Anda di halaman 1dari 1

Percobaan double-blind random prospektif ini dilakukan di Ain-Shams University

Maternity Hospital, Cairo, Mesir, antara 1 Oktober 2012 dan 30 Juni 2013. Pasien yang
datang untuk kunjungan prenatal di Ain-Shams University Maternity Hospital yang
dijadwalkan untuk menjalani persalinan sesar elektif dipertimbangkan untuk menjadi sampel
studi. Pasien dikatakan layak jika memiliki kehamilan tunggal yang telah mencapai aterm
(durasi kehamilan >37 minggu). Kriteria eksklusi meliputi hipersensitivitas terhadap
oksitosin, karbetosin, atau prostaglandin; kontraindikasi terhadap terapi dengan prostaglandin
(mis., glaukoma); riwayat penyakit jantung signifikan; asma berat; epilepsi; riwayat atau
bukti penyakit vaskular, liver, atau ginjal; riwayat koagulopati, trombositopenia, atau terapi
antikoagulan; sindroma HELLP atau eklampsia; solusio plasenta; atau kontraindikasi
terhadap anestesi spinal (karbetosin terdaftar hanya untuk penggunaan anestesi regional saja).
Persetujuan untuk protokol studi didapatkan dari komite etik departemen Obstetri dan
Ginekologi di Ain-Shams University dan persetujuan tertulis diminta dari seluruh partisipan.
Pasien yang memenuhi kriteria secara random dimasukkan dalam kelompok terapi
karbetosin, misoprostol, atau oksitosin menggunakan MedCalc versi 13.2.2 (MedCalc
Software, Ostend, Belgia). Randomisasi dilakukan dengan rasio 1:1:1 menggunakan sekuen
yang dikomputerisasi. Amplop disegel yang diberi nomor disiapkan, dengan setiap amplop
mengandung satu dari tiga obat studi dan plasebo untuk dua obat lain. Tablet plasebo,
mengenadung minyak kastor hidrogenasi, hipermelose, selulosa mikrokristalin, dan natrium
starch glikolat disiapkan untuk identik dalam ukuran, warna, bentuk, dan kemasan dengan
obat studi. Ampul plasebo intravena yang mengandung saline normal disiapkan dan identik
dalam bentuk dan kemasan terhadap obat studi intravena yang digunakan. Seluruh amplop
disiapkan oleh Sigma Pharmaceuticals dan telah disegel ketika diterima kelompok peneliti.
Satu amplop dialokasikan untuk setiap pasien menggunakan sekuen yang dikomputerisasi.
Protokol randomisasi dirahasiakan dari tim peneliti dan investigator primer menghubungi
investigator koordinasi pusat untuk mengidentifikasi amplop yang didistribusikan pada setiap
pasien. Konsekuensinya, pasien, investigator, analis data tidak mengetahui pembagian
kelompok dan baru mengetahui ketika analisis data telah selesai

Anda mungkin juga menyukai