Anda di halaman 1dari 13

EVAPOTRANSPIRASI

Posted: December 18, 2010 in Uncategorized

Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini disebut
evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis
tumbuh-tumbuhan.

Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut evapotranspirasi atau
kebutuhan air. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut
evapotranspirasi potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu
banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya
evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor
dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting
dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara penentuannya yang telah
diadakan.

Evapotranspirasi adalah jumlah dari beberapa unsur seperti terlihat dalam persamaan matematik
dibawah ini.

ET = T + It + Es + Eo

Keterangan :

T : Transpirasi

It : Intersepsi total

Es : Evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan lainnya

Eo : Evaporasi permukaan air terbuka seperti sungai, danau dan waduk

Untuk tegakan hutan Eo dan Es biasanya diabaikan dan ET = T + It. Bila unsur vegetasi diabaikan
maka ET = Es.

Evaporasi tanah (Es) adalah penguapan air langsung dari tanah mineral. Nilai Es kecil dibawah
tegakan hutan karena serasah dan tumbuhan menghalangi radiasi matahari mencapai permukaan
tanah mineral hutan dan mencegah gerakan udara di atasnya. Es bertambah besar dengan makin
berkurangnya tumbuhan dan jenis penutup tanah lainnya.

Melalui proses transpirasi, vegetasi mengendalikan suhu agar sesuai dengan yang diperlukan
tanaman untuk hidup. Pada tingkat yang paling praktis, perhitungan pemakaian air oleh vegetasi
dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk memilih jenis tanaman (pertanian) yang dapat
tumbuh dengan baik di bawah kondisi curah hujan yang tidak menentu. Perhitungan keperluan air
irigasi untuk suatu tanaman juga didasarkan pada besarnya evaportanspirasi vegetasi yang akan
ditanam.

Faktor-faktor Penentu evapotranspirasi

Untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi besarnya evapotranspirasi, maka


evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi evapotranspirasi potensial (PET) dan evapotranspirasi
aktual (AET). PET lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi, sementara AET lebih
dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah. Uraian tentang pengaruh faktor
lingkungan terhadap evapotranspirasi akan lebih ditekankan pada pengaruh faktor- faktor tersebut
pada PET.

Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi PET adalah radiasi panas matahari dan suhu,
kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum besarnya PET akan meningkat ketika suhu,
radiasi panas matahari, kelembaban, dan kecepatan angin bertambah besar.

Pengaruh radiasi panas matahari terhadap PET adalah melalui proses fotosntesis. Dalam mengatur
hidupnya tanaman memerlukan sirkulasi air melalui sistem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan
air dari bawah (perakaran) ke atas (daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas
matahari terhadap vegetasi yang bersangkutan.

Pengaruh suhu terhadap PET dapat dikatakan secara langsung berkaitan dengan intensitas dan
lama waktu radiasi matahari. Namun demikian perlu dikemukakan bahwa suhu yang akan
mempengaruhi PET adalah suhu daun dan bukan suhu udara disekitar daun.

Pengaruh angin terhadap PET adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap air yang keluar dari
pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin, semakin besar pula laja evapotranspirasi yang
dapat terjadi. Dibandingkan dengan pengaruh radiasi panas matahari, pengaruh angin terhadap
laju ET adalah lebih kecil.

Terbukanya stomata daun juga dianggap sebagai faktor dominan untuk berlangsungnya ET. Ketika
stomata daun terbuka, laju transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
evaporasi, demikian seterusnya sampai stomata daun setengah tertutup. Pada keadaan ini tampak
bahwa pengaruh fisiologi tanaman terhadap ET adalah dominan. Namur demikian proses terbuka
dan tertutupnya stomata ditentukan oleh faktor iklim terutama lama waktu penyinaran (suhu
udara). Suhu udara dapat mempengaruhi kecepatan membuka dan menutupnya stomata.
Sementara kelembaban disekitarnya membantu memperpanjang lama waktu stomata tersebut
terbuka. Hal inilah yang menyebabkan proses ET terjadi terutama pada siang hari dan berkurang
secara drastis pada malam hari.

Kelembaban tanah juga mempunyai peran untuk mempengaruhi terjadinya evapotranspirasi.


Evapotranspirasi berlangsung ketika vegetasi yang bersangkutan sedang tidak kekurangan suplai
air. Dengan kata lain evapotranspirasi potensial berlangsung ketika kondisi kelembaban tanah
berkisar antara titik wilting point dan field capacity.
Pengukuran Evapotranspirasi

1. Panci Evaporasi

Teknik pengukuran ET paling sederhana adalah dengan menggunakan Panci untuk mendapatkan
angka indeks potensial evapotranspirasi. Cara perhitungan ini memerlukan statu angka koefisien
yang harus dievaluasi tingkat ketepatannya.

PET = CeEp

Keterangan :

Ce = angka koefisien panci

Ep = evaporasi panci (mm/hari)

Standar panci yang umum digunakan adalah Panci Evaporasi klas A dengan ukuran diameter 122
cm dan kedalaman 25 cm. Dalam pemakaiannya kedalaman air dipertahankan antara 18 hingga 20
cm dan pengukuran dilakukan secara luas untuk memprakirakan besarnya evaporasi danau atau
badan air lainnya dengan angka koefisien (Ce) ditentukan antara 0,50 hingga 0,80. Angka koefisien
panci tahunan rata-rata yang biasa digunakan adalah 0,70 hingga 0,75, terutama untuk tempattempat yang Belum pernah digunakan sebagai tempat percobaan.

2. Alat ukur lynsimeter

Teknik pengukuran dengan lynsimeter nampak merupakan cara yang ideal karena semua unsur
telah terwakili dan dapat dihitung. Alat ini memberikan hasil yang teliti karena menggunakan
perangkat penelitian dengan batas yang jelas dan sistem kebocoran air tanah tidak menjadi
persoalan. Namun demikian banyak ahli hidrologi beranggapan bahwa hasil yang diperoleh tidak
memadai untuk diekstrapolasi di lapangan.

Teknik lynsimeter lebih cocok diterapkan pada tanaman pertanian ditempat-tempat percobaan
atau laboratorium. Pada teknik ini kelembaban tanah harus diusahakan sama antara keadaan
didalam dan diluir alat lynsimeter. Apabila kelembaban tanah terus dijaga dalam keadaan basah
maka evapotranspirasi yang diperoleh adalah evapotranspirasi potensial (PET). Akan tetapi apabila
dikehendaki evapotranspirasi aktual (AET), maka keadaan kelembaban tanah didalam alat harus
dibiarkan berfluktuasi seperti yang terjadi pada tanah sekelilingnya. Ada dua tipe alat linsimeter
yaitu tipe drainase dan tipe timbang.

Neraca air dalam tipe drainase diasumsikan sbb :

Evapotranspirasi = Presipitasi + Irigasi Drainase

Air masukan dan air drainase diukur besarnya. Lama waktu pengukuran tergantung pada tingkat
atau frekuensi kebasahan, ukuran alat, dan laju gerakan air dalam tanah. Hasil yang diperoleh
dengan teknik ini adalah PET karena kelembaban tanah di dalam alat diatur.

Tipe alat linsimeter yang lain adalah tipe timbang dengan asumsi neraca air sbb :

Evapotranspirasi = Presipitasi + Irigasi Drainase Perubahan Kapasitas Simpan

Perubahan kapasitas simpan diukur dari alat penimbang. Alat tipe timbang karena harganya yang
relatif mahal maka pemakaiannya terbatas pada keperluan pengujian teori proses
evapotranspirasi. Seperti halnya drainase, tipe timbang juga dapat dimanfaatkan untuk mengukur
besarnya PET dan AET.

3. Metoda Thornthwaite

Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk
berlangsungnya proses ET dengan asumsi suhu udara tersebut berkorelasi dengan efek radiasi
matahari dan unsur lain yang mengendalikan proses ET.

PET = 1,6 [(10Ta)/I]a

Keterangan :

Ta = suhu rata-rata bulanan (oC)

= indeks panas tahunan

12

i=1

= [(Tai/5)]1,5

= 0,49 + 0,0179 I 0,0000771 I2 + 0,000000675 I3

Nilai untuk PET harus disesuaikan dengan jumlah hari per bulan dan panjang hari. Hasil prakiraan
PET bersama-sama curah hujan dan kelembaban tanah dapat dimanfaatkan untuk menghitung
analisis neraca air. Persamaan neraca air dapat ditulis sebagai berikut :

Q = P ET L dS/dt

Keterangan :

Q = debit aliran (m3/dt)

P = curah hujan (mm/tahun)

ET = evapotranspirasi (mm/tahun)

L = Perkolasi (mm/dt)

dS = kelembaban tanah (mm) mewakili satuan volume per satuan wilayah

dt = periode waktu yang diperlukan untuk perhitungan (jam, hari, bulan).

Nilai dt/dS positif menunjukkan penambahan kelembaban tanah, sementara nilai negatif
menunjukkan penurunan kelembaban tanah di tempat yang bersangkutan. Untuk
menyederhanakan perhitungan, besarnya dt/dS diasumsikan =0 atau air masukan = air keluaran.
Makin besar ET makin kecil debit aliran.

4. Metode Blaney-Criddle

Metode ini untuk memprakirakan besarnya evapotranspirasi potensial (PET) pada awalnya
dikembangkan untuk memprakirakan besarnya konsumsi air irigasi di Amerika Serikat.

Et = (0,142 Ta + 1,095)(Ta + 17,8)kd

Keterangan :

Et = evapotranspirasi potensial (cm/bln)

Ta = suhu rata-rata (oC). Apabila Ta lebih kecil daripada 3 oC, besarnya angka konstan 0,142 harus
diganti dengan 1,38.

k = faktor pertanaman empiris, bervariasi menurut tipe pertanaman serta tahap pertumbuhan.
Untuk tanaman tahunan angka koefisien disajikan secara bulanan. Sedang untuk angka koefisien
tanaman musiman, disajikan dalam bentuk presentase menurut musim pertumbuhan.

d = fraksi lama penyinaran matahari per bulan dalam waktu satu tahun.

Untuk memprakirakan besarnya air yang diperlukan statu vegetasi selama masa pertumbuhannya,
dapat juga memanfaatkan humus Blaney-Criddle dalam bentuk sbb:

Et (cm) = K (1,8 Tai + 32)di

i=1

Keterangan :

K = Koefisien pertanaman selama periode pertumbuhan

= jumlah bulan selama masa pertumbuhan

Tai = suhu udara (oC)

di = fraksi lama penyinaran matahari setiap bulan dalam waktu satu tahun.

5. Analisis Neraca kelembaban Tanah

Teknik model simulasi dengan memanfaatkan perangkat komputer saat ini sedang menggejala,
terutama dinegara maju. Teknik yang banyak digunakan adalah bentuk perbandingan AET dan PET.

AET/PET = f(AW/AWC)

Keterangan :

AET = evapotranspirasi aktual (panjang/waktu)

PET

= evapotranspirasi potensial (panjang/waktu)

AW

= jumlah air dalam tanah yang dapat diserap oleh akar tanaman (SM-PWP)

AWC = kapasitas air tersedia (FC-PWP)

PWP = tingkat kelembaban tanah ketika tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah (wilting
point)

6. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial dengan Pendekatan Keseimbangan Energi

Keseimbangan energi untuk daerah bervegetasi dapat ditulis sbb :

Qs Qrs Qlw + Qv = Qet + Qh + Qc

Keterangan :

Qs = radiasi matahari datang

Qrs = Qs = radiasi matahari terpantul

= albedo (pantulan radiasi matahari dari permukaan vegetasi)

Qlw= radiasi gelombang panjang netto dari permukaan vegetasi ke udara bebas

Qv = energi adveksi tanaman

Qet = energi yang diperlukan untuk berlangsungnya ET

Qh = pindahan energi dari tanaman ke udara dalam bentuk panas tampak

Qc = perubahan energi yang tersimpan dalam tanah dan tanaman

Satuan dari persamaan keseimbangan energi tersebut di atas seluruhnya dalam bentuk kalori per
cm2 satuan tanah.

Besarnya albedo biasanya bervariasi tergantung dari jenis vegetasi dan musim(untuk jenis
vegetasi yang sama).

7. Metoda Penman

Metoda penman pada mulanya dikembangkan untuk menentukan besarnya evaporasi dari
permukaan air terbuka. Dalam perkembangannya metoda tersebut juga dikembangkan untuk
menentukan besarnya evapotranspirasi potensial (PET).

Energi yang tersedia digunakan untuk evaporasi pada permukaan tajuk vegetasi,
sbb :

Ec = Rn G H

dimana :

Ec, adalah

Rn adalah net radiation

H adalah sensible heat flux di atmosfer

G adalah aliran panas dari dan ke tanah

H = cp (To T)/ra

Dimana :

To adalah suhu permukaan tajuk vegetasi

T adalah suhu atmosfer pada ketinggian reference height, lazimnya ditentukan 2 meter diatas
permukaan tajuk vegetasi yang menjadi kajian

ra adalah penguapan dan ketinggian yang telah ditentukan tersebut diatas.

Ec = [( cp)/] [es(To) ea)/ [ra + rs]

es(To) adalah tekanan uap air jenuh di dalam stomata pada suhu permukaan tajuk vegetasi (T o)

ea adalah tekanan uap air di atmosfer pada reference height

s = [es(To) es(T))/ [To + T]

maka diperoleh persamaan sbb :

Ec = [sA + cp {es(T)-ea}/ra] [s + {1 +(rs/ra) }]

dimana :

s adalah perubahan tekanan uap jenuh dan merupakan fungsi dari suhu (Pa oC)

A adalah energi tersedia (Ra G Rn)

Ec adalah laju evaporasi tajuk vegetasi dalam kondisi jenuh (PET) (mm/s)

adalah kerapatan udara (kg/m3)

cp adalah specific heat of air pada tekanan udara konstan (1010 j/kg/oC)

es(T) adalah tekanan uap air jenuh pada suhu atmosfer (Pa oC)

ea adalah tekanan uap air atmosfer (Pa oC)

adalah latent heat of vaporization (J/kg)

adalah tetapan psikrometrik (Pa/oC)

ra adalah aerodynamic transfer resistence (s/m)

rs adalah resistensi stomata (s/m)

Apabila sumber uap air yang akan diuapkan merupakan suatu permukaan tajuk vegetasi yang
jenuh maka variable rsdalam persamaan diatas dapat diabaikan dan persamaan tersebut tereduksi
menjadi :

Ec = [sRn + cp {es(T)-ea}ga]/ [s + ]

Dari persamaan diatas laju evaporasi meningkat secara linier dengan meningkatnya R n, dengan
meningkatnya tekanan uap air defisit di atmosfer, Dvp {=es(T)-ea} dan dengan meningkatnya
boundary layer conductance, ga = (=1/ra). Besarnya es (T) = f (T) dan ea = es (T) X Rn

Apabila permukaan vegetasi tidak jenuh atau hanya sebagian saja jenuh (C<S), maka laja
evaporasi aktual akan tereduksi dibawah laju evaporasi potensial (E pot), dan besarnya adalah

sebanding dengan nisbah antara jumlah air yang tertinggal di permukaan tajuk vegetasi, C,
terhadap kapasitas simpan tajuk vegetasi, S.

Es = Epot X C/S

Besarnya boundary layer conductance, ga, umumnya dihitung berdasarkan fungsi dari kecepatan
angin.

ga = f u

u adalah kecepatan angina 2 m diatas tajuk vegetasi

f adalah angka tetapan yang besarnya dapat ditentukan sbb :

f = [In (z-d)/zo]2/k2

z adalah panjang kekasaran aerodinamik di atas tajuk hutan (h+2)

d adalah zero plane displacement (0,75 h)

zo adalah panjang kekasaran aerodinamik di bawah tajuk hutan (0,10 h)

k adalah angka tetapan (0,41)

h adalah tinggi vegetasi hutan (m)

8. Metode Priestley-Taylor

Dalam hal ini Priestley-Taylor menyederhanakan persamaan Penman dengan cara mendefinisikan
kembali konsep evaporasi potensial yang berlangsung di wilayah bervegetasi dengan suplai air
besar tersebut sebagai fungsi dari energi matahari.

Ec = A{s/(s + )}

adalah angka tetapan empiris Priestley-Taylor ( = Ec / Epot)

Epot adalah evaporasi potensia

Anda mungkin juga menyukai