MOLAHIDATILOSA
Disusun oleh :
dr. Oki Alfin
Pendamping :
dr. H. Riswan, Sp.OG
dr. Eva Trijaniarti
PRESENTASI KASUS
Topik : G2P1A0 dengan Molahidatilosa
Tanggal (Kasus) : 10 Mei 2016
Presenter : dr. Oki Alfin
Tanggal Presentasi : 16 Juni 2016
Pendamping : dr. H. Riswan, Sp.OG dan
dr. Eva Trijaniarti
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Bayung Lencir
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan
Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Perempuan, 25 tahun, G2P1A0 dengan Molahidatilosa
Tujuan : Menangani Molahidatilosa
Bahan Bahasan : Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Pustaka
Cara Membahas : Diskusi
Presentasi
dan Email
Pos
diskusi
Nama : Ny. SLM
No. Reg. :
Umur : 25 tahun
04 14 03
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Bayung Lencir
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Nama RS : RSUD Bayung Lencir
Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis: G2P1A0 dengan Molahidatilosa
2. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah yg memberat sejak 2 bulan
Data Pasien :
terakhir, pasien juga mengeluh keluar flek sejak 1 bulan terakhir. Mulas-mulas (-).
Keluar lendir darah dari jalan lahir (-). Keluar air-air dari jalan lahir (-). HPHT
lupa tapi kira-kira Januari 2016
3. Riwayat Pengobatan : 4. Riwayat Keluarga : 5. Riwayat Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
6. Lain-lain : Riwayat kencing manis, darah tinggi, dan riwayat penyakit infeksi
lainnya disangkal.
Daftar Pustaka :
1. Cunninngham. F.G. dkk. 2006. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik
Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. EGC: Jakarta.Sumapraja S,
Martaadisoebrata D. 2005. Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan Selaput
Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo: Jakarta
2. Manuaba I.B.G.F, Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam:
Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta
3. Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2009. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo: Jakarta
4. John T. 2006. Gestational Throphoblastic Disease. The American College of
Obstetricians and Gynecologists. Lippincott Williams & Wilkins. Diakses dari
http://www.utilis.net/Morning%20Topics/Gynecology/GTN.PDF , pada 25
Oktober 2012
5. Mochtar, R. 1998. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi
kedua. EGC: Jakarta
6. Hacker, N.F., Moore, J.G. 2001. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial
Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2. Hipokrates : Jakarta
7. Martaadisoebrata D. Mola hidatidosa dalam Buku Pedoman Pengelolaan
Penyakit Trofoblas Gestasional, EGC, Jakarta, 2005; 741.
8. Adrijono. Deteksi Dini Penyakit Trofoblas Ganas dalam Deteksi Dini Penyakit
Kanker, FKUI, Jakarta, 2004; 1303.
9. Fischbach TF. Chorionic Gonadotropin in A Manual of Laboratory and
diagnostic Test, Seventh ed. 7, Philadephia, Lippincott, 2004; 3756.
10. Winknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Gangguan Bersangkutan Dengan
Konsepsi; ed 2; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2008;
246-268.
Hasil Pembelajaran :
1. Penanganan Molahidatilosa
Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah yg memberat sejak 2 bulan
terakhir, pasien juga mengeluh keluar flek sejak 1 bulan terakhir. Mulas-mulas (-).
Keluar lendir darah dari jalan lahir (-). Keluar air-air dari jalan lahir (-). HPHT
lupa tapi kira-kira Januari 2016.
Objektif :
Dari pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis G2P1A0 dengan Molahidatilosa
Gejala Klinis :
Mual-mual (+). Keluar flek dari jalan lahir (+). Keluar air-air dari jalan lahir (-).
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
: tampak sehat
: compos mentis, GCS 15
: 120/70 mmHg
: 100 kali per menit, reguler, isi dan tegangan cukup
: 28 kali per menit, thoracoabdominal
: 37,6o C (aksila)
Pemeriksaan Obstetri
Hari pertama haid terakhir : Januari 2016
Taksiran persalinan
:Tinggi fundus uteri
: setinggi umbilikus
Taksiran berat janin
:Denyut jantung janin
:HIS
:Letak anak
:Leopold
I : TFU setinggi umbilikus, ballotemant (-)
II : III : IV : Pemeriksaan Luar Genitalia
- Vulva/ Vagina : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Dalam Genitalia
- Portio
: Lunak
- Pembukaan
:-
- Flek
: (+)
- OUE
: Tertutup
Pemeriksaan Penunjang :
Pregnancy test (+)
USG : Honey Comb (+)
Assessment :
Ny. SLM, 25 tahun, G2P1A0 dengan Molahidatilosa
Plan :
Non farmakologi :
Farmakologi :
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Ada beberapa pengertian yang menjelaskan mengenai mola hidatidosa
namun secara garis besar mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang
sebagian atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi berupa
gelembung yang menyerupai anggur.1,2
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana terjadi keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan
perkembangan parsial atau tidak ditemukan adanya pertumbuhan janin,
hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropobik. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar
dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan
mengeluarkan hormon human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah
yang lebih besar daripada kehamilan biasa (Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007;
Prawirohadjo, 2009).1,2
B.
Epidemiologi
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120
kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di
Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan
insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko
banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa hospital
based. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun
dan di atas 35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik
(Prawirohadjo, 2009).2,3
C.
Gambaran
Kariotipe
Mola Komplit
46,XX atau 46,XY
Mola Parsial
Umumnya 69,XXX atau
69,XXY (tripoid)
Patologi
Edema villus
Proliferasi trofoblastik
Janin
Amnion,SDM janin
Difus
Bervariasi, ringan s/d berat
Bervariasi,fokal
Bervariasi, fokal, ringan
Tidak ada
Tidak ada
s/d sedang
Sering dijumpai
Sering dijumpai
Gambaran klinis
Diagnosis
Ukuran uterus
Gestasi mola
50% besar
untuk
Missed abortion
masa Kecil
untuk
kehamilan
Kista teka-lutein
25-30%
Penyulit medis
Sering
Penyakit pascamola
20%
Kadar hCG
Tinggi
Tabel 1. Perbandingan bentuk mola hidatidosa
D.
kehamilan
Jarang
jarang
<5-10%
Rendah tinggi
masa
Patogenesis
Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa
yaitu karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel
telur patologik yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur
kehamilan 3 5 minggu dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi
maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim villi (Sumapraja,
2005; Prawirohadjo,2009).2,3
Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola
memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan
mola hidatidosa adalah mola lengkap dan mempunyai 46 kariotipe XX.
Penelitian khusus menunjukkan bahwa kedua kromosom X itu diturunkan dari
ayah. Secara genetik, sebagian besar mola hidatidosa komplit berasal dari
pembuahan pada suatu telur kosong (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu
sperma haploid (23 X), yang kemudian berduplikasi untuk memulihkan
komplemen kromosom diploid (46 XX). Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46
XY (John, 2006; Mochtar, 1998, Cunningham,2006).1,4,5
Pada mola yang tidak lengkap atau sebagian, kariotipe biasanya suatu
triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX
atau 69 XYY. Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan
mola lengkap, sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin
itu biasanya triploid dan cacat (John, 2006; Cunningham, 2006).1,4,6
F.
Gambaran Klinis
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa.
Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim
lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti
perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti
anggur pada pakaian dalam.5
1. Terdapat tanda-tanda kehamilan. Mual dan muntah yang hebat.
Diagnosis
1. Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang
berlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat
dan kadang bergelembung seperti busa.8
(1)
Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola
komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari
desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh
karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir
(2)
(3)
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
keluarnya gelembung-gelembung mola, muka dan kadang-kadang
badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola
(mola face).8
Palpasi :
Pemeriksaan dalam8 :
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Pemeriksaan Imaging
a.
Ultrasonografi
b.
B.
Diagnosis banding2,8
- Kehamilan ganda
- Abortus iminens
- Hidroamnion
- Kario Karsinoma
C.
Penatalaksanaan
Mola hidatidosa harus dievakuasi sesegera mungkin setelah diagnosis
ditegakkan. Bila perlu lakukan stabilisasi dahulu dengan melakukan perbaikan
keadaan umum penderita dengan mengobati beberapa kelainan yang
menyertai seperti tirotoksikosis.8,10
Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. Perbaiki keadaan umum
a. Koreksi dehidrasi
b. Transfusi darah bila ada anemia
c. Bila ada gejala preeklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati
d. Penatalaksanaan hipertiroidisme
Jika gejala tirotoksikosis berat, terapi dengan obat-obatan
antitiroid, -bloker. dan perawatan suportif (pemberian cairan,
a. Kuretase
Dilakukan setelah keadaan umum diperbaiki dan setelah pemeriksaanpersiapan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar b-hCG serta foto
thoraks), kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.
Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
Sebelum kuretase terlebih dahulu siapkan darah 500 cc dan pasang infus
dengan tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc Dextrose 5%
Kuretase dilakukan sebanyak 2x dengan interval minimal 1 minggu
pascaevakuasi
4. Penatalaksanaan pascaevakuasi
Keadaan Serviks
c. Laboratorium
Pasien dengan besar uterus 4 kali lebih besar dari usia gestasi dan
adanya kista lutein, maka risiko untuk menjadi karsinoma adalah
50%.10
FOLLOW UP
Dikarenakan 20% pasien dengan mola komplit dan 5-7 % pasien dengan
mola parsial dapat menjadi penyakit yang berulang. Follow up yang ketat
sangat diperlukan. Kadar b -hCG perlu dimonitor setiap minggu sampai
diperoleh 3 kali angka yang normal dan kemudian setiap bulan untuk 6 bulan.
Sangat penting bagi pasien untuk menggunakan kontrasepsi selama 6 bulan
sehingga peningkatan b -hCG yang normal terjadi dalam kehamilan tidak
dikacaukan dengan penyakit yang berulang. Pil KB tidak meningkatkan resiko
dari penyakit post mola. Setelah angka b-hCG normal selama 6 bulan,
kehamilan menjadi aman.3,4,10
D.
Komplikasi10
Perdarahan yang hebat sampai syok
Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena tindakan atau keganasan
E.
Prognosis
Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada,
mortalitas akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis
yang lebih dini dan terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang
kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%.
Kematian pada mola hidatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan,
infeksi, eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis (Sumapraja, 2005;
Cunningham, 2006).1 Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut
menjadi keganasan trofoblastik gestasional, akan tetapi walaupun demikian
tetap dilakukan pengawasan lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien
mola hidatidosa berkembang menjadi tumor trofoblastik gestasional
(Sumapraja, 2005; Cunningham, 2006).1,3
Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive,
dimana akan masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan
menimbulkan perdarahan dan komplikasi yang lain yang mana pada akhirnya
akan memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola dapat berkembang
menjadi korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang cepat menyebar dan
membesar (Cunningham, 2006).1,10