Anda di halaman 1dari 8

Diabetes Melitus

Defenisi
Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya.
Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes melitus menurut ADA (American Diabetes Association) 2009, yaitu :
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe ini disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang bertugas
menghasilkan insulin. Tipe ini menjurus ke defisiensi insulin absolut. Proses destruksi ini
dapat terjadi karena proses imunologik maupun idiopatik.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Tipe ini bervariasi mulai dari yang predo minan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin.
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
Defek genetik fungsi sel beta akibat mutasi di :
1. Kromosom 12, HNF - (dahulu MODY 3)
2. Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)
3. Kromosom 20, HNF - (dahulu MODY 1)
4. Komosom 13, insulin promoter factor (dahulu MODY 4)
5. Kromosom 17, HNF - 1 (dahulu MODY 5)
6. Kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY 6) DNA mitokondria
Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A, eprechaunism, sindrom Rabson
Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.
Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis, trauma / pankreatektomi, neoplasma, fibrosis
kistik, hemikromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya.
Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, hipertiroidisme,
somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.
Karena obat/zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid,
diazoxid, lainnya.
Infeksi : rubella kongenital, CMV.
Imunologi (jarang) : sindrom Stiffman, antibody antireseptor insulin.

Sindrom genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, sindrom
Wolframs ataksia Friedreichs, chorea Huntington, porfiria, sindrom Prader Willi,
lainnya.
d. Diabetes Kehamilan atau Gestasional
Faktor Resiko Diabetes Melitus
Faktor - faktor risiko terjadinya Diabetes melitus tipe 2 menurut ADA dengan modifikasi terdiri
atas:
a. Faktor risiko mayor :
1. Riwayat keluarga DM.
2. Obesitas.
3. Kurang aktivitas fisik.
4. Ras/Etnik.
5. Sebelumnya teridentifikasi sebagai IFG.
6. Hipertensi.
7. Tidak terkontrol kolesterol dan HDL.
8. Riwayat DM pada Kehamilan.
9. Sindroma polikistik ovarium.
b. Faktor risiko lainnya :
1. Faktor nutrisi.
2. Konsumsi alkohol.
3. Kebiasaan mendengkur.
4. Faktor stress.
5. Kebiasaan merokok.
6. Jenis kelamin.
7. Lama tidur.
8. Intake zat besi.
9. Konsumsi kopi dan kafein. (ADA, 2007 )
Patofisiologi
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara
relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
1. Rusaknya sel - sel pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll).
2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
3. Desensitasi kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer, Aktivitas
insulin yang rendah akan menyebabkan:
a. Penurunan penyerapan glukosa oleh sel - sel, disertai peningkatan pengeluaran
glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena sebagian
besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin, timbul

keadaan ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi defisiensi
glukosa intrasel
b. Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi kapasitas sel - sel tubulus melakukan reabsorpsi akanmenyebabkan glukosa
muncul pada urin, keadaan ini dinamakan glukosuria.
c. Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya.
Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering
berkemih).
d. Cairan yang keluar daritubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi, yang
pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume darah
turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat menyebabkan
kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan gagal ginjal
sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.
e. Selain itu, sel - sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat
perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik. Akibatnya
timbul polidipsia(rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme kompensasi untuk
mengatasi dehidrasi.
f. Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan sel kelaparan akibatnya nafsu makan
(appetite) meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan yang
berlebihan).
g. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis
trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar
-besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam darah
sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif karena glukosa
tidak dapat masuk ke dalam sel.
h. Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran netto kearah
katabolisme protein. Penguraian protein - protein otot menyebabkan otot rangka lisut
dan melemah sehingga terjadi penurunan berat badan (Sherwood, 2001).

Gejala dan Tanda Diabetes Melitus


Gejala dan tanda - tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.
a. Gejala Akut Penyakit Diabetes melitus
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan, mungkin
tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Pada permulaan gejala yang
ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu: Banyak makan (poliphagia), Banyak
minum (polidipsia), Banyak kencing (poliuria). Bila keadaan tersebut tidak segera
diobati, akan timbul gejala: Banyak minum, Banyak kencing, Nafsu makan mulai
berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5 - 10 kg dalam waktu 2 - 4 minggu),
Mudah lelah, Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh
koma yang disebut dengan koma diabetic.
b. Gejala Kronik Diabetes mellitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah sebagai berikut:
Kesemutan, Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk - tusuk jarum, Rasa tebal di kulit,
Kram, Mudah mengantuk, Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata, Gatal di sekitar
kemaluan terutama wanita, Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual
menurun,bahkan impotensi, Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian
janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
Patogenesis Komplikasi pada Diabetes Melitus
Banyak mekanisme yang mengaitkan hiperglikemia dengan komplikasi jangka
panjang diabetes. Saat ini, terdapat 2 mekanisme yang dianggap penting :
a. Glikosilasi Non Enzimatik.
Glikosilasi non enzimatik adalah proses perlekatan glukosa secara kimiawi ke gugus
amino bebas pada protein tanpa bantuan enzim. Produk glikosilasi kolagen dan protein
lain yang berumur panjang dalam jaringan interstisium dan dinding pembuluh darah
mengalami serangkaian tata ulang kimiawi (yang berlangsung lambat) untuk membentuk
irreversible advanced glycosylation end products(AGE), yang terus menumpuk di
dinding pembuluh. AGE memiliki sejumlah sifat kimiawi dan biologik yang berpotensi
patogenik :
1. Pembentukan AGE pada protein, seperti kolagen, menyebabkan pembentukan ikatan
silang diantara berbagai polipeptida; hal ini kemudian dapat menyebabkan
terperangkapnya protein interstisium dan plasma yang tidak terglikosilasi.

Terperangkapnya lipoprotein densitas rendah (LDL) sebagai contoh, menyebabkan


protein ini tidak dapat keluar dari dinding pembuluh dan mendorong pengendapan
kolesterol di intima sehingga erjadi percepatan aterogenesis. AGE juga dapat
mempengaruhi struktur dan fungsi kapiler, termasuk kapiler di glomerulus ginjal ,
yang mengalami penebalan membrane basal dan menjadi bocor.
2. AGE berikatan dengan reseptor pada banyak tipe sel, seperti sel endotel, monosit,
makrofag, limfosit, dan sel mesangium. Pengikatan ini menimbulkan beragam
aktivitas biologis, termasuk emigrasi monosit, pengeluaran sitokin dan faktor
pertumbuhan dari makrofag, peningkatan permeabilitas endotel, dan peningkatan
proliferasi fibroblast serta sel otot polos serta sintesis matriks ekstrasel. Semua efek
ini berpotensi menyebabkan komplikasi diabetes.
b. Hiperglikemia intrasel disertai gangguan pada jalur - jalur poliol.
Merupakan mekanisme utama kedua yang diperkirakan berperan dalam timbulnya
komplikasi yang berkaitan dengan hiperglikemia. Pada sebagian jaringan yang tidak
memerlukan insulin untuk transpor glukosa (misal, saraf, lensa, ginjal, pembuluh darah),
hiperglikemia menyebabkan peningkatan glukosa intrasel, yang kemudian dimetabolisme
oleh aldosa reduktase menjadi sorbitol, suatu poliol, dan akhirnya menjadi fruktosa.
Perubahan ini menimbulkan beberapa efek yang tidak diinginkan. Penimbunan sorbitol
dan fruktosa menyebabkan peningkatan osmolaritas intrasel dan influks air, dan akhirnya
menyebabkan cedera sel osmotic (Kumar, 2007).

Penatalaksanaan Non Farmakologi


a. Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,
protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
Karbohidrat : 60-70%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan
fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan
memperbaiki respons sel-sel terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian
dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak
0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan
berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup. Selain
jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan
kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber lemak
diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak
tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh
dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak
mengandung lemak. Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan
paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak,
makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi
rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih.
Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya
kaya akan vitamin dan mineral.
b. Olahaga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap
normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur
jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu
olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus
pengaruhnya bagi kesehatan. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE
(Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin

mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olahraga yang disarankan, antara
lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini
paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 510 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak
jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan
penggunaan glukosa.

Anda mungkin juga menyukai