Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan
yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di
sekolah. Menurut Sertzer dan Stone, bimbingan merupakan proses membantu
orang perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.
Sedangkan konseling sendiri berasal dari kata latin Consilum yang berarti
dengan atau bersama dan mengambil atau memegang. Maka dapat
dirumuskan sebagai memegang atau mengambil bersama.Pada bimbingan dan
konseling di Indonesia, pelayanan konseling dalam sistem pendidikan
Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula
disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994
berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan
sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962.
Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan
kurikulum 1975.
Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan
memasukkan bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap
pada tahun 2001 dan sampai saat ini terus berkembang Pada bimbingan dan
konseling di Dunia Internasional Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor
disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh
para guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak
dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk
kesekolah-sekolah negeriTerlepas dari predikat guru bimbingan dan konseling,
pada

dasarnya

guru

adalah

jabatan

profesional

yang

harus

dipertanggungjawabkan secara profesional pula. Guru adalah jabatan yang


memerlukan keahlian khusus. Sikap, perilaku dan pemikiran seorang guru
harus tercermin dalam idealismenya. Oleh karena itu, pemahaman atas jabatan

guru penting artinya dalam rangka mengabdikan dirinya terhadap nusa, bangsa
dan negara. Jenis pekerjaan ini seharusnya tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar lingkup pendidikan.
Demikian pula halnya dengan jabatan fungsional guru bimbingan dan
konseling yang sesungguhnya hanya dapat dilaksanakan secara optimal oleh
mereka yang memang memiliki latar belakang kependidikan seperti itu. Jika
suatu jabatan fungsional dilakukan oleh orang yang tidak memiliki latar
belakang pendidikan dan keprofesian yang benar, maka sangat besar
kemungkinannya terjadi penyimpangan peri-laku, penyimpangan kegiatan, dan
penyimpangan penafsiran di luar batas kewajaran yang seharusnya. Itulah yang
terjadi dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling di tingkat sekolah dasar
pada dewasa ini.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian bimbingan dan konseling
2. Tujuan Bimbingan Konseling
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
4. Prinsip Bimbingan Konseling
5. Jenis Layanan Bimbingan Konseling
C. Tujuan
1.Untuk mengetagui pengertian bimbingan dan konseling
2. Untuk mengetahui tujuan Bimbingan Konseling
3. Bagaimana fungsi Bimbingan dan Konseling
4.Untuk mengetahui prinsip Bimbingan dan Konseling
5.Untuk mengetahui jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Bimbingan dan Konseling
Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian yang berbeda
mengenai bimbingan tergantung dan jenis sumbernya dan yang merumuskan
pengertian tersebut. Untuk itulah agar dapat secara luas dan komprehensif
mengetahui definisi bimbingan, penulis kemukakan beberapa definisi dari para
ahli sebagai berikut :
Bimbingan merupakan terjemahan dan Guidance yang berasal dan bahasa
Inggris. Secara harfiah, istilah "Guidance" dan akar kata "Guide" berarti (1)
mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage)
dan (4) menyetir (to steer).
Menurut Crov and Crow, bimbingan adalah "bantuan yang diberikan oleh
seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang baik dan
pendidikan yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu
setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, membuat
keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.
Menurut Dewa Ketut Sukardi, bahwa "bimbingan adalah merupakan proses
pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus
menerus dan sistematik oleh guru pembimbing agar individu atau kelompok
individu menjadi pribadi yang mandiri.
Stoops dan Walquist mendefinisikan bahwa "bimbingan adalah proses yang
terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai
kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat sebesarbesarnya bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
Dari definisi yang telah di kemukakan para ahli di atas, mempunyai cara
pandang yang berbeda-beda dan variasi yang mencolok satu dengan yang lain.

Walaupun demikian tetap terdapat unsur dan tujuan yang menunjukkan kesamaan,
di antaranya sebagai berikut:
1.

Bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan


kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan:
serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah

2.

kepada pencapaian tujuan.


Bimbingan adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan, makna
bantuan

dalam hal ini menunjukkan bahwa pembimbing tidak

memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi hanya berperan sebagai


fasilitator di mana yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi
3.

masalah, atau mengambil keputusan adalah individu itu sendiri.


Individu yang dibantu adalah orang-orang dan berbagai usia baik pria
ataupun wanita dalam perseorangan maupun kelompok dan individu
dalam hal ini yaitu individu yang sedang berkembang . Tetapi bantuan
yang berlaku umum bagi setiap individu disesuaikan dengan pengalaman,
kebutuhan, dan masalah individu yang komprehensif.
Bimbingan diberikan oleh tenaga ahli, yang bertujuan untuk perbaikan

kehidupan orang yang dibimbing agar berkembang sesuai dengan potensi dan si
sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar, yang ditandai dengan
perkembangan optimal dalam kondisi yang dinamik. Adapun pengertian konseling
berasal dari. bahasa Inggris "to counsel" yang secara etimologis "to give advice"
artinya memberi saran dan nasihat.
Dalam bukunya, Winkel memaparkan pengertian konseling (counseling)
dikaitkan dengan kata "counsel yang diartikan nasihat (to obtain counsel) :
anjuran (to give counsel) dan pembicaraan {to take counsel)[7][7] dengan
demikian dari pengertian counselling di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
konseling diartikan sebagai pemberian saran dan nasihat, pemberian anjuran
dalam pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Kemudian istilah konseling mengalami perkembangan yang di kemukakan
dengan berbeda-beda tapi 'intinya sama dan
4

Burks dan Steffle mengartikan konseling adalah :


Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor
terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya orang per orang, meskipun
Sering kali melibatkan lebih dari dua orang, meskipun sering kali melibatkan
lebih dari dua orang. Hubungan tersebut dirancang untuk membantu para klien
memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, dan belajar mencapai tujuan
yang

ditentukan

sendiri

melalui

pilihan-pilihan

yang bermakna dan

penyelesaian masalah-masalah emosional atau antar pribadi.


Dari pengertian di atas menjelaskan bahwa adanya hubungan yang harmonis
antara konselor dan klien yang nantinya tercipta proses yang dirancang atau
direncanakan

untuk

membantu

klien

membuat

pilihan-pilihan

dalam

mengarahkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dicermati antara lain :
1. Konselor adalah seorang yang cukup terlatih (profesional) atau punya
Keterampilan khusus dalam bidang konseling.
2. Interaksi terjadi antara klien dan konselor yang dilakukan, dengan cara
face to face.
3. Tujuan konseling membantu dan menolong klien untuk menerima
keadaannya, menemukan jalan keluar atas masalah-masalahnya dan
mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diperjelas bahwa konseling merupakan satu
saluran bagi pemberian bimbingan, Di samping itu istilah bimbingan selalu
dirangkaikan dengan istilah konseling, hal ini dikarenakan bimbingan dan
konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral, konseling merupakan salah
satu teknik dalam pelayanan bimbingan.

B. Tujuan Bimbingan Konseling

1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadisosial konseli adalah:
a.

Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai


keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
Sekolah/Madrasah,

b.

tempat

kerja,

maupun

masyarakat

pada

umumnya.
Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-

c.

masing.
Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat
fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak
menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara

d.

positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.


Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif,

baik

yang

terkait

dengan

keunggulan

maupun

e.

kelemahan; baik fisik maupun psikis.


Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang

f.
g.

lain.
Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai
orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki
rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen

h.

terhadap tugas atau kewajibannya.


Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan,

2.

i.

atau silaturahim dengan sesama manusia.


Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik

j.

bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.


Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik

(belajar) adalah:

a. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan


memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses
belajar yang dialaminya.
b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap
semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang
diprogramkan.
c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d.Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran,
dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
e. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas,
memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha
memperoleh

informasi

tentang

berbagai

hal

dalam

rangka

mengembangkan wawasan yang lebih luas.


f. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan.
b. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang
menunjang kematangan kompetensi karir.
c. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam
bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi
dirinya, dan sesuai dengan norma agama.

d. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)


dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi
cita-cita karirnya masa depan.
e. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali
ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan
sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
f. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan
secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
g. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila
seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus
mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir
keguruan tersebut.
h. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan
dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.
C. Fungsi Bimbingan Dan Konseling
1. fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli
agar memiliki pemahama terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini,
konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal,
dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui
fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya.
8

3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang


sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi

perkembangan

konseli.

Konselor

dan

personel

Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi


atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok
atau curah pendapat (brain storming),home room, dan karyawisata.
4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada
konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah
konseling, dan remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu
konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat,
bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan
fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam
maupun di luar lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan
program

pendidikan

terhadap

latar

belakang

pendidikan,

minat,

kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi


yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu
para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih
dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses

pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan


kemampuan dan kecepatan konseli.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

D. Prinsip Bimbingan Konseling


1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini
berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli,
baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun
wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini
pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan
pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan
teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat
unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu
untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini
juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli,
meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada
konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena
bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat
berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan
proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena
bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif
terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk
berkembang.

10

4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan


hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan
kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing.
Mereka bekerja sebagai teamwork.
5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan
dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai
peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu
semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan
konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli
untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan
tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk
membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi
kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah
mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan
mengambil keputusan.
6.

Bimbingan

dan

konseling

Berlangsung

(Adegan)Kehidupan. Pemberian

pelayanan

dalam

Berbagai

bimbingan

tidak

Setting
hanya

berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga,


perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat
pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek
yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
E. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Untuk memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan perlu dilaksanakan
berbagai kegiatan layanan bimbingan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan Pengumpulan Data tentang Siswa dan Lingkungan.
Pelayanan ini merupakan usaha untuk mengetahui diri individu
atau siswa seluas-luasnya, beserta latar belakang lingkungannya. Hal ini
meliputi aspek- aspek fisik, akademis ,kecerdasan, minat, cita-cita,

11

social, ekonomi, kepribadian, latar belakang keluarga, dan lainnya.


Yntuk mengumpulkan data sisiwa dapat menggunakan teknik tes dan
non tes. Teknis tes meliputi: psikotes dan tes prestasi belajar, sedangakan
yang non tes meliputi: observasi, angket, wawancara.
2. Konseling.
Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program
bimbingan. Layanan ini menfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan
pribadi secara langsung, baik secara face to face maupun melalui media
(telepon atau internet).
3. Penyajian Informasi dan Penempatan.
Penyajian informasi dalam arti menyajikan keterangan (informasi)
tentang berbagai aspek kehidupan yg di perlukan individu, seperti
menyangkut aspek (a) karakteristik dan tugas-tugas perkembangan
pribadinya, (b) sekolah-sekolah lanjutan, (c) bahaya minuman keras,
obat-obatan terlarang, (d) pentingnya menyesuaikan diri dengan norma
agama atau nilai-nilai moral yang di junjung tinggi masyarakat.
4. Penilaian dan Penelitian.
Layanan penilaian di laksanakan untuk mengetahui tujuan program
bimbingan apa saja yang dilaksanakan dapat di capai. Selain itu hasil
penilaian, baik terhadap program bimbingan maupun terhadap individu,
dapat dipergunakan untuk bahan penilitian. Penilitian ini di maksudkan
untuk mengembangkan program bimbingan dalam arti menelaah lebih
jauh tentang pelaksanaannya, menelaah tentang kebutuhan bimbingan
yang

belum

terpenuhi

serta

menelaah

hakikat

individu

dan

perkembangannya.

F. Asas Bimbingan dan Konseling


Dalam melaksanakan sebuah pelayanan diperlukan kaidah yang harus
dipenuhi, sebab tindakan bimbingan dan konseling merupakan suatu tindakan
professional yang melibatkan aspek kognitif dan afektif. Layanan yang diberikan

12

haris mempertimbangkan kondisi klien sehingga memperoleh kenyamanan dan


rasa aman dalam melakukan bimbingan dan konseling. Berikut adalah Asas
Bimbingan dan Konseling :
1. Asas Kerahasiaan
Konselor berkewajiban untuk merahasiakan informasi dan data konseli yang
sifatnya pribadi, tidak boleh disebarluaskan tanpa seizin yang bersangkutan.
2. Asas Kesukarelaan
Konselor memberikan layanan dengan kesukarelaaan dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapi oleh klien.
3. Asas Keterbukaan
Konselor mengemban tugas dalam mengembangkan keterbukaan klien dalam
memberikan informasi dan bertindak sebagai dirinya sendiri.
4. Asas Kekinian
Konselor mengaitkan permasalahan masa lalu dengan fokus terhadap
permasalahan sekarang yang dihadapi oleh klien dan dampak yang mungkin
terjadi di amsa depan.
5. Asas Kemandirian
Konselor membimbing klien agar dapat menerima kondisi yang dihadapi klien
dan menjadi mandiri dengan dirinya sendiri.
6. Asas Kegiatan
Konselor mendorong klien supaya aktif dalam layanan yang dperuntukan
baginya.
7. Asas Kedinamisan

13

Layanan yang diberikan berupa layanan yang positif dan bergerak maju dalam
hal kebaikan klien.
8. Asas Keterpaduan
Adanya ker jasama yang terjalin antara konselor dan juga klien dalam
menjalankan layanan yang sedang diberikan dan dijalaninya.
9. Asas Kenormatifan
Segala bentuk layanan yang diberikan tidak bertentangan dengan norma yang
berlaku.
10, Asas Keprofesionalan
Konselor dalam melakukan layanannya harus sesuai dengan ilmu dan ahli di
bidangnya.
11. Asas Alih Tangan Kasus
Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru, dan pihak
yang terkait supaya ditangani oleh pihak yang lebih ahli.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Pelayanan yang diberikan oleh konselor dalam keseluruhannya dapat
mengayomi, memberikan dorongan semangat kepada klien agar terus maju.
(Luddin, 2010 : 21-23)

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
14

Bimbingan diberikan oleh tenaga ahli, yang bertujuan untuk perbaikan


kehidupan orang yang dibimbing agar berkembang sesuai dengan potensi dan si
sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar, yang ditandai dengan
perkembangan optimal dalam kondisi yang dinamik. Adapun pengertian konseling
berasal dari. bahasa Inggris "to counsel" yang secara etimologis "to give advice"
artinya memberi saran dan nasihat.
B. Saran
Semoga makalah yang kami buat ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA
Prayitno& Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka
Cipta Jakarta

15

Nurihsan, A. Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar


Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

16

Anda mungkin juga menyukai