Anda di halaman 1dari 12

PAPER

Mengkaji Konflik Perebutan Wilayah Kashmir Oleh Pakistan dan India


Dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Politik

Disusun Oleh:
Arif Baskoro

170210150024

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


UNIVERSITAS PADJAJARAN
2015

A. Pendahuluan
Yammu Kashmir, suatu wilayah yang diperebutkan oleh 2 negara yaitu
Pakistan dan India, wilayah ini diperebutkan dikarenakan kesuburan wilayah
tersebut dan nilai-nilai strategis yang terdapat di wilayah itu. Selain memiliki
nilai strategis yang tinggi, wilayah ini juga memiliki peran penting bagi
Pakistan terutama di bidang perekonomian dan pertanian karena sungaisungai yang digunakan sebagai sumber air bagi pertanian Pakistan berhulu
atau bersumber dari wilayah Kashmir itu sendiri, sungai-sungai seperti sungai
Indus, Jhelem, dan Chemab. Jadi apabila wilayah ini dikuasai oleh Negara
lain maka sumber air dari wilayah Kashmir ini tidak akan bisa dimiliki oleh
Pakistan dan mengancam perekonomian Pakistan itu sendiri. Di pihak lain
bagi India, wilayah Kashmir ini sangat strategis karena wilayah Kashmir ini
begitu berbatasan dengan Negara-negara besar dan oleh karena itu wilayah ini
bisa dijadikan india sebagai wilayah strategi pertahanan. (Puspita, 2015)
Dalam buku Kashmir in Conflict, India, Pakistan and the Unending War
(Schofield, 2003) disebutkan bahwa sejarah Kashmir awalnya merupakan
sebuah lembah yang dijual Inggris atas traktat Amritsar kepada seorang
pemimpin hindu bernama Gulab Singh, dan diantara wilayah lembah tersebut
yang dimiliki Gulab Singh, seperti Jammu, Ladakh, Baltistan, Kashmir lah
wilayah yang memilki potensi terbesar karena dari wilayah Kashmir lah
sungai-sungai seperti indus mengalir. Dari semua wilayah itu terdapat banyak
suku-suku, latar belakang yang berbeda dan agama yang berbeda pula.

Sebagian kebudayaan merupakan kebudayaan dari orang-orang beragama


muslim, dan kaum seperti hindu dan budha merupakan minoritas, mereka
semua yang pada dasarnya memiliki latar belakang yang berbeda dipimpin
oleh satu orang yaitu Gulab Singh sendiri. Setelah satu abad kemudian, pada
tahun 1947 wilayah ini dituntut oleh India dan Pakistan untuk memilih pihak,
Kashmir ini harus memutuskan apakah mereka akan bersatu dengan Pakistan
atau dengan India. Kepemimpinan Maharaja Hari Singh, cucu dari Gulab
Singh tidak dapat memutuskan hal tersebut selama 2 bulan dan menyatakan
sendiri wilayah mereka sebagai wilayah independen akan tetapi lambat laun
Maharaja Hari Singh memilih untuk bergabung dengan India dengan sebab
tertentu oleh karena itu protes besar-besaran dari golongan islam yang tidak
setuju karena sebelumnya Maharaja Hari Singh memilih untuk tidak
memihak. Maharaja yang tidak menyukai respon dari golongan muslim ini
kemudian melakukan tindakan eksekusi bagi para demonstran ini, akibatnya
terjadi pemberontakan dari kaum Pakistan dan membuat wilayah Kashmir ini
bergabung dengan India, akan tetapi mayoritas penduduk lebih memilih untuk
bergabung dengan pakistan oleh karena hal ini membuat terciptanya konflik
antara India dan Pakistan dalam perebutan wilayah ini, yang sampai sekarang
sengketa perebutan wilayah ini masih belum menemui titik terang atau
resolusi

yang

sesuai

dengan

kepentingan-kepentingan

Negara

yang

bersengketa. Konflik demi konflik terus terjadi di wilayah ini, bahkan konflik
bersenjata pun tidak dapat dihindari, asumsi pemerintah india yang

menyatakan bahwa pihak Pakistan telah melatih para pemberontak dari dalam
Kashmir karena pada dasarnya Kashmir memiliki populasi yang lebih
dominan muslim dimana mereka diperlakukan secara tidak adil atau
diskriminasi dari pemerintah India yang seolah menganakemaskan masyarakat
yang beragama hindu, oleh karena itu banyaklah pemberontak-pemberontak
yang menginginkan Kashmir merdeka atau setidaknya memisahkan diri dari
india dan bergabung dengan Pakistan. (Berlianto, 2015)
Jadi berdasarkan asal mula terjadinya kasus ini, dan permasalahan yang ada
maka akan diambil 3 pembahasan dengan analisis yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut, teori pertama merupakan teori pembahasan terkait
political violence, yang kedua merupakan teori pembahasan terkait territorial
disputes atau persengketaan wilayah dan yang ketiga terkait proxy war.
B. Pembahasan
Political violence merupakan penggunaan kekuatan (force) oleh suatu
kelompok yang memiliki suatu tujuan politik atau motivasi politik tertentu.
ACLED mendefinisikan bahwa kekerasan dalam politik sebagai peristiwa
pokok, baik bertujuan untuk menciptakan pandangan yang luas dalam bentuk
apapun dalam kekerasan politik, baik itu diluar atau didalam suatu Negara.
Suatu peristiwa kekerasan politik merupakan suatu pertengkaran tunggal
dimana kekerasan digunakan didalamnya baik oleh satu atau lebih kelompok
politik. (Definitions of Political Violence, Agents and Event Types)
Jadi dalam kasus Kashmir ini penggunaan kekerasan politik sangatlah terlihat
secara jelas dan gambling dimana banyak terjadi kasus baku tembak antara

pasukan militer dari dua belah Negara ini meskipun sudah dibuatnya
perjanjian gencatan senjata, contoh kasus kekerasan politik ini dalam sengketa
ini ketika pasukan India dan Pakistan pada Senin kembali terlibat baku
tembak di Garis Kontrol di wilayah Kashmir. Pelanggaran gencatan senjata
dimulai sejak Minggu malam dan berlangsung hingga Senin dini hari.
Saling tembak terjadi di wilayah Mandi dan Garhi, Distrik Poonch, sekitar
185 km sebelah barat daya dari kota Srinagar, ibu kota musim panas Kashmir
yang dikuasai India. (Wardhana, 2013)
Jadi, meskipun gencatan senjata sudah ada untuk menurunkan ketegangan
atau tensi dari kedua belah pihak, akan tetapi kekerasan militer tetap terjadi
karena adanya kepentingan untuk melindungi wilayah yang diklaim sebagai
milik dari kedua belah pihak. Akan tetapi bahkan jauh dari konflik yang
terjadi pada saat dimana sengketa ini tercipta atau dimulai justru sengketa ini
awalnya berasal dari kekerasan politik itu sendiri, dituliskan bahwa pada
tahun 1947 ketika Kashmir dipimpin oleh Maharaja Hari Singh, pemimpin
Kashmir ini yang merupakan pemimpin beragama hindu di wilayah Kashmir
yang didominasi oleh kaum muslim lebih memilih india untuk menjadi tujuan
Kashmir bergabung karena dengan alasan kesamaan latar belakang yaitu
agama, keputusan ini jelas ditolak oleh kaum muslim di Kashmir karena
sebelumnya Maharaja Hari Singh menyatakan untuk mendeklarasikan dirinya
sebagai wilayah merdeka dan tidak memihak kepada siapapun akan tetapi
demi kepentingan kelompoknya dia lebih memilih untuk berpihak pada
Negara India dan banyak sekali yang memprotes keputusan ini dan pasukan

dari Maharaja Hari Singh ini membunuh orang-orang yang protes ini dan
dimulai dari kekerasan yang dipicu oleh pemimpinnya sendiri, mengakibatkan
terjadinya perpecahan dimana mayoritas muslim memilih untuk bergabung
dengan Pakistan dan minoritas Hindu termasuk pemimpinnya memilih untuk
bergabung dengan wilayah India. (Chattha, 2014) Jadi dalam kasus Kashmir
ini justru dimuai oleh political violence itu sendiri, dan political violence ini
muncul dari pemimpin Kashmir yang memiliki kepentingan golongan tertentu
yaitu kaum hindu yang agamanya sama dengan pemimpinnya dan
mengabaikan kepentingan golongan lain meskipun pada dasarnya golongan

itu merupakan golongan yang dominan.


Territorial Disputes/ Sengketa Wilayah
Permasalahan batas Negara merupakan salah satu permasalahan yang sulit
untuk di pecahkan, karena pada dasarnya hukum internasional tidak
memberikan aturan dan norma yang jelas yang terbentuk dalam konvensi
interasional atau yurisprudensi dalam menentukan batas kedaulatan suatu
Negara dalam kompetisi pengklaiman suatu wilayah. Pada dasarnya Negara
tidak ingin kehilangan wilayahnya karena dengan hilangnya wilayah tersebut
mereka bisa mengalami konsekuensi politik terkait kepentingan nasional.
Masalah sengketa wilayah ini juga seringkali bergejolak ketika berkaitan
dengan kepentingan ekonomi atau sosial. Wilayah yang bersengketa ini bisa
saja mengandung banyak sumber daya alam, oleh karena itu bersifat ekonomis

beberapa wilayah juga mengkalim suatu wilayah berdasarkan budaya atau


sejarah dari wilayah itu, atau wilayah ini berkaitan dengan kepentingan social
negra karena wilayah ini ditempati oleh suatu masyarakat yang ingin
menentukan sendiri status mereka dalam wilayah tersebut. (The Carter Center,
2010)
Dalam kasus Kashmir ini, dua nilai tersebut sangatlah berkaitan dengan
sengketa ini dimana dalam hal kepentingan ekonomi Negara, Kashmir
diperebutkan oleh India dan Pakistan karena memiliki nilai ekonomis
tersendiri, bagi Pakistan nilai ekonomisnnya ialah kenyataan bahwa Kashmir
merupakan sumber mata air karena sumber air yang dijadikan sumber
pengairan untuk Pakistan berhulu dari sungai-sungai Kashmir dan apabila
wilayah ini dikuasai sepenuhnya oleh India maka perekonomian Pakistan bisa
teracam karena wilayah pertanian milik Pakistan sumber airnya bersumber
dari sungai-sungai wilayah Kashmir, dan Bagi India sendiri kepentingan
ekonomi negaranya ialah fakta bahwa India memerlukan wilayah Kashmir
karena wilayah ini berbatasan dengan Negara-negara lain oleh karena itu bisa
dijadian sebagai pusat pertahanan Negara dan apabila dikuasai Negara lain
maka pertahanan India menjadi kurang maksimal akibat terbatasnya akses
kepada Negara-negara disekitar kawasan Kashmir. (Puspita, 2015)
Untuk kepentingan social Negara seperti yang diketahui bahwa Kashmir
terdiri atas orang-orang muslim dan hindu oleh karena itu memiliki suatu

perbedaan sosial yang mendasar yaitu latar belakang agama dan setelah
terjadinya perpecahan di Kashmir itu sendiri, masing-masing golongan ingin
bergabung ke Negara yang diinginkannnya masing-masing, kepentingan
social ini terlihat ketika masyarakat muslim ingin bergabung dengan Pakistan
setelah terjadinya perpecahan sedangkan masyarakat hindu ingin bergabung
dengan India yang dilatarbelakangi oleh nilai social yaitu agama, oleh karena
itu kepentingan social ini sangat tercermin dari sengketa wilayah Kashmir ini
karena sebelum terpisahnya wilayah Kashmir menjadi 2 bagian hal ini
dilatarbelakangi karena adanya kepentingan sosial.

Proxy War (Perang Proxy)

Proxy war adalah pertempuran tidak langsung dalam sebuah konflik yang
dilakukan actor ketiga dimana dengan adanya actor ketiga ini, bisa
menghasilkan suatu hasil strategis bagi pihak yang menggunakan pihak ketiga
tersebut. Dalam proxy war terdapat hubungan antara pihak yang memberikan
segala kebutuhan bagi actor ketiga ini, pihak ini merupakan pihak semacam
Negara atau actor bukan Negara (organisasi) dengan wakil pilihan mereka
yang mendapatkan semacam bantuan senjata, pelatihan, dan pendanaan yang
didapatkan dari pihak yang membutuhkan perwakilan dari pihak ketiga ini.
Jadi guna pihak ketiga ini merupakan sebagai alat untuk menggapai
kepentingan Negara secara tidak langsung dalam suatu konflik atau
peperangan, jadi Negara yang menggunakan pihak ketiga ini tidak terlibat

secara langsung terhadap konflik yang ada. Jadi secara singkatnya proxy war
merupakan suatu pergantian peran bagi Negara untuk mencapai tujuan
strategisnya tetapi tidak melibatkan Negara itu dalam perang secara langsung
karena ketidakmauan Negara itu untuk dianggap sebagai Negara yang suka
berperang. (Mumford, 2013)
Dalam sengketa Kashmir, kasus proxy war kerap terjadi dan pemerintah india
pun menuduh bahwa pihak Pakistan telah melakukan proxy war karena
dianggap telah melatih pasukan pemberontak Kashmir yang mendukung
untuk bergabung dengan Negara Pakistan (Pasricha, 2014). Memang asumsi
ini dianggap masuk akal mengingat banyaknya pemberontak yang berbeda
pemikiran dengan pemimpin Kashmir yaitu Maharaja Hari Singh dimana
pemberontak ini awalnya menginginkan Kashmir tetap menjadi Negara yang
merdeka dan tidak memihak Negara manapun, dan setelah kejadian
pemutusan status Kashmir untuk bergabung dengan india oleh Maharaja Hari
Singh disinilah pemberontakkan muncul, mereka lebih memilih Pakistan
karena Pakistan dengan pasukan pemberontak ini sama-sama berlatar
belakang islam jadi asumsi Perdana Menteri India menuduh Pakistan
melakukan proxy war sangatlah masuk akal. Dalam kenyataannya pun
Pakistan menggunakan proxy war juga karena tidak ingin dianggap sebagai
pihak yang jahat dalam sengketa ini sehingga menggunakan proxy war

untuk menutupi tindakkannya sebagai Negara bersengketa, dan juga untuk


menekan angka kematian dari pasukan pertahanan Pakistan itu sendiri.
C. Kesimpulan dan Resolusi
Kesimpulan
Kashmir, wilayah yang bersengketa dan diperebutkan oleh Negara Pakistan
dan India. Wilayah yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki lokasi
strategis dan bermayortitaskan masyarakat muslim ini dipimpin oleh
pemimpin yang berlatar belakang agama hindu Maharaja Hari Singh.
Perpecahan dimulai dari keputusan pemimpin Kashmir untuk memihak
kepada india dan merubah keputusan sebelumnya untuk tidak memihak
kepada Negara manapun. Keputusan ini memicu perpecahan dimana
masyarakat yang beragama Islam memilih untuk bergabung dengan Pakistan
dan yang beragama Hindu memilih untuk bergabung dengan India. Hal ini
membuat posisi kedaulatan atas Kashmir ini seimbang antara India dan
Pakistan. Kekerasan dalam politik begitu kental terhadap sengketa ini, baku
tembak dan kekerasan senjata lainnya tidak dapat dihindarkan. Negara juga
tidak ingin melepaskan wilayah Kashmir ini karena tidak mau kehilangan
kedaulatan terhadap wilayahnya, dan juga tidak mau kehilangan kepentingan
baik social ataupun ekonomi. Perang proxy juga dianggap terjadi dalam
konflik ini dimana Pakistan dituduh oleh India melakukan proxy war dengan
menggunakan pihak ketiga yaitu para pemberontak Kashmir dan mereka

dianggap telah dilatih, didanai oleh pemerintah Kashmir untuk membuat


Pakistan dianggap tidak terlalu terlibat dalam sengketa ini.

Resolusi
Untuk resolusi harusnya PBB tidak hanya membuat resolusi halus dimana
tidak memberikan peraturan yang jelas, dan tidak hanya bertujuan untuk
memberikan keluasan kepada Negara yang bersengketa dan mengurangi
ketegangan diantara dua Negara yang bersengketa (U.N Resolution 38,1948).
(Chattha, 2014, p. 4)
Harusnya PBB mengambil langkah tegas dimana PBB mengatur secara jelas
dan gambling kepada Negara yang bersengketa untuk melakukan/tidak
melakukan sesuatu dan seharusnya memberikan hukuman bagi pelanggar
aturan tersebut dan mengakomodir jalannya council yang berkaitan dengan
sengketa wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Berlianto. (2015, Agustus 28). Retrieved Desember 15, 2015, from
http://international.sindonews.com/read/1038106/40/lagi-india-pakistanbentrok-di-perbatasan-1440751268
Chattha, A. H. (2014). Role of U.N on Kasmir Issue. 1.
Definitions of Political Violence, Agents and Event Types. (n.d.). Retrieved Desember
16, 2015, from Armed Conflict Location and Events Data Project:
http://www.acleddata.com/wp-content/uploads/2015/01/Definitions-ofPolitical-Violence_2015.pdf.
Mumford, A. (2013). Proxy Warfare. Cambrige: Polity Press.
Pasricha, A. (2014, Agustus 12). India PM Slams Pakistan's Kashmir 'Proxy War'.
Retrieved Desember 17, 2015, from http://www.voanews.com/content/indianprime-minister-slams-pakistans-proxy-war-in-kashmir/2410693.html
Puspita, A. N. (2015). Konflik India dan Pakistan Atas Perebutan Wilayah Kashmir
Tahun 1947-1999. 1.
Schofield, V. (2003). Kashmir in Conflict, India, Pakistan and The Unending War.
New York: I.B. Tauris& Co Ltd.
The Carter Center. (2010). Approaches to Solving Territorial Conflicts. Atlanta: One
Copenhill.
Wardhana, E. F. (2013, September 17). Tentara India & Pakistan kembali baku
tembak
di
Kashmir.
Retrieved
Desember
16,
2015,
from
http://international.sindonews.com/read/783860/40/tentara-india-pakistankembali-baku-tembak-di-kashmir-1379361266

Anda mungkin juga menyukai