Anda di halaman 1dari 43

Teori Relativitas

Mirza Satriawan

December 7, 2010

Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus

M. Satriawan

Teori Relativitas

Quiz

Tuliskan perumusan kelestarian jumlah partikel dengan


memakai vektor-4 fluks jumlah partikel.

Tuliskan hukum kelestarian energi momentum dengan


menggunakan tensor energi-momentum

Tuliskan bentuk umum tensor energi-momentum untuk


fluida sempurna dalam KDS

Apa perbedaan antara debu dan fluida sempurna?

M. Satriawan

Teori Relativitas

Fluida

Fluida termasuk suatu kontinum dengan sifat-sifat tertentu.


Kontinum adalah kumpulan partikel sedemikian banyak
sehingga dinamika masing-masing partikelnya tidak dapat
diikuti, dan hanya besaran-besaran reratanya saja yang dipakai
untuk mendeskripsikan dinamikanya. Nilai besaran-besaran
rerata ini (seperti tekanan, temperatur) dapat bervariasi dalam
suatu fluida. Sekumpulan partikel yang cukup banyak, dengan
nilai besaran rerata tadi yang cukup homogen, disebut sebagai
elemen. Fluida dicirikan oleh sifat dimana gaya paralel terhadap
bidang batas antar elemennya relatif lebih kecil dibandingkan
gaya tegaklurus terhadap bidang batas antar elemen.

M. Satriawan

Teori Relativitas

~
Debu (Vektor Jumlah Partikel N)

Tinjau suatu kumpulan partikel yang seluruhnya diam


terhadap suatu kerangka acuan (dalam kerangka diam sesaat
(KDS) partikel-partikel). Kumpulan partikel semacam ini
disebut sebagai debu. Dalam KDS, didefinisikan kerapatan
partikel n, sebagai jumlah partikel per volume dalam kerangka
ini. Dalam kerangka dimana semua partikel-partikel bergerak
dengan kecepatan v, maka rapat jumlah partikelnya (karena
kontraksi Lorentz) adalah
n

1 v2

M. Satriawan

Teori Relativitas

(1)

M. Satriawan

Teori Relativitas

Fluks Partikel

Fluks partikel melewati suatu permukaan adalah jumlah


partikel yang melewati permukaan tersebut per satuan luas per
satuan waktu.
Dalam KDS, karena partikelnya diam maka fluksnya nol.
Dalam kerangka dimana partikelnya bergerak dengan
kecepatan v ke arah x, maka dalam t jumlah partikel yang
menembus suatu luasan A adalah sejumlah rapat partikel
dikali vtA, sehingga fluksnya
(fluks)x =

M. Satriawan

nv
1 v2

Teori Relativitas

(2)

M. Satriawan

Teori Relativitas

Bila arah kecepatan tidak tegak lurus permukaan, maka


(fluks)x =

M. Satriawan

nvx
1 v2

Teori Relativitas

(3)

Vektor empat fluks jumlah partikel

Vektor empat fluks jumlah partikel didefinisikan sebagai


~ = nU
~
N

(4)

komponennya
dalam suatu kerangka O,

nvx
nvy
nvz 
~ n
,
,
,
N
O
1 v2
1 v2
1 v2
1 v2
Perhatikan

~ N
~ = n2 ;
N

~ N)
~ 1/2
n = (N

jadi n adalah besaran skalar Lorentz.

M. Satriawan

Teori Relativitas

(5)

(6)

Dari definisi fluks jumlah partikel di atas, maka rapat jumlah


partikel dapat dianggap sebagai fluks - bak waktu. Dalam
diagram ruang waktu, fluks ruang yang menembus
permukaan dengan x konstan dalam interval waktu t dapat
digambarkan sebagai

M. Satriawan

Teori Relativitas

Untuk fluks -bak waktu, dapat dibayangkan partikel yang


menembus permukaan dengan t konstan dalam interval ruang
x

M. Satriawan

Teori Relativitas

Bentuk satu untuk mendeskripsikan permukaan


Permukaan didefinisikan melalui solusi dari suatu persamaan
(t, x, y, z) = konstan

(7)

adalah bentuk-satu normal, secara


Gradien dari fungsi , d,

tidak langsung d mendeskripsikan permukaan = konstan,


karena menentukan secara unik arah (normal) dari permukaan.
Biasanya dipakai normal-satuan, bila permukaannya tidak
null, untuk mendeskripsikan permukaan

dengan

d|

n d/|

(8)

= | , , |1/2
|d|

(9)

adalah besar dari d.


M. Satriawan

Teori Relativitas

Bila dalam ruang-3, elemen permukaan didefinisikan sebagai


vektor satuan normal dikalikan elemen area di permukaan.
Dalam ruang-4 elemen volume suatu ruang spasial yang
koordinatnya x , x , dan x diwakili dengan
dx dx
ndx

(10)

dan untuk volume satuan (dx = dx = dx = 1), cukup diwakili

dengan n.

M. Satriawan

Teori Relativitas

Fluks melewati suatu permukaan

Dalam hukum Gauss, fluks medan listrik yang menembus


Analog dengan ini, fluks
suatu permukaan diberikan oleh ~
E n.
jumlah partikel yang menembus suatu permukaan konstan
~ Misalkan, bila adalah koordinat x ,
Ni.
diberikan oleh hn,
x. Fluks jumlah
maka permukaan konstan x memiliki normal d
partikel yang melewati permukaan x konstan adalah
x, Ni
x)
~ = N (d
hd

M. Satriawan

Teori Relativitas

Mewakili suatu kerangka dengan bentuk satu

Sebelumnya suatu kerangka inersial diwakili dengan vektor


~ Kita dapat mewakilinya juga dengan
empat kecepatannya U.
bentuk satu yang terkait dengan vektor empat kecepatannya
~ ), yang memiliki komponen
g(U,
U = U

(11)

Dalam KDS U0 = 1, Ui = 0, yang sama dengan d t.


Penggunaan d t untuk mendeskripsikan suatu kerangka lebih
~ Sebagai contoh, untuk mendapatkan energi
alami daripada U.
~ sedangkan bila
suatu partikel pada suatu kerangka E = ~p U,
memakai bentuk satu, E = hd t, ~pi

M. Satriawan

Teori Relativitas

Tensor Energi-Momentum
Dalam KDS, energi setiap partikel E = m, dan kerapatan
partikel adalah n, sehingga rapat energi
= mn

(12)

sehingga adalah besaran skalar Lorentz.


yang bergerak dengan kecepatan ~v terhadap
Dalam kerangka O
KDS, atau dalam kerangka dimana partikel-partikel bergerak
dengan
kecepatan sama ~v, kerapatan partikelnya
adalah

2
2
n/ 1 v , dan energi per partikelnya m/ 1 v , sehingga
rapat energinya

mn
=
(13)
rapate nergi =
2
1v
1 v2

Karena bentuk ini mengandung dua faktor 00 = 1/ 1 v2 ,


maka tentunya rapat energi adalah komponen dari suatu
2
tensor tipe ( ).
0
M. Satriawan

Teori Relativitas

Untuk debu, karena bentuk di atas adalah perkalian antara


vektor empat momentum dan vektor empat fluks jumlah
partikel dalam kerangka KDS, maka dapat diperumum, untuk
sembarang kerangka
~ = mnU
~ U
~ = U
~ U
~
T ~p N

(14)

Komponen dari tensor energi-momentum


, dx
) = T .
T(dx

(15)

T adalah fluks dari momentum yang melewati permukaan


dengan x konstan. Karena itu, misalnya T00 adalah fluks
momentum-0 (energi) yang menembus permukaan dengan x0
(=t) konstan (yang berarti kerapatan), atau dengan kata lain T00
adalah rapat energi. T0i adalah fluks momentum-0 (energi)
yang menembus permukaan dengan xi konstan. Ti0 adalah
fluks momentum-i yang menembus permukaan t konstan, atau
tidak lain adalah rapat momentum. Tij adalah fluks
momentum-i yang menembus permukaan xj konstan.
M. Satriawan

Teori Relativitas

Dalam suatu kerangka,


T = T( , ) = U U

(16)

dimana semua partikel bergerak dengan


Dalam kerangka O
kecepatan v, maka

T00 = /(1 v2 );

T0i = vi /(1 v2 )

Tij = vi vj /(1 v2 )

Ti0 = vi /(1 v2 );

M. Satriawan

Teori Relativitas

(17)
(18)

Fluida Umum

Dalam debu, gerak partikel hanya gerak bersama, padahal


secara umum partikel juga dapat bergerak secara acak relatif
satu terhadap lainnya. Selain itu juga terdapat berbagai gaya
antar partikel yang menyumbang pada energi potensial total.
Dalam fluida umum, setiap elemen fluida mungkin memiliki
KDS sendiri-sendiri. Semua besaran skalar dalam relativitas
yang terkait dengan elemen fluida (seperti rapat jumlah
partikel, suhu, rapat energi, dll.) didefinisikan sebagai nilainya
dalam KDS.

M. Satriawan

Teori Relativitas

Berikut ini tabel besaran makroskopik untuk fluida


~ kecepatan-4 ele- kecepatan empat di KDS
U
men fluida
n rapat partikel
jumlah partikel per satuan volume
di KDS
~
~ nU
~
N vektor fluks par- N
tikel
rapat energi
rapat energi massa total (massa
diam, energi kinetik acak, energi
kimia,dsb.)
energi
internal = (/n) m (semua energi selain
per partikel
energi massa diam)
0 rapat massa diam 0 = mn ini adalah energi massa
diam saja
T temperatur
definisi temperatur termodinamik
di KDS
p tekanan
definisi tekanan di KDS
s entropi jenis
entropi per partikel
M. Satriawan

Teori Relativitas

Hukum pertama termodinamika


Hukum I termodinamika tidak lain adalah pernyataan
kelestarian energi. Tinjau suatu elemen fluida dalam KDS-nya.
Elemen ini dapat bertukar energi dengan elemen lain
disekelilingnya melalui konduksi panas Q dan melalui usaha
(pV). Maka perubahan energi total elemen
E = Q pV

(19)

Bila elemen fluida mengandung N buah partikel, dan tidak


terjadi kreasi atau anihilasi partikel (N tetap) maka
V=

N
;
n

V =

N
n
n2

(20)

Kita juga memiliki


E = V;

E = V + V

M. Satriawan

Teori Relativitas

(21)

Kedua hasil di atas menyebabkan


Q =

n
N
N( + p) 2
n
n

(22)

Bila didefinisikan q Q/N, panas per partikel, maka


nq =

+p
n
n

(23)

+p
dn
n

(24)

untuk perubahan infinitesimal


ndq = d

Dari termodinamika untuk proses yang reversibel, entropi


didefinisikan sebagai Q = TS, dengan s = S/N maka
d ( + p)
M. Satriawan

dn
= nTds
n
Teori Relativitas

(25)

Tensor energi momentum secara umum


Definisi T pada ?? sudah dalam bentuk umum. Tinjau dalam
KDS, di mana tidak ada gerak bersama partikel dalam elemen
fluida, serta tidak ada momentum-3 partikel. Sehingga dalam
KDS didapati
1
2

T00 = rapat energi =


T0i = fluks energi. Walau tidak ada gerakan, energi dapat
dipindahkan melalui konduksi panas, sehingga T0i adalah
suku konduksi panas dalam KDS.
Ti0 = rapat momentum. Walau partikel tidak memiliki
momentum, tetapi karena ada fluks energi, maka
energinya membawa momentum.
Tij = fluks momentum. (akan dibahas selanjutnya)

M. Satriawan

Teori Relativitas

Komponen ruang dari tensor T


Perdefinisi, Tij adalah fluks momentum-i yang melewati
permukaan j.

Tinjau dua elemen fluida di atas, dengan permukaan batas


bersama S. Dalam gambar diperlihatkan gaya elemen A
kepada B, sebesar F.
M. Satriawan

Teori Relativitas

Karena dalam KDS (sehingga hukum Newton masih berlaku),


maka A memberikan momentum dengan kelajuan sebesar F
kepada elemen B. Bila bidang S memiliki luas permukaan A,
maka fluks momentum menembus S adalah F/A. Bila S adalah
permukaan dengan xj konstan, maka Tij untuk elemen fluida A
adalah Fi /A. Jadi Tij menggambarkan gaya antara dua elemen
fluida. Secara umum gaya ini tidak harus tegak lurus
permukaan batas fluida, tetapi bila tegaklurus maka Tij nol bila
i , j.

M. Satriawan

Teori Relativitas

Sifat simetri T dalam KDS


Tinjau gambar berikut ini

Gaya pada elemen tetangga pada permukaan-1 (permukaanx


konstan) adalah Fi1 = Tix l2 , pada permukaan-2 adalah
Fi2 = Tiy l2 . Sedangkan pada permukaan-3 dan 4 adalah Fi1 dan
Fi2 agar elemen fluida ini tidak mengalami percepatan tak
hingga bila l 0.
M. Satriawan

Teori Relativitas

Pada elemen fluida tadi, torka terhadap sembarang sumbu juga


harus nol (agar tidak mengalami percepatan sudut tak hingga).
Total torka akibat gaya di keempat permukaan tadi terhadap
sumbu-z adalah
z = l3 (Txy Tyx )
(26)
dan dengan momen inersia elemen terhadap sumbu-z
xy
yx
. Agar = 0, maka Txy = Tyx Bila
I Vl2 l5 sehingga = T lT
2
diterapkan untuk sembarang sumbu, maka diperoleh Tij = Tji

M. Satriawan

Teori Relativitas

Kesamaan rapat momentum dan fluks energi

Fluks energi adalah rapat energi dikalikan kecepatan alirannya.


Tetapi karena energi sama dengan massa, maka ini sama
dengan rapat massa dikalikan kecepatan, atau dengan kata lain
rapat momentum. Jadi T0i = Ti0

M. Satriawan

Teori Relativitas

Kelestarian energi-momentum
Tinjau gambar elemen fluida di bawah ini

Laju energi yang masuk melalui permukaan (4) (x = 0) adalah


l2 T0x , energi yang masuk permukaan (2) (x = l) adalah l2 T0x .
Energi yang mengalir dalam arah y adalah l2 T0y (di y = 0) dan
l2 T0y (di y = l). Demikian juga untuk arah z.

M. Satriawan

Teori Relativitas

Jumlah laju energi yang masuk harus sama dengan laju


pertambahan energi di elemen tersebut (T00 l3 )/t, sehingga
3 00
l T
= l2 [T0x (x = 0) T0x (x = l) + T0y (y = 0)

T0y (y = l) + T0z (z = 0) T0z (z = l)]

(27)

setelah dibagi l3 dan diambil limit l 0 maka


00

T = T0x T0y T0z

x
y
z

(28)

atau dapat juga ditulis


T0 , = 0

(29)

Hal yang sama juga dapat dijabarkan untuk aliran momentum


(dengan mengganti 0 dengan i = 1, 2, 3). Sehingga hukum
kelestarian energi-momentum secara umum dapat dituliskan
T , = 0
Ini berlaku untuk sembarang materi dalam teori relativitas
khusus (tidak lain adalah divergensi empat dimensi).
M. Satriawan

Teori Relativitas

(30)

Kelestarian Partikel

Penjabaran seperti untuk energi dan momentum juga dapat


kita lakukan untuk fluks jumlah partikel, bila dalam aliran
fluida jumlah partikel total tetap. Sehingga dapat dituliskan

atau

N = Nx Ny Nz

x
y
z

(31)

N , = (nU ), = 0

(32)

M. Satriawan

Teori Relativitas

Fluida sempurna

Dalam relativitas fluida sempurna didefinisikan sebagai suatu


fluida yang tidak mempunyai viskositas dan tidak memiliki
hantaran panas dalam KDS. Karena tidak ada hantaran panas,
maka dalam KDS, T0i = Ti0 = 0. Bila jumlah partikel tetap,
maka entropi jenis akan terkait dengan aliran panas melalui
persamaan
Tds = dQ
artinya, dalam fluida sempurna, bila pers. (32) terpenuhi, maka
entropi jenis s selalu konstan.

M. Satriawan

Teori Relativitas

Viskositas adalah gaya yang paralel dengan permukaan antara


elemen fluida. Bila tidak ada viskositas, berarti gaya selalu
tegak lurus permukaan batas antar elemen fluida, sehingga
Tij = 0 bila i , j, atau Tij adalah matriks diagonal. Dan karena
ketiadaan viskositas ini tidak bergantung pada kerangka
ruang, maka matrik Tij selalu ortogonal dalam semua kerangka
KDS. Dan ini berarti matriks tersebut merupakan kelipatan
dari matriks identitas. Permukaan x akan memiliki gaya pada
arah x saja, demikian juga untuk arah y dan z. Gaya persatuan
luas ini sama untuk ketiga arah dan disebut sebagai tekanan.
Sehingga Tij = pij .

M. Satriawan

Teori Relativitas

Bentuk T
Dalam KDS, T untuk fluida sempurna memiliki bentuk

0 0

0 p 0
(T ) =
0 0 p

0 0 0

(33)

Dapat ditunjukkan bahwa dalam KDS


T = ( + p)U U + p

(34)

atau dalam bentuk yang bebas kerangka,


~ U
~ + pg1
T = ( + p)U
Debu adalah bentuk fluida sempurna tanpa tekanan.
M. Satriawan

Teori Relativitas

(35)

Hukum kelestarian
Pers. (30) bila diterapkan pada fluida ideal
T , = [( + p)U U + p ], = 0

(36)

Anggap jumlah partikel tetap sehingga (nU ), = 0. Suku


pertama dari pers. (36) dapat dituliskan sebagai
[( + p)U U ], =

h + p

i
 + p 
U nU , = nU
U ,
n
n

(37)

karena adalah matriks yang konstan, maka , = 0. Selain


itu juga diperoleh

atau

U U = 1 sehingga (U U ), = 0

(38)

U , U = 0

(39)

M. Satriawan

Teori Relativitas

Dengan menggunakan hasil-hasil di (37) dan (39), pers. awal di


(36) menjadi
 + p 
nU
U , +p, = 0
(40)
n
Kalikan dengan U dan dijumlah terhadap , diperoleh
nU U

 + p
n


U , +p, U = 0

(41)

suku terakhir p, U tidak lain adalah derivatif p sepanjang


garis dunia dari elemen fluida, dp/d. Kita peroleh setelah
beberapa manipulasi

atau

i
h
 + p
, +p, = 0
U n
n

(42)

h
i
+p
U ,
n, = 0
n

(43)

M. Satriawan

Teori Relativitas

yang dapat juga ditulis sebagai


d + p dn

=0
dt
n d
Bila dibandingkan dengan pers. (25) maka dapat disimpulkan
U s, =

ds
=0
d

Jadi aliran partikel konstan fluida ideal, memiliki entropi jenis


yang lestari, ini disebut sebagai adiabatik. Selain itu, apa yang
kita lakukan, bahwa kelestarian energi dalam termodinamika,
telah tersimpan dalam pers.36, paralel dengan U .
Tiga komponen pers. (36) lainnya dapat dijabarkan sebagai
berikut. Mulai dari pers
nU

 + p
n


U , +p, = 0

M. Satriawan

Teori Relativitas

kemudian pindah ke KDS dengan Ui = 0, tetapi Ui , , 0.


Komponen ke-i nya
nU

 + p
n


Ui , +p, i = 0

(44)

karena Ui = 0 maka diperoleh


( + p)Ui , U + p, i = 0
dengan menurunkan indeks i, diperoleh
( + p)Ui , U + p,i = 0
karena Ui , U adalah percepatan ai maka
( + p)ai + p,i = 0

M. Satriawan

Teori Relativitas

(45)

Pentingnya T dalam Teori Relativitas Umum

Dalam teori gravitasi Newton, sebagai sumber medan gravitasi


adalah rapat massa , yang dalam bahasa relativistik adalah
rapat massa diam 0 . Tetapi akan sangat aneh bila yang
menjadi sumber hanya 0 karena energi dan massa diam saling
terkait secara relativistik. Karena itu tentunya sebagai sumber
haruslah dipakai seluruh energi massa total T00 . Tetapi bila
hanya dipakai T00 , yaitu salah satu komponen dari T akan
menghasilkan suatu teori yang tidak invarian Lorentz. Karena
itu sebagai sumber gravitasi haruslah keseluruhan tensor
energi momentum.

M. Satriawan

Teori Relativitas

Hal kedua yang terkait tensor energi momentum adalah


peranan tekanan dalam Teori Relativitas Umum (TRU) sebagai
sumber dari medan gravitasi dan kemunculannya dalam pers.
(45). Dalam sebuah bintang yang masif, medan gravitasi yang
kuat membutuhkan gradien tekanan yang besar untuk
menyeimbangi tarikan gravitasi. Berapa besar gradien tekanan
yang dibutuhkan diberikan oleh percepatan yang ditimbulkan
gravitasi bila tidak ada tekanan. Besarnya gradien tekanan
ditentukan dari
p,i
ai =
+p
Karena + p jelas lebih besar daripada maka besar gradien
tekanan yang dibutuhkan lebih besar daripada dalam teori
Newton, ~a + p = 0. Karena p yang lebih besar akan
menambah besar komponen T, medan gravitasi yang lebih
besar juga muncul. Ketika besar p sudah sebanding dengan ,
meningkatkan p justru tidak dapat menahan besar tarikan
gravitasi, dan muncullah keruntuhan gravitasi.
M. Satriawan

Teori Relativitas

Hukum Gauss
Hukum Gauss disini adalah kesamaan antara integral volume
dari suatu divergensi dengan suatu integral permukaan
Z
I

4
V , d x =
V n d3 S
yang tidak adalah lain adalah bentuk integral dari T , = 0 dan
N , = 0. Perhatikan gambar berikut

M. Satriawan

Teori Relativitas

Volume dalam gambar dibatasi oleh empat pasang permukaan


hiper untuk t, x, y, dan z konstan (hanya t dan x yang
dan pada t1 adalah
digambarkan). Normal pada t2 adalah dt
Normal pada x2 dan x1 adalah dx
dan dx
berturutan.
dt.
Sehingga integral permukaan di atas adalah
Z
Z
0
V dxdydz +
(V 0 )dxdydz
t2
x1
Z
Z
x
V dtdy dz +
(V x )dtdydz + permukaan lainnya
x2

x1

(46)

M. Satriawan

Teori Relativitas

yang dapat juga ditulis sebagai


Z
Z
[V 0 (t2 ) V 0 (t1 )]dxdydz + [V x (x2 ) V x (x1 )]dtdydz + (47)
atau

V 0
dtdxdydz +
t

V x
dxdtdydz +
x

Diringkas
Z

V , dtdxdydz

M. Satriawan

Teori Relativitas

Anda mungkin juga menyukai