Dua ribu tahun yang lalu manusia sudah dapat memanfaatkan energi angin untuk
usaha sederhana. Beratus-ratus tahun kemudian energi angin itu menjadi semakin jelas
pemanfaatannya. Kapal kecil dan besar dapat mengarungi lautan luas dengan bantuan
energi angin yang meniup layar kapal. Angin merupakan udara yang bergerak; udara
yang berpindah tempat, mengalir dari tempat yang dingin ke tempat yang panas dan dari
tempat yang panas mengalir ke tempat yang dingin, demikian terus-menerus.
Angin adalah proses alam yang berlaku secara skala kecil dan skala besar, secara
lingkup daerah dan dunia. Di lapisan atmosfir bawah udara dingin mengalir dari daerah
kutub menuju daerah khatulistiwa dan di lapisan atmosfir atas udara hangat mengalir dari
khatuistiwa menuju daerah kutub.
Angin merupakan suatu energi alam yang berlimpah adanya di bumi yang juga
merupakan energi yang murah serta tak pernah habis. Energi angin telah lama dikenal
dan dimanfaatkan oleh manusia. Adapun pemanfaatannya adalah antara lain :
1.
2.
3.
4.
tebu.
Mengalirkan air laut untuk pembuatan garam.
Membangkitkan tenaga listrik khususnya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin
terutama untuk daerah yang belum terjangkau oleh PLN.
1984. Udara panas lebih ringan daripada udara dingin dan akan naik ke atas sampai
mencapai ketinggian sekitar 10 kilometer dan akan tersebar ke arah utara dan selatan.
Jika Bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba di kutub utara dan
kutub selatan, turun ke permukaan lalu kembali ke khatulistiwa. Udara yang bergerak
inilah yang merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang dapat digunakan untuk
memutar turbin dan akhirnya dapat menghasilkan listrik.
Proses Terjadinya Angin
Angin terjadi bila terdapat pemanasan permukaan bumi yang tak sama oleh sinar
matahari. Di siang hari udara di atas lautan relati lebih dingin daripada daratan. Sinar
matahari menguapkan air lautan dan diserap lautan. Penguapan dan obsorsi sinar
matahari di daratan kurang sehingga udara di atas daratan lebih panas. Dengan demikian
udara di atas mengembang,jadi ringan dan naik ke atas.
Udara dingin yang lebih berat turun mengisi kekurangan udara di daratan, maka
terjadilah aliran udara yang disebit angin dari lautan ke daratan tepi pantai. Di malam
hari peristiwa yang sebaliknya terjadi, angin di permukaan laut mengalir dari pantai ke
tengah lautan dan peristiwa inilah yang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk mencari
ikan di lautan. Angin di lereng gunung juga terjadi demikian. Pada sekitar puncak
pegunungan lebih dulu panas dibandingkan dengan daerah lembah. Karena perbedaan
panas ini sehingga menimbulkan perbedaan tekanan yang akhirnya timbul angin biasa
yang disebut angin lembah dan angin gunung.
Turbin Angin sebagai Alternatif Pembangkit Listrik
Menurunnya tinggi muka air di berbagai bendungan-terutama yang dimanfaatkan
sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA)-telah menurunkan pasokan listrik di
Jawa hingga 500 megawatt. Sebagai salah satu sumber pemasok listrik, PLTA bersama
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG)
memang memegang peran penting terhadap ketersediaan listrik terutama di Jawa,
Madura, dan Bali. Energi angin yang sebenarnya berlimpah di Indonesia ternyata belum
dimanfaatkan sebagai alternatif penghasil listrik.
Padahal, di berbagai negara, pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi
alternatif nonkonvensional sudah semakin mendapatkan perhatian. Hal ini tentu saja
didorong oleh kesadaran terhadap timbulnya krisis energi dengan kenyataan bahwa
kebutuhan energi terus meningkat sedemikian besarnya. Di samping itu, angin
merupakan sumber energi yang tak ada habisnya sehingga pemanfaatan sistem konversi
energi angin akan berdampak positif terhadap lingkungan.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Pembangkit listrik tenaga angin, yang diberi nama Wind Power System
memanfaatkan angin melalui kincir, untuk menghasilkan energi listrik. Alat ini sangat
cocok sekali digunakan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil. Secara umum,
sistem alat ini memanfaatkan tiupan angin untuk memutar motor. Hembusan angin
ditangkap baling-baling, dan dari putaran baling-baling tersebut akan dihasilkan putaran
motor yang selanjutnya diubah menjadi energi listrik.
Wind Power System ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu rotor, transmisi,
elektrikal, dan tower. Bagian rotor terdiri dari baling-baling dengan empat daun,
bentuknya seperti baling-baling pesawat. Dengan bentuk seperti ini diharapkan energi
angin yang tertangkap bisa maksimal agar bobotnya lebih ringan. Baling-baling ini
dibuat dengan diameter 3,5 dan bahannya dibuat dari fiberglass.
Untuk mendapat hembusan angin, baling-baling diletakkan pada tower setinggi
delapan meter. Sedangkan pada bagian transmisi digunakan sistem kerekan dan tali,
sistem transmisi ini digunakan untuk menyiasati kekuatan angin yang kecil. Karena
kecepatan angin di Indonesia relatif kecil, transmisi ini sangat menguntungkan untuk
meningkatkan putaran sebagai pengubah energi digunakan alternator dua fase 12 volt,
energi listrik yang dihasilkan oleh alternator dapat disimpan dalam aki.
Sementara kapasitas daya yang didapat sebesar 1,5 KW. Wind Power System
telah diuji coba oleh para mahasiswa di pantai kenjeran, kurang dari satu jam hasil dari
percobaan tersebut sudah dapat menghasilkan energi listrik untuk menyalakan TV dan
lampu sampai 100 watt.
Mekanisme Turbin Angin
Sebuah pembangkit listrik tenaga angin dapat dibuat dengan menggabungkan
beberapa turbin angin sehingga menghasilkan listrik ke unit penyalur listrik. Listrik
dialirkan melalui kabel transmisi dan didistribusikan ke rumah-rumah, kantor, sekolah,
dan sebagainya.
Turbin angin dapat memiliki tiga buah bilah turbin. Jenis lain yang umum adalah
jenis turbin dua bilah. Turbin angin bekerja sebagai kebalikan dari kipas angin.
Bukannya menggunakan listrik untuk membuat angin, seperti pada kipas angin, turbin
angin menggunakan angin untuk membuat listrik.
Angin akan memutar sudut turbin, kemudian memutar sebuah poros yang
dihubungkan dengan generator, lalu menghasilkan listrik. Turbin untuk pemakaian umum
berukuran 50-750 kilowatt. Sebuah turbin kecil, kapasitas 50 kilowatt, digunakan untuk
perumahan, piringan parabola, atau pemompaan air.
Jenis Turbin Angin
Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi jenis turbin angin propeler
dan turbin angin Darrieus. Kedua jenis turbin inilah yang kini memperoleh perhatian
besar untuk dikembangkan. Pemanfaatannya yang umum sekarang sudah digunakan
adalah untuk memompa air dan pembangkit tenaga listrik.
Turbin angin propeler adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti
baling- baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus diarahkan sesuai
dengan arah angin yang paling tinggi kecepatannya.
Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer. Anemometer jenis
mangkok adalah yang paling banyak digunakan. Anemometer mangkok mempunyai
sumbu vertikal dan tiga buah mangkok yang berfungsi menangkap angin.
Jumlah putaran per menit dari poros anemometer dihitung secara elektronik.
Biasanya, anemometer dilengkapi dengan sudut angin untuk mendeteksi arah angin.
Jenis anemometer lain adalah anemometer ultrasonik atau jenis laser yang mendeteksi
perbedaan fase dari suara atau cahaya koheren yang dipantulkan dari molekul-molekul
udara.
Turbin angin Darrieus merupakan suatu sistem konversi energi angin yang
digolongkan dalam jenis turbin angin berporos tegak. Turbin angin ini pertama kali
ditemukan oleh G.J.M. Darrieus tahun 1920. Keuntungan dari turbin angin jenis Darrieus
adalah tidak memerlukan mekanisme orientasi pada arah angin (tidak perlu mendeteksi
arah angin yang paling tinggi kecepatannya) seperti pada turbin angin propeler.
Di Indonesia telah mulai dikembangkan proyek percontohan baik oleh lembaga
penelitian maupun oleh pusat studi beberapa perguruan tinggi. Proyek ini perlu
memperoleh perhatian dari pihak yang terkait untuk dikembangkan karena membutuhkan
riset yang cukup intensif mengenai kecepatan angin, lokasi penempatan turbin angin,
serta cara untuk mengatur pembebanan turbin yang tidak merata. Misalnya pada malam
hari angin cukup kencang, sedangkan pada pagi dan siang hari kecepatan angin turun
sehingga harus ada mekanisme penyimpanan energi serta mekanisme untuk menstabilkan
fluktuasi tegangan listrik yang dihasilkan.
Dalam situasi yang serba kekurangan pasokan listrik seperti sekarang, tampaknya
alternatif energi angin perlu dikaji ulang. Selain hasilnya selalu berkelanjutan, harganya
pun kompetitif dibanding pembangkit listrik lainnya.
Alat Pengukur Kecepatan Angin.
Dalam mengetahui seberapa besar kecepatan hembusan suatu angin maka perlu
suatu alat/parameter pengukur kecepatan angin itu. Alat yang sering digunakan dalam
mengukur kecepatan angin biasa disebut anemometer.
Adapun jenis daripada alat pengukuran kecepatan angin (anemometer) adalah :
a. Anemometer jinjingan
Anemometer jinjingan adalah alat ukur kecepatan angin yang cara kerjanya
berdasarkan tekanan dinamik ( . .V2 ). Tetapi alat ukur ini kurang teliti dalam
pembacaan.
b. Anemometer setengah bola
Anemometer setengah bola adalah alat ukur kecepatan angin dengan
menggunakan kincir setengah bola. Dimana mangkok setengah bola ini akan berfungsi
untuk menangkap angin sehingga dapat menggerakkan kincir dan seberapa besar
kecepatan angin itu dapat dilihat dari kecepatan putaran kincir.
c. Anemometer propeller
Anemometer propeller adalah alat ukur kecepatan angin dengan menggunakan
kincir model pesawat kecil, mengikuti arah angin dan propeller yang mengukur
kecepatan arah angin itu.
Baik anemometer setengah bola maupun propeller tidak tepat dalam mengukur
kecepatan angin. Perputaran mangkuk setengah bola atau propeller lebih cepat disaat
angin kencang dan lebih lambat saat hembusan angin kurang.
Angin Sebagai Sumber Alternatif.
Pembangkit didalam menghasilkan suatu energi listrik dan agar terus dapat
menyediakan pasokan listrik bagi konsumen dalam jangka waktu yang terus-menerus
dimasa yang akan datang maka kebutuhan akan bahan baku yaitu bahan bakar tentunya
harus tetap tersedia guna membantu proses pengoperasian daripada pembangkit listrik
didalam menghasilkan energi listrik. Tetapi hal itu tidak akan menjamin, karena
diperkirakan bahan baku minyak mentah yang terkandung di bumi akan habis jika terus
digunakan/diambil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk
dapat
menggantikan
pembangkit
yang
dalam
pengoperasiannya
mengunakan bahan bakar maka perlu suatu pembangkit alternative yang dapat digunakan
sebagai sumber penghasil energi listrik baru yang mampu menjamin ketersediaan
pasokan listrik dimasa yang akan datang. Angin merupaka energi alam yang berlimpah
yang tidak akan pernah habis yang dapat digunakan atau berpotensi, dikembangkan serta
dimanfaatkan sebagai suatu sumber energi alternative baru dalam menghasilkan energi
listrik yang murah, bebas polusi dan banyak variasi pemanfaatan baik dalam keperluan
mekanis maupun elektris.
Konversi Energi Angin.
Untuk dapat menghasilkan tenaga/energi listrik dari angin maka perlu adanya
pemanfaatan/konversi energi angin menjadi energi mekanik dengan bantuan suatu
kincir/turbin yang kemudian dikopel langsung dengan generator. Dari generator
tersebut kemudian akan dihasilkanlah energi keluaran berupa listrik. Proses konversi
akan maksimal apabila perencanaan daripada suatu keberadaan PLTA Angin tepat.
Sejarah Perkembangan Kincir Angin.
Sejarah perkembangan pembangkit angin dengan kincir angin dapat diuraikan
disini :
1. Sekitar tahun 1890 Negara Denmark sudah mulai memanfaatkan tenaga
untuk memompa air maupun membangkitkan tenaga listrik guna mmenuhi kebutuhan
industri susu yang terletak terpencar dan yang semakin berkembang khususnya
didaerah yang tidak tersedia bahan bakar lokal. Dalam periode 1890-1945 produksi
kincir angin kebanyakan berkapasitas 5 KW meskipun ada beberapa yang
berkapasitas lebih besar.
2. Dengan berakhirnya Perang Dunia II, kebutuhan akan tersedianya tenaga
listrik diperkirakan akan meningkat, sedangkan persediaan bahan bakar fosil tidak
mencukupi sehingga di beberapa Negara Eropa mulai memikirkam untuk
memanfaatkan sumber energi pengganti lain termasuk sumber energi angin dan
prototype yang telah diproduksi berkapasitas 100 KW.
3. Sejak tahun 1958 penelitian mengenai tenaga angin mulai ditinggalkan
karena berkembangnya teknologi tenaga nuklir yang nampaknya mempunyai prospek
yang lebih baik, serta telah stabilnya penyediaan bahan bakar konvensional yang
harganya relatif lebih murah dan mungkin besarnya ukuran unit pembangkit listrik
tenaga termis yang ternyata lebih menguntungkan.
4. Sejak melandanya krisis energi tahun 1973 pada saat harga bahan bakar
minyak mulai melonjak dan pada saat bersamaan masyarakat di negara-negara maju
mulai memberikan tanggapan negatif pada pembangunan pembangkit-pembangkit
listrik tenaga nuklir khususnya mengenai hal bahaya pencemaran lingkungan maka
sejak itu energi angin mulai mendapat perhatian lagi dalam perkembangannya.
5. Di Indonesia, tenaga angin telah dikembangkan pemanfaatannya sejak
tahun 1979 yang dimulai dengan penelitian-penelitian dan pengukuran data angin
serta konsep-konsep teknologi sesuai dengan kondisi dan energi angin yang tersedia
di Indonesia.
Perencanaan Kincir Angin.
Untuk perencanaan kincir angin diperlukan data sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Perencanaan
Kincir angin darrieus diciptakan pada tahun 1920 oleh G.J.M. Darrieus dari
Perancis. Kincir angin ini terdiri dari sudu-sudu berpenampang airfoil (seperti bentuk
pesawat terbang), dengan jumlah sudu satu pasang, dua pasang, atau lebih. Dimana gaya
dorong untuk memutar rotor adalah dari kombinasi gaya-gaya aerodinamika yang terjadi
pada sudut-sudut kincir tersebut.
Adapun keuntungannya :
1.
2.
1.
Beroperasi pada putaran rendah.
2.
Tidak dapat start sendiri.
3.
Efisiensi aerodinamika rendah.
b. Kincir Angin Savonius
Kincir angin savonius merupakan kincir angin berporos vertikal yang telah
dikenal sejak tahun 1925. Dalam beberapa hal tertentu kincir angin savonius mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis kincir angin yang lain, misalnya :
1. Konstruksi sederhana, sehingga mudah dibuat.
2. Bahan bakunya mudah didapat.
3. Tidak memerlukan keahlian khusus dalam pembuatan.
4. Biaya investasinya dan operasinya atau pemeliharaannya murah.
Pada umumnya sudut kincir angin savonius umumnya berbentuk huruf S, yang
terdiri dari dua, tiga atau lebih. Masalah utama dari kincir angin savonius dan juga kincir
angin poros vertikal lainnya adalah pada sudutnya kembali ia menentang aliran udara dan
ini merupakan suatu kerugian yang besar. Untuk mengatasi adanya kerugian besar diatasi
dengan membuat sudut berbentuk traveling down seluas-luasnya dan traveling up wind
sekecil-kecilnya.
c. Kincir Angin Giromill
Kincir angin giromill mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan kincir angin
darrieus dengan perbedaan pada kincir angin giromill bentuk sudutnya lurus dan
dipasang vertikal dengan sudut variable Pitch dan tidak memerlukan kecepatan awal.
Karena bentuk sudutnya lurus maka pembuatannya mudah dan murah. Tetapi
kelemahannya adalah menpunyai perbandingan putaran yang rendah dan energi yang
diekstesikan kecil. Keuntungan dari kincir angin giromill :
1. Dapat melakukan start sendiri.
2. Efisiensi aerodinamika lebih tinggi dari rotor darrieus.
putaran searah dengan arah angin dengan jumlah sudut dua, tiga ataupun lebih yang
berpenampang airfoil. Dimana perputaran kincir angin ini disebabkan adanya gaya
aerodinamika yang bekerja pada suatu kincir angin. Agar propeller dapat berputar maka
letak bidang rotasinya harus tegak lurus dengan arah angin. Dan untuk maksud ini dapat
digunakan tipe up wind dan down wind.
Kelebihan jenis Up Wind :
1. Konstruksi lebih sederhana.
2. Karakteristik aerodinamis angin tidak terganggu karena arah angin langsung
menuju rotor.
3. Untuk variable pitch start lebih ringan.
4. Tidak memerlukan sudut orientasi.
Kerugian jenis Up Wind :
1. Jarak rotor ke sumbu menara harus jauh, hal ini akan memungkinkan terjadi
pelenturan poros karena beban rotor yang terlalu berat.
2. Memerlukan ekor pengarah.
3. Kapasitas turbin umumnya kecil, hal ini karena jari-jari sudut yang bisa dipasang
ukurannya kecil, bila besar memungkinkan terjadi defleksi sudut.
Kelebihan jenis Down Wind :
1. Sambungan rotor dan poros dapat dibuat sedekat mungkin ke menara dan ingin
mengurangi kemungkinan pelenturan poros, karena beban rotor yang terlalu berat.
2. Kapasitas turbin umumnya besar, hal ini karena defleksi sudut bisa dihindari
walaupun dengan ukuran jari-jari sudut yang panjang.
3. Biasanya jenis down wind memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap arah angin, sehingga tidak memerlukan ekor sebagai penyearah.
Kerugian jenis Down Wind :
1. Memerlukan sudut orientasi.
2. Karakteristik aerodinamika angin tergantung karena angin terhalang oleh menara.
3. Biaya kontruksi lebih tinggi.
sebagai sumber energi alternatif dalam fungsinya untuk menghasilkan energi listrik.
Dilihat dari bentuk fisiknya kincir Belanda ini sangat berbeda dengan kincir-kincir yang
lainnya. Kincir Belanda memiliki ciri khusus yaitu pada ukurannya yang besar dan berat.
Keuntungan daripada kincir angin Belanda ini adalah walaupun permenitnya
kecil tetapi karena baling-balingnya yang berukuran besar membuat tenaga putarannya
juga sangat kuat.
Kelemahan daripada kincir angin Belanda ini adalah memerlukan angin yang
besar untuk dapat menggerakkan kincir angin yang berat. Kalau angin bertiup lemah
maka kincir tidak akan dapat bergerak. Beruntung negeri Belanda terletak di pinggir laut
utara yang berangin kencang sehingga kincir yang berat itu tetap dapat berputar.
Untuk dapat menghasilkan tenaga listrik, idealnya kincir Belanda dihubungkan
dengan gear box percepatan sebelum ke generator. Rasio perbandingan gear box yang
akan dipergunakan didapat dari perhitungan putaran rata-rata kincir dan putaran yang
dibutuhkan oleh generator.
g.
arus angin yang sifatnya terkonsentrator (terfokus) untuk dapat menghasilkan tenaga
listrik. Angin yang terkonsentrator ini bertiup sangat kencang sehingga dapat diperoleh
energi yang lebih tinggi. Kondisi angin ini dapat ditemukan misalnya pada pantai landai
yang diapit oleh dua bukit terjal dimana angin akan mengalir terfokus diantara dua tebing
yang mengapit tersebut.
1. POTENSI ENERGI ANGIN
Secara keseluruhan potensi energi angin di Indonesia rata-rata tidak besar, tetapi
berdasarkan survei dan pengukuran data angin yang telah dilakukan sejak 1979, banyak
daerah yang prospektif karena memiliki kecepatan angin rata-rata tahunan sebesar 3.44.5 m/detik atau mempunyai energi antara 200 kWh/m sampai 1000 kWh/m. Potensi ini
sudah dapat dimanfaatkan untuk pembangkit energi listrik skala kecil sampai 10 kW.
Peta
sebaran
energi
angin
yang
ada
di
Indonesia
dapat
dilihat
dalam
http://re.djlpe.esdm.go.id/re/.
2. LOKASI PEMANFAATAN ENERGI ANGIN
Lokasi yang diinginkan dalam penempatan turbin angin adalah pada daerah yang
memiliki kecepatan angin yang relatif konstan, arahnya tak berubah-ubah dan sedikit
kemungkinan kecepatan angin yang sangat besar. Ditinjau dari letaknya pemanfaatan
energi angin dibedakan menjadi tiga, onshore, offshore dan nearshore.
Instalasi turbin onshore didefinisikan pada jarak 3 km atau lebih dari garis pantai
dan umumnya instalasi dilakukan di daerah berbukit untuk mendapatkan percepatan
topografis. Akan tetapi penentuan lokasi tepatnya harus dilakukan secara hati-hati
karena dapat menyebabkan perbedaan kecepatan angin yang signifikan.
Instalasi turbin nearshore umumnya didefinisikan di wilayah pantai dari 3 km di
daratan ke 10 km pada laut dari garis pantai.
mengutamakan keuntungan dari adanya angin darat dan angin laut sehubungan dengan
perbedaan suhu laut dan darat.
Keuntungan
dari
pemasangan
ini
kali
Berdasarkan sumbu
putarnya, turbin angin didisain dalam dua tipe besar yakni turbin dengan sumbu
putar horizontal dan turbin dengan sumbu putar vertikal. Turbin sumbu
horizontal memiliki rotor dan generator listrik di bagian atas menara. Sumbu ini
diarahkan pada arah angin. Kebanyakan sudu turbin menghadap ke arah angin
yang datang untuk menghindari turbulensi akibat terhalang oleh menara turbin.
Beberapa tipe dari turbin sumbu horizontal
mencakup kincir angin dan turbin angin
modern.
Tipe
yang
pertama
pada
dari
kayu.
Tipe
ini
biasa
ini
memiliki
kecepatan
dan
penemuan yang relatif baru, terbuat dari layar dan dapat membangkitkan listrik
pada kecepatan 2m/s. Turbin Darrieus memiliki efisiensi yang cukup tinggi
tetapi menghasilkan ripple torka yang besar. Torka awal dari turbin ini sangat
rendah, sehingga umumnya perlu turbin lain untuk menggerakkan turbin sampai
pada kecepatan tertentu. Turbin Savonius relatif sederhana dan terdiri dari dua
atau lebih mangkuk.
Gaya-gaya angin pada turbin sumbu horizontal
Pada prinsipnya gaya-gaya angin yang bekerja pada sudu-sudu kincir sumbu
horizontal terdiri atas tiga komponen (Gambar ), yaitu:
Gaya aksial, yang mempunyai arah sama dengan angin, gaya ini harus
ditampung oleh poros dan bantalan
Energi kinetik angin diperoleh berdasarkan energi kinetik sebuah benda dengan
massa m, kecepatan v, maka rumus energi angin dapat dirumuskan sebagai
berikut:
E = 0.5 m v2
Sedangkan jumlah massa yang melewati suatu tempat per unit waktu adalah:
m =Av
dimana :
A