OECD Principle IV: The role of stakeholders in corporate governance
The corporate governance framework should recognise the rights of
stakeholders established by law or through mutual agreements and encourage active co-operation between corporations and stakeholders in creating wealth, jobs, and the sustainability of financially sound enterprises. Kerangka tatakelola harus mengenali kepentingan dan kontribusi dari stakeholder sebagai sumber penghasilan dari perusahaan yang kompetitif dan menguntungkan. A. Hak para stakeholder yang berdasarkan pada kesepakatan bersama harus dihormati Hak para stakeholder biasanya memiliki sumber hukum atau merupakan perjanjian yang harus dihormati oleh perusahaan. B. Ketika kepentingan stakeholder dilindungi oleh hukum, stakeholder harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi ketika haknya dilanggar Kerangka dan proses legal harus transparan dan tidak menghalangi stakeholder dalam mengkomunikasikan dan pengganti rugian atas hak yang dilanggar C. Mekanisme partisipasi karyawan harus diizinkan untuk berkembang Partisipasi karyawan dalam tatakelola perusahaan bisa saja berbeda tergantung perusahaan dan negara tempat perusahaan berdiri. Hak karyawan atas informasi, konsultasi dan negoisasi juga harus diakui oleh perusahaan. D. Ketika berpartisipasi dalam proses tatakelola perusahaan, stakeholder harus memiliki akses terhadap informasi yang relevant cukup, dan bisa diandalkan secara tepat waktu dan teratur Stakeholder perlu akses terhadap informasi guna memenuhi kewajibannya E. Stakeholder, termasuk pekerja secara pribadi dan organisasi, harus mampu secara bebas mengkomunikasikan praktik illegal/tidak etis
kepada dewan dan kepada pihak yang berwenang tanpa menghawatirkan
hak-hak yang mereka miliki. Perusahaan harus menyediakan prosedur yang aman serta perlindungan bagi pekerja yang mengajukan complain terkait tindakan illegal/tidak etis. F. Kerangka tatakelola harus dilengkapi dengan kerangka insolvency yang efektif dan efisien, serta pelaksanaan hak kreditur yang efektif Perusahaan dengan tatakelola yang lebih baik biasanya dapat mengajukan pinjaman yang lebih besar. Ada beberapa negara yang mendorong debitur untuk memberikan informasi berkala terkait dengan kesulitan keuangn sehingga debitur dan kreditur dapat mencari solusi yang disepakati bersama. Di beberapa negara, saat perusahaan mendekati kebangkrutan. Prosedur terkait kepailitan biasanya membutuhkan mekanisme untuk merekonsiliasi kepentingan antar kreditur yang efektif dan efisien.