Refrat Urtikaria Interna 11
Refrat Urtikaria Interna 11
PENDAHULUAN
Urtikaria pertama kali digambarkan dalam sastra Inggris pada tahun 1772,
walaupun sebenarnya penyakit ini telah diakui sepanjang sejarah. Urtikaria
ditandai dengan onset edema setempat pada kulit yang berhubungan dengan rasa
gatal dan terbakar yang disebabkan oleh bermacam-macam sebab. 1 Urtikaria atau
dikenal juga dengan hives adalah kondisi kelainan kulit berupa reaksi vaskular
terhadap bermaca-macam sebab, biasanya disebabkan oleh suatu reaksi alergi,
yang mempunyai karakteristik gambaran kulit kemerahan (eritema) dengan sedikit
udem atau penonjolan (elevasi) kulit berbatas tegas yang timbul secara cepat
setelah dicetuskan oleh faktor presipitasi dan menghilang perlahan-lahan.2
Dalam istilah awam lebih dikenal dengan istilah kaligata atau biduran.
Meskipun pada umumnya penyebab urtikaria diketahui karena reaksi alergi
terhadap alergen tertentu, tetapi pada kondisi lain dimana tidak ketahui
penyebabnya secara signifikan, maka dikenal istilah urtikaria idiopatik. Sejumlah
faktor, baik imunologik dan nonimunologik yang dapat melepaskan histamin dari
sel-sel tersebut meliputi bahan-bahan kimia, beberapa obat-obatan (termasuk
morfin dan kodein), makan makanan laut seperti lobster, kerang dan makanan
lain, toksin bakteri, serta agen fisik. Mekanisme imunologik kemungkinan terlibat
lebih sering pada urtikaria akut daripada urtikaria kronik. Mekanisme yang paling
sering adalah reaksi hipersensitiitas tipe I yang distimulasi oleh antigen polivalen
yang mempertemukan dua molekul IgE spesifik yang mengikat sel mast atau
permukaan basofil.2
Urtikaria merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai dan mengenai
15-25% populasi semasa hidupnya. Urtikaria dapat terjadi secara akut maupun
kronik. Urtikaria akut adalah gangguan umum yang sering mendorong pasien
untuk mencari pengobatan di Unit Gawat Darurat (UGD). Bahkan urtikaria akut
adalah penyakit kulit paling umum yang dirawat di UGD.1 Urtikaria kronik yang
terjadi setiap hari selama lebih dari 6 minggu dapat mengganggu kualitas hidup
seseorang.3
Kebanyakan kasus urtikaria adalah self-limited dan durasinya pendek.
Namun, ketika urtikaria menjadi kronik, maka akan menjadi masalah bagi pasien
atau dokter yang merawat.4 Walaupun patogenesis dan beberapa penyebab yang
dicurigai telah ditemukan, ternyata pengobatan yang diberikan kadang tidak
memberikan hasil seperti yang diharapkan.2 penatalaksanaan utama urtikaria
meliputi langkah-langkah umum untuk mencegah atau
menghindari faktor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Urtikaria merupakan suatu lesi kulit yang terdiri dari ruam lokal
edema intrakutan yang mengelilingi suatu area kemerahan (eritema) yang khas
ditandai oleh pruritus. Individu dapat merasakan gatal-gatal yang berlangsung
mulai dari 30 menit hingga 36 jam. Ukuran lesi tersebut mulai dari lesi kecil
(milimeter) hingga 6 sampai 8 inci (giant urticaria). Lesi tersebut memucat
dengan tekanan sebagai dilatasi dari pembuluh darah yang terkompresi.
Dilatasi pembuluh darah dan peningkatan permeabilitas yang berkarakteristik
urtikaria terdapat pada dermis superfisial dan melibatkan pleksus venular di
lokasi tersebut.5
A. Anatomi dan Fisiologi Kulit6
1. Anatomi kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh.
Lapisan
2. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan,
sebagai
barier
infeksi,
mengontrol
suhu
tubuh
2. EPIDEMIOLOGI
Urtikaria umum terjadi. Usia, ras, seks, pekerjaan, lokasi geografis,
dan iklim tahunan dapat berpengaruh pada urtikaria. Pada satu kelompok
mahasiswa, 15% dari 20% dilaporkan memiliki pengalaman mengalami
urtikaria, dimana 1% dari 3% pasien dikirim ke klinik dermatologi di Inggris
tercatat mengalami urtikaria. Distribusi usia paling sering adalah 0-9 tahun dan
30-40 tahun.5
Urtikaria mengarah pada kondisi akut yang terjadi kurang dari 6
minggu, sebagian besar episode akut disebabkan oleh reaksi akibat obat atau
makanan atau pada anak, disebabkan oleh infeksi virus. Episode dari urtikaria
dapat bertahan hingga 6 minggu dan menjadi kronik dan dibagi menjadi 2
kelompok mayor, urtikaria autoimun kronik (45 persen) dan urtikaria idiopatik
kronik (55 persen), terdapat insiden campuran pada populasi umum sekitar 0,5
persen. Berbagai jenis dari urtikaria fisik mungkin selama beberapa tahun
terakhir, tapi lesi individual mungkin lebih sedikit dair 2 jam (kecuali pada
tekanan urtikaria tipe lambat) dan intermiten. 85 persen dari anak mengalami
urtikaria tanpa angioedema, 40 persen dari pasien dewasa dengan urtikaria juga
mengalami angioedema.5
Sekitar 50 persen dari pasien dengan urtikaria kronik (dengan atau
tanpa angioedema) tidak memiliki lesi dalam 1 tahun, 65 persen dalam 3 tahun,
dan 85 persen dalam 5 tahun; kurang dari 5 persen memiliki lesi selama 10
tahun terakhir.5Data epidemiologi urtikaria secara internasional menunjukkan
bahwa urtikaria (kronis, akut, atau keduanya) terjadi pada 15-25% populasi
pada suatu waku dalam hidup mereka. Chronic idiopatic urticaria (CIU) terjadi
hibgga 0,5-1,5% populasi semasa hidupnya. Insiden urtikaria akut lebih tinggi
pada orang dengan atopi. Data epidemiologi urtikaria berdasarkan usia
menunjukkan bahwa urtikaria akut paling sering terjadi pada anak dan dewasa
muda, sedangkan CIU lebih sering terjadi pada dewasa dan wanita setengah
baya.4
Sebuah penelitian epidemiologi urtikaria di Spanyol menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan prevalensi urtikaria kronik yang signofikan pada
perempuan
(0,48%)
daripada
laki-laki
(0,12%).
Penelitian
tersebut
3. ETIOLOGI
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% urtikaria tidak diketahui penyebabnya.
Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, antara lain: 5
1. Obat-obatan atau bahan kimia. Penisilin dan derivatnya kemungkinan
merupakan penyebab obat paling sering dari urtikaria akut, tetapi obatobatan lainnya, apakah melalui oral, injeksi, inhalasi, atau topikal juga
dapat menyebabkan reaksi urtikaria.
2. Makanan. Makanan merupakan penyebab yang umum dari urtikaria akut.
Terutama adalah makanan laut, sedangkan makanan lainnya sering
dilaporkan adalah strawberry, cokelat, kacang, keju, telur, gandum dan
susu.
3. Gigitan dan sengatan serangga dapat menyebabkan timbulnya urtikaria, hal
ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV).2
3. Agen fisik. Urtikaria juga dapat merupakan akibat dari paparan panas,
dingin, radiasi dan cedera fisik.
4. Inhalan, Nasal sprat, insect sprat, inhalasi dari debu, bulu binatang atau
karpet, dan serbuk merupakan beberapa faktor pencetus melalui inhalasi.
5. Infeksi. Adanya fokus infeksi sering dipertimbangkan, cepat atau lambat,
pada kasus kronik, dan pada penyebab yang tidak biasa. Sinus, gigi geligi,
tonsil, kandung empedu, dan saluran genitourinaria sebaiknya diperiksa.
6. Penyakit sistemik. Urtikaria dapat timbul pada penyakit hati, parasit usus,
kanker, demam rematik dan lainnya.
Klinis tampak plaques edemateus multiple yang berbatas tegas, berwarna merah,
rasa terbakar dan gatal. Bentol dapat pula berwarna putih di tengah yang
dikelilingi warna merah. Warna merah bila ditekan akan memutih. Ukuran tiap
lesi bervariasi dari diameter beberapa milimeter sampai beberapa centimeter,
berbentuk sirkular atau sepiginosa.
Tiap lesi akan menghilang setelah 1 sampai 48 jam, tetapi dapat timbul
lesi baru.
5. PATOGENESIS
Sangat penting sekali diketahui mekanisme terjadinya urtikaria, karena
hal ini akan dapat membantu pemeriksaan yang rasional. Hal yang mendasari
terjadinya urtikaria adalah triple respons dari Lewis, yaitu eritema akibat
dilatasi dari kapiler, timbulnya flare akibat dilatasi yang diperantarai refleks
akson saraf dan timbulnya wheal akibat ekstravasasi cairan akibat
meningkatnya permeabelitas vaskuler.2
Secara histologis urtikaria menunjukkan adanya dilatasi pembuluh
darah dermal di bawah kulit dan edema (pembengkakan) dengan sedikit
infiltrasi sel perivaskuler, diantaranya yang paling dominant adalah eosinofil.
Kelainan ini disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama histamine, kibat
degranulasi sel mast kutan atau subkutan, dan leukotrien juga dapat berperan. 2
Histamine akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di bawah
kulit
10
sel mast melalui mekanisme imun dapat melalui reaksi hipersensitivitas tipe
I atau melalui aktivasi komplemen jalur klasik. 2,3,4
1. Reaksi hipersensitivitas tipe I
Reaksi ini dinamakan juga reaksi tipe cepat dan terbanyak terlihat
pada urtikaria akut. Bila individu terpajan allergen tertentu akan
membentuk antibodi IgE yang bersifat homositotropik, yaitu mudah
terikat pada sel sejenis (homolog), dalam hal ini adalah sel mast. Bila
individu tersebut kemudian terpajan kembali dengan allergen serupa,
maka tersebut akan berikatan dengan molekul IgE yang ada pada
permukaan sel mast. Bridging dari dua molekul IgE yang ad pada
permukaan sel mast oleh allergen akan mengakibatkan perubahan
konfigurasi membrane sel mast. Perubahan ini akan mengakibatkan
aktivasi enzim dalam sel sehingga sehingga terjadilah degranulasi sel
mast. Akibatnya isi granula keluar dan menimbulkan efek pada sel target,
yaitu pembuluh darah dibawah kulit. Allergen dapat berupa allergen
lingkungan sepeti debu rumah, tungau, serbuk sari tumbuhan, bulu
binatang atau dapat pula allergen makanan, obat-obatan, dan bahan kimia
seperti bahan pengawet, penyedap dan zat warna. 2,4
2. Aktivasi komplemen jalur klasik
Adanya kompleks imun dapat mengaktivasi komplemen melalui jalur
klasik dan akan menghasilkan peptide C3a serta C5a yang dinamakan
anafilaktosin. Anafilaktosin dapat langsung menginduksi degranulasi sel
11
mast melalui ikatan langsung dengan reseptor pada membrane sel mast.
Akibat degranulasi terjadilah pelepasan histamine sehingga terbentuk
urtikaria.
Aktivasi komplemen melalui jalur klasik dapat diakibatkan oleh
reaksi yipe II dan III., misalnya pada reaksi transfuse darah, penyakit
sistemik keganasan (limfoma) lupus eritomatosus sistemik, heoatitis dan
sebagainya. Penglepasan histamine melalui aktivasi komplemen ini
sering dikaitkan dengan patofisiologi urtikaria kronik. Belum jelas
apakah
12
3. Latihan jasmani
Latihan jasmani pada seseorang dapat menimbulkan urtikaria yang
dinamakan juga urtikaria kolinergik. Bentuknya khas, kecil-kecil dengan
diameter 1-3 mm dan sekitarnya berwarna merah, terdapat di tempat
yang berkeringat. Diperkirakan yang memegang peranan adalah
asetilkolin yang terbentuk yang bersifat langsung dapat menginduksi
degranulasi sel mast.2,3
4. Zat penghambat siklooksigenase
Zat
penghambat
enzim siklooksigenase
akan
menghambat
13
Secara singkatnya semua mekanisme diatas dapat dilihat pada skema berikut
ini:
14
6. KLASIFIKASI
Klasifikasi urtikaria paling sering didasarkan pada karakteristik klinis
daripada etiologi karena sering kali sulit untuk menentukan etiologi atau
patogenesis urtikaria dan banyak kasus karena idiopatik. 3 Terdapat bermacammacam klasifikasi urtikaria, berdasarkan lamanya serangan berlangsung
dibedakan urtikaria akut dan kronik.
A. Urtikaria Akut
Urtikaria akut terjadi bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu atau
berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari.2 Lesi individu
biasanya hilang dalam <24 jam, terjadi lebih sering pada anak-anak dan
15
sering dikaitkan dengan atopi. Sekitar 20-30% pasien dengan urtkaria akut
berkembang menjadi kronis atau rekuren.3
B. Urtikaria Kronik
Urtikaria kronik terjadi bila serangan berlangsung lebih dari 6 minggu 2,
pengembangan urtika kulit terjadi secara teratur (biasanya harian) selama
lebih dari 6 minggu dengan setiap lesi berlangsung 4-36 jam. Gejalanya
mungkin parah dan dapat mengganggu kesehatan terkait dengan kualitas
hidup.3
C. Urtikaria Kontak
Urtikaria kontak didefinisikan sebagai pengembangan urticarial wheals di
tempat di mana agen eksternal memiliki kontak dengan kulit atau mukosa.
Urtikaria kontak dapat dibagi lagi menjadi bentuk alergi (melibatkan IgE)
atau non alergi (IgE-independen).3
D. Urtikaria Fisik
1. Dermographism
Dermographism merupakan bentuk paling sering dari urtikaria
fisik dan merupakan suatu edema setempat berbatas tegas yang
biasanya berbentuk linier yang tepinya eritem yang muncul beberapa
detik setelah kulit digores.9,10 Dermographism tampak sebagai garis
biduran (linear wheal). Transient wheal atau biduran yang sementara
Gambar 4. Dermographisme. Tampak urtikaria dengan linear wheal.8
muncul secara cepat dan biasanya memudar dalam 30 menit; akan
tetapi, kulit biasanya mengalami pruritus
dd sehingga bekas garukan dapat
muncul.8
16
2. Delayed dermographism
Delayed dermographism terjadi 3-6 jam setelah stimulasi, baik dengan
atau tanpa immediate reaction, dan berlangsung sampai 24-48 jam.
Erupsi terdiri dari nodul eritema linier. Kondisi ini mungkin
berhubungan dengan delayed pressure urticaria.8
3. Delayed pressure urticaria
Delayed pressure urticaria tampak sebagai lesi erythematous, edema
lokal, sering disertai nyeri, yang timbul dalam 0,5-6 jam setelah terjadi
tekanan terhadap kulit. Episode spontan terjadi setelah duduk pada
kursi yang keras, di bawah sabuk pengaman, pada kaki setelah berlari,
dan pada tangan setelah mengerjakan pekerjaan dengan tangan.8
17
18
19
9. Adrenergic urticaria
Adrenergic urticaria timbul sebagai biduran yang dikelilingi oleh white
halo yang terjadi selama stress emosional. Adrenergic urticaria terjadi
karena peran norepinefrin. Biasanya muncul 10-15 menit setelah
20
21
7. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Informasi mengenai riwayat urtikaria sebelumnya dan durasi rash / ruam
serta gatal dapat bermanfaat untuk mengkategorikan urtikaria sebagai akut,
rekuren, atau kronik. Untuk urtikaria kronik atau rekuren, penting untuk
mempertimbangkan faktor-faktor penyebab sebelumnya dan keefektifan
berbagai pilihan terapi.
Tanyakan tentang faktor presipitan, seperti panas, dingin, tekanan, aktivitas
berat, cahaya matahari, kontak dengan serangga, stres emosional, atau
penyakit kronik, serta makanan dan obat obatan yang dikonsumsi.
22
B. Pemeriksaan Fisik
Urtikaria mempunyai karakteristik ruam kulit pucat kemerahan dengan
elevasi kulit, dapat linier, annular (circular), atau arcuate (serpiginous). Lesi
ini dapat terjadi pada daerah kulit manapun dan biasanya sementara dan
dapat berpindah.
o Dermographism dapat terjadi (lesi urtikaria yang berasal dari goresan
ringan).
o Pemeriksaan
fisik
sebaiknya
terfokus
pada
keadaan
yang
23
Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk
menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau
kelainan pada alat dalam.2 Pemeriksaan darah rutin bisa
bermanfaat
penyakit
untuk
penyerta.
mengetahui
kemungkinan
adanya
Pemeriksaan-pemeriksaan
seperti
24
faktor
vasoaktif
seperti
histamine-releasing
autoantibodies. 16
o Tes Provokasi
Tes provokasi akan sangat membantu diagnosa urtikaria fisik,
bila tes-tes alergi memberi hasil yang meragukan atau negatif.
Namun demikian, tes provokasi ini dipertimbangkan secara
hati-hati untuk menjamin keamanannya.16
o Tes eleminasi makanan
Tes ini dilakukan dengan cara menghentikan semua makanan
yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya
kembali satu demi satu.2
o Tes foto tempel
Tes foto tempel dapat dilakukan pada urtikaria fisik akibat
sinar.16
o Suntikan mecholyl intradermal
Suntikan mecholyl intradermal dapat digunakan pada diagnosa
urtikaria kolinergik.2
o Tes fisik
Tes fisik ini bisa dengan es (ice cube test) atau air hangat
apabila dicurigai adanya alergi pada suhu tertentu. 2
25
o Pemeriksaan histopatologik
Pemeriksaan ini tidak selalu diperlukan, tetapi dapat
membantu diagnosis.2 Pada urtikaria perubahan histopatologis
tidak terlalu dramatis. Tidak terdapat perubahan epidermis.
Pada dermis mungkin menunjukkan peningkatan jarak antara
serabut-serabut kolagen karena dipisahkan oleh edema dermis.
Selain itu terdapat dilatasi pembuluh darah kapiler di papilla
dermis dan pembuluh limfe pada kulit yang berkaitan. Selain
itu terdapat suatu infiltrat limfositik perivaskuler dan mungkin
sejumlah eosinofil. Sel mast meningkat jumlahnya pada kulit
yang bersangkutan.17
Infiltrasi limfosit sering ditemukan di lesi urtikaria tipe
akut dan kronik. Beberapa lesi urtikaria mempunyai campuran
infiltrat seluler, yaitu campuran limfosit, polymorphonuclear
leukocyte (PMN), dan sel-sel inflamasi lainnya.
Infiltrasi seluler campuran tersebut mirip dengan
histopatologi dari respon alergi fase akhir. Beberapa pasien
dengan urtikaris yang sangat parah atau urtikaria atipikal
memiliki vaskulitis pada biopsi kulit. Spektrum histopatologi
berhubungan derajat keparahan penyakit, mulai dari limfositik
(ringan) sampai ke vaskulitik (parah).4
2.8 Komplikasi
26
Pusing
Muntah-muntah
First-line therapy
First-line therapy terdiri dari: 3,4
28
Menghindari
agen
lain
yang
diperkirakan
dapat
menyebabkan urtikaria.
dasar
pengobatan
pada
urtikaria
dan
angioedema
29
oral.
Second-line therapy
Jika gejala urtikaria tidak dapat dikontrol oleh antihistamin saja,
second-line therapy harus dipertimbangkan, termasuk tindakan
farmakologi dan non-farmakologi.
Photochemotherapy
Hasil fototerapi dengan sinar UV atau photochemotherapy
(psoralen plus UVA [PUVA]) telah disimpulkan, meskipun
30
Antidepresan
Antidepresan trisiklik doxepin telah terbukti dapat sebagai
antagonis reseptor H1 dan H2 dan menjadi lebih efektif dan
lebih sedikit mempunyai efek sedasi daripada diphenhydramine
dalam pengobatan urtikaria kronik. Doxepin dapat sangat
berguna pada pasien dengan urtikaria kronik yang bersamaan
dengan depresi. Dosis doxepin untuk pengobatan depresi dapat
bervariasi antara 25-150 mg/hari, tetapi hanya 10-30 mg/hari
yang dianjurkan untuk urtikaria kronis. Mirtazapine adalah
antidepresan yang menunjukkan efek signifikan pada reseptor
H1 dan memiliki aktivitas antipruritus. Telah dilaporkan untuk
membantu dalam beberapa kasus urtikaria fisik dan delayedpressure urticaria pada dosis 30 mg/hari.3
Kortikosteroid
Dalam beberapa kasus urtikaria akut atau kronik, antihistamin
mungkin gagal, bahkan pada dosis tinggi, atau mungkin efek
samping bermasalah. Dalam situasi seperti itu, terapi urtikaria
seharusnya respon dengan menggunakan kortikosteroid. Jika
tidak berespon, maka pertimbangkan kemungkinan proses
penyakit lain (misalnya, keganasan, mastocytosis, vaskulitis).
31
Kortikosteroid
juga
dapat
digunakan
dalam
urticarial
seperti
hiperglikemia,
osteoporosis,
ulkus
dosis).
Methylprednisolone
dapat
membalikkan
32
receptor
antagonist
seperti
montelukast,
Third-line therapy
Third-line therapy diberikan kepada pasien dengan urtikaria yang
tidak berespon terhadap first-line dan second-line therapy. Thirdline therapy menggunakan agen immunomodulatori, yang meliputi
cyclosporine,
tacrolimus,
methotrexate,
cyclophosphamide,
33
plasmapheresis,
(salbutamol),
asam
colchicine,
tranexamat,
dapsone,
terbutaline,
albuterol
sulfasalazine,
Immunomudulatory Agents
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa cyclosporine efektif
dalam mengobati pasien dengan urtikaria kronik yang refrakter.
Cyclosporine dengan dosis 3-5 mg/kgBB/hari menunjukkan
manfaat pada dua pertiga pasien dengan urtikaria kronik yang
tidak berespon terhadap antihistamin. Tacrolimus dengan dosis
20-g/mL setiap hari dapat mengobati pasien dengan
corticosteroid-dependent urticaria.3
Intravenous immunoglobulin (IVIG) tampak efektif dalam
manajemen pasien dengan urtikaria autoimun kronik yang
parah. Meskipun mekanisme yang terlibat tidak jelas, namun
telah diusulkan bahwa IVIG mungkin berisi anti-idiotypic
antibody yang bersaing dengan IgG endogen untuk reseptor H1
dan memblok pelepasan histamin atau memperbanyak klirens
IgG endogen.3
Plasmapheresis
34
urtikaria
autoimun
kronik
yang
parah.
dalam
hubungannya
dengan
penggunaan
immunosuppressant pharmacotherapy.3
Obat lainnya
Dapsone dan/atau colchicine mungkin dapat bermanfaat dalam
mengelola urtikaria ketika infiltrat neutrophil terlihat secara
histologis, tetapi mungkin paling berguna untuk urticarial
vasculitis. Hydroxychloroquine juga telah menunjukkan hasil
yang menjanjikan dalam pengobatan urtikaria kronik idiopatik;
dan
telah
dikaitkan
dengan
respon
yang
baik
pada
hypocomplementemic urticarial vasculitis. Meskipun 2adrenoceptor agonist terbutaline telah dievaluasi untuk
manajemen urtikaria kronik, penggunaannya umumnya tidak
dianjurkan karena efek samping seperti takikardia dan
insomnia yang tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh banyak
pasien.3
35
36
Antihistamin H1 + kostikosteroid oral jangka pendek + pencarian/penanganan untuk urtikaria karena vasku
38
PROGNOSIS
Urtikaria akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya cepat dapat
diatasi, sedangkan urtikaria kronik lebih sulit diatasi karena penyebabnya sulit
dicari.2
II.
Faktor Imunologi :
Genetik
Jumlah antibody
Ig.E dalam darah
besar
Faktor NonImunologik :
Bahan-bahan kimia
Paparan fisik
Zat kolinergik
Infeksi
yang
Faktor Modulasi Tekanan
:
terus-menerus /
Bahan-bahangoresan
kimia
Paparan fisik
Zat kolinergik
Infeksi
Demografisme
Sel Mast
39
Terangsang
Peningkatan
Cairan & Sel terutama
Merangsang permeabilitas
ujung
kapiler
Vasodilatasi
Eosinofil keluar
dari
saraf
perifer
Pelepasan
pembuluh
darah Gatal berulang setempat
Transudasicairan
cairanlokal
pembuluh
darah
Pembengkakan
kulit
lokal
pengumpulan
Pembengkaka
n pada daerah
yang tertekan
URTIKARI
A
edema lokal
eritema
Nyeri
akut
40
Digaruk
berlebih
Terjadi pada
malam hari
Lesi
Sering terbangun
saat malam
Resiko
infeksi
Gangguan
pola tidur
Kerusakan integritas
jaringan
41