Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Kebebasan adalah suatu sifat hakiki yang dimiliki setiap


manusia tanpa memandang suku, ras, agama, maupun status
sosial. Dengan karunia tersebut, manusia memiliki kecenderungan
ingin merdeka dalam melakukan sesuatu hal. Segala bentuk upaya
yang dilakukan manusia dalam mewujudkan rasa dan karsa nya
dilindungi selama tidak berbenturan dengan apa yang diamanatkan
dalam undang-undang. Kebutuhan manusia yang lambat laun
semakin meningkat, membuat segalanya dituntut serba praktis dan
cepat.

Kehidupan

yang

diliputi

aturan-aturan

rumit

sudah

ditinggalkan, beralih kepada era yang tanpa batas. Seakan dituntut


oleh zaman, setiap orang berlomba untuk menjadikan dirinya
terkuat diantara yang lain. Dalam sektor ekonomi misalnya,
beberapa negara di belahan dunia bagian barat telah lebih dahulu
menerapkan

sistem

perdagangan

bebas,

yaitu

kegiatan

perdagangan baik masuk maupun keluarnya barang dan jasa oleh


suatu negara dilakukan tanpa adanya hambatan. Terintegrasi dalam
Uni Eropa, contohnya, menjadikan negara negara anggota unggul
dalam bidang ekonomi . Jejak negara barat tersebut dijadikan
contoh bagi negara lain untuk melakukan sistem yang serupa.
Berangkat dari sebuah visi yang ditetapkan oleh para
pemimpin ASEAN (Association of South East Asian Nations) pada
bulan Desember 1997 dalam KTT ASEAN di Kuala Lumpur, yaitu
untuk menjadikan ASEAN yang stabil, makmur, kawasan regional
yang sangat kompetitif dengan pemerataan pembangunan ekonomi,
mengurangi kemiskinan serta kesenjangan sosial-ekonomi. Melalui
Bali Concord II 2003, para pemimpin ASEAN sepakat untuk
membentuk MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sebagai tujuan akhir
dari integrasi regional pada tahun 2020. Namun, awas akan
perkembangan ekonomi global yang begitu pesat, pada KTT ASEAN
ke-12 pada bulan Januari 2007, melalui Deklarasi Cebu, para

pemimpin menegaskan komitmen kuat mereka untuk mempercepat


pembentukan MEA pada tahun 2015, yang menjadikan ASEAN
sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single
market and production base) dengan aliran bebas barang, jasa,
investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang bebas, ASEAN
sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, ASEAN
sebagai kawasan pengembangan ekonomi yang merata (equitable
economic development), dan menjadikan ASEAN sebagai kawasan
yang terintegrasi secara global dalam bidang perekonomian.
Dengan percepatan pemberlakuan MEA, Indonesia telah
menerapkan kebijakan kebijkan dalam menyambut MEA sejak
akhir 2015. Tidak hanya sebagai penyumbang perekonomian
terbesar di ASEAN, dengan jumlah penduduk yang besar, yaitu 250
juta atau 40% dari total penduduk di kawasan ASEAN, Indonesia
menjadi pangsa pasar terbesar dalam ajang perdagangan bebas
MEA.
Memasuki

bulan

keempat

dalam

pelaksanaan

MEA

di

Indonesia, masyarakat telah dapat merasakan berbagai dampak


yang

ditimbulkan

dari

kebijakan

kebijakan

yang

telah

diimplementasikan. Sudah merupakan kewajiban bagi kita sebagai


warga negara untuk turut berkontribusi dalam mengembangkan
negara Indonesia, tidak lantas hanyut dengan perubahan. Dalam
momentum MEA ini, harmonisasi, penilaian, dan pertimbangan
kebijakan-kebijakan demi kepentingan bangsa merupakan hal yang
sangat esensial bagi Indonesia agar tidak hanyut dalam gempuran
kebebasan ekonomi.
Segala kebijakan harus terus dikaji dan diawasi agar dapat
selalu memenuhi kebutuhan masyarakat generasi sekarang, juga
generasi di masa depan. Karena itu Mochtar Riady Legal Fair
mengangkat tema EVALUATING THE IMPLEMENTATION OF AEC
sebagai sikap proaktif dalam mengasah dan mendorong sikap kritis
dan kreatif cendekiawan muda dalam menghidupi Masyarakat
Ekonomi ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai