Tumor Mammae PDF
Tumor Mammae PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Payudara
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.
Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara
wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran,
sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan
lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006).
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan
glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi
kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang
meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki
aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker
maupun penyebaran (metastase) kanker payudara (Haryono dkk, 2011).
Menurut Saymor (2000) setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang
tersusun radier dan berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus
memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke
papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang
disebut areola mamma. Pada areola mamma, terdapat tonjolan-tonjolan halus
yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya.
Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat
yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa
bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau
kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji
yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda.
(Mangunkusumo, 2006).
klavikula
Costa
kedua
Lymph
Nodes
Otot
pectoralis
mayor
Kelenjar
mamma
areola
payudara
Ampulla
nipple
2.2.
Tumor Payudara
2.2.4. Diagnosis
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis
yang baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan
diagnosis pasti adalah pemeriksaan histopatologi anatomi (Siregar, 2003).
1. Anamnesa meliputi: riwayat timbulnya tumor, adanya faktor resiko untuk
terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda penyebaran tumor.
2. Pemeriksaan fisik dari tumor payudara
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Menurut Djamaloeddin (2005), deteksi dini tumor payudara adalah suatu
usaha untuk menemukan adanya tumor yang belum lama tumbuh, masih
kecil, masih lokal, dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti
sehingga masih dapat disembuhkan. Deteksi dini biasanya dilakukan pada
orang-orang yang kelihatannya sehat, asimptomatik, atau pada orang
yang beresiko tinggi menderita tumor. Wanita usia 20 tahun ke atas
sebaiknya melakukan SADARI sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah
menstruasi. Pada saat itu, pengaruh hormon ovarium telah hilang sehingga
konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi. Untuk
wanita yang telah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan setiap
tanggal 1 setiap bulan agar lebih mudah diingat.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu :
a.Melihat payudara
b.Memijat payudara
c.Meraba payudara
Jika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan:
1) Lokasi tumor
2) Diskripsi tumor
2.3.
cara memeriksa sejumlah sel dari ekstra tumor atau nodul yang diambil dengan
mempergunkan jarum dan tabung suntik (Tambunan 1992).
pasien
konsultasi
pada
dokter
meningkat
dan
c.
palsu.
minggu-minggu
pertama
setelah
persalinan
(menyusui)
dengan
dari duktus kejaringan fibroadiposa di sekitarnya dan cenderung terbatas pada satu
segmen payudara menimbulkan pembengkakan setempat dan eritema (Grace,
2006). Sedangkan nekrosis lemak merupakan kelainan yang ditemukan sebagai
lesi yang berbatas jelas, akibat jaringan parut yang terbentuk maka terdapat daerah
yang konsistensinya padat (Mangunkusumo, 2006).
Gambaran sitologi sel radang umumnya terdiri atas sel lekosit PMN,
banyak sel histiosit bercampur fibrin dan debris seluler. Khususnya fagositosis
sel limfosit dan sel plasma sering ditemukan di dalam sediaan hapus, reaksi
fibroblas ditemukan dalam bentuk lembaran dengan infiltrasi sel radang dan sel
epitel duktus menunjukkan aktivitas dengan memperlihatkan inti-inti yang
membesar dan hiperkromatik, ukuran bervariasi dan mengandung nukleoli nyata
(Sander, 2004).
Gambar 2.3. Sitologi ulkus disebabkan oleh mastitis kronik Kistik Payudara
Sumber: Lestadi, 1999.
2.3.6.2. Sitologi Displasia Kistik Payudara
1. Perubahan Fibrokistik (mammary displasia)
Fibrokistik adalah kelainan akibat dari peningkatan dan distorsi
perubahan siklik payudara yang terjadi secara normal selama daur haid.
Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun
(>50%) (Kumar, 2007). Perubahan fibrokistik dibagi menjadi perubahan
nonproliferatif dan perubahan proliferatif, bermanifestasi dalam beberapa
bentuk yang biasanya melibatkan kombinasi dari 3 respon jaringan dasar,
proliferasi epitel (proliferatif), fibrosis dan pertumbuhan kista (nonproliferatif).
Proliferasi sel-sel epitel menyebabkan adenosis. Pada kasus-kasus lain fibrosis
lebih dominan dan kelainan proliferasi epitel kurang tampak (Berek, 2005).
2. galaktokele
galaktokele adalah dilatasi kistik suatu duktus yang tersumbat yang
terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi benigna yang luar
biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang dilapisi oleh epitel
(Kumar et, al, 2007).
3. ginekomasti
Ginekomasti adalah analog laki-laki untuk perubahan fibrokistik pada
perempuan. Penyebabnya ialah pengaruh estrogen yang berlebihan, biasanya
dari kelenjar adrenal (Kumar dkk, 2007).
Gambaran sitologi proliferasi epitel/hiperplasia epitel mempunyai inti biasanya
berbentuk bulat atau oval, membesar dengan ukuran bervariasi dan
hiperkromatik ringan sampai sedang, beberapa kelompok sel menunjukkan inti
pleomorfik berbentuk spindel, berbentuk seperti serabut atau memanjang
(Lestadi,1999).
B. Invasif
1. karsinoma duktus invasif
2. karsinoma lobular invasif
3. karsinoma medularis
4. karsinoma koloid
5. karsinoma tubulus.
Dalam menilai keganasan karsinoma dibedakan dua macam kriteria yaitu
kriteria keganasan utama dan kriteria keganasan sekunder. Kriteria keganasan
utama adalah parameter morfologik yang menjadi dasar diagnosis keganasan
definitif sedangkan kriteria keganasan sekunder adalah parameter morfologik
yang apabila ditemukan dapat memberi bantuan yang penting dalam diagnosis dan
bukan dibutuhkan untuk membuktikan keganasan. Adapula tanda-tanda atau pola
gambaran sel yang lain disebut kriteria indirek, dimana ia dapat bermanfaat dalam
membedakan lesi jinak dari lesi ganas (lestadi, 1999).
Menurut Lestadi (1999) Gambaran sitologi karsinoma sebagai berikut :
A. Gambaran keganasan pada sel tunggal
Kriteria utama :
1. Gambaran inti
a. Tipe kromatin
Inti sebagian besar terdiri atas kromatin yang menggumpal kasar atau
granuler kasar atau granuler halus, tersebar didalam inti dengan
nukleoli kecil yang tidak nyata.
b. Tipe nukleolar
Inti mengandung nukleoli yang nyata mencolok dengan kromatin
granuler yang tersebar longgar.
c. Tipe ground glass
Homogen dengan gambaran ground glass ( kaca susu).
2. Gambaran kromatin
Berupa granuler kasar, menggumpal, granuler atau granuler halus, tetapi
granuler halus jarang dijumpai. Kromatin menggumpal dapat bekembang
menjadi bulat atau bentuk anguler. Distribusi kromatin mungkin rata atau
tidak (Hoskin & Robert, 2005).
Kriteria sekunder
1. Ukuran inti
Sebagai Patokan inti sel karsinoma adalah lebih besar dari pada inti sel
2. Inti banyak
Multinukleasi jarang ditemukan pada sel-sel karsinoma payudara, kecuali
pada tumor-tumor tipe sel besar atau tipe datia (giant cell), biasanya dapat
dilihat pada karsinoma duktal berdiferensiasi buruk.
3. Struktur sitoplasma dan konfigurasi
a. Jumlah sitoplasma
Pada karsinoma payudara jumlah sitoplasma dapat berbeda banyak
sekali. Ia tidak menunjukkan diagnosis yang bermakna untuk
keganasan, tetapi sitoplasmanya sedikit atau sitoplasma yang hampir
tidak ada.
b. Struktur sitoplasma
Sitoplasma sel ganas sering kali menunjukkan struktur padat, kadangkadang dalam kombinasi dengan granulasi eosinofilik longgar dan
berwarna basofilik (Lale et al, 2011).
c. Bentuk sitoplasma
Sitoplasma dari sel-sel yang tersendiri seringkali berbentuk tringuler
dan dapat merupakan gambaran khas dari keganasan.
Kriteria indirek
1. Nekrosis
Jaringan nekrotik biasanya polimorf dan kasar berwarna sianofilik atau
eosinofilik.
2. Mukus ekstraseluler dalam jumlah besar
Jumlah mukus ekstraseluler yang berlebihan seharusnya diperiksa dengan
seksama untuk mencari elemen epitelial yang mencurigakan adanya
karsinoma musinus
3. Tidak ditemukannya sel apokrin metaplastik
4. Tidak ditemukan sel mioepitel
5. Tidak dijumpai sel busah.