Anda di halaman 1dari 3

Adab Berbicara, Berdebat dan Memberi Pendapat

www.iluvislam.com
busyralana
Editor: lailatulema

ADAB BERBICARA
1. Semua perbicaraan harus kebaikan, dalam hadis Nabi Muhammad SAW
disebutkan: Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah
berkata baik atau lebih baik diam. (HR Bukhari Muslim)
2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadis Aisyah ra:
Bahawasanya perkataan Rasulullah SAW itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh
semua yang mendengar. (HR Abu Daud)
3. Seimbang dan menjauhi berlarut-larutan, berdasarkan sabda Nabi
Muhammad SAW: Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh
dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak bercakap dan berlagak dalam
berbicara. Maka dikatakan: Wahai Rasulullah kami telah mengetahui erti atstsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi
SAW: Orang-orang yang sombong. (HR Tirmidzi dan dihasankannya)
4. Menghindari banyak berbicara, kerana khuatir membosankan yang
mendengar, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Wail:
"Adalah Ibnu Masud ra senantiasa mengajari kami pada setiap hari Khamis, maka
berkata seorang lelaki: Wahai Abu Abdurrahman (gelaran Ibnu Masud) seandainya
anda mahu mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Masud : Sesungguhnya
tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku khuatir
membosankan kalian, kerana akupun pernah meminta yang demikian pada
Rasulullah SAW dan beliau menjawab khuatir membosankan kami" (HR Muttafaq
alaih)
5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan, dari Anas ra bahwa
adalah Nabi Muhammad SAW jika berbicara maka baginda mengulanginya 3 kali
sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila baginda

mendatangi rumah seseorang maka baginda pun mengucapkan salam 3 kali. (HR
Bukhari)
6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadis Nabi Muhammad
SAW: Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diredhai ALLAH
SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh
ALLAH SWT keredhaan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan
seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak
dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai
hari Kiamat. (HR Tirmidzi dan ia berkata hadis hasan shahih; juga diriwayatkan oleh
Ibnu Majah)
7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:
Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan
karena terlalu banyak berdebat. (HR Ahmad dan Tirmidzi) dan dalam hadis lain
disebutkan sabda Nabi Muhammad SAW: Aku jamin rumah di dasar syurga bagi
yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah
syurga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin
rumah di puncak syurga bagi yang baik akhlaqnya. (HR Abu Daud)
8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadis Nabi
Muhammad SAW: Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan
berkata-kata keji. (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)
9. Menghindari banyak bercanda(bergurau), berdasarkan hadis Nabi
Muhammad SAW: Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari
Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa. (HR Bukhari)
10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan
gelaran yang buruk, berdasarkan ayat al-quran, Al-Hujjurat:11, juga dalam hadis
Nabi Muhammad SAW:
Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu
menjadi amanah bagimu untuk menjaganya. (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia
menghasankannya)
11. Menghindari dusta, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:
Tanda-tanda munafik itu ada tiga, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji
mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat. (HR Bukhari)
12. Menghindari ghibah(mengutuk) dan mengadu domba, berdasarkan hadis
Nabi Muhammad SAW:
Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan
janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari,
dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah
hamba-hamba ALLAH yang bersaudara. (HR Muttafaq alaih)
13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadis Nabi Muhammad
SAW dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapanya berkata: Ada seorang yang
memuji orang lain di depan orang tersebut, maka berkata Nabi SAW: Celaka kamu,
kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu! (dua
kali), lalu kata baginda SAW: Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di
depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH mencukupkannya,
kami tidak mensucikan seorangpun di sisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai
kenyataannya. (HR Muttafaq alaih dan ini adalah lafzh Muslim) dan dari Mujahid
dari Abu Mamar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan
Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan
menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi Muhammad SAW
memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji.
(HR Muslim)
ADAB MENDENGAR

1. Diam dan memperhatikan (ayat al-quran, Qaf:37)


2. Tidak memotong/memutus pembicaraan
3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya
sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan lawan jenis)
4. Tidak menyela perbicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan
perkataan dosa.
5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara
ADAB MENOLAK / TIDAK SETUJU
1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian
2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal
3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara
4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih
5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit
6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan isi benarnya terlebih dulu sebelum
memberi komen yang salah
7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat
8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat
dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi
9. Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara,
tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikhuatirkan menjadi fitnah
bagi diri dan agamanya
10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari
kebencian serta penyakit hati.

Anda mungkin juga menyukai