.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah demi membuka akses pendidikan
diantaranya yaitu program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), beragam model
beasiswa dan Kartu Indonesia Pintar. Namun hal tersebut belum mampu untuk
mengatasi pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia dan bahkan programprogram tersebut disalahgunakan oleh oknum-oknum yang berkepentingan.
Dan yang terakhir adalah adil dan makmur. Kata adil dan makmur dalam dunia
pendidikan di Indonesia nampaknya sangat sulit dicari. Hal tersebut dikarenakan
tidak meratanya pendidikan di Indonesia dan kurang makmurnya masyarakat di
Indonesia sehingga mereka terjerat dalam kemiskinan. Data Badan Pusat Statistik dan
Pusat Data Statistik Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menyebutkan ada 4,9 juta anak yang tidak tercangkup pendidikan. Mereka tercabut
dari pendidikan karena kemiskinan, tinggal di daerah yang secara geografis sulit dan
mereka terpaksa bekerja (dikutip dari Kompas, 11 Februari 2015). Dari data tersebut
kita dapat melihat bagaimana ketimpangan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kita
bandingkan saja bagaimana infrastruktur antara sekolah yang berada di pelosok dan
sekolah yang berada di kota-kota besar. Sangat jauh sekali perbandingannya dimana
di kota-kota besar akses menuju sekolah dapat ditempuh dengan sangat mudah dan
mulus sedangkan di daerah terpencil untuk menuju ke sekolah saja harus berenang
menyebrangi sungai-sungai dan berkilo-kilo meter jauhnya. Selain itu kurang
meratanya jumlah guru antara perkotaan dan didaerah menjadi sebuah ketimpangan
dan ketidakadilan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Berbagai macam upaya telah
dilakukan oleh pemerintah seperti melalui program SM3T dan Indonesia Mengajar.
Namun hal tersebut masih dirasa belum cukup.
Dari bahasan tersebut jelaslah kehidupan dunia pendidikan di Indonesia masih jauh
dari kata sempurna, ditambah lagi dengan adanya degradasi moral menambah beban
bagi dunia pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu harus kita perjuangkan
semaksimal mungkin. Jangan sampai berpuluh tahun atau bahkan ratusan tahun

Indonesia merdeka, tetapi masih ada saja rakyatnya yang belum menikmati
pendidikan. Dengan demikian hal tersebut bukan hanya tugas para guru atau
pemerintah saja, tetapi tugas bagi kita semua yang selayaknya memperjuangkan
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai